Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Ratu's Sex Adventures by Ethan] Demi Orderan atau Demi Om-om Keren?

ethan

Semprot Kecil
Daftar
16 Sep 2010
Post
57
Like diterima
495
Bimabet
Halo semproters.

Sudah lama sekali tidak posting cerita di sini.
Ok, bulan lalu gue main ke rumah bonyok. Lebih tepatnya dipanggil, untuk membereskan barang-barang peninggalan jaman kuliah gue yang masih ngendon di rumah bonyok. Selain buku-buku kuliah dan berbagai barang remeh-temen lainnya, tebak apa yang gue temukan... Jreng jreng jreng WD jadul gue.

Selain beberapa film bokep dan photo-photo ga jelas lainnya, ternyata ada draft cerita yang gue tulis di awal mulai gawe habis lulus kuliah. Nahhh... gue pikir sayang juga ni cerita tidak pernah terpublish, ngejogrok begitu saja di dalam HD gue. Jadi, di sinilah gue lagi.

Mohon maaf sebelumnya bagi yang mengharapkan ini cerita tentang petualangan Vani lagi, bukan, ini bukan tentang Vani. Beda tokoh yang menginspirasi gue. Ketika nulis ini gue sudah ga kontak lagi dengan Vani.

Mohon maaf juga kalau editorialnya minim. Gue cuma rubah-rubah dikit settingan agar sedikit sesuai dengan jaman sekarang. Buset, ini gue tulis 2013an. Hahahaa... enjoy dah.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Demi Orderan atau Demi Om-om Keren?

“Meeting dengan pak Syarif ga jadi lusa. Jam 10 dia mau datang. Jadi sekarang print semua draft kontraknya agar bisa ditandatangani langsung” perintah Bu Ivone begitu memasuki ruangan kantor di pagi hari yang cerah ini.

Ratu yang sedang bergosip ria dengan Niken dan Romlah jadi panik dan langsung lari ke mejanya. Namun, tiba-tiba si cewek cantik berkerudung modern ini berhenti di tengah ruangan seperti teringat sesuatu.

“Eh, Bu Boss, kan Ratu udah kasi bu Boss hari Jumat” kata Ratu sambil buru-buru menghampiri bu Ivone.

Ivone memandang wajah oval yang terframing indah oleh kerudung staff-nya satu ini seperti sedang mencoba mengingat-ngingat.

“Astaga iya, gue tinggal di apartemen si Kevin” ujar bu Ivone sambil menepok jidatnya. “Aduh mana laptop gue masih di IT” tambahnya lagi.

“Lu temenin pak Syarif sampai gue kembali ya. Di ruangan gue saja. Suruh Anita juga siap-siap ikut meeting” perintah si boss sambil bergegas ke luar ruangan kantor.

“Eh, saya aja Bu yang ambil” sahut Ratu tergesa-gesa sambil mengejar bu Ivone.

“Gue ga percaya elu untuk satu ruangan dengan anak kesayangan gue” sahut bu Ivone pedas tanpa menoleh dan menghentikan langkahnya ke lift.

Suara tawa pecah di ruangan tersebut. Romlah bahkan sampai harus duduk karena tertawanya sampai tergelak-gelak.

“Puas lo semua” cibir Ratu sambil melengos dan melangkah ke arah mejanya.

Ratu bukannya benci dengan yang namanya pak Syarif. Sejak memegang akun perusahaan yang dinahkodai pak Syarif 3 bulan yang lalu, Putri sudah beberapa kali bertemu dengan beliau. Orangnya ramah, tidak belagu walau tajir melintir dan punya banyak perusahaan. Masalahnya adalah, orangnya agak “ringan tangan”. Alias tangannya suka gerayang ke tubuh Ratu ketika mereka bertemu. Dan bukan gerayangannya itu juga yang jadi masalah buat Ratu. Ratu cuma khawatir kalau sehabis digerayangi dia ga dapat apa-apa. Wanita modern itu harus penuh perhitungan.

Anita ternyata masih training dengan team IT tentang software baru. Terpaksa Ratu harus hadapin ni Om-om sendirian. Tapi, sebelum itu, perbaiki make-up dulu.

Di toilet, dengan cepat, namun tidak tergesa-gesa, Ratu merapikan kembali make-up dan penampilannya. Kerudung scarf berwarna pastel dengan motif minimalis dimodel turban menutup kepala Ratu dan lehernya. Berpadu ringkas dengan kemeja broken white loose yang jatuh dengan manisnya di tubuh ramping Ratu. Dengan tinggi 171 cm dan berat yang sedikit di bawah berat ideal, tidak susah bagi cewek satu ini untuk memadupadankan pakaian di tubuh ramping namun berisi di tempat-tempat yang tepat.

Ratu berputar sekali lagi, melihat pantulan bagian belakang tubuhnya di cermin toilet. Puas melihat bagaimana pantatnya tampak tetap menonjol dengan signifikan walau menggunakan celana model aladin yang tidak ketat. Puas dengan tampilannya, Ratu bergegas kembali ke kantornya.
 
Tidak lama setelah Ratu kembali dari toilet, Pak Syarif masuk ke lobby kantor Ratu sendirian. Purchasing manager yang biasa menemaninya untuk meeting perihal PO tidak tampak batang hidungnya.

“Halo Ratu, account manager favorit Bapak” sapa pak Syarif dengan genitnya sambil menarik Ratu mendekat untuk cipika-cipiki.

Ratu melepaskan senyum terbaiknya ke Pak Syarif. Berumur di awal 50an, pak Syarif tergolong fit. Rambutnya yang masih tebal dengan hanya sedikit uban dan rahang serta dagunya yang kuat membuat wajahnya yang agak kasar terbakar matahari terlihat jantan dan gagah.

“Mana Ivone? Kita langsung mulai saja agar cepat selesai, jadi kamu bisa temani Om ngopi-ngopi” cerocos pak Syarif cepat. SSD

Yee enak aja nyulik gue di jam kantor buat ngupi2. Mana dikasi sama mami Boss” batin Ratu sebel.

“Bu Ivone sedang ambil berkas pak. Sebentar lagi kembali. Kita bisa tunggu di ruangan Ibu” jelas Ratu sambil tetap tersenyum ramah mempersilakan pak Syarif masuk ke ruangan Direktur.

Setelah pak Syarif masuk ruangan bu Ivone, Ratu dengan cepat memanggil OB dan meminta menyiapkan kopi hitam favorit pak Syarif beserta beberapa air mineral. No snack. Pak Syarif tidak ngemil.

Kopi dan air mineral diantar OB ke ruangan tidak lama setelahnya.

“Tutup pintunya” perintah Pak Syarif kepada OB ketika dia melangkah keluar. Dengan patuh si mas OB menutup pintu, meninggalkan pak Syarif dan Ratu di dalam ruangan.

“Duduk sebelah Om dong Ratu” kata pak Syarif lembut sambil menepuk-nepuk sisi sofa di sebelahnya. “Ga enak ngobrolnya jauhan begini” tambah beliau.

Ratu yang memang sengaja memilih duduk di sofa seberang pak Syarif sedikit merutuk dalam hatinya. Akan tetapi, dia tetap melangkah mendekat dan duduk di sebelah pak Syarif walau agak berjarak.

Pak Syarif menggeser duduknya sehingga menempel Ratu. Telapak tangannya diletakkan di paha Ratu tanpa sungkan.

“Ayo dong cerita, siapa cowok barumu sekarang?” tanyanya sambil meremas pelan paha Ratu.

“Ih, mana Ratu punya pacar Pak. Kan sudah punya laki” ngeles Ratu cepat.

“Ahh jangan bohong kamu sama Om. Ivone sudah cerita semua kelakuanmu hahahaha” gelak pak Syarif meledak. Tangannya sekarang membelai-belai paha Ratu.

“Katanya, ga ada cowok keren di tower ini yang ga berhasil kamu ajak kencan hahaha” tambah pak Syarif dengan semangat.

Aduhh.. mami Boss cerita apa aja sih sama om Syarif. Untung aja ni ruangan sound proof. Kalo ga, Niken & Romlah udah mikir macam2 aja dengar ketawa ni Om-om” runtuk Ratu dalam hati.

“Timbang bahas yang ga jelas, mending Pak Syarif baca The Time Place deh. Ibu punya edisi terbarunya” ujar Ratu sambil berdiri dan melangkah ke meja kerja Ibu Ivone, mencoba mengalihkan perhatian Pak Syarif dari dirinya. Ratu tau bahwa Pak Syarif, seperti halnya bossnya, adalah seorang kolektor jam tangan mewah.

Ketika Ratu sibuk mencari majalah yang dimaksud di tumpukan berbagai majalah di meja ibu boss-nya, tiba-tiba ada dua tangan kokoh yang memeluknya dari belakang.

“Aduh Bapak, kangen banget ya sama Ratu sampai peluk-peluk begini” ujar Ratu sambil berupaya berbalik dan mendorong Om ganjen ini menjauh.

Dorongan menjauh setengah hati Ratu malah membuat Pak Syarif semakin mempererat pelukannya. Bahkan kini kedua tangannya meraih punggung Ratu dan menariknya lebih rapat ke tubuh tegap pak Syarif. “Ih Pak, jangan kaya gini dong. Malu kalau dilihat Ibu” ujar Ratu sambil berlagak cemberut dan berusaha mendorong dada pak Syarif agar tidak menempel.

“Hehe makin gemesin kalau bibir kamu cembetut gitu” kekeh Pak Syarif mempererat pelukannya. “Ah udahlah, ikutin aja mau si Bapak. Paling setelah peluk-peluk bentar, dia udahan kaya biasanya” batin Ratu yang sudah mafhum dengan keganjenan kliennya satu ini. Jadi Ratu pun merilekskan dorongan tangannya ke dada pak Syarif dan membiarkan tubuhnya tertarik ke pelukan pak Syarif.

“Nah gitu dong neng geulis. Bapak kan kangen ga ketemu kamu lama” ujar Pak Syarif dengan senyum kemenangan mengembang. “Hu uh. Baru aja ketemu di kantor Bapak minggu lalu kan” sahut Ratu agak bermanja yang membuat senyum pak Syarif semakin lebar. Aroma tembakau bercampur permen mint dari mulut pak Syarif yang berjarak hanya beberapa senti dari hidung Ratu, entah mengapa membuat Ratu merasakan gejolak hangat di bawah perutnya. Ditambah lagi hangat badan pak Syarif yang menempel walaupun terhalangi oleh pakaian mereka berdua. “Kok jadi pengen gigit bibir si Bapak ih” batin Ratu, geli sendiri dengan pikiran yang spontan muncul itu.

“Om baru ngeh lho kalau nafas kamu tu seger banget setelah ngomong dekatan gini” celetuk si Bapak. “Jadi betah nempel sama kamu” tambahnya yang sedikit mengejutkan Ratu karena merasa pak Syarif membaca pikirannya. “Apaan sih Pak, genit banget” balas Ratu sambil memukul ringan dada Pak Syarif.

Baru saja Ratu berpikir bahwa pelukan tersebut sudah saatnya dilepas, kedua tangan pak Syarif melepas pelukan eratnya dari punggung Ratu. “Eh pas banget gue baru minta dilep EHHHHHH....” jerit Ratu dalam hati ketika merasakan remasan di kedua bongkah pantatnya. Ternyata kedua tangan nakal tersebut hanya berpindah lokasi dari punggung ke pantat Ratu.

Kali ini Ratu benar-benar kaget. Memang pak Syarif selalu kegenitan bila bertemu dirinya. Menarik tangan Ratu dan menggandengnya, atau merangkul pundak dan memeluk pinggang itu sudah biasa dilakukannya sejak Ratu dikenalkan dengan pak Syarif, Direktur perusahaan yang merupakan pelanggan perusahaan tempat bekerjanya saat ini, tiga bulan yang lalu. Karena pak Syarif customer penting perusahaannya, Ratu tidak pernah merasa keberatan. Apalagi dia adalah Oom-oom keren. Menyenangkan rasanya diberi perhatian lebih seperti itu. Tapi remasan pantat? Ratu tidak pernah menduga “perhatian” Pak Syarif akan sampai sejauh itu.

“Pak Syarif!” sentak Ratu lebih keras daripada dia maksudkan, “apaan sih Pak?” tambah Ratu tapi dengan lebih pelan dari sebelumnya walau masih tetap intonasi tegas. Tapi, pak Syarif tidak bergeming. Kedua tangannya tetap berada di pantat Ratu, dan seringai nakalnya masih mengembang.

“Dari pertama ketemu kamu, Om sudah gemes sama pantatmu. Bulat semok gini. Gimana ceritanya, tubuh langsing gini bisa punya pantat nungging sexy kaya ini sih?” racau Pak Syarif sembari kedua tangannya sibuk meremas-remas bongkahan daging kenyal aset andalan Ratu itu. “Ohh GOD, kenapa gw pake celana bahan rayon ini sih, ga jeans saja” keluh Ratu yang merasakan dengan jelas kehangatan tangan-tangan Pak Syarif meremas pantatnya seperti tanpa terhalangi kain tipis celana longgarnya.

“Pak, plisss Pak.. jangan kaya gini di sini” rengek Ratu yang merasa energinya menguap entah kemana sehingga serasa tidak mampu mendorong tubuh pak Syarif menjauh dari dirinya. Suara rengekan Ratu dan rona pipinya yang mendadak bersemu merah malah memicu respon yang berkebalikan dari yang diharapkan Ratu: Pak Syarif malah menjadi semakin horny. Pak Syarif menganggap dorongan tangan Ratu hanya basa-basi dan sekedar “formalitas” agar tidak dianggap murahan. “Jadi kalau ga di sini, boleh ya remas-remas pantat kamu” cecar Pak Syarif semakin gencar meremasnya.

Menoleh sekejap ke arah pintu untuk memastikan tertutup dan tidak ada suara langkah orang mendekat, Pak Syarif semakin yakin dia bisa bertindak lebih jauh lagi. Lagi pula, dia sudah tidak menahan lagi desakan gairah yang berasal dari selangkangannya. Pak Syarif semakin berani dan bersemangat menguwel-nguwel pantat Ratu.

Ratu menjadi belingsatan namun tidak kuasa untuk berontak. “Oh.. nooo” rintih Ratu dalam hati ketika pinggulnya ditarik menekan ke selangkangan pak Syarif. Dengan lancangnya pak Syarif menggesek-gesekkan pinggulnya maju mundur ke selangkangan Ratu sambil tetap meremas-remas pantatnya dengan kasar. Ratu bisa merasakan sesuatu yang mengeras dibalik celana pak Syarif menekan-nekan gundukan vaginanya dari atas lapisan garmen celana. Situasi sudah bergeser dari sekedar pelukan ganjen sedikit mesum, ke jurusan yang betul-betul mesum dan penuh birahi.

Tanpa disadari, lenguhan lirih keluar dari sela-sela bibir ranum Ratu. “Shiittttt..... kenapa juga gw mendesah” maki Ratu dalam hati. “Gawat kalau si Oom ini kegeeran mikir gw menikmati”. Tapi kekhawatiran Ratu langsung terbukti. Bibir Pak Syarif langsung mencaplok bibirnya. Melumat dengan penuh gairah. Dan dengan bodohnya Ratu meladeni ciuman tersebut.

Stop.stop.. dasar mulut kegatelan. Baru disosor Oom ganteng dikit aja langsung bales nyium” runtuk nalar Ratu berusaha menghentikan reaksi instingtif bibirnya. Namun apa daya, tubuhnya tidak mendengarkan akal sehatnya. Jadi, disitulah Ratu: berdiri di tengah ruangan bossnya, dipeluk seorang laki-laki yang bukan suaminya, yang meremas-remas bagian tubuh yang privat milik Ratu, sembari menikmati ciuman basah mereka.

Setelah hampir satu menit berciuman yang terasa cepat sekali, pak Syarif tiba-tiba melepaskan tautan bibir mereka. Laki-laki setengah baya tersebut memandang wajah cantik wanita berjilbab di depannya. Matanya setengah terpejam, pipinya merona merah dan bibirnya merah basah setengah terbuka. Bibir yang baru saja dinikmati keranumannya. “Hehehe akhirnya kena juga lu ya Ratu.Gw tau elu bisa dipakai kalau trik dan momennya pas” batin Pak Syarif penuh kemenangan.

Berasa mendapat angin, pak Syarif bertindak lebih jauh lagi dengan menyusupkan kedua tangannya ke dalam celana Ratu. Celana bahan model Aladdin itu hanya menggunakan karet di pinggangnya. Ratu sadar tangan pak Syarif yang menyusup masuk celananya ketika kulit pantatnya kini merasakan langsung sentuhan kulit kasar yang hangat dari telapak tangan pak Syarif. Sela-sela bibirnya kembali mengeluarkan desahan lirih ketika remasan-remasan binal itu diteruskan. Ratu kini pasrah saja dan mulai menikmati abuse pada bongkahan pantatnya karena setiap remasan itu menarik kulit bibir vaginanya dan memberikan sensasi yang erotis. “Uuhh.. basah dehh” desah Ratu dalam hati.

“Mmm ga nyangka ya, cewe jilbaban kaya kamu makenya G-string” sentil Pak Syarif yang baru menyadari setelah tangannya masuk ke dalam celana Ratu bisa meraih kedua belah pantatnya tanpa dihalangi kain celana dalam lagi. Ratu tak menjawab, hanya merengek lirih.

Ratu tiba-tiba tersentak, dan akal sehatnya mendadak kembali lagi ketika merasakan ada sesuatu yang membelah bibir vaginanya dan masuk ke dalam liang peranakannya itu. “Ehh Pak... jangan donggg..” rengek Ratu sembari tangannya berusaha menyingkirkan tangan kanan Pak Syarif yang kini sudah menyelusup di bagian depan celananya. “Ah ga usah muna kamu Ratu. Memek kamu sudah banjir begini” tukas Pak Syarif tanpa menghentikan kocokan jari tengahnya di vagina Ratu. “nggak nggak Pak.. ga mau kalau yang ini” Ratu masih berusaha menghalau tangan mesum tersebut. Tapi apa daya, tenaga wanita tidak bisa menghalangi tangan kekar pria yang sudah dikuasai birahi tersebut. Karena sejak tadi berdiri dengan kaki agak terbuka, dengan mudah jemari Pak Syarif menemukan celah vagina Ratu dan menerobos masuk.

Energi Ratu lagi-lagi seperti raib, direbut oleh sesuatu yang tidak kasat mata. Tangannya hanya bisa memegang tangan Pak Syarif tanpa mampu menarik apalagi menyingkirkannya dari selangkangannya. Tanpa perlawanan, jari tengah pak Syarif yang besar dengan semena-mena mengobel-ngobel liang senggama Ratu yang memang sudah mulai basah.

Pak Syarif kini memeluk Ratu dari sisi pinggang Ratu. Tangan kanannya menyelusup masuk dari bagian depan dan sibuk mengocok vagina perempuan itu. Sedangkan tangan kirinya tetap meremas-remas pantat Ratu. Kepalang basah dan sangat malu, Ratu hanya bisa memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya agar desahan tidak keluar. Perempuan ini masih berusaha mempertahankan harga dirinya sebagai istri seseorang walau itu sudah habis hanyut ditelan bunyi berkecipakan vaginanya yang dijamah lelaki lain.

“Pakk... pliss pakk.. sudah pak.. Ratu ga kuat lagi pak..emmmm”. Rengekan Ratu ini malah menjadi bensin yang semakin mengobarkan api birahi pak Syarif. “Udah, nikmatin saja ya Ratu sayang.. Tuntasin dulu birahi kamu ya” rayuan gombal Pak Syarif sembari matanya menatap nanar wajah cantik Ratu yang mulai berkeringat dengan ekspresi tercabik antara gengsi dan kenikmatan.

“Ouhhhh....” lenguhan keras tidak terbendung bobol dari mulut Ratu ketika dua jari kini mengocok vaginanya dan secara bersamaan lubang pantatnya diterobos oleh jari tengah tangan kiri pak Syarif. “Pak.. pak.. jangan pantat Ratu pak.....plis jangan Pak” ratap Ratu tanpa hasil karena jari pak Syarif tersebut langsung ditekan amblas ke dalam lubang pantatnya sampai ruas kedua. Dan tanpa memberikan jeda langsung mengocoknya, mengimbangi kocokan di lubang bagian depan. Tubuh Ratu berkelonjotan diterpa kenikmatan dan perih sekaligus.

“HOOHHHH..... OUGGHHH... hmmmppffffhhhh...” lenguhan orgasme Ratu tiba dengan cepat karena stimuli mendadak di lubang pantatnya. Lututnya serasa diloloskan tulangnya sehingga badan Ratu ambruk ke tubuh pak Syarif seiring deraan orgasme pertamanya di hari itu.

Ratu menjatuhkan kepalanya dalam pelukan pak Syarif sembari berusaha mengatur nafasnya yang memburu. Pak Syarif menjilati jemari tangan kananya yang basah oleh cairan kawin Ratu. Lalu dengan lembut dia mencium bibir Ratu.

“Enak kan. Kamu sampai kelojotan dan berteriak gitu” ujar Pak Syarif yang membuat Ratu semakin jadi jengah. Walaupun jengah, Ratu tidak bisa menolak sodoran bibir pak Syarif, dan membalas memagutnya. Sambil tetap membelai-belai vagina Ratu, Pak Syarif melumat bibirnya lembut.

Tiba-tiba pak Syarif melepaskan pelukannya dan bergerak menjauh dari Ratu. Ratu kaget dan bengong selama beberapa saat karena perubahan sikap yang drastis ini.

Pak Syarif merogoh kantongnya dan mengeluarkan HP-nya.

“Ya, Ivone. Saya di ruanganmu” ujar pak Syarif singkat lalu menutup telponnya. “Benerin kerudungmu tuh” kata pak Syarif kepada Ratu.

Ratu langsung paham dan buru-buru bergerak secepatnya ke arah sofa. Tepat ketika dia meletakkan pantatnya di sofa, pintu terbuka. “Hei, sorry menunggu lama” sapa bu Ivone yang masuk ke ruangan. Untung saja bu Ivone masuk sambil membaca berkas di tangannya, sehingga tidak melihat Ratu yang buru-buru merapikan kerudungnya yang agak berantakan. “It's OK Ivone” jawab Pak Syarif dengan suara yang agak serak sambil pura-pura memberikan perhatian penuh ke majalah Bazaar di meja.

Bu Ivone berbicara tentang draft kontrak dengan pak Syarif, sementara Ratu berusaha menenangkan detak jantung yang berpacu tak karuan seperti bertemu tilangan ketika lupa bawa SIM, sementara yang dibagian bawah entah mengapa malah kembali berkedut-kedut horny dan sudah tidak tertolong lagi, serasa waduk Katulampa yang luber. “Hehhh... banjir lagi dah memek gw” runtuk Ratu.
 
Sepakat untuk makan siang ditraktir pak Syarif, mereka bertiga plus Anita – staff purchasing – berangkat dengan mobil bu Ivone. “Lagi dicuci sama si Ahmad” jawab pak Syarif ketika ditanya mengapa tidak bawa mobil sendiri malah nebeng sama Ivone cs. Ahmad adalah sopir si Oom ganteng ini.

Ratu duduk di samping supir, bu Ivone, sedangkan pak Syarif dan Anita duduk di belakang. Pak Syarif sempat komplain karena maunya duduk di belakang bersama Ratu. Tapi hal tersebut sudah diduga oleh Ratu begitu mengetahui pak Syarif nebeng mobil bu Ivone. Jadi doski cepat-cepat ambil posisi di sampir supir. “Jangan nempel2 dulu dah sama ni Oom ganjen. Bisa2 digerayangi lagi kalau duduk bareng di belakang” batin Ratu.

Restoran sunda Raos tempat tujuan mereka tidak seberapa ramai hari ini. Dengan mudah bu Ivone mendapat parkir. Acara makan mereka berjalan santai dan menyenangkan. Candaan dan kadang celaan menjadi sumber tawa para perempuan tersebut. Seperti biasa, banyolan mesum Ratu menghiasi obrolan kelompok ini. Namun yang agak berbeda dengan biasanya, beberapa kali Ratu kena skak mat oleh candaan mesum pak Syarif. “Wah, tumben gue liat Ratu sampai speechless gini di obrolan soal lendir” ujar bu Ivone sambil tersenyum geli. “Huuh.. Ibuuuu.. jangan ikut2an ngecengin Ratu dong” balas Ratu sambil agak manyun bibirnya, protes karena ibu bossnya malah ikutan menyerang dia.

“Yahh.. kalau adu mulut yang ini sih mungkin gue bisa menang dari Ratu, Ivone” tukas Pak Syarif seperti membela Ratu, “Tapi kalau lawannya mulut bagian bawahnya Ratu, wah bisa-bisa gue KO lemes sebelum 5 menit hahahaha” pungkas pak Syarif diikuti tawa bu Ivone dan Anita. Ratu semakin manyun.


“Apaan sih pak Syarif, kepedean banget. Kaya Ratu mau aja diadu mulut bawah Ratu. Wek!” balas Ratu sambil meleletkan lidahnya.

“Ah, kalau di depan orang lain aja bilangnya ga mau. Giliran dipaksa dikit sama cowok ganteng, tu mulut yang nyaplok duluan” smash-an dari samping tidak terduga datang dari bu Ivone.

“Ahhhhh.... ibu nihhh...” rengek Ratu yang memerah mukanya sambil menyerang pinggang bu Ivone. Gelak tawa semakin ramai terdengar dari kelompok mereka ini.

“Eh Syarif, kan kontrak kerja sama yang baru yang beres nih. Nah, rincian detail order yang gue kasi lu minggu lalu itu udah lu tanda tangan kan? Kasi gue sekarang biar ini balik kantor bisa dicek sama Ratu” kata bu Ivone setelah reda gelak candanya.

“Ah, gue ga bawa Von. Ada di kantor”

“Lah gimana? Kan udah gue bilang bawa sekalian biar ga bolak balik habis tanda tangan PKS” balas bu Ivone agak sebel.

“PKS tanda tangan sih tanda tangan saja. Tapi untuk PO itu ada yang masih gue perlu dijelasin untuk beberapa item. Dan quantity-nya ya belum tentu persis seperti yang lu masukin lah”

“Yaelah, lu masih nawar juga, Itu udah moderate estimation. Inget ga, kuartal lalu lu ngejar2 produksi gue karena lo short on 3 atau 4 parts? Itu PO udah gue sesuai-iln dengan estimasi produksi lu” jelas bu Ivone panjang lebar.

“Ya udah, kita ke kantor gue dulu sekarang. Jelasin ke gue untuk beberapa item. Kalau OK, gue langsung tanda tangan. Paling revisi quantity dikit lah”.

“Yah ga bisa Rip. Kan gue udah bilang kalau habis lunch ada meeting sama boss besar. Ga mungkin gue kabur. Bisa digorok gue” kata bu Ivone.

“Terus gimana? Besok saja gue kirim berkasnya ke kantor lu ya”.

“Ah, ga keburu ngejar jadwal produksi. Lu sih mepet-mepet beresin PKS” semprot si ibu boss.

“Ya udah, Ratu, kamu temenin pak Syarif ke kantornya untuk bantu jelasin order. Habis itu ditandatangani, kamu langsung balik kantor. Jam berapapun selesainya, tetep balik kantor dulu ya” perintah ibu Ivone ke Ratu.

Lah, kok gue jadi harus pergi ke kantor oom ganjen” batin Ratu. Tapi Ratu hanya bisa mengiyakan perintah bossnya.

“Kamu bawa voucher taksi kan?”

“Bawa Bu” jawab Ratu.

“Dan ingat Ratu, jangan sampai nilai order turun dari yang sudah gue propose itu ya. Nambah boleh, tapi awas sampai turun. Lu atur dah” ancam bu Ivone ke Ratu.

“Siap Bu” jawab Ratu agak melas. Pak Syarif menyeringai.

Jadilah Ratu pergi bersama pak Syarif dengan taksi ke kantor pak Syarif. Kantornya terletak di kawasan Jakarta Pusat, sekitar 1 jam perjalananan dari restoran tempat makan siang mereka.

Herannya, di taksi si Syarif tidak berupaya meneruskan grepe2nya. Hanya ngobrol2 ringan dengan Ratu. Kadang-kadang nyerempet mesum, tapi sudah tidak kaya di resto tadi lagi. Ratu jadi lebih nyaman tidak tidak bete lagi.

Kantor pak Syarif menempati gedung bertingkat lima di bangunan yang sudah cukup lama. Tapi karena peremajaan, tidak terlihat kusam ataupun tua.

Berjalan masuk ke kantor bersama big bossnya seperti ini memang agak membanggakan. Security dengan sigap memberi hormat dan membuka jalan. Mengiringi dan membukakan lift yang langsung menuju lantai 5, kantor para direksi. Ratu langsung di ajak menuju ruangan Pak Syarif.

Di depan pintu dobel dari kayu jati yang elegan, ada dua meja dengan masing-masing wanita cantik di belakangnya. Keduanya sektretaris pak Syarif. Yang langsung berdiri dan membukakan pintu ruangan ketika melihat sang boss keluar dari lift.

“Terima kasih Linda” kata pak Syarif ramah tapi tanpa melihat sedikit pun ke sekretarisnya yang membukakan pintu. Wanita semi oriantal dengan wajah lonjong dan rambut hitam rapi disanggul modern.

Ratu kurang suka dengan cara memandang si Linda itu kepadanya ketika mengiringi langkah pak Syarif masuk ruangannya. Tapi dia tidak tau mengapa.

Ruang kerja pak Syarif jauh lebih mewah dari ruangan boss si Ratu, bu Ivone. Ruangan 30 meter persegi itu lantainya dilapisi karpet tebal, dilengkapi set sofa dan meja. Rak buku memanjang memenuhi dinding membentuk hurf L. Sisi lainnya adalah kaca besar menghadap ke jalan raya dan gedung sebelah. Meja kerja besar dari kayu jati hanya berisi beberapa berkas dan satu laptop tipis.

“Duduk dulu Ratu” perintah, bukan tawaran, dari pak Syarif. Ratu menurut. “Mau minum apa?” lanjut pak Syarif. “Apa saja Pak” sahut Ratu.

Syarif membuka kulkas dan mengeluarkan coke dingin. Diserahkan botol coke dingin itu ke Ratu setelah dibukakan. Ratu langsung menenggaknya.

Kemudian Syarif berbicara sebentar di interkom. Tidak beberapa lama salah satu sekretarisnya masuk ke dalam ruangan sambil membawa setumpuk tipis berkas.

“Thanks Anggi”. Ternyata yang satu lagi bernama Anggi. “Oh, jangan ganggu saya kecuali saya panggil” tambah Syarif. “Baik Pak” sahut Anggi dengan takzim lalu keluar ruangan dan menutup pintu.

Sambil membawa berkas tersebut, Syarif duduk di sofa di sebelah Ratu. Ratu reflek bergeser menjauh sedikit. Tak terpengaruh sedikitpun, Syarif membaca setiap itenary dari PO tersebut dengan teliti. Waktu serasa berjalan sangat perlahan bagi Ratu. Dia menenggak lagi coke-nya.

Syarif menulis beberapa hal di atas PO tersebut. Ratu jadi agak khawatir.

Syarif melanjutkan membaca. Ratu memandang berkeliling ruangan.

Syarif menelpon entah siapa, ngomongin stok dan entah apaan. Ratu cek status.

“Ratu” kata Syarif tiba-tiba. “Iya Pak” sahut Ratu agak kaget.

“Saya tidak masalah dengan semua item ini”. Nafas lega Ratu terdengar cukup jelas. “Tapi quantity untuk item A9041 dan A9047 saya kurangi sekitar 35% dari quantity tercantum”. Hati Ratu mencelos.

“Kenapa dikurangi Pak?” tanya Ratu agak cemas.

“Dua item ini kan supply item yang rutin pabrik saya pakai dalam produksi. Kebutuhannya cukup konstan dan estimasinya sudah jelas berapa perlunya. Tidak perlu saya tambahi untuk jadi stock di warehouse saya”

“Kata Ibu kan ini sudah dihitung dengan perhitungan ekspansi produksi Bapak. Biar aman” Ratu berupaya mengangkat argumennya, walau terdengar tidak percaya diri.

“Ya tinggal saya order ke kamu ketika jumlah menyentuh ambang untuk replenish. Toh kedua item ini kalian selalu punya stock. Jadi tidak perlu tambah lead time untuk delivery. Saya jadi hemat biaya storage”

“Tapi pak..” Ratu kehilangan kata-kata. Dia tidak siap untuk ini.

“Apa coba manfaatnya buat saya nyetok excess 35% dari kebutuhan pabrik sampai 6 bulan kedepan kaya gini?” tantang Syarif kepada Ratu.

Ratu sebal sekaligus ketakutan melihat perkembangan yang tidak dia duga ini. Seringai licik Syarif semakin membuat tangannya berkeringat. “Gue harus jawab apaa... Matik dah gue” batin Ratu berkecamuk panik.

“Telpon saja boss kamu kalau kamu tidak bisa yakinkan saya” kata Syarif kemudian.

Dan itu usul yang sangat tidak mungkin untuk dilakukan. Siapapun di perusahaan Ratu tau untuk jangan pernah mengganggu meeting bu Ivone dengan big boss. PHK instan bisa terjadi. Dan Ratu sangat tidak mau di PHK.

“Pak, plis Pak, dipertimbangkan lagi. Kan ibu sudah bilang kalau PO jangan sampai berkurang nilainya” Ratu sudah menyerah berargumen, beralih ke memohon.

“Lah, apa alasan saya harus beli lebih?”

“Tapi kan... “ Ratu kehabisan akal. “Saya harus bilang apa ke Ibu Pak? Tolong saya Pak” mohon Ratu lagi. “Aduhh. Huhuhu.. gue bisa dipecat kalo kembali dengan PO kurang gini” tangis Ratu dalam hati.

“Itu urusanmu dengan Ivone” tukas Syarif tegas.

“Pak..” Ratu belum mau mundur dari medan. “Saya harus bilang apa, harus kasi alasan apa ke Bapak agar Bapak mau menerima quantity yang sudah Ibu buat” Ratu berganti taktik, karena otaknya sudah tidak mampu mengeluarkan jawaban dan argumentasi untuk masalah ini.

“Tidak ada yang bisa katakan akan merubah pendirian saya”.

Ratu langsung lemas mendengar jawaban pungkas tersebut. Kepalanya menunduk, matanya mulai berkaca-kaca.

“Tapi..” Syarif meneruskan, Ratu mengangkat kepalanya, memandang Syarif dengan secercah harapan baru. “apa yang bisa kamu LAKUKAN, mungkin bisa merubah pendirian saya. Mungkin lho ya”.

Mendengar ada kemungkinan solusi, semangat Ratu membuncah.

“Apa pak, apa yang Ratu bisa lakukan?” tanya Ratu agak terlalu bersemangat sehingga tanpa sadar memegang tangan Syarif.

Lalu Ratu melihat senyum Syarif. Dan dia langsung tersadar apa mau lelaki ini sebenarnya.
 
Ratu langsung beringsut menjauh dari Syarif. “Ah, Bapak mau itu ya. Ratu ga mau Pak” ujar Ratu sambil menggelengkan kepalanya. Ingatan tentang momen mesum di kantor Ivone terpampang segar di pelupuk matanya.

Sambil menyeringai geli Syarif bertanya “Emang kamu pikir saya mau kamu lakukan apa Ratu?”

Ratu diam tidak menjawab.

“Ayo, mau apa. Jawab dong” desak Syarif sambil masih menyeringai jahil.

“Ngewe” bisik Ratu lirih.

“Apa? Saya ga denger? Syarif semakin mendesak dan mendekati Ratu lagi.

“Bapak mau ngewe Ratu kan” kata Ratu agak keras akhirnya. Pipinya memerah.

“HAHAHAHA” tawa Syarif meledak.

“Tidak. Bukan itu yang saya mau kamu lakukan sekarang”.

Ratu bingung.

“Berdiri”.

Walau masih bingung, Ratu berdiri.

Syarif memandangi lekat-lekat wajah Ratu lalu turun sampai ke kakinya.

Wanita semampai dengan wajah agak kotak simetris, cantik dengan alis tegas hidung agak mancung dengan bibirnya yang berisi. Langsing namun dengan mengejutkan berisi padat di bagian pantat sampai membulat mundur. Mengenakan jilbab modern yang dililit ringkas dileher, kemeja lengan ¾ semifit sampai sebatas pantat, serta kaki yang dibalut celana jegging sehingga semakin mempertegas langsing tubuhnya. Ratu mengenakan pakaian yang mencoba menyampaikan “Gue mau dianggap cukup agamis tapi tetap tau cara having fun”. Just like what Syarif like it. Agamis tapi menggoda. Kalau mengikuti kata hati, eh kontol, maunya sudah menelanjangi Ratu saja dan menidurinya. Tapi, ini masih pukul 2.15 dan mau bersenang-senang dulu.

Syarif beranjak berdiri, berjalan menuju rak buku. Ratu jadi heran.

Tiba-tiba alunan musik hip hop menghentak. Tidak terlalu keras, tapi mengisi ruangan. Ratu makin heran.

“Ayo Ratu, sekarang goyang”.

“Hah goyang pak? tanya Ratu tidak percaya.

“Iya, goyang, Ikutin musiknya” tegas Syarif.

“Ah, malu ah Pak” tolak Ratu.

“Ayolah Ratu. Demi PO” kata Syarif. “Lagian saya tau kamu suka dugem sama Ivone cs. Saya sudah lihat video kamu goyang di X2 sama Ivone & Evelyn (teman bu boss)”.

Ratu jadi agak tengsin ketahuan dugem. “Kaya apa gue di video itu ya” batin Ratu agak penasaran.

“Ayo cepat” desak Syarif lagi.

Akhirnya Ratu mengangkat tangannya, dan mulai menggoyang tubuhnya.

“Lebih semangat Ratu. Ga mau saya kalau setengah-setengah”. Ratu menuruti. Matanya agak terpejam, menggeleng pelan, pinggul dan tangannya mulai bergoyang mengikuti dentuman audio.

Syarif duduk mengangkang lebar dan menyeringai puas. Pemandangan seorang wanita cantik berkerudung bak model amatir sedang bergoyang dugem, mulai merangsangnya.

Beberapa saat saja, Ratu jadi jauh lebih rileks dan goyangnya menjadi semakin menghayati. “Sebodo ah, udah syukur cuma disuruh goyang aja” batin Ratu yang menjadi lega karena permintaan pak Syarif diluar dugaannya hanya begini saja.

“Lebih hot Ratu” teriak Syarif menyemangati dari duduknya.

Ratu menjawab seruan Syarif dengan menggoyang dan memutar pinggulnya lebih kencang lagi.

“Yess.. gitu dong. Shake that ass!” seru Syarif semakin semangat.

Ucapan “shake that ass” seperti kata kunci bagi Ratu untuk sedikit menunduk, menaruh kedua tangannya di tepian meja kerja dan menunggingkan pantatnya. Lalu wanita cantik ini mulai menggetarkan pantatnya dengan heboh.

“WAAOWW.... mantap Ratuu” seru Syarif yang kini duduk tegak di kursinya.

Nih, lihat sampai copot mata lu, goyang dribble pantat gue” ujar Ratu dalam hati penuh semangat.

Tiba-tiba musik menjadi pelan. Ratu pun berhenti men-dribble pantatnya.

Syarif berdiri di depan sound system sambil berkata “Sekarang copot celana lu”. Setiap kata diucapkan dengan intonasi jelas, tidak terlalu cepat namun tegas. Energi Ratu yang tadi bergelora, menguap entah kemana. Dia sangat sadar bahwa dia tidak akan bisa menolak perintah ini.

Walau begitu, bibirnya masih mencoba mengutarakan penolakan “Pak..” kata Ratu lirih tanpa bisa melanjutkan.

“Sekarang!” tukas Syarif keras.

Ratu melepaskan sepatu wedgesnya, lalu tangannya meraih ke pinggang celana aladinnya dan perlahan sekali mulai menurunkannya melewati pantatnya. Perlahan seolah berharap pak Syarif berubah pikiran di tengah jalan sehingga dia tidak perlu menjalani hal yang memalukan ini. Tapi, hal tersebut tetap sebatas harapan. Pandangan Syarif tajam memandang ke paha putihnya yang mulai tersingkap.

Sudah tidak bisa dihitung dengan dua tangan jumlah lelaki yang melihatnya meloloskan celana seperti ini. Tapi, semua itu terjadi karena mereka itu pacarnya atau hubungan saling suka atau suaminya. Belum pernah karena dipaksa di urusan pekerjaan. Selama ini klien-klien prianya dari berbagai perusahan lain selalu cukup puas dengan sekedar pelukan kecil tanpa gairah dan canda-canda mesumnya saja. Tapi juga, tidak ada dari mereka dari perusahaan dengan order sebesar PT BES milik pak Syarif.

Akhirnya Ratu selesai meloloskan kaki terakhir dari bungkusan celananya. Tidak tau hendak diletakkan dimana, celana Ratu teronggok begitu saja di dekat kakinya. Ratu tidak berani memandang pak Syarif. Antisipasi untuk hal berikutnya begitu menyesakkan.

“Ikat bajumu setinggi pusarmu” perintah Syarif berikutnya terdengar seperti gong. Menggaung di kepala Ratu. Ratu pun menuruti. Membuka dua kancing paling bawah kemejanya, kedua ujungnya lalu diikat erat di atas perut ratanya.

Kini pantat montok dan g-string hitam Ratu terlihat jelas. Reflek kedua tangannya menutup bagian depan selangkangannya. Setengah yakin bahwa pak Syarif akan memerintahkan untuk menyingkirkan tangannya dari selangkangan, Ratu agak kaget karena malah suara musik yang kembali bergemuruh.

“Ayo goyang lagi” ujar Syarif sambil menyeringai.

Tanpa dikomando kedua kali, Ratu kembali bergoyang.

“Ah, kok jadi memble gini. Hot kaya tadi lagi dong” protes Syarif kepada Ratu.

Ratu pun menaikkan persneling, dan langsung kembali bergoyang penuh gairah seperti tadi.

Berbeda dengan tadi, kini pak Syarif mendekati Ratu di tengah ruangan dan ikut bergoyang.

“Mantap Ratuuu... goyang terus” cerocos Syarif sambil bergoyang.

“Shake that ass!” kembali Syarif mengucapkan hal tersebut. Namun kali ini Ratu tidak menunggingkan pantatnya, apalagi melakukan goyangan dribble seperti tadi.

“Hei, apa2an ini. Ayo, shake your ass. Nungging Ratu” ujar Syarif agak ketus.

Ratu ragu-ragu berbalik dan memegan tapian meja kerja. Tapi tetap tidak menunggingkan pantatnya.

PLAK! “AWW..!” Ratu menjerit kaget ketika merasakan tamparan di pantatnya.

“Ayo Ratu” kata Syarif lagi. Ratu tau seharusnya dia menolak perlakuan ini, lalu dia pergi dan keluar dari ruangan terkutuk ini. Tapi, tidak. Dia tidak bisa menolak laki-laki ini. Ada bagian dari dirinya yang ingin memenuhi permintaan mesumnya. Dan bagian itu yang menang dari harga diri dan nalar sehatnya.

Jadi Ratu menaruh bobot tubuhnya di kedua tangan yang bersandar pada meja, lalu ditunggingkan pantatnya. Wajahnya pias memerah malu karena dia tau Pak Syarif bisa melihat dengan jelas bongkahan pantatnya dan gundukan memeknya yang hanya tertutup secarik g-string. Tapi, Ratu tidak peduli. Dia mulai menggoyang lagi pantatnya. Bergetar. Naik turun dengan cepat. Seperti dua bola basket yang didribble.

“YESS.. Gitu dong Ratu. Hahaha” tawa puas Syarif membahana melihat Ratu menuruti maunya.

This is not gonna end well” runtuk Ratu dalam hati.

Seperti doa yang bersambut, kata hati Ratu barusan seperti langsung mendapat jawabannya ketika kedua tangan Syarif meraih pinggang Ratu dan menempelkan pinggulnya ke pantat Ratu yang masih bergoyang. Dengan penuh nafsu Syarif menyodok-nyodokkan selangkangannya ke pantat montok Ratu.

“Empph...” Ratu hanya bisa mendesis tidak nyaman “Huuh udah kaya pembukaan film bokep aja” runtuknya lagi dalam hati. Dan Ratu memang ada benarnya, akan terjadi adegan bokep di ruangan tersebut dengan dia menjadi pemeran utamanya.

Birahi Syarif sudah di ubun-ubun, jadi dia sudah tidak tahan lagi berlama-lama mempermainkan Ratu dan menontonnya bergoyang. Disingkirkannya selapis kain yang menutupi aurat Ratu. Dengan cepat Syarif membuka celananya dan mengarahkan kontolnya sudah menegang maksimal ke belahan vagina Ratu. Batang kontol lelaki paruh baya itu tanpa halangan berarti masuk membelah bibir memek Ratu.

“Ughh.. pakkk....” keluh Ratu pasrah ketika merasakan memeknya dimasuki batang keras yang hangat. Seperti ada kejutan listrik yang mengaliri seluruh tubuhnya ketika gumpalan daging pak Syarif menyesaki dinding memeknya.

Dengan egoisnya Syarif memompa memek Ratu. Menghempaskan setiap atom birahi yang selama ini tersimpan untuk perempuan ini diiringi dentum musik. Ratu hanya berpegang kuat-kuat pada pinggir meja ketika tubuhnya terguncang-guncang karena sodokan-sodokan kontol pak Syarif.

“Katanya ga mau, tp memekmu banjir gini” ejek Syarif terengah-engah. Mulut Ratu hanya membalas dengan desahan-desahan, walau dalam hati memaki “dasar memek sialan! Gampang banget sih horny”.

Batang kontol Syarif bergerak maju-mundur di dalam memek Ratu dengan cepat tanpa ritme dan interval. Syarif betul-betul hanya ingin memuaskan birahinya tanpa peduli kenikmatan Ratu.

Ayo dong cepat keluarr..” runtuk Ratu dalam hati, karena setiap menit berlalu reaksi nikmat di liang peranakannya semakin membuncah. Tidak lama lagi Ratu tidak akan bisa bertahan.

Harapan Ratu terkabul karena beberapa menit kemudian genjotan Syarif semakin kencang dan dengus nafasnya menderu-deru, menandakan orgasme menjelang. “Ini... ini Ratu.. peju buat kamuuu.. Ugghhhhh...” lenguh Syarif penuh kepuasan sambil menekan dalam-dalam batang kontolnya kedalam liang senggama Ratu sambil mencengkram bongkahan pantat bohay-nya.

Yang Ratu tidak sangka adalah memeknya jadi ikut berkedut-kedut kencang dan rasa gatalnya membuncah ingin digaruk keras-keras oleh kontol pak Syarif. Tanpa bisa ditahan orgasme Ratu ikut meledak.

"Eemmmmmpppphhh.. Pakkkk..." lenguh Ratu melampiaskan O keduanya hari itu. Semprotan hangat peju pak Syarif dalam liang memeknya malah semakin memperpanjang orgasmenya.

"Damn ittt... kenapa gue juga ikutan keluar cepet gini? Tapi, enak gila. Sial!" emosi berlawanan berkonflik di batin Ratu.

Ketika Syarif mencabut kontolnya, lelehan peju kental mengalir keluar dari belahan bibir memek Ratu. Syarif terkekeh puas sembari mengelap kontolnya dengan celana dalam Ratu. “Makasi ya cantik” ujar Syarif sambil menepuk-nepuk pantat Ratu.

Ratu membersihkan lelehan peju dari memeknya dengan tissue, lalu memakai kembali celananya. Tanpa celana dalam, karena sudah dipenuhi aroma peju pak Syarif. Merapikan bajunya, lalu perlahan memakai make-up nya lagi yang agak luntur karena ciuman pak Syarif. Semua dilakukannya dalam diam, hanya ditengahi suara gesekan pena pada kertas ketika pak Syarif menandatangani berkas-berkas.

“Nih, semua PO sudah saya tanda tangani sesuai yang boss kamu mau. Mudah kan kalau ada “pelicinnya” hehe” ujar pak Syarif sambil menyerahkan dokumen konfirmasi order kepada Ratu.

Ratu menerima dokumen tersebut sambil agak mengerucutkan bibirnya.

“Sudah, ga usah cemberut gitu. Kan sama-sama enak hahaha” kekeh pak Syarif sambil menjawil dagu Ratu.

“Hu uh. Bapak puas, nyoblos saya seenaknya” ujar Ratu merajuk.

“Hahaha.. sudah, balik kantor sana. Ditunggu ibumu tuh”.

“Lah, Bapak ga nganterin? Masa habis dipake langsung disuruh pergi?” serang Ratu senewen.

“Saya masih ada meeting lagi. Nih, buat ongkos taksi” tukas Syarif sambil menyodorkan setumpuk uang seratus ribu.

“Ih, cuma dikasi duit taksi terus disuruh pulang sendiri. Ratu udah kaya perek Mangga besar aja” balas Ratu walau kini dengan senyum tertahan sambil dengan dengan cepat meraih uang dari tangan pak Syarif.

“Bedalah kamu dengan cewe2 Mangga Besar” kata Syarif. “Pantat kamu lebih sekel haha” tambah Syarif sambil meremas bokong Ratu.

“Aihh.. Pak Syarif belum puas juga?” Ratu manyun namun tidak menghindar dari remasan pak Syarif.


Canda mesum itu terhenti ketika ada suara telepon masuk. Dari internal. Ternyata sekretaris mengabarkan taksi untuk Ratu sudah datang.

Walau agak sebal karena pak Syarif bahkan tidak berbasa-basi sun good bye ketika Ratu pamit (serasa lonte prof beneran, habis pakai langsung suruh pergi), Ratu senang karena duit taksinya terasa cukup tebal. Bahkan tatapan menghakimi dari kedua sekretaris cantik pak Syarif tidak mengurangi mood-nya.


“Lumayan, 3 jeti untuk 5 menit joget plus 5 menit nungging” batin Ratu dalam taksi sehabis menghitung uangnya.

END
 
Wah gila sang legend turun gunung. Sebelum baca, ane ucapin terimakasih hu. Karya ente menghiasi kehidupan Passeo ane.
 
Hahaha gokil... Masih main paseo aja. Hajar tetangga lah..
Ane tetep berpegang teguh dengan pepatah, "Hanya Aku, Tuhan, dan Passeo Yang Tahu" hu, tetangga aja malah ketagihan hu, Passeo + Listerine hahaha
 
Suhu panutan ane. Ditunggu serial Vani lgi kalo ada suhu heheheh
 

selamat datang kembali suhu Ethan Sang Adventures

 
Cerita series si Vani udah melegenda, kini sang suhu telah turun dari kahyangan untuk menulis sebuah mahakarya lainnya..
Mantap hu..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd