Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG RIMBA ASMARA

Thema apakah yang paling anda gandrungi dalam Sub Forum Cerita Bersambung ini?

  • Hubungan sedarah atau incest, dengan mama atau saudara kandung

    Votes: 316 17,6%
  • Hubungan setengah baya atau MILF, antara yang muda dengan yang tua

    Votes: 239 13,3%
  • Hubungan sex Cukold, eksib, voyeur, mengintip dan di tempat umum

    Votes: 132 7,3%
  • Hubungan sex di kalangan remaja atau SMU/pesantren/sederajat

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex di kos-kosan mahasiswa/mahasiswi

    Votes: 85 4,7%
  • Hubungan sex Perkosaan

    Votes: 46 2,6%
  • Hubungan Sex affair di kalangan bisnis atau antar pegawai kantoran

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex dengan Bini Orang

    Votes: 159 8,9%
  • Hubungan sex dengan Laki Orang

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex di kalangan selebriti Indonesia

    Votes: 80 4,5%
  • Hubungan sex di pedesaan/ di perkampungan

    Votes: 88 4,9%
  • Hubungan sex dengan wanita berhijap/kerudung

    Votes: 332 18,5%
  • Hubungan sex romantis

    Votes: 62 3,5%
  • Scandal sex para politisi atau pejabat

    Votes: 19 1,1%
  • Hubungan sex lesbian/gay

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex lainnya

    Votes: 8 0,4%

  • Total voters
    1.796
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Ya, kira-kira segitulah menurut hitungan waktu matahari @nurseboy03
Namun menurut Peraturan Perundang-undangan Sastra Titah Dewa Bab tentang KECUKUPAN DAN KEDEWASAAN SEORANG WANITA, yang berlaku di seluruh Kerajaan Janggala Nagara beserta seluruh Kerajaan Jajahannya, bahwa: SEORANG WANITA DIANGGAP DEWASA DAN BOLEH MENIKAH SETELAH USIANYA MINIMAL 97 PURNAMA.

Demikianlah penjelasannya.
Info lebih lanjut Hubungi Mahapatih Kerajaan Janggala Mada Rajasa di Istana Kumala. Terimakasih.
 
Namun menurut Peraturan Perundang-undangan Sastra Titah Dewa Bab tentang KECUKUPAN DAN KEDEWASAAN SEORANG WANITA, yang berlaku di seluruh Kerajaan Janggala Nagara beserta seluruh Kerajaan Jajahannya, bahwa: SEORANG WANITA DIANGGAP DEWASA DAN BOLEH MENIKAH SETELAH USIANYA MINIMAL 97 PURNAMA
Suhu @Purbaya1 bisa aja bikin peraturan kerajaan. Ha ha ha keren keren keren mantablah
 
Ya, kira-kira segitulah menurut hitungan waktu matahari @nurseboy03
Namun menurut Peraturan Perundang-undangan Sastra Titah Dewa Bab tentang KECUKUPAN DAN KEDEWASAAN SEORANG WANITA, yang berlaku di seluruh Kerajaan Janggala Nagara beserta seluruh Kerajaan Jajahannya, bahwa: SEORANG WANITA DIANGGAP DEWASA DAN BOLEH MENIKAH SETELAH USIANYA MINIMAL 97 PURNAMA.

Demikianlah penjelasannya.
Info lebih lanjut Hubungi Mahapatih Kerajaan Janggala Mada Rajasa di Istana Kumala. Terimakasih.
klo begitu aq gak bisa komentar lagi..suhu cuma bisa jd silent reader yg mengapresiasi karya suhu dengan membaca hingga tamat....terima kasih mahapatih
 
Akhirnya owih jg, ga kentang lg... semoga betok ga penasaran lg, waktunya lanjut ke sapta gapura...
 
Akhirny Owih juga tuh ratu sekaligus terbukanya gerbang ke 7

dilanjut Suhu perjalanan Paduka Raja Marsudi Kasman

SALAM OWWIH... OWWIIH
 
Aku tertidur hanya sekejap. Ketika terjaga, kulihat si betok masih terlelap. "Tok, betok, Cape, ya, pean." Kataku pada diri sendiri sambil tersenyum. Sementara itu kulihat Ratu Wulandari masih telentang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Matanya terpejam dan nafasnya teratur. Mulutnya tersenyum simpul dan dada mempelemnya yang mancung melengkung, bergerak turun naik. Sementara bibir-bibir memek abgnya yang sangat belia itu, yang semula belahannya rapat, kini menjadi mekar. Bibir-bibir memek bagian dalamnya yang semula terlipat, kini terlihat bagai kerang muda yang baru selesai direbus. Demikian pink dan ambyar hasil pekerjaan si betok yang kini menggantung lelap di selangkanganku.

Aku mengenakan pakaian. Mengikat kemben di pinggang dan meninggalkan asesoris kerajaan lainnya di kamar sang Ratu. Aku melangkah ke teras dan duduk di atas bangku kayu berlapis kulit kuda. Kutatap sebuah bangunan gapura yang berbentuk persegi panjang di ujung pinggir tebing gunung Kutaghede ini.

Gapura itu sepertinya merupakan batu gunung utuh yang dibentuk oleh alam. Ukuran tingginya kukira sekitar 3 meter lebih dan lebarnya sekitar 2 meter. Ketebalannya aku tidak tahu. Karena batu gunung berbentuk persegi itu hanya bagian depannya saja, sedangkan memanjang ke belakang bentuknya agak menggelembung dan tidak rata. Dia membentuk menjadi satu bagian dengan pinggiran tebing.

Ya, itulah Sapta Gapura.

Gapura itu memiliki satu daun pintu yang terbuat dari kayu Malaka yang tahan air. Pintu itu ditanam dengan sistem engsel berupa tonggak besi berdiameter 2,5 centimeter, yang terletak di tengah-tengah lebar pintu dan tengah-tengah tebal pintu. Jadi itu seperti pintu putar yang sering kita jumpai di perkantoran atau mall saat ini.

Istana Pribadi Ratu Wulandari terletak di puncak Gunung Kutaghede yang berangin. Apabila angin bertiup kencang, pintu Sapta Gapura bergoyang-goyang. Namun, apabila angin bertiup sangat kencang, pintu itu menjadi berputar seperti baling-baling. Walaupun tidak kencang.

Ketika pintu itu berputar, sekilas dapat kulihat bagian dalam di balik pintu itu yang tampak gelap. Hem, sepertinya itu adalah sebuah goa.

Aku menarik nafas panjang.

Di teras Istana Pribadi Ratu Wulandari ini, di sebelah kiri bangku kulit kuda, Ransel Keranjang Bambu tampak diam membeku. Sekilas kulihat isi di dalamnya, celana pendek dan celana dalamku masih ada. Puluhan kerikil warna warni itu pun masih ada. Sedangkan kendi bertutup itu sama sekali tak bergeser dari tempat berdirinya di sebelah kiri bagian dalam ransel.

Aku melangkahkan kaki berjalan-jalan di sekitar pelataran halaman istana pribadi ini. Angin cukup kencang dan kulihat gerombolan awan tipis-tipis berlarian di pinggang gunung. Pemandangan alam di sekitar istana ini sangat menakjubkan.

Sambil berjalan-jalan, aku memunguti kerikil-kerikil warna-warni yang sangat banyak bertebaran di tanah cadas pelataran Istana ini. Aku memperkirakan, luas puncak Gunung Kutagedhe ini sama dengan luasnya Stadion Gelora Bung Karno di Jakarta.

Cukup banyak aku mengumpukan kerikil-kerikil itu, banyaknya sekitar seperempat isi ransel keranjang bambuku. Entah mengapa aku menyukai kerikil-kerikil warna warni itu. Mungkin karena kerikil itu mirip kristal. Jika aku arahkan kerikil yang warna biru misalnya ke matahari, maka dari permukaan kerikil itu akan berhamburan warna-warna aneh yang sangat indah. Dan aku merasa senang melihatnya.

Setelah bosan berjalan-jalan, aku duduk kembali di teras. Berpikir. Merenung. Bagaimana pun duniaku bukanlah di Kerajaan Jenggala ini. Di sini memang sangat menyenangkan. Tapi ini semua hanyalah bagian dari tugas untuk mendapatkan sekendi air curug terakhir. Curug ke 7.

Cepat atau lambat aku akan pergi memasuki pintu Sapta Gapura dan menghilang dari kehidupan Ratu Wulandari yang memeknya sangat lezat, untuk selama-lamanya.

Aku menunggu dia terbangun untuk mengucapkan selamat tinggal.

***

Aku sedang memikirkan sepatu kulitku yang tertinggal entah di mana ketika Sinem Sundari, Patih Pribadi Sang Ratu, muncul dari arah tangga. Dia menating nampan Kayu sengon yang di atasnya berdiri dua gelas tinggi yang terbuat dari bambu hitam.

Sinem Sundari memiliki tubuh tinggi yang dan tipis. Kulitnya kecoklatan agak gelap. Hidungnya mancung dengan mata yang sipit. Dia mengenakan kemben tipis yang dililitkannya dari atas buah dadanya yang kecil agak rata sampai ke perutnya. Setelah kemben sebagai atasan, dia mengenakan kain sebagai bawahan. Kain yang dikenakannya hanya sebatas paha dengan ikat-lilit yang longgar, agar gerak kakinya bisa lincah bergerak naik turun tangga.

Rambutnya ikal panjang jatuh di pertengahan punggungnya. Ketika dia datang menyembah, aku tahu mata sipitnya itu demikian tajam melirik si betok yang sedang tidur terkulai, jatuh berayun-ayun di antara pahaku.

Ujung bibirnya tampak meneteskan air liur.

Setelah meletakkan nampan di sebelah kiriku, dia duduk bersimpuh di depanku dengan kepala menunduk.
"Mohon ampun Paduka yang mulia, Baginda Maharaja Marsudi Kasman Putra Dewa Matahari Perkasa, hamba melihat Baginda sangat menyukai kerikil-kerikil yang berwarna warni itu... hamba juga punya sedikit koleksi kerikil warna-warni yang besarnya sebesar-besar kepalan tangan." Katanya sambil terus menunduk.
"Oh, itu bagus Sinem." Kataku. "Kita memikili hobbi yang sama."
"Ampun Paduka yang mulia, izinkan dan restui hamba mempersembahkan semua koleksi hamba untuk paduka."
"Kalau kuizinkan dan kurestui, kau menginginkan imbalan apa dariku Sinem?"
"Ampun Baginda Maharaja Marsudi Kasman Putra Dewa Matahari Perkasa, izinkan dan restui hamba mengambil dulu koleksi hamba Paduka."
"Baiklah, izin dan restu mengambil koleksi kerikilmu sudah kau dapatkan." Kataku.

Sinem dengan setengah berlari mengambil koleksinya, tidak berapa lama kemudian dia kembali lagi sambil membawa kerikil-kerikil sebesar kepalan tangan itu dalam pelukan kedua tangannya.
"Ampun Paduka yang mulia, semuanya ada 7 butir. Hijau, Merah, Kuning, Biru, Jingga, Nila sama Ungu." Katanya sambil menjatuh ke 7 kerikil di hadapanku.
"Wah, sangat indah sekali Sinem. Kamu yakin ingin memberikannya kepadaku?"
"Ampun Baginda Maharaja Marsudi Kasman Putra Dewa Matahari Perkasa, hamba merasa sangat yakin. Dan merasa bahagia jika Paduka yang mulia sudi menerimanya."
"Aku menerimanya dengan senang hati. Nah, masukanlah semuanya ke dalam ransel keranjang bambu ini."

Sinem Sundari segera memasukkan ke 7 butir kerikil sebesar kepalan tangan itu ke dalam ransel bambu, lalu dia kembali lagi duduk bersimpuh di depanku.
"Nah, sekarang katakanlah keinginanmu." Kataku.

Sinem diam sejenak.

"Ampun Baginda Maharaja Marsudi Kasman Putra Dewa Matahari Perkasa... hamba... hamba... ingin...ingin... diewe sama baginda." Katanya dengan terbata-bata. Lalu dia menyembah berkali-kali. "Ampun Baginda ampun hamba telah lancang."
"Tidak apa-apa Sinem." Kataku. "Aku ra po po." Kataku sambil memegang pundaknya agar berhenti menyembahku. Aku menyibakkan pakaianku dan menarik ke dua pangkal lengan Sinem sehingga kepalanya mendekati selangkanganku.

Sinem seperti otomatis membuka mulutnya dan melahap kepala kontolku dan mengemutnya.
"Nyam...nyam...slurrrppp... nyam...nyam...slurppphh... owh Baginda... enaak nian kontol baginda... owh... slurpphh..." Kata Sinem sambil terus mengunyah kepala si betok dan melahapnya hingga jauh menyelam ke dalam langit-langit mulutnya yang hangat dan basah. Sementara mulutnya mengocok si betok, tangan Sinem mengobel-ngobel memeknya agar basah.

Aku tersenyum melihat betapa semangatnya Sinem menggelomoh kontolku sambil menahan rasa hangat-hangat lembut yang menerjang si betok.

Setelah merasa cukup puas dengan mengemut-emut dan menggelomoh si betok, Sinem berdiri dan melepaskan kain samping bawahannya.

Paha dan betis Sinem kini jadi telanjang. Tampak paha dan betisnya sangat panjang. Mungkin tinggi Sinem ada sekitar 185 cm. Sangat tinggi.

Sinem memiliki memek yang berbentuk seperti kerang kuwuk dengan bibir-bibirnya yang sangat lebar dan belahan memek yang juga sangat lebar.

Aku berbraing di bangku kulit kuda dengan kedua kaki jatuh ke lantai teras Istana. Sinem mengangkangiku lalu dengan mudahnya dia melahap si betok yang sudah berdiri gagah dengan mulut liang memeknya.

Dia menekuk kedua kakinya dan mengentot si betok dengan mata terpejam.
"Owh Baginda..." Katanya sambil menggenjot pinggulnya pental pentul ke depan ke belakang dengan sedikit susah payah."Owwwihh... owwih...owwihh."

Plak plok plak plok plak plok plak plok plak plok plak plok...
"Owwih... owwih... owwih..."

Aku tersenyum merasa nikmat dientot oleh Sinem dari atas. Ini gaya yang agak aneh. Women On Top (Wanita di atas) namun dengan gaya missionari. Ha ha ha... enaaak deeh.

Sementara aku menikmati genjotan Sinem yang semakin lama semakin cepat, Sinem pun mengerang-erang tertahan. Dia takut ketahuan oleh majikannya, Ratu Wulandari.

Pada saat Sinem akan menemukan puncaknya, pada saat itu juga terdengar suara panggilan dari dalam Istana.
"Bagindaaaa... Paduka ada di mana?" Tanya Ratu Wulandari dari dalam ruangan.

Sinem langsung saja melotot. Wajahnya jelas khawatir dan penuh ketakutan. Dia segera mencabut memeknya dari si betok dan berlari. Adduuuuhhhh... kasihan sekali Sinem. Kamu kentang!!!!

Aku masih berbaring di bangku kayu berlapis kulit kuda ketika Ratu Wulandari dengan langkah terhuyung-huyung dan dalam keadaan telanjang bulat ke luar dari pintu. Dia tampaknya masih belum terjaga 100% ketika matanya melotot melihat si betok yang bagaikan tiang bendera berdiri melambai-lambai.
"Oh... Bagindaaaaaa!!!" Jerit sang Ratu sambil berlari ke arahku. Dia langsung meloncat ke atas bangku kayu dan mengangkangku. Liang memeknya yang sangat belia itu dia paksakan menelan kepala si betok yang sedikit tersengal oleh genjotan Sinem.

BBLLLEEEESSSSSS.... CLEP!!!

Begitu sang Ratu merasakan si betok masuk menyelusup ke dalam liang memeknya, tanpa ampun dia menggenjotnya dengan sekuat tenaga dan dengan kecepatan penuh. Untung saja lendir kenikmatan bekas Sinem masih membasahi batang dan kepala si betok, sehingga upaya pengentotan yang dilakukan Ratu Wulandari cukup sukses membuat si betok berdenyut-denyut keenanakan.

"Bagindaah... enaak... bagindaaahhh... akh... akh... akh... euh! euh! euh! OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... AAAAAAAKKKKKKKKK.... BAGIIIIIIINNNDAAAAAAAHHHHHHHH!!!!"

Baru saja beberapa puluh genjotan, Ratu Wulandari sudah menyemprotkan puncak kenikmatannya. Dia menekan keras memeknya hingga benar-benar menempel ke selangkanganku.

Aku merasakan suatu cairan hangat menyelimuti seluruh permukaan kontolku. Aku pun akhirnya merasa tidak tahan untuk tidak menyemprotkan pejuhku di dalam memek sang Ratu.

SRRRRR... CROT... SRRRRR... CROT... SRRRRR... CROT...

Setelah crot bersama, kulihat ratu meneteskan airmata tapi sambil tertawa.
"Enak sekali baginda...enaaakkk... duh... dewata... lutut ini kenapa jadi lemes." Katanya. Aku segera memeluk Ratu Wulandari dan melalu pundaknya, kulihat Sinem dengan wajah ketakutan berdiri tidak jauh dari selesar teras.

Aku segera membawa sang Ratu ke dalam dan menidurkannya lagi di ranjang. Dia tergeletak dan pingsan lagi dengan nafas teratur.

Ketika ke luar ruangan lagi, Sinem yang merasa kentang dengan wajah penasaran menyerbuku. Dia menarik si betok dan menjejalkannya ke dalam liang memeknya. Ah, untunglah si betok masih kuat. Masih ngaceng sempurna.

Setelah si betok masuk ke dalam memeknya, Sinem langsung menggenjotku dengan posisi berdiri. Ay... ternyata posisi liang memek Sinem dengan posisi lurus si betok memiliki kesetaraan. Sehingga pengentotan yang dilakukan Sinem terhadap kontolku cukup sempurna.

Dengan ganas Sinem yang kentang meraih kedua buah pantatku dan menggenjotku dengan setengah gila. Untunglah, tidak berapa lama kemudian Sinem Sundari menemukan ledakan kenikmatannya.

Dia menyemprotkan lendirnya dengan nikmat.
Ceprot. Ceprot. Ceprot.
"Owwwwwiiiihhhhhh..... " Desisnya pelahan sambil menahan pantatku dengan tangannya. Pada saat itu, masih ada sisa-sisa pejuh dalam zakarku yang tadi belum sepenuhnya termuncratkan kini menyemprot. Crot crot crot.

Sinem kemudian melepaskan diri dariku dengan cara berlari terburu-buru. Aku tersenyum menyaksikan tingkahnya yang lucu itu.

***

(Bersambung)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd