Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Rahasia Lukisan Kuno

Biasanya jam sgene dah apdet niy...

Sundul aah suhu fran's..

:semangat:

Up., up... Up.,

Satu., dua.. Satu., dua., satuu..

Apdeeeet.. Graaakk :army:

:beer:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Para tetamu gempar, mereka menggerakkan kepala untuk melihat wajah Li Kun Liong yang terkenal tersebut. Mereka yang belum pernah melihat pendekar muda yang menguncangkan rimba persilatan belakangan ini sangat penasaran untuk melihat roman muka Li Kun Liong. Tampak oleh mereka seorang pemuda berwajah tampan dan halus dengan potongan tubuh seperti seorang siucai (pelajar) berdiri dengan wajah kaget. Rata-rata tidak menyangka pemuda yang begitu mengemparkan dunia persilatan dan kabarnya ilmu silatnya susah di ukur bahkan mampu membinasakan salah satu tokoh teratas Bu-Tong-Pai serta menghadapi kerubutan jago-jago kosen kelas atas tersebut adalah pemuda yang tampak lemah ini.

Dengan wajah kebingungan Li Kun Liong berdiri dan berkata kepada Ong-Sun-Tojin "Boanpwe tidak mengerti apa maksud perkataan cianpwe. Caye sama sekali tidak mengetahui keberadaan putri ketua Mo-Kauw seperti yang cianpwe katakan"
Dengan wajah sinis, Ong-Sun-Tojin menjawab sambil menuding ke arah Kim Bi Cu "Kalau begitu, mungkin sicu bisa menjelaskan kenapa bisa jalan bareng dengan putri Mo-Kauw tersebut"

Dengan wajah pucat, Kim Bi Cu berdiri dan berkata "Memang benar aku adalah putri ketua Mo- Kauw tapi Li Kun Liong tidak tahu apa-apa mengenai hal ini."
Li Kun Liong menatap wajah Kim Bi Cu dengan mulut mengangga, dia tersentak kaget dan tidak meyangka sama sekali bahwa Kim Bi Cu adalah putri ketua Mo-Kauw. Bagaikan orang bisu dia tak mampu berkata-kata.

"Hm, lohu tidak percaya sicu Li Kun Liong tidak mengetahui asal-usul gadis ini. Berdasarkan berita yang lohu dengar, mereka berdua melakukan perjalanan bersama dalam waktu yang cukup lama. Bukan tidak mungkin kematian Master Yu-Kang berkaitan erat dengan mereka berdua.

Sebaiknya kita tangkap mereka berdua, pasangan yang tak genah ini terlebih dulu, urusan selanjutnya serahkan saja pada lohu."
Sinar mata Li Kun Liong mengeluarkan percikan-percikan api, dia merasa marah dan tersinggung dengan perkataan Ong-Sun-Tojin yang sangat menghina dan memandang enteng tersebut. Selain itu ia juga gegetan dengan tuduhan gila semacam ini.
"Boanpwe menolak tegas tuduhan cianpwe Ong-Sun-Tojin, mereka yang mengenal cayhe cukup tahu tidak mungkin cayhe bersekutu dengan Mo-Kauw, bahkan beberapa bulan yang lalu hampir saja cayhe mati dikeroyok tokoh-tokoh Mo-Kauw. Sebaiknya sebelum ada bukti yang jelas, tidak sembarangan menuduh seseorang, ini menandakan kepicikan berpikir seseorang!"

Dengan wajah memerah mendengar sindiran Li Kun Liong terhadapnya, Ong-Sun-Tojin mengebrakkan kakinya ke lantai dan berkata "Bukti apa lagi, engkau dengan kekasih gelapmu ini sudah merupakan fakta yang tak terbantahkan lagi!"
"Harap jaga kalimat cianpwe!, boanpwe tidak bisa menerima perkataan tersebut dari seorang tokoh Bu-Lim yang dihormati, seharusnya cianpwe malu dengan tuduhan yang sewenang-wenang dan penghinaan terhadap seorang gadis semacam ini. Ini tidak mencerminkan sikap seorang angkatan tua yang patut dihormati" jawab Li Kun Liong menahan emosi.
"Apa!, anak bawang yang baru kenal dunia kangouw semacam dirimu ini, mau coba-coba menasehati lohu yang sudah puluhan tahun berkecimpung di rimba persilatan, benar-benar tidak mengenal tiong dan gie lagi angkatan muda sekarang ini." kata Ong-Sun-Tojin dengan nada sinis guna memancing kemarahan Li Kun Liong. Ong-Sun-Tojin memang cerdik, pengalamannya memang tak bisa ditandingi Li Kun Liong yang baru beberapa tahun saja berkelana di sungai telaga.
"Untuk apa menghormati seorang cianpwe yang justeru tidak tahu bagaimana harus bersikap yang sesuai dengan ke-cianpwe-annya. Memangnya hanya karena dia seorang cianpwe, kita-kita yang muda ini harus menelan begitu saja penghinaan ini. Perlu cianpwe ketahui, untuk saling hormat-menghormati baru bisa terjadi bila dilakukan kedua belah pihak bukan satu pihak saja!. Tidak ada itu larangan angkatan yang lebih tua boleh memaki atau menyindir seenaknya sedangkan angkatan yang lebih mudah tidak boleh." jawab Li Kun Liong setengah berteriak. Emosinya tak terbendungkan lagi, bagaikan tanggul yang jebol, mengalir sederas-derasnya.

Kata-kata Li Kun Liong mengemparkan hadirin yang hadir. Perlu diketahui di jaman itu, menghormati yang lebih tua seperti guru, saudara seperguruan yang lebih tua, orang tua, ketau partai besar, paman guru, dan lain-lain adalah hal yang mutlak. Mereka yang melanggar aturan tersebut akan dikucilkan dan dianggap kurang ajar. Walaupun yang lebih tua bersikap kasar sekalipun, itu dianggap sebagai ajaran untuk yang lebih muda. Memang tidak adil tapi begitulah keadaan di masyarakat rimba persilatan saat itu. Legenda pendekar besar Yo Ko yang berani menentang pendapat umum dengan mengawini gurunya sendiri Siau Liong Li atau pun tingkah nyentrik pendekar jaman dulu Oey Yok Soe sampai sekarang pun di jamannya Li Kun Liong masih dianggap menyimpang kebiasaan umum dan dikutuk segenap kaum kangouw.
"Sudah!, lohu paling malas pasang omong dengan orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan tidak mau mengalah seperti ini. Bukti sudah terpampang di depan mata, kata-kata sicu ini yang kasar memaki-maki lohu sudah didengarkan semua hadirin. Tidak ada jalan lain kecuali lohu harus turun tangan sendiri memberi pelajaran kepada pemuda yang tidak tahu tingginya langit ini" kata Ong-Sun-Tojin sambil melancarkan cengkraman eng-jiauw-kang (ilmu cakar elang) ke arah pundak Li Kun Liong.

Dengan sedikit mengegoskan badan, Li Kun Liong mengelakkan serangan tersebut namun belum sempat memperbaiki kedudukan dirinya, serangan berikutnya telah melanda datang. Gerakan Ong-Sun-Tojin begitu cepat, tahu-tahu pukulannya telah tiba di bagian dada Li Kun Liong. Dengan tercekat, Li Kun Liong mengerahkan ilmu langkah ajaib yang telah berhasil dilatihnya dengan sempurna untuk meloloskan diri. Hasilnya sungguh tidak mengecewakan, semua serangan berantai Ong-Sun-Tojin dapat dielakkannya dengan manis, tak satu pun pukulan yang berhasil menyentuh ujung bajunya sekalipun. Para tokoh kosen yang hadir dapat menyaksikan gerak langkah Li Kun Liong yang sedemikian aneh, mampu menghindar dari serangan lawan, merasa sangat kagum dan baru pertama kalinya mereka melihat ilmu ini. Tidak heran apabila para tokoh kosen yang hadir tidak mengenal ilmu ini karena ilmu langkah ajaib ini sudah ratusan tahun menghilang dari permukaan bumi.

Gebrakan pertama tersebut memperlihatkan masing-masing pihak memiliki ilmu silat yang sangat lihai. Kelihaian ilmu silat Go-Bi-Pai sudah dikenal seantero jagat tapi kelihaian dan keanehan ilmu silat Li Kun Liong tak terbayangkan oleh para tamu yang hadir, bisa dimiliki oleh pemuda yang masih semuda ini namun mampu menandingi ilmu silat dari ketua Go-Bi-Pai yang tersohor.
Ong-Sun-Tojin merasa malu dan semakin marah, dia seorang ciangbujin partai besar tidak dapat segera menaklukkan seorang angkatan muda yang seusia dengan murid-muridnya. Diam- diam ia mengerahkan tujuh bagian tenaga dalam dan melancarkan pukulan jarak jauh ke arah Li Kun Liong. Suara gemuruh menyertai pukulan tersebut. Entah sudah berapa banyak orang yang binasa oleh pukulan sakti ketua Go-Bi-Pai ini tanpa mengenai langsung tubuh korbannya,maka dapat dibayangkan betapa ampuhnya. Diam-diam para hadirin menahan nafas dan menyayangkan diri Li Kun Liong yang segera akan binasa akibat pukulan tersebut.

Li Kun Liong kaget, tapi ia tidak mau sembrono, dengan cepat ia menggeser mundur kakinya. Namun pukulan tersebut selalu mengikuti kemana saja dirinya menghindar hingga mau tidak mau ia harus menangkis pukulan tersebut. Bukan main arus tenaga dalam Ong-Sun-Tojin menerpa dirinya. Untung saja Li Kun Liong telah memperoleh kemajuan yang luar biasa berkat latihan coba- coba dari posisi-posisi samadi yang ia tiru dari lukisan kuno hingga tanpa ia sadari ilmu tenaga dalamnya sudah meningkat pesat. Dengan sukses ia mampu menangkis pukulan sakti Ong-Sun- Tojin tanpa menderita luka dalam apa pun. Selagi Ong-Sun-Tojin melancarkan pukulan ke arah Li Kun Liong, tiba-tiba dari arah samping, ia mendengar desir senjata rahasia yang menyambar datang dengan cepatnya ke arah bahu kirinya. Saat itu kedua tangannya sedang beradu dengan tanggan Li Kun Liong hingga tanpa dapat dielakkan lagi senjata rahasia berbentuk jarum tersebut menancap setengah dibahunya. Ong-Sun-Tojin melompat mundur sambil mencabut jarumbtersebut, bahunya terasa kesemutan dan tak dapat digerakkan leluasa, hatinya terkesiap kaget, buru-buru ia menelan obat anti racun buatan Go-Bi-Pai. Lalu ia menenggok ke arah mana datangnya bokongan tersebut.

Tak ada para hadirin yang menyadari tahu-tahu tiga sosok tubuh muncul di dalam ruangan tersebut. Mereka terlalu terpesona melihat pertempuran antara Ong-Sun-Tojin dan Li Kun Liong hingga sewaktu salah seorang dari ketiga tamu misterius tersebut melancarkan bokongan ke arah Ong-Sun-Tojin, tak ada yang menghalangi. Mereka baru mendusin ketika melihat Ong-Sun-Tojin mundur sambil memegangi bahunya yang terkena senjata rahasia.

Terlihat di dalam ruangan tersebut kedatangan tiga orang yang luar biasa. Keluarbiasaan tersebut terpancar dari tubuh dan wajah mereka. Wajah ke tiga orang tersebut sangat tenang namun lapat-lapat kelihatan hawa permusuhan yang terlihat tidak begitu kentara kecuali oleh jago silat kelas satu. Tentu saja hawa permusuhan yang nampak di sebuah perkabungan terlihat sangat kentara bagi yang hadir, dalam waktu singkat ruangan utama partai Hoa-San-Pai yang lebar menjadi hening ibarat dengung nyamuk pun akan terdengar jelas.

Ketiga orang tersebut adalah para tokoh puncak Mo-Kauw, yang berada di tengah adalah Tok- tang-lang, disebelah kirinya nampak murid utama Mo-Kauw Ciang Gu Sik dan di sebelah kanan Tok-tang-lang berdiri seorang pemuda yaitu Ceng Han Tiong. Mereka datang bertepatan dengan pertempuran antara Li Kun Liong dan Ong-Sun-Tojin, kehadiran mereka memang sudah direncanakan terlebih dahulu.

Ciang Gu Sik dan Tok-tang-lang melongo melihat Li Kun Liong masih hidup, padahal mereka yakin sekali Li Kun Liong binasa waktu pertempuran terakhir bahkan mereka sudah memeriksa dengan seksama tubuh Li Kun Liong hingga diam-diam hati mereka mengkirik melihat kejadian ini. Namun sebagai tokoh yang sudah mempunyai pengalaman yang luas, Tok-tang-lang sadar bahwa saat itu agaknya Li Kun Liong belum benar-benar mati. Memang benar peristiwa tersebut sangat jarang terjadi namun bukan hal yang mustahil. Tok-tang-lang merasa sedikit menyesal, kalau tahu begitu, bisa saja ia menusuk dada Li Kun Liong untuk memastikan kematiannya, namun nasi telah menjadi bubur, menyesal pun tiada guna. Yang penting adalah bagaimana menghadapi Li Kun Liong saat ini sebab dia tahu ilmu silat Li Kun Liong sangat lihai, lebih-lebih setelah melihat pertarungannya dengan Ong-Sun-Tojin, ia lihat ilmu silat Li Kun Liong semakin lihai dari setahun yang lalu. Ia tidak habis pikir bagaimana bisa ilmu silat Li Kun Liong bisa maju sepesat ini dalam waktu setahun saja, Li Kun Liong akan menjadi batu sandungan bagi rencana mereka.

Namun otaknya yang cerdik segera menemukan pemecahan terhadap masalah tersebut, dia segera membisikkan rencana tersebut kepada kawan-kawannya. Demikianlah mengapa begitu datang Tok-tang-lang segera melepaskan senjata rahasia ke arah Ong-Sun-Tojin, ini merupakan langkah pertama dari taktiknya.

Para tamu yang hadir kebanyakan tidak mengenal mereka bertiga yang barusan datang namun lain dengan pihak Kay-Pang, mereka tentu saja mengenal Tok-tang-lang atau Seng-Lokai, penghianat partai Kay-Pang. Ternyata mereka bertiga adalah tokoh-tokoh puncak Mo-Kauw hingga dengan cepat berita tersebut menyebar. Sedangkan para ketua partai yang hadir umumnya mengenal siapa adanya Tok-tang-lang namun mereka tidak menyangka bahwa Tok-tang-lang merupakan tetua pelindung kanan dari Mo-Kauw. Rupanya dua puluh tahun yang lalu ketika ia dikalahkan oleh Kiang-Ti-Tojin, ia pergi menghilang ke Persia dan menjadi sekutu partai Mo-Kauw.

Li Kun Liong melihat kehadiran susioknya dan Ciang Gu Sik, tokoh yang telah mengeroyoknya hingga ia hampir binasa, sinar matanya mengeluarkan sinar bagaikan api yang membara. Namun belum sempat ia bereaksi, Tok-tang-lang telah berkata terlebih dahulu,
"He..he..he, rupanya tokoh bu-lim yang begitu dihormati cuma berani melawan angkatan muda saja, sutit jangan khawatir susiok akan membalas semua hinaan mereka. Apakah engkau tidak apa-apa, sebaiknya engkau istirahat dahulu, biar paman gurumu ini yang akan membereskan semua ini"

Kata-kata Tok-tang-lang di sambut dengan rasa kaget oleh para tamu sekalian, rupanya Li Kun Liong adalah sutit dari tetua Mo-Kauw hingga tuduhan Ong-Sun-Tojin sangat beralasan. Mereka yang awalnya kurang begitu yakin sekarang keyakinan mereka goyah.

Belum sempat Li Kun Liong bereaksi, Tok-tang-lang sudah langsung menyerang Ong-Sun-Tojin diikuti Ciang Gu Sik yang menerjang ke arah ketua Kay-Pang Kam-Lokai, sedangkan Ceng Han Tiong mengeluarkan tanda siulan khas Mo-Kauw berkumandang ke seluruh puncak gunung Hoa- San. Tidak beberapa lama kemudian, tampak puluhan anggota Mo-Kauw menyerbu masuk. Keadaan segera menjadi kacau balau, pertempuran mati-matian pun segera terjadi. Jeritan kematian terdengar di sana-sini, anggota-anggota partai Mo-Kauw yang di bawa Ciang Gu Sik kali merupakan anggota-anggota pilihan, ilmu silat mereka boleh dibilang setaraf dengan jago kelas satu sungai telaga sehingga tidak heran banyak tetamu dan murid-murid Hoa-San-Pai yang ilmu silatnya kurang lihai menjadi korban mereka. Melihat keadaan tersebut, di pimpin Sun-Khai-Sek dan Yu-Long para murid Hoa-San-Pai bahu membahu bersama tetamu yang lain menghadapi serbuan kawanan Mo-Kauw.

Pertarungan antara Ciang-Gu-Sik dan Kam-Lokai berlangsung seru namun beberapa puluh jurus kemudian, segera kelihatan Kam-Lokai kalah unggul. Kalau pada awalnya ia masih sanggup membalas setiap serangan lawan dengan Tang-Kaw-Pang-Hoat (ilmu tongkat pemukul anjing) yang baru dipelajarinya dari ketua Kay-Pang terdahulu Sun-Lokai, setelah lewat puluhan jurus kelihatan ilmu tongkat pemukul anjingnya tersebut masih kurang matang hingga kehebatannya berkurang banyak. Bagi ahli silat tingkat tinggi, kematangan ilmu yang dimainkan adalah hal yang mutlak diperlukan dalam menghadapi lawan yang setimpal atau lebih tinggi. Lain halnya bila menghadapi lawan yang lebih rendah tingkatnya, kematangan ilmu silat yang dimainkan tidak mempengaruhi banyak karena lawan kalah tinggi ilmu silatnya. Tetapi menghadapi lawan yang ilmu silatnya sederajat atau lebih tinggi, tentu saja ketidakmatangan ilmu yang dimainkan merupakan malapetaka.

Melihat suhunya kewalahan menghadapi Ciang Gu Sik, Tiauw Ki segera meninggalkan lawannya dan maju membantu mengerubuti murid utama Mo-Kauw tersebut. Dengan adanya bantuan Tiauw-Ki yang sudah mewarisi sebagian besar ilmu Kay-Pang, keadaan menjadi seimbang kembali. Bersama muridnya, Kam-Lokai menjalankan barisan pemukul anjing kebanggaan Kay-Pang. Sebenarnya barisan pemukul anjing ini memerlukan sekitar delapan orang agar supaya barisan ini efektif dalam menghadapi musuh yang lebih tinggi tingkatnya. Namun keadaan memaksa hingga dengan berdua saja mereka berusaha menahan serangan Ciang Gu Sik dan hasilnya lumayan, bisa menghalau serangan-serangan lawan untuk sementara.

Situasi pertempuran secara keseluruhan masih berlangsung seimbang, terlihat Tiong-Pek-Tojin dan Ong-Sun-Tojin sedang bertanding dengan seru melawan tetua Mo-Kauw Tok-tang-lang. Tok- tang-lang yang bernama asli Tan Kin Hong dua puluh tahun yang lalu pernah dikalahkan guru Tiong-Pek-Tojin yaitu Kiang-Ti-Tojin melalui pertarungan ratusan jurus hingga pertarungan kali ini boleh dibilang pertarungan balas dendam Tok-tang-lang terhadap Bu-Tong-Pai.

Sebenarnya apabila Ong-Sun-Tojin tidak terluka terkena bokongan Tok-tang-lang sewaktu dirinya bertempur dengan Li Kun Liong, pertempuran bisa berlangsung seimbang, namun karena bahu kirinya tidak leluasa digerakkan, otomatis ilmu silat yang dimainkannya tidak bisa seratus persen. Kesempatan tersebut tidak disia-siakan Tok-tang-lang, sambil mengelakkan diri dari tusukan pedang Tiong-Pek- Tojin, ia melancarkan ilmu Thian-Te-Hoat (ilmu langit bumi) tingkat ke lima ke arah Ong-Sun- Tojin. Ong-Sun-Tojin hanya merasakan hawa disekelilingnya panas dan membuat hidungnya tak lancar menghirup udara, tahu-tahu pundak kanannya terhajar pukulan lawan. Dengan sempoyongan Ong-Sun-Tojin mundur menghindari pukulan selanjutnya.Menampak hal tersebut, ketua Shao-Lin-Pai, Siang-Jik-Hwesio mau tidak mau tanpa mengindahkan aturan kangouw lagi, maju membantu menghadapi Tok-tang-lang dan menyuruh Ong-Sun-Tojin mundur untuk merawat luka-lukanya. Keadaan sekarang cukup berimbang, seperti yang diketahui umum, ilmu silat Shao- Lin merupakan sumber dari segala ilmu silat di Tiong-Goan, Siang-Jik-Hwesio sebagai ketua Shao- Lin-Pai yang memimpin ribuan murid Shao-Lin tentu saja memiliki ilmu silat yang sangat tinggi hingga pertempuran berjalan seimbang.

Di lain pihak Ceng Han Tiong yang melihat kehadiran Kim Bi Cu merasa sangat gembira, sudah sekian lama ia mencari sumoinya ini tapi tak ketemu juga.
"Sumoi, suhu marah engkau minggat dan menyuruhku mencari dirimu serta mengajakmu pulang ke Persia" kata Ceng Han Tiong.

Dengan wajah pucat tanda hatinya merasa pedih, Kim Bi Cu berkata "Tidak mau Han Tiong, aku masih betah di sini, engkau saja pulang memberitahu ayah"
Lalu Kim Bi Cu berlari keluar meninggalkan markas Hoa-San-Pai. Hatinya merasa sedih dan menyesal telah membohongi Li Kun Liong tentang jati dirinya yang sebenarnya. Ia telah membuat Li Kun Liong di tuduh macam-macam oleh kaum persilatan. Kim Bi Cu merasa tidak ada muka lagi menghadapi Li Kun Liong, ia tahu Li Kun Liong pasti merasa sangat marah. Tanpa menenggok lagi ke arah belakang ia berlari tak tentu arah, ia tidak peduli pap-apa lagi, yang penting segera meninggalkan tempat ini sejauh-jauhnya.
 
Jiiaaah., gw baru kelar :baca:

Tumben malem2 niy suheng :ngupil:

Mangkin rame aje niy., gile niy brantem kek klompencapir tingkat kecamatan yak., rame betdah...
:ha:

Kalo dah gini ditunggu besok pagi-pagi lagi dah klanjutannye...

Sgera kirim :cendol:
:polisi:


:jempol: :lurahko2:
 
Waduh.... kun liong2 malang benar nasibmu kisanak
 
Ceng Han Tiong berusaha mengejar Kim Bi Cu tapi dihalangi oleh Sie Han Li dan Lu Gan. Mereka menyerang Ceng Han Tiong dengan serangan-serangan ganas, terutama Lu Gan yang merasa sangat marah melihat gurunya Ong-Sun-Tojin terluka parah oleh kawanan Mo-Kauw ini. Mereka tidak memberikan kesempatan buat Ceng Han Tiong untuk meloloskan diri, dengan demikian maksud Ceng Han Tiong terhalang dan membuatnya sangat marah. Dia membalas balik serangan-serangan kedua lawannya ini dengan serangan yang tak kalah ganasnya. Sie Han Li dan Lu Gan merupakan salah satu angkatan muda dari ketujuh partai utama yang sudah mewarisi sebagian besar ilmu partai masing-masing hingga kelihaian ilmu silat mereka tidak diragukan lagi. Sedangkan Ceng Han Tiong adalah murid termuda dari ketua Mo-Kauw yang memiliki bakat yang baik sekali bahkan melebihi toa-suhengnya Cian Gu Sik. Walau pun saat ini ilmu silatnya masih kalah setingkat dari toa-suhengnya tapi dapat dipastikan dengan bakat yang dimilikinya dalam waktu sepuluh tahun ke depan dapat menyusul ilmu silat suhengnya.

Menghadapi serangan kedua pemuda tersebut, Ceng Han Tiong dapat melayani mereka dengan imbang bahkan sedikit lebih unggul. Terjadilah pertempuran yang seru antara tunas-tunas muda paling cemerlang di dunia persilatan saat ini. Pertempuran ini tidak kalah serunya dengan pertempuran angkatan yang lebih tua bahkan terlihat lebih seru karena semangat dan darah muda mereka lebih tinggi serta berani mati dengan mengeluarkan ilmu silat andalan masing-masing. Puluhan jurus berlalu namun masih berimbang, belum kelihatan siapa pemenangnya. Walaupun sedikit lebih unggul namun tidak mudah bagi Ceng Han Tiong untuk merubuhkan Sie Han Li dan Lu Gan dalam waktu singkat. Dibutuhkan ratusan jurus lagi untuk mencapai kemenangan dan tentu saja kelihaian ilmu silat bukan satu-satunya faktor yang menentukan menang-kalah tapi juga konsentrasi pikiran, kebugaran fisik dan ketepatan dalam melancarkan jurus-jurus serangan.

Di lain pihak, Li Kun Liong merasa serba salah untuk membantu kaum persilatan Tiong-Goan, hatinya masih merasa tersinggung dengan tuduhan Ong-Sun-Tojin dan melihat sebagian besar tatapan menuduh dari mata para tamu yang hadir, terlebih setelah mereka mendengar perkataan susioknya Tok-tang-lang.

Ketika dilihatnya Kim Bi Cu lari meninggalkan tempat ini, segera ia mengejarnya. Li Kun Liong ingin meminta penjelasan selengkapnya kepada Kim Bi Cu. Namun ketika ia tiba di luar markas Hoa-San-Pai, Kim Bi Cu sudah tidak kelihatan lagi, entah arah mana yang diambilnya. Li Kun Liong ragu-ragu sejenak, akhirnya ia memutuskan mengejar ke arah timur. Setelah sekian lama berlari dengan mengerahkan ilmu mengentengkan tubuh belum juga kecandak, ia meneruskan pnegejaran ke arah timur. Dua jam sudah ia berlari namun kelihatan arah yang ia ambil salah, sekarang ia tengah berada di bagian tengah salah satu puncak pegunungan Hoa-San. Di tengah hamparan salju dengan cahaya yang menyilaukan dengan pepohonan yang diselimuti butir-butir salju yang turun dari langit dengan derasnya.

Dari ketinggian, eloknya alam pegunungan Hoa-San membuat orang terpana karena tak ada bandingannya. Terkadang awan tebal menutupi pemandangan di bawah. Namun di balik keindahan dan kesan damai dari pemandangan salju itu, suasana hati Li Kun Liong malah sebaliknya. Tiba-tiba, di depan matanya terbentang pemandangan danau yang dikelilingi pegunungan diselimuti salju dan kabut, yang berusaha menelan matahari. Sinar oranye matahari meninggalkan jejak keemasan, dan permukaan air danau pun seakan menjadi lautan emas. Sinar keemasan yang terlihat di sela-sela ranting telanjang pepohonan, sungguh indah.

Sekonyong-konyong matanya melihat setitik bayangan kecil bergerak di sekitar danau tersebut. Sambil memicingkan mata, Li Kun Liong berusaha menebak titik bayangan tersebut apakah seorang pria atau seorang gadis namun karena jauh ia tidak dapat memastikan. Segera ia melayang ke arah titik bayangan tersebut, menuruni lereng salju pegunungan ini dengan cepat.
Ketika ia tiba di tepi danau yang mengeras tersebut, tak terasa hari sudah menjelang sore, matahari sedang bersiap-siap pulang sehabis menyelesaikan tugas hariannya.

Li Kun Liong meneruskan langkah kakinya masuk ke dalam hutan di sekitar danau tersebut. Kira-kira berjalan sekitar sepertanakan nasi, ia melihat sebuah pondok yang cukup besar di balik pepohonan. Kondisi pondok tersebut sudah tidak terlihat bagus lagi namun lumayan untuk melepaskan lelah dan menghabiskan malam dari pada di luaran. Dari depan pondok tersebut kelihatan seperti pondokan sementara para pemburu binatang sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke bawah bukit.

Li Kun Liong berjalan menghampiri pondokan tersebut, dibukanya pintu pondokan yang tak terkunci dan melangkah masuk ke dalam.
Ruangan di dalam pondokan tersebut cukup besar, di tengah ruangan terletak sebuah meja kayu sederhana dengan beberapa buah kursi yang terbuat dari kayu. Di atas meja itu hanya terlihat sebuah mangkok kayu berisi salju yang mulai mencair.

Di sebelah kiri ruangan ini, terlihat sebuah ruangan lain yang ditutupi sehelai kain seukuran pintu. Tidak ada ruangan lain, kelihatannya ruangan di sebelah kiri berfungsi sebagai kamar tidur. Selagi Li Kun Liong menatap sekeliling ruangan, dari balik ruangan di sebelah kiri muncul sesosok tubuh seorang gadis muda, gadis tersebut ternyata adalah Kim Bi Cu. Rupanya arah yang di tempuh Li Kun Liong dalam mengejar Kim Bi Cu benar dan ttik bayangan yang ia lihat tadi memang Kim Bi Cu adanya.

Ketika berlari meninggalkan markas Hoa-San-Pai, Kim Bi Cu tidak memperdulikan arah hingga akhirnya ia tersesat dan memutuskan untuk bermalam di pondokan yang ia temukan. Saat itu ketika Li Kun Liong memasuki pondokan, sebenarnya ia sedang membereskan ruangan tidur.

Masing-masing pihak terkejut melihat kehadiran masing-masing, tidak ada sepatah katapun yang mereka ungkapkan. Dengan sorot mata menyesal, Kim Bi Cu menghampiri Li Kun Liong dan berkata "Maafkan aku Kun Liong, aku telah membohongimu dan menyebabkan dirimu dituduh macam-macam tapi sebenarnya aku tidak bermaksud demikian. Engkau tahu partai kami Mo-Kauw dipandang sesat oleh kaum kangouw di Tong-Goan sehingga sewaktu kita bertemu tentu saja aku tidak berani menceritakan asal-usulku sejujurnya kepadamu, aku takut begitu mendengar diriku berasal dari Mo-Kauw engkau tidak akan mau jalan bersama."

Dengan nada pahit Li Kun Liong menjawab "Engkau tidak tahu, aku hampir binasa di tangan partaimu, dua dari tiga orang yang datang tadi adalah mereka yang mengeroyokku secara pengecut setahun yang lalu, masih untung aku bisa hidup sampai sekarang. Engkau benar kalau aku tahu sejak dahulu bahwa engkau adalah putri ketua Mo-Kauw, aku pasti tidak akan mengajakmu jalan bersama. Dendamku terhadap mereka yang mengeroyokku pasti akan kubalas suatu saat."
"Apakah mereka yang mengeroyokmu adalah pria yang berusia lima puluh tahun dan pria berusia tiga puluh lima tahunan?"
"Benar, pria yang tertua aku sudah mengenalnya, dia sebenarnya adalah susiokku yang sudah diusir dari perguruan."
"Pria yang satu lagi tersebut adalah toa-suhengku, murid pertama ayahku, namanya Ciang Gu Sik, ilmu silatnya sangat lihai" kata Kim Bi Cu.
"Hmm, suatu hari nanti mereka pasti akan merasakan pembalasanku" kata Li Kun Liong geram. Dengan mata sayu, Kim Bi Cu bergeser mendekat ke arah Li Kun Liong dan bertanya "Kun Liong, apakah engkau mau memaafkanku?"

Li Kun Liong menghela nafas panjang dan menganggukkan kepalanya dengan lemah. "Sebaiknya kita tidak perlu bertemu lagi, sudah cukup kesalahpahaman yang terjadi, antara aku dan pihak Mo-Kauw sudah tidak bisa didamaikan lagi. Jadi untuk menghindari ha-hal yang tidak diinginkan memang sebaiknya kita tidak jalan bareng lagi."

Dengan wajah kecewa Kim Bi Cu menganggukkan kepala tanda setuju, dia memahami maksud hati Li Kun Liong. Namun diam-diam hatinya merasa sedih tidak bisa bertemu lagi dengan pujaan hatinya. Selama melakukan perjalanan bersama Li Kun Liong, hatinya sudah diserahkan kepada Li Kun Liong sepenuhnya.

Diam-diam ia memutuskan untuk menyerahkan hati dan tubuhnya kepada Li Kun Liong malam ini sebelum kembali ke Persia. Memang partai Mo-Kauw terkenal sedikit sesat sehingga dibesarkan di dalam lingkungan demikian, sedikit banyak sifat Kim Bi Cu terpengaruh dengan lingkungannya yang bisa menghalalkan segala cara ntuk mencapai tujuan.

Namun Kim Bi Cu takut Li Kun Liong menolak maksud hatinya hingga dengan diam-diam tanpa sepengetahuan Li Kun Liong, ia menaruh sejenis obat penambah gairah ke dalam mangkuk air yang di minum Li Kun Liong. Efeknya segera kelihatan tak lama kemudian, Li Kun Liong merasa sedikit gerah dan aliran darahnya berjalan cepat. Harum tubuh Kim Bi Cu yang duduk disebelahnya mulai menganggunya. Kim Bi Cu berlagak tak tahu apa dan semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Li Kun Liong, hati Li Kun Liong makin berdebar-debar kencang. Dicobanya untuk menguasai diri namun obat penambah gairah yang diberikan Kim Bi Cu merupakan ramuan kuno dari negeri Persia dan dibuat oleh tabib nomer satu Persia dengan bahan-bahan yang berkualitas tinggi hingga kemujarabannya tidak diragukan lagi. Obat ini berguna bagi raja atau pria yang mengalami kesulitan untuk berhubungan intim dengan wanita, apabila diberikan kepada pria yang masih muda, apalagi yang memiliki gairah yang tinggi, obat ini bagaikan menambah nyala api unggun dengan kayu bakar yang banyak. Demikian juga dengan Li Kun Liong yang masih muda dan memiliki gairah yang cukup tinggi tak terkecuali terpengaruh dengan ramuan ini hingga dalam waktu yang tidak berapa lama efeknya sudah mempengaruhi kesadarannya dan tidak dapat berpikir jernih kembali, apalagi memang Li Kun Liong pada dasarnya memiliki kelemahan terhadap seorang wanita.

Dahi Li Kun Liong mulai mengeluarkan keringat tanda gairahnya makin memuncak. "Engkau kenapa Kun Liong" kata Kim Bi Cu sambil berusaha menyentuh dahi Li Lun Liong.
Li Kun Liong berusaha sekuat tenaga menahan gairahnya yang semakin memuncak, namun ketika tangan Kim Bi Cu menyentuh keningnya seolah-olah bagaikan aliran listrik, ia memegang tangan Kim Bi Cu dan menarik tubuh Kim Bi Cu yang ramping ke dalam pelukannya. Kehalusan jari-jari tangan Kim Bi Cu terasa benar di dalam genggaman. Kim Bi Cu tak menolak bahkan membalas dekapan Li Kun Liong dengan erat.

Kim Bi Cu memiliki bentuk tubuh yang tinggi semampai dengan mata dan hidung yang mancung, kulitnya yang putih kecoklatan cukup merangsang gairah lelaki. Wajahnya manis dengan bibir tipis yang merekah sedikit terbuka memperlihatkan giginya yang putih dan kecil-kecil. Rambutnya yang lurus dan panjangnya sampai punggung.

Li Kun Liong mengulum bibir Kim Bi Cu yang merekah tersebut, rasanya manis sekali bagaikan buah apel segar. Kuluman bibir Li Kun Liong disambut Kim Bi Cu dengan ciuman yang lembut tapi hebat. Lidah Li Kun Liong menjulur dalam-dalam ke langit-langit mulut Ki Bi Cu, yang dibalas dengan penuh hasrat oleh Kim Bi Cu. Kim Bi Cu merangkul pundak Li Kun Liong, buah dadanya menekan dada Li Kun Liong dengan hangatnya. Ki Bi Cu mempererat rangkulannya pada bahu Li Kun Liong.

Hasrat Li Kun Liong makin terbakar, ternyata hasratnya tidak bertepuk sebelah tangan. Ternyata Ki Bi Cu juga menyimpan hasrat untuk bercinta dengannya.
"bi cu...," desah Li Kun Liong penuh nafsu. bibirnya pun kembali menggeluti bibir Kim Bi Cu. bibir sensual yang menantang itu dilumat-lumat dengan ganasnya. kedua tangan Li Kun Liong menyusup diantara lengan tangan Kim Bi Cu, tubuhnya yang seksi dan kenyal itu sekarang berada dalam dekapannya. Li Kun Liong mempererat dekapannya, kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badannya, walau lembaran kain baju masih menghalangi mereka.

Payudaranya yang membusung terasa semakin menekan dada Li Kun Liong. jari-jari tangan Kim Bi Cu mulai mengusap-usap punggung likun liong.sambil tangan kiri terus mendekap tubuh ki bi cu, tangan kanan Li Kun Liong bergerak ke samping pinggang Kim Bi Cu dan melepaskan ikatan bajunya.

Begitu terbuka disingkapkannya bukaan pakaian yang dikenakan Kim Bi Cu. kemudian kedua tangannya menyusup ke dalam baju dan langsung mendekap erat punggung Kim Bi Cu yang berkulit halus. Kim Bi Cu kemudian melepaskan rangkulannya ke tubuh Li Kun Liong dan mengayunkan kedua tangannya satu per satu ke belakang agar bajunya terlepas dari tubuhnya. dan terjatuhlah bajunya ke lantai.mereka kami kembali berpelukan erat dan saling melumat bibir. sementara tangan mereka saling mengusap-usap punggung.

Kehangatan menyertai tubuh bagian Li Kun Liong yang saling menempel. kini dirasakannya payudara Kim Bi Cu yang montok menekan nakal ke dadanya. dan ketika saling sedikit bergeseran, putingnya seolah-olah menggelitiki dada Li Kun Liong. senjatanya terasa hangat dan mengeras.
tangan kiri Li Kun Liong pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul Kim Bi Cu, kemudian menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutnya. sementara bibirnya melepaskan diri dari bibir Kim Bi Cu, dan bergerak ke arah lehernya. leher jenjang yang putih mulus dan berbau harum segar itu pun diciuminya, dihisap-hisap dengan hidungnya, dan dijilati dengan lidahnya.
"ah... uh..., " desah Kim Bi Cu sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai dagunya terbuka dengan luasnya.Kim Bi Cu pun membusungkan dadanya dan melenturkan pinggangnya ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajah Li Kun Liong dalam keadaan menggeluti lehernya, tubuh mereka dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya. tangan kanan Li Kun Liong lalu bergerak ke buah dada Kim Bi Cu yang ranum segar, dan meremas-remas payudara tersebut dengan penuh perasaan.

Kim Bi Cu mendiamkan saja perbuatan Li Kun Liong tersebut bahkan mengigit bibirnya erat menahan gairahyang muncul akibat remasan tersebut.setelah puas menggeluti lehernya, wajah Li Kun Liong turun ke arah belahan dada Kim Bi Cu. dia berdiri dengan agak merunduk. tangan kirinya pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi payudara Kim Bi Cu. wajahnya kemudian menggeluti belahan payudara Kim Bi Cu, sementara kedua tangannya meremas-remas kedua belah payudaranya sambil menekan-nekankannya ke arah wajahnya.

Segala kemulusan dan kehalusan belahan dada itu dikecupi dengan bibirnya. segala keharuman yang terpancar dari belahan payudara itu dihirup kuat-kuat dengan hidungnya, seolah tidak rela apabila ada keharuman yang tersisa sedikitpun. digesek-gesekkan memutar wajahnya di belahan payudara itu.
Kemudian bibirnya bergerak ke atas bukit payudara sebelah kiri. diciumi bukit payudara yang membusung dengan gagahnya itu. dan dimasukkan puting payudara di atasnya ke dalam mulutnya. kini ia menyedot-sedot puting payudara kiri Kim Bi Cu. dimainkan puting di dalam mulut dengan lidahnya. sedotan kadang diperbesar ke puncak bukit payudara di sekitar puting yang berwarna
kecoklatan.

"ah... uh...kun liong... geli... geli...," mulut indah Kim Bi Cu mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan, bagaikan desisan ular yang kelaparan mencari mangsa.Li Kun Liong memperkuat sedotannya.

Sementara tangannya meremas kuat payudara montok yang kenyal Kim Bi Cu sebelah kanan. kadang remasan diperkuat dan diperkecilnya menuju puncak bukitnya, dan diakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jarinya pada puting di atas puncak bukit payudara kanan itu.
"Kun liong... hhh... geli... geli... enak... enak... ngilu... ngilu..."

Li Kun Liong semakin gemas, payudara aduhai Kim Bi Cu itu dimainkannya secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan, bukit payudara kadang disedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang disedot hanya putingnya dan dicepitnya dengan gigi atas dan lidah, belahan lain kadang diremasnya dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan halus, kadang hanya dipijit-pijit dan dipelintir-pelintir kecil puting yang mencuat gagah di puncaknya.

Kim Bi Cu mendesis-desis penuh kenikmatan, matanya kadang terbeliak-beliak, geliatan tubuhnya ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya, dari belakang bentuk tubuh Kim Bi Cu sungguh terlihat aduhai. rambut belakang yang diikatnya ke atas itu menyebabkan lehernya yang jenjang terlihat jelas bagian belakangnya. beberapa helai rambut bagian bawahnya yang pendek terlepas dari ikatan tersebut dan terjatuh menghiasi lehernya yang jenjang. kulit punggungnya kelihatan licin. tubuh tersebut meramping di bagian pinggangnya. di bawah pinggang, tampak pinggulnya yang melebar dengan indahnya.

Kemudian bentuk paha dan betisnya amatlah bagus, berkulit putih mulus tanpa terlihat goresan sedikitpun,buah dadanya yang ranum dan montok itupun tampak menggantung kenyal dengan indahnya di dadanya. di bawah sinar lilin, gundukan payudara itu tampak amat mulus dan putih mengkilat. sementara ujungnya berwarna merah muda, dengan putingnya yang menyembul indah di tengah-tengahnya berwarna pink kemerahan. buah dadanya kelihatan begitu membusung dengan bagusnya, di mana ujung serta putingnya kelihatan meruncing tajam dengan aduhainya.

Li Kun Liong tidak dapat berlama-lama memandang tubuh Kim Bi Cu yang sungguh aduhai tersebut. segera direngkuhnya tubuh Kim Bi Cu dan dikecup daerah antara telinga dan lehernya. bau harum dan segar yang terpancar dari kulit Kim Bi Cu dihisapnya dalam-dalam. kadang daun telinga sebelah bawahnya yang kebetulan sedang tidak memakai anting-anting dikulum dalam mulutnya dan dimainkan dengan lidahnya.

Kadang ciumannya berpindah ke punggung lehernya yang jenjang. dijilati pangkal helaian rambutnya yang terjatuh di kulit lehernya. sementara tangan Li Kun Liong mendekap dadanya dengan eratnya. telapak dan jari-jari tangannya meremas-remas kedua belah payudara Kim Bi Cu. remasan tersebut kadang cukup kuat, kadang melemah.

Sementara di bagian bawah, senjatanya ditekankan ke gundukan pinggul Kim Bi Cuyang amat mulus. senjatanya merasa hangat dan nikmat berada di himpitan pinggul kenyal Kim Bi Cu. sambil telunjuk dan ibu jari tangan kanannya menggencet dan memelintir perlahan puting payudara kiri Kim Bi Cu, sementara tangan kirinya meremas kuat bukit payudara kanannya dan bibirnya menyedot kulit mulus pangkal leher Kim Bi Cu yang bebau harum, senjatanya digesek-gesekkan dan ditekan-tekankan kepinggulnya.

Kim Bi Cu pun menggelinjang ke kiri-kanan bagaikan ikan yang hampir kehabisan air. Kim Bi Cu merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tangan Li Kun Liong di buah dadanya. Akibatnya pinggulnya menggoyang ke kanan-kiri. goyang pinggul itu membuat senjata likun liong yang sedang menggesek-gesek dan menekan-nekan pada kenyalnya bukit pinggulnya serasa diremas-remas dan dipelintir-pelintir oleh pinggul mulus kim bicu.

Seiring dengan itu Li Kun Liong semakin meningkatkan permainan tangannya di payudara yang ranum tersebut dan kecupan-kecupan bibir di leher dan daun telinga kimbi cu.tubuh telanjang Kim Bi Cu yang mulus tersebut langsung dibopongnya ke atas pembaringan sederhana.

Di dalam bopongannya, Kim Bi Cu merangkulkan tangannya ke leher Li Kun Liong sambil bibirnya mengecupi lengan tangannya,untuk ukuran gadis muda, tubuh Kim Bi Cu sebenarnya termasuk istimewa. payudaranya padat, ranum dan montok. pinggangnya ramping, dan pinggulnya luar biasa. kecuali melebar dengan bagusnya, gumpalan pinggulnyanya pun membusung ke luar dengan amat indahnya.

Walaupun kulitnya putih kecoklatan dan mulus, namun tubuhnya tidak lunak dan empuk.seluruh bagian tubuh yang terasa padat dan kenyal. makanya kalau dipandang dari kejauhan kulit tubuhnya mengesankan licin dan mulus sekali.

Tubuh Kim Bi Cu dibaringkannya di atas pembaringan. Kim Bi Cu tidak mau melepaskan tangannya dari leher Li Kun Liong. bahkan, begitu tubuhnya menyentuh pembaringan, tangannya menarik wajah Li Kun Liong mendekat ke wajahnya tak ayal lagi, bibirnya yang merah merekah itu melumat bibir Li Kun Liong dengan ganasnya. Li Kun Liong pun tidak mau mengalah. dilumat bibir Kim Bi Cu dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tangannya mendekap tubuh Kim Bi Cu dengan kuatnya.

Kemudian Li Kun Liong menindihi tubuh Kim Bi Cu, senjatanya terjepit di antara kemulusan pangkal paha Kim Bi Cu, rasa hangat mengalir ke senjatanya yang tegang dan keras. bibir Li Kun Liong kemudian melepaskan bibir sensual Kim Bi Cu, kecupan bibirnya pun turun. dikecupnya dagu Kim Bi Cu yang bagus. dikecup leher jenjang Kim Bi Cu yang memancarkan bau wangi dan segar. diciumi dan digeluti leher indah tersebut dengan wajahnya, sementara pinggulnya mulai bergerak aktif sehingga senjatanya menekan dan menggesek-gesek paha Kim Bi Cu.

Puas menggeluti leher indah tersebut, wajah Li Kun Liong pun turun ke buah dada ranum Kim Bi Cu. akhirnya Li Kun Liong tidak sabar lagi. bibirnya kini berpindah menciumi dagu dan leher Kim Bi Cu, sementara tangannya membimbing senjatanya untuk mencari gerbang kewanitaan Kim Bi Cu,sesaat kemudian senjatanya menyentuh sebuah lembah yang dipenuhi rerumputan basah.

Kemudian dengan perlahan-lahan senjatanya memasuki lembah tersebut. Sementara bibir dan hidungnya dengan ganasnya menggeluti leher Kim Bi Cu yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus. Kim Bi Cu menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan.senjata Li Kun Liong semakin dalam masuk ke lembah tersebut.
"auwww!" pekik Kim Bi Cu. setitik warna kemerahan muncul dari balik lembah tersebut merembes di kain pembaringan tanda robeknya selaput dara seorang gadis perawan.

Li Kun Liong terdiam sesaat, membiarkan senjatanya tertanam seluruhnya di lembah Kim Bi Cu tanpa bergerak sedikit pun lalu mulai menggerakkan senjatanya keluar-masuk. Li Kun Liong terus bergerak maju mundur perlahan-lahan, payudara Kim Bi Cu yang kenyal menempel di dada Li Kun Liong ikut terpilin-pilin oleh dadanya akibat gerakan tadi. kedua putingnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadanya yang bidang.

Kehangatan payudaranya yang montok itu mulai terasa mengalir ke dadanya. senjatanya serasa diremas-remas dengan berirama sejalan dengan genjotan tersebut. terasa hangat dan enak sekali. sementara setiap kali menusuk masuk ujung senjatanya menyentuh sesuatu yang hangat di dalam lembah tersebut. sentuhan tersebut serasa menggelitiki ujung senjatanya sehingga terasa sedikit kegelian.

Kemudian Li Kun Liong mengambil kedua kaki Kim Bi Cu yang putih mulus dan mengangkatnya. betis kanan Kim Bi Cu ditumpangkan di atas bahunya, sementara betis kirinya didekatkan ke wajahnya. sambil terus maju mundur perlahan, betis kiri Kim Bi Cu yang amat indah tersebut diciumi dan dikecupinya dengan penuh gairah.

Setelah puas dengan cara tersebut, Li Kun Liong meletakkan kedua betis kim bicu di bahunya, sementara kedua telapak tangannya meraup kedua belah payudara Kim Bi Cu yang kemerahan akibat remasan tangannya. masih dengan gerakan maju mundur, tangannya meremas-remas payudara Kim Bi Cu yang ranum tersebut.

Kedua gumpalan daging kenyal tersebut diremasnya secara berirama. kadang kedua puting tersebut digencet dan dipelintir-pelintirnya secara perlahan. puting itu semakin mengeras, dan bukit payudara itu semakin terasa kenyal di telapak tangannya. Kim Bi Cupun merintih-rintih penuh kenikmatan. matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.

Li Kun Liong mulai mempercepat gerakan maju mundurnya di lembah Kim Bi Cu, bagaikan diberi semangat oleh rintihan-rintihan Kim Bi Cu, tenaganya menjadi berlipat ganda. ditingkatkannya kecepatan keluar-masuk tersebut. terus dan terus. seluruh bagian senjatanya serasa diremas-remas dengan cepatnya oleh jepitan hangat didalam lembah tersbut. mata Kim Bi Cu menjadi merem-melek dengan cepat dan dan indahnya.

Li Kun Liong mengayuh terus, dia belum merasa selesai, ibarat sedang mengerahkan ilmu meringankan tubuh, Li Kun Liong mengayuh dengan semakin cepatnya. tiba-tiba dirasakan senjatanya dijepit oleh sesuatu dengan sangat kuatnya. terasa senjatanya disemprot semacam cairan dari dalam lembah cukup derasnya. dan telapak tangan Kim Bi Cu meremas lengan tangannya dengan sangat kuatnya.

Dari mulut sensual Kim Bi Cu keluar keluhan lirih tak terkendali :"...aaahh...!" mata Kim Bi Cu membeliak-beliak. sekejap tubuh Kim Bi Cu dirasakannya mengejang.Li Kun Liong pun menghentikan gerakannya. dilihatnya mata indah Kim Bi Cu kemudian memejam beberapa saat menikmati puncak tersebut.setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lengan Li Kun Liong perlahan-lahan mengendur,
kelopak matanya pun membuka, memandangi wajah Li Kun Liong. sementara jepitan pada senjata Li Kun Liong berangsur-angsur melemah, walaupun senjatanya masih tegang dan keras.

Kedua kaki Kim Bi Cu lalu diletakkannya kembali di atas pembaringann dengan posisi agak membuka. Li Kun Liong kembali menindih tubuh telanjang Kim Bi Cu dengan mempertahankan agar senjatanya tidak
keluar dari lembah tersebut,Li Kun Liong kembali mendekap tubuh mulus Kim Bi Cu, senjatanya mulai bergerak keluar-masuk lagi di dalam lembah, namun masih dengan gerakan perlahan. terasa hangat dan enak. namun sekarang gerakannya lebih lancar dibandingkan dengan tadi.

Kim Bi Cu mulai merintih-rintih lagi,bibir Li Kun Liong mulai memagut bibir merekah Kim Bi Cu yang amat sensual tersebut dan melumat-lumatnya dengan penuh gairah. sementara tangan kirinya ikut menyangga berat badan, tangan kanannya meremas-remas kembali payudara montok kim bicu serta memijit-mijit putingnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur.

Li Kun Liong mempercepat gerakan maju mundurnya dan senjatanya semakin tegang. dilepaskan tangan kanannya dari payudara Kim Bi Cu. kedua tangannya kini dari ketiak Kim Bi Cu menyusup ke bawah dan memeluk punggung mulusnya. tangan Kim Bi Cu pun memeluk punggung Li Kun Liong dan mengusap-usapnya.

Li Kun Liong pun memulai serangan dahsyatnya, keluar-masuk senjatanya ke dalam lembah tersebut sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. setiap kali masuk, senjatanya dihunjamkannya keras-keras agar menusuk masuk sedalam-dalamnya, dalam perjalanannya, senjatanya bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat, sampai di langkah terdalam, mata kim bicu membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, "ah.....ahh...ohh Kun ko...teruskan..enak sekali..."

Li Kun Liong terus mendayung dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak, remasan yang luar biasa kuat, hangat terasa di senjatanya, tangan Kim Bi Cu mengusap punggung li kunliong kuat-kuat di saat senjata Li Kun Liong menghunjam masuk sejauh-jauhnya kedalam lembah diiringi pekikan-pekikan kecil yang merdu yang keluar dari bibir Kim Bi Cu.

Li Kun Liong terus mengerakkan senjatanya semakin cepat dan kerasnya, tiba-tiba senjatanya mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. dia tidak mampu lagi menahan dan pada saat yang bersamaan lembah tersebut menyempit dan mencekik kuat sekali. dengan cekikan yang kuat tersebut, Li Kun Liong tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan.
"bi cu...ahhhhh...." dia melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Kim Bi Cu sekuat-kuatnya, wajahnya dibenamkan kuat-kuat di leher kimbi cu yang jenjang, senjatanya yang terbenam di kehangatan lembah tersebut terasa berdenyut-denyut.

Beberapa saat lamanya Li Kun Liong dan Kim Bi Cu terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali, perlahan-lahan baik tubuh Kim Bi Cu maupun Li Kun Liong tidak mengejang lagi. Li Kun Liong kemudian menciumi leher mulus Kim Bi Cu dengan lembutnya, sementara tangan Kim Bi Cu mengusap-usap punggung dan mengelus-elus rambut Li Kun Liong.
"bi cu... terima kasih," kata Li Kun Liong lirih.

Otaknya yang cerdik sudah dapat menerka apa yang sesungguhnya terjadi.
Kim Bi Cu tidak memberi kata jawaban, setetes air mata jatuh dari sudut matanya. Kim Bi Cu meletakkan kepalanya di atas dada Li Kun Liong yang bidang, sedang tangannya melingkar ke badan Li Kun Liong. Dia merasa puas telah mempersembahkan kehormatannya kepada lelaki yang dicintainya.

9. Mendung Kelabu Dunia Persilatan
 
Baru tau gw., kalo pendekar maen ama cewek ngabisin 1x apdetan., panjang betdah lamaaaa.... Brrrr...
:adek:
 
Bimabet
Wah kim bi chu pake viagra jaman dulu nih ╔══╦═╦═╦══╦═╦═╦╦╦╗
║║║║║║║╠╗╔╣║║║║║║║
║║║║╦║║║║║║╦║╔╬╬╬╣
╚╩╩╩╩╩╩╝╚╝╚╩╩╝╚╩╩╝
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd