Halo semproters.
Sudah lama sekali tidak posting cerita di sini.
Ok, bulan lalu gue main ke rumah bonyok. Lebih tepatnya dipanggil, untuk membereskan barang-barang peninggalan jaman kuliah gue yang masih ngendon di rumah bonyok. Selain buku-buku kuliah dan berbagai barang remeh-temen lainnya, tebak apa yang gue temukan... Jreng jreng jreng WD jadul gue.
Selain beberapa film bokep dan photo-photo ga jelas lainnya, ternyata ada draft cerita yang gue tulis di awal mulai gawe habis lulus kuliah. Nahhh... gue pikir sayang juga ni cerita tidak pernah terpublish, ngejogrok begitu saja di dalam HD gue. Jadi, di sinilah gue lagi.
Mohon maaf sebelumnya bagi yang mengharapkan ini cerita tentang petualangan Vani lagi, bukan, ini bukan tentang Vani. Beda tokoh yang menginspirasi gue. Ketika nulis ini gue sudah ga kontak lagi dengan Vani.
Mohon maaf juga kalau editorialnya minim. Gue cuma rubah-rubah dikit settingan agar sedikit sesuai dengan jaman sekarang. Buset, ini gue tulis 2013an. Hahahaa... enjoy dah.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Demi Orderan atau Demi Om-om Keren?
“Meeting dengan pak Syarif ga jadi lusa. Jam 10 dia mau datang. Jadi sekarang print semua draft kontraknya agar bisa ditandatangani langsung” perintah Bu Ivone begitu memasuki ruangan kantor di pagi hari yang cerah ini.
Ratu yang sedang bergosip ria dengan Niken dan Romlah jadi panik dan langsung lari ke mejanya. Namun, tiba-tiba si cewek cantik berkerudung modern ini berhenti di tengah ruangan seperti teringat sesuatu.
“Eh, Bu Boss, kan Ratu udah kasi bu Boss hari Jumat” kata Ratu sambil buru-buru menghampiri bu Ivone.
Ivone memandang wajah oval yang terframing indah oleh kerudung staff-nya satu ini seperti sedang mencoba mengingat-ngingat.
“Astaga iya, gue tinggal di apartemen si Kevin” ujar bu Ivone sambil menepok jidatnya. “Aduh mana laptop gue masih di IT” tambahnya lagi.
“Lu temenin pak Syarif sampai gue kembali ya. Di ruangan gue saja. Suruh Anita juga siap-siap ikut meeting” perintah si boss sambil bergegas ke luar ruangan kantor.
“Eh, saya aja Bu yang ambil” sahut Ratu tergesa-gesa sambil mengejar bu Ivone.
“Gue ga percaya elu untuk satu ruangan dengan anak kesayangan gue” sahut bu Ivone pedas tanpa menoleh dan menghentikan langkahnya ke lift.
Suara tawa pecah di ruangan tersebut. Romlah bahkan sampai harus duduk karena tertawanya sampai tergelak-gelak.
“Puas lo semua” cibir Ratu sambil melengos dan melangkah ke arah mejanya.
Ratu bukannya benci dengan yang namanya pak Syarif. Sejak memegang akun perusahaan yang dinahkodai pak Syarif 3 bulan yang lalu, Putri sudah beberapa kali bertemu dengan beliau. Orangnya ramah, tidak belagu walau tajir melintir dan punya banyak perusahaan. Masalahnya adalah, orangnya agak “ringan tangan”. Alias tangannya suka gerayang ke tubuh Ratu ketika mereka bertemu. Dan bukan gerayangannya itu juga yang jadi masalah buat Ratu. Ratu cuma khawatir kalau sehabis digerayangi dia ga dapat apa-apa. Wanita modern itu harus penuh perhitungan.
Anita ternyata masih training dengan team IT tentang software baru. Terpaksa Ratu harus hadapin ni Om-om sendirian. Tapi, sebelum itu, perbaiki make-up dulu.
Di toilet, dengan cepat, namun tidak tergesa-gesa, Ratu merapikan kembali make-up dan penampilannya. Kerudung scarf berwarna pastel dengan motif minimalis dimodel turban menutup kepala Ratu dan lehernya. Berpadu ringkas dengan kemeja broken white loose yang jatuh dengan manisnya di tubuh ramping Ratu. Dengan tinggi 171 cm dan berat yang sedikit di bawah berat ideal, tidak susah bagi cewek satu ini untuk memadupadankan pakaian di tubuh ramping namun berisi di tempat-tempat yang tepat.
Ratu berputar sekali lagi, melihat pantulan bagian belakang tubuhnya di cermin toilet. Puas melihat bagaimana pantatnya tampak tetap menonjol dengan signifikan walau menggunakan celana model aladin yang tidak ketat. Puas dengan tampilannya, Ratu bergegas kembali ke kantornya.
Sudah lama sekali tidak posting cerita di sini.
Ok, bulan lalu gue main ke rumah bonyok. Lebih tepatnya dipanggil, untuk membereskan barang-barang peninggalan jaman kuliah gue yang masih ngendon di rumah bonyok. Selain buku-buku kuliah dan berbagai barang remeh-temen lainnya, tebak apa yang gue temukan... Jreng jreng jreng WD jadul gue.
Selain beberapa film bokep dan photo-photo ga jelas lainnya, ternyata ada draft cerita yang gue tulis di awal mulai gawe habis lulus kuliah. Nahhh... gue pikir sayang juga ni cerita tidak pernah terpublish, ngejogrok begitu saja di dalam HD gue. Jadi, di sinilah gue lagi.
Mohon maaf sebelumnya bagi yang mengharapkan ini cerita tentang petualangan Vani lagi, bukan, ini bukan tentang Vani. Beda tokoh yang menginspirasi gue. Ketika nulis ini gue sudah ga kontak lagi dengan Vani.
Mohon maaf juga kalau editorialnya minim. Gue cuma rubah-rubah dikit settingan agar sedikit sesuai dengan jaman sekarang. Buset, ini gue tulis 2013an. Hahahaa... enjoy dah.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Demi Orderan atau Demi Om-om Keren?
“Meeting dengan pak Syarif ga jadi lusa. Jam 10 dia mau datang. Jadi sekarang print semua draft kontraknya agar bisa ditandatangani langsung” perintah Bu Ivone begitu memasuki ruangan kantor di pagi hari yang cerah ini.
Ratu yang sedang bergosip ria dengan Niken dan Romlah jadi panik dan langsung lari ke mejanya. Namun, tiba-tiba si cewek cantik berkerudung modern ini berhenti di tengah ruangan seperti teringat sesuatu.
“Eh, Bu Boss, kan Ratu udah kasi bu Boss hari Jumat” kata Ratu sambil buru-buru menghampiri bu Ivone.
Ivone memandang wajah oval yang terframing indah oleh kerudung staff-nya satu ini seperti sedang mencoba mengingat-ngingat.
“Astaga iya, gue tinggal di apartemen si Kevin” ujar bu Ivone sambil menepok jidatnya. “Aduh mana laptop gue masih di IT” tambahnya lagi.
“Lu temenin pak Syarif sampai gue kembali ya. Di ruangan gue saja. Suruh Anita juga siap-siap ikut meeting” perintah si boss sambil bergegas ke luar ruangan kantor.
“Eh, saya aja Bu yang ambil” sahut Ratu tergesa-gesa sambil mengejar bu Ivone.
“Gue ga percaya elu untuk satu ruangan dengan anak kesayangan gue” sahut bu Ivone pedas tanpa menoleh dan menghentikan langkahnya ke lift.
Suara tawa pecah di ruangan tersebut. Romlah bahkan sampai harus duduk karena tertawanya sampai tergelak-gelak.
“Puas lo semua” cibir Ratu sambil melengos dan melangkah ke arah mejanya.
Ratu bukannya benci dengan yang namanya pak Syarif. Sejak memegang akun perusahaan yang dinahkodai pak Syarif 3 bulan yang lalu, Putri sudah beberapa kali bertemu dengan beliau. Orangnya ramah, tidak belagu walau tajir melintir dan punya banyak perusahaan. Masalahnya adalah, orangnya agak “ringan tangan”. Alias tangannya suka gerayang ke tubuh Ratu ketika mereka bertemu. Dan bukan gerayangannya itu juga yang jadi masalah buat Ratu. Ratu cuma khawatir kalau sehabis digerayangi dia ga dapat apa-apa. Wanita modern itu harus penuh perhitungan.
Anita ternyata masih training dengan team IT tentang software baru. Terpaksa Ratu harus hadapin ni Om-om sendirian. Tapi, sebelum itu, perbaiki make-up dulu.
Di toilet, dengan cepat, namun tidak tergesa-gesa, Ratu merapikan kembali make-up dan penampilannya. Kerudung scarf berwarna pastel dengan motif minimalis dimodel turban menutup kepala Ratu dan lehernya. Berpadu ringkas dengan kemeja broken white loose yang jatuh dengan manisnya di tubuh ramping Ratu. Dengan tinggi 171 cm dan berat yang sedikit di bawah berat ideal, tidak susah bagi cewek satu ini untuk memadupadankan pakaian di tubuh ramping namun berisi di tempat-tempat yang tepat.
Ratu berputar sekali lagi, melihat pantulan bagian belakang tubuhnya di cermin toilet. Puas melihat bagaimana pantatnya tampak tetap menonjol dengan signifikan walau menggunakan celana model aladin yang tidak ketat. Puas dengan tampilannya, Ratu bergegas kembali ke kantornya.