Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Rasa Pantat (3 chapter)

Bimabet
part 3/3​

Aku juga mendengar bunyinya... Bunyi Honda Accord keluaran terbaru dengan suara klakson yang khas baru dimodifikasi. Bu Dian atau yang lebih dikenal sebagai Bu RW pulang lebih awal karena suatu alasan, jadiii... Keringat mulai turun dari ketiakku (dan keningku); tak lupa juga jantungku yang mulai berdegup kencang, kalo ini lebih kencang dari Sonic ketika mengejar Chaos Emerald. Dan gak kalah dengan Indah yang kulihat sibuk mengambil baju baru di lemari, sementara aku sibuk mencari baju-bajuku yang berserakan entah di mana Indah melemparnya tadi. Akhirnya seperti orang konyol aku memakai bajuku terbalik luar dalam, kaos kaki terbalik sebelah, dan celana yang lusuh. Benar benar kacau, belum lagi harus memikirkan alasan jika ditanya Bu RW. Tapi itu tidak seberapa penting, yang penting bisa turun ke bawah sebelum Bu RW membuka pintu. Gak akan jadi cerita bersambung kalau ketika Bu RW membuka pintu melihat aku dan IndAh baru turun dari lantai atas. Aku pasti sudah keburu depresi dan gak akan memikirkan untuk menulis cerita panas.

Kami mendengar suara pintu mobil ditutup, berarti hanya 1-2 meter tersisa sebelum Bu RW membuka pintu ruang tamu. Kalau dikalkulasi dengan rumus t=jarak/kecepatan berarti... Ahhh... Sudahlah :tidak::mati: yang penting segera turun. Lalu kami mendengar suara "Krsak brugg.. Brugg.."

Indah menarik nafas panjang lega. "Buang sampah,"

*fyuuuhhh*

Bu RW ternyata masuk lewat pintu belakang untuk buang sampah. Hal itu memberikan kami setidaknya lima menit. Lebih dari cukup. Indah menunjukkan kepadaku secercah senyum kelegaan, dan setelah mengintip dari jendela atas rumah untuk memastikan bahwa Bu RW sedang sibuk membuang sampah dan cuci tangan, aku mendudukkan Indah untuk berlutut dan memberinya beberapa sodokan ke belakang tenggorokannya dengan burung tegangku.

"Oh yeah," desahku. "Kamu suka mulitmu dientot waktu mamamu di rumah, kan?"

Indah menggumam tidak jelas, tapi aku yakin maksudnya adalah "Iya".

Aku menarik burungku ke dalam sangkarnya kembali, merapikan baju, memakai parfum, lalu turun ke bawah sambil menepuk pantat indah Indah, membuka buku paket matematika, sambil Indah meremas-remas kemaluanku, seakan-akan ia ingin ditangkap basah oleh mamanya.

Pintu ruang tamu terbuka beberapa menit kemudian dan aku menyapa Bu RW seperti biasa. Bicara dengan Bu RW tentang progress anaknya di sekolah, aku bisa melihat tatapan mata Indah seolah ingin tertawa keras.

Akhirnya aku selesai menunaikan tugasku sebagai guru les dan aku merapikan perlengkapan mengajarku sebelum Bu RW bilang, "Pak Bekgun diantar ke depan toh, Ndah. Bilang makasih sudah diajar hari ini," Indah tersenyum mesam-mesem.

"Makasih yaa... Sudah DIHAjar.. Pantatnya," candanya.

"Maksudmu mengajar matematika, fisika, sama kimia?" Lagakku tidak tau apa-apa.

Kami berdua ketawa.

"Hmm, Kak.. Kakak tau kalau habis ini aku ada janji buat nonton Star Wars sama Rika besok. Tapi dia sakit. Mama gak tau sih..."

Anak ini. Menaruhku di posisi ereksi abadi. Jujur saja aku kaget masih bisa mengajar anak-anak lain dengan aliran darah yang gak seimbang antara otak dan penis. "Dan berapa jam kamu minta ijin sama mamamu buat pergi sama Rika?"

"3 jam."

"Banyak yang bisa dilakukan dalam 3 jam," kataku.

Indah hanya bergumam. Mmm hmmm.

Indah memainkan rambutnya. "Kita ketemuan di dekat Alun-Alun lama ya? Yang deketnya Plaza Grha Abadi?"

"Jam 8?" Tanyaku.

"Sembilan," jawabnya.

Aku menstarter mobilku dan pergi berkeliling sebelum kembali menjemput Indah 1-2 jam lagi. Pikiranku tak kalah mbuletnya dengan rute perjalananku. Apa yang akan kami lakukan nanti? Apa yang belum kami lakukan? Aku mulai menggigit kukuku, dan ada sisa sisa rasa pantat Jawa-nya Indah. Oh.. Aku sange lagi.. Rasa yang tidak ada duanya di Indonesia; seperti madu Dewi Lebah. Ya ya ya, aku tau itu lendir pantat. Tapi membuatku gila, maaf saja aku gabisa mengontrol diriku sendiri. Dan sambil berkeliling ga jelas, aku mulai memainkan skenario tentang posisi apa lagi yang akan kita mainkan dalam game "mencari madu di pantat Indah,"

Sekitar jam 8.55 aku meminggirkan mobilku di pertigaan dekat alun-alun.

Aku sudah nggak mengkerikiti kukuku.

Telapak tanganku sudah basah.

Tidak ada yang bisa dilihat di sekitar alun-alun kota X. Selain karena kota tempatku mengajar bukanlah kota besar, ada relokasi pedagang pasar malam sejak 8 bulan yang lalu, jadi tempat ini menjadi semacam lapangan besar.

Setelah beberapa menit, muncullah dari kegelapan perempuan tinggi mengenakan celana khaki ketat berwarna putih dengan atasan merah. Yap... Laksana pusaka tercinta. Ia melihatku dan tersenyum, aku tersenyum balik, tapi untuk beberapa saat saja sebelum aku melihat apa yang aku gak mikir untuk lihat. Ada orang lain berjalan bersama Indah! Cewek lain! Agak pendek, sekitar 155cm, chinese dengan rambut bertekstur sutra. Aku gak bisa melihat dengan pasti, tapi lampu jalanan mengisyaratkan ia memiliki pinggang gitar seperti Indah.

"Cok, kle, butu, wowo, shit shit shit" aku bergumam dalam hati sambil menyambut mereka masuk ke dalam mobil Camry '86 ku ini.

"Uhhh," cuma itu yang keluar dari mulutku. Aku melihat ke arah Indah yang menatapku dengan pandangan yang kasual, seakan-akan ini bukan masalah besar! Aku juga melihat si Cewek Cina dari kaca spion untuk mempelajari tekstur wajahnya.

"Cyntia," katanya sambil mengulurkan tangannya.

"Iyaa, uhm..." sambil kutolehkan mukaku ke Indah yang duduk di kursi samping. Aku mengeryitkan alisku ke atas memberi isyarat Harus Kujawab Apa.

Indah dan Cyntia tertawa. "Dia udah 18 taun," celoteh Indah. "Dia temen baik dari kecil. Dia udah tau kok kita mau ngapain aja. Dan gausah kuatir--"

"Orang tuaku Cina," lanjut Cintya. "Dan maksudku bener-bener Cina singkek. Hemat mendekati pelit pangkal kaya. Kamu jangan makan steak kalau masih ada nasi. Mending untuk buka toko,"

"Itu.... Cina banget," balasku.

Aku mengatur kursiku agar lebih menyender ke belakang supaya rileks. Aku tersenyum ke mereka berdua. "Aku ingin merasakan sesuatu yang lebih berasa dibandingkan nasi..." Ujar Cintya seraya menggigit bibir bawahnya.

"Kayak es krim lolipop ya?" Celetuk Indah.

"Maksudmu kontol dengan lendir taek?"

Kami semua tertawa keras.

Dan...

Celanaku sesak lagi.

Indah memegang tangan Cintya dan meletakannya di atas gundukan penghasil bakal calon gubernur Jakarta itu.

"Kan??" Lanjut Indah. "Aku punya ide kamu nyetir ke rumahmu dan kita beri Cintya sambutan yang pantas."

"Itu maksudnya gimana ya?" Tanya Cintya.

Aku menginjak pedal gas dan mulai menghitung menit - menit di kepalaku. Aku sudah "lewat batas sange yang menunjukkan gelagat tidak sange". Aku bahkan harus mengerem mendadak pada polisi tidur agar tidak membangunkan mereka. Eh.. Ngomong apa aku. Pikiranku beradu sama halnya mobilku yang ingin segera kembali ke rumahku. Rumah peninggalan kakekku. Dannn akhirnya kami sampai di depan rumah tak berpagar ini.

"Kamu nggak pernah bilang apa - apa soal 'sambutan yang pantas', Indah," ujar Cintya.

Indah tersipu ke arahku. "Yuk kita tunjukin, Kak?" Ajaknya.

"Klee, ayok," sanggupku. Aku membuka kunci pintu, mempersilakan para gadis masuk. Indah berdiri di depan Cintya dan mulai menanggalkan pakaiannya, aku juga. Sembari Cintya melihat apa yang terjadi, ia ingin mengatakan sesuatu tapi Indah menaruh jari telunjuknya ke bibir Cintya sambil berkata "Ssshhh," Cintya melihat seraya aku dan Indah, bugil tanpa sehelai benang, berjalan menuju sofa tanpa mengucapkan sepatah kata. Indah membaringkan punggungnya dan duduk dengan posisi terbalik sehingga kakinya menggantung di sandaran kepala dan kepalanya menjuntai ke bawah dari pinggiran sofa. Dengan akses mudah seperti ini, aku mulai mengentot wajahnya dengan kontol kerasku, dan memulai gerakan rpm tingkat tinggi. Seperti kelinci sange.

Suara mulut Indah seperti sedang kumur-kumur menikmati sodokanku "erwhhll grwwll ughk ughk ahak.." "....terus..." Denguknya.

Aku terus memaju-mundur-cantikkan batang senangku di mulutnya sambil merasakan hangatnya karbon dioksida yang terperangkap di mulutnya. Dan lagi, tanpa sepatah kata, tidak ada komunikasi... Hanya ulangan kata "uhgkk ..." Dengan jeda sedikit yang memenuhi ruangan berukuran 3x4 itu, dan sesekali suara nafas berat Cintya ikut memeriahkan suasana keramat itu. Aku dapat merasakan biji pelerku mulai geli. Aku hampir keluar. Jadi aku tarik burungku dan berjalan mendekati pintu dan menarik tangan Cintya yang sedaritadi termangu melihat pertunjukan sex live.

"Waktunya perkenalan yang sebenarnya, Cintya," kataku.

Diam mematung seperti itu, tak butuh waktu lama bagiku untuk segera menelanjangi Cintya. Seolah sudah mengerti standar operasi prosedur di sini, Cintya menaiki sofa ku dan berbalik ke bawah sama dengan posisi Indah sebelumnya. Kakinya ngangkang di atas sandaran punggung. Dua cewek itu tertawa geli tatkala melihat satu sama lain, sambil bergumam yang aku tidak peduli itu apa yang jelas tentang kegiatan pangentotan ini.

Aku berdiri di depan Cintya. "Cintya, senang bertemu denganmu," kataku, menyempulkan kontolku masuk tenggelam menuju lubang mulut yang biasa digunakan untuk presentasi di depan kelas itu. Mulutnya lebih kecil dibanding Indah, tapi rasa hangatnya sama. Aku terap memompanya, hanya sedikit berhati-hati jaga-jaga jika ia tidak se-pro Indah. Mulutnya terasa menakjubkan, seakan burungku dibekap menggunakan magic jar (dengan konotasi positif tentunya). Biarpun tidak bisa kumasukkan seluruh batangku, rasanya tetap tidak kalah dengan mulut indah.

Tidak lama kemudian, aku mulai mengentot kedua gadis remaja belum cukup umur itu, head to head, dan aku bergantian mencelupkan burung dan kadang kantong bijiku ke mulut mereka. Maju-mundur, maju-mundur... Cantiikkk..... Sungguh, jika aku bisa mem-print apa yang ada di ingatanku, aku tidak keberatan tidak dibayar selamanya. Degukan demi degukan terlontar dari mulut 2 sahabat alim yang kini terlihat cabul itu. Kontolku benar-benar terlapisi dengan ludah dan kuman, seakan-akan memakai sebuah kondom tipis dengan jelly-nya.

"7!@ncukk$$$, aku pengin sebuah burung di pantatku... SekarAng," lenguh Indah. "Aku ingin dientotin Kak Bekgun," Indah dan Cintya berbalik dan beranjak dari sofa, menunggung, bokong di udara, kedua tangan memegang bongkahan pantatnya lebar-lebar untukku. Cintya duduk untuk dapat melihat dengan seksama.

"Tolong entotin pantat Indah,"

"Pakai batang kontol yang berlapis ludahku dan Cintya yang penuh kuman dan bakteri,"

"Bilang sekali lagi," ujarku.

Tangannya masih tetap memegang bongkahan pantatnya, ia berkata, "Indah pengen Kakak masukkin kontol Kakak ke dalam mulutnya Cintya, bikin itu bener-bener basah dan mengkilat, lalu masukin itu kontol dalem-dalem ke lubang pantat Indah. Jegok in!"

Jujur aku nggak tau arti kata jegok-in....

Aku melakukan sesuai apa yang diperintah, dan dengan saliva yang membanjiri batang jaya aku menyelipkan benda ku ke dalam bintang hitam nya Indah, merasakan sempitnya jepitan sunhole yang katanya bisa memotong tae jika dirasa terlalu panjang itu. Indah bilang, "Ooohhh," dan aku mengambil kembali benda ku dan menghujamkannya keras-keras, memastikan setiap kali aku memompanya selalu masuk ke titik paling dalam.

"Ooohh, ooohhh, masukin... Entotin... Masuk, masuk, masuk, uhh uhh uhh."

Seksi sekali, dan aku yakin aku bisa membau isi daleman bool Indah di setiap tusukannya yang bergerak ke arah hidung Cintya.

"Mmmmm, seseorang sedang dianal..... ^^" Cintya berkata.

"Bikin mabok kan baunya, huh?" Tanyaku.

"Aku juga kepingin. Biarin aku nyoba, pleeeeease," katanya.

Ketika aku menarik pusakaku, berkilauan kekuningan. Seorang anak keturunan Tionghoa dengan orang tua yang kolot normalnya bakal malu dan jijik melihat begituan. Tapi ketika Cintya melihat kontolku keluar ngaceng dari bokongnya Si Indah, aku bisa melihat pupilnya melebar dan mulutnya menganga. Ia meletakkan tangannya pada pangkal kontolku dan mulai menjilat seluruh badan pusaka pria itu, mem-vakum sisa-siaa pertempuranku dengan Indah barusan.

"Bangsat, Najongg,"ujar Cintya. "Pedes banget, Omooo.." Tetep aja dia jilatin terhs, semakin cepat di setiap detiknya, seakan-akan ia tidak bisa menerima kalau ada setetes yang jatuh.

Indah angkat bicara. "Aku bener kan kamu bakal suka!" Katanya, sambil berbalik untuk melihat burung bersihku ini. "Awww, nggak ada sisa buat aku?"

Aku mendorong Indah kembali menghadap sofa, menghajar bokongnya dengan 10 tusukan solid, dan menariknya kembALi.

"Ta-daaa," kataku.

Kedua gadis itu tertawa, dan Indah turun berlutut dan mulai menghisap manuk ku secepat kilat.

"Ini barang terenak yang pernah aku makan," katanya. Indah menjilat jari - jarinya dan telapak tangannya setelah selesai membersihkanku.

"Jujur aku gapernah nyangka," ujar Cintya, sambil mencium mulut Indah. "Jujur aku ga nyangka bokongmu bisa berasa kayak gini. Pedes dan enak."

Indah mulai bersilat lidah. "Mau nyoba langsung dari sumbernya?" Tanyanya ke Cintya yang direspon dengan anggukan muka bodoh.

Dengan anggukan pertanda setuju itu Indah membaringkan Cintya ke karpet lantai. Ia menjongkokkan pantatnya seperti orang sedang squat. Indah mencoba nge-tease, menahan pantatnya agak ke atas, beberapa mili dari jangkauan lidahnya yang ereksi mengerAs. Jadi Cintya meraih pinggul IndAh dan memaksanya untuk menimbruk wajahnya dan mengentotnya. Cyntia beringas, bengis, menghisap, dan mendenguh dalam..... Mendekati orang tenggelam yang baru saja mendapatkan nafas. Jujur saja, Cintya bikin aku sedikit malu pada diriku. Aku kalah. Cintya benar-benar jijik... Dan seksi. Bahkan Indah juga memberikan tatapan penuh kejutan. Tatapan 'siapa cewek yang sedang kududuki wajahnya ini? Dan apa yang dia lakuin ke Cintya?'. But hey, aku sedang sibuk bercoli ria ke performa 2 orang cewek cantik ini sambil menghisap jari-jari yang bekas masuk boolnya Indah. Jadi siapa aku berani nge-judge?

Malam itu berlanjut seperti karnaval extravaganza sampai orang tua Cintya meng-SMSnya dengan pesan-pesan mencurigakan. Aku tidak ingin membuatnya dalam risiko, jadi aku menurunkannya di depan alun-alun tempat kami bertemu tadi. Dan Indah juga, sih... Namun masih ada 1jam sebelum janji Indah untuk pulang ke rumahnya. Dan suhu-suhu sekalian, satu jam terakhir hari itu.... Itu cerita yang di luar cerita ini, berhak mendapatkan threadnya sendiri. Tapi nggak hari ini. Suatu saat, kalo nubi gak capek dan keburu sange nerjemahin :) dan jika permintaan para penggemar di sini nyeplak.. :) salken :beer:

-•-•-TAMAT-•-•-​
 
Eh, ada Suhu besar bebekgundul mampir di sini. :matabelo:

Terjemahan ya, Suhu?
Bolehkah pemula yang hina dan unyu-unyu ini sedikit memberi saran, Suhu?

Cara Suhu bebekgundul menerjemahkan cerita ini sudah bagus, tapi bisa lebih bagus lagi jika Suhu lebih memberikan perhatian lebih pada:
1. Jarak antar paragraf;
2. Jarak antara kalimat percakapan dengan paragraf, dan
3. Pemilihan kata atau diksi.

Cuma menurut pemula yang hina dan unyu-unyu ini, untuk seseorang yang pertama kali menulis baik itu tulisan murni karya sendiri maupun saduran dari tulisan karya penulis lain Suhu besar bebekgundul sudah lumayan bagus.
:)

Itu saja sih menurut pemula yang hina dan unyu-unyu ini.
Hanya sekedar memberikan saran ya Suhu, maaf bila Suhu besar kurang berkenan dan/atau membuat Suhu besar bebekgundul tersinggung dengan saran dari pemula yang hina dan unyu-unyu ini.
:ampun:
 
Terakhir diubah:

Wah... Justru sebuah kehormatan untuk bisa menerima komentar dan saran (nubi gak nganggap itu kritikan sama sekali) dari suhu sekelas ulrich :ampun::ampun::ampun:

Jadi memang nubi bingung untuk 3 hal di atas suhu... Jujur nubi bingung..

Awalnya nubi pengennya sesuai EYD, yakni 1 paragraf terdiri dari 1 pokok pikiran, dengan kalimat utama, lalu dialognya juga formal seperti pada novel-novel, dan pemilihan kata yang konsisten..

Cuman karena nubi yang tidak kreatif, jadinya nubi merasa kaku, makanya nubi 'langgar' deh 3 prinsip di atas...

Mohon bimbingannya suhu ulrich :ampun::ampun:
Semoga ke depannya nubi akan berusaha supaya lebih konsisten ....

Harur nuhun suhu :beer::cendol:


 
Sebenarnya Indah masih perawan gak sih Bos?
 
lgs tamat ya hu...

hu cb terjemahan sex story dr xhamster hu...
 
mekinya indah ga pernah dihajar boss....cuma pantat aja...
 
haha... tumben gw liat... coba baca... untung partnya sedikit... haha...
bingung deskripsikan diri gw sendiri pas baca cerita enih... rasanya... haha... campur aduk... ngak banget... sumpah dah... :D

cerita terjemahan yak... yg terjemahin salut dah gw... :thumbup
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd