Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Keluarga

Siapakah karakter wanita favorit anda dalam kisah RITUAL KELUARGA ini?


  • Total voters
    113
  • Poll closed .
Bimabet
double ngaceng ini mah, incest + orgy..
lanjutkeun hu...
 
30min lagi jam 12...apakah bakalan Update.... kyk nunggu New year nih.... detik 12 mlm.... hahahaha
 
CHAPTER 3

Pukul 7.04



Para pria dewasa, Tedi, Willy dan Fadli tengah berjogging di sekeliling kompleks yang memiliki fasilitas jogging track dan taman yang teduh. Setelah beberapa putaran mereka mulai jalan santai hingga akhirnya duduk di bangku taman sambil berbincang keseruan tadi malam, bisnis kadang diselingi politik juga.
“Willy?” sebuah suara wanita tiba-tiba menyapa menantu keluarga Heryawan itu, “Willy kan? Hai!”
Perhatian ketiga pria dewasa itu langsung tertumbuk pada wanita berparas cantik dengan pakaian jogging itu.
“Eeee... ini... .” Willy mengangkat satu jari sambil memutar ingatan, “Meisya!”
“Haha... iya, kemana aja? Long time no see ya!” wanita itu tersenyum lebar membuat wajahnya semakin cantik saja.
“Gua udah di Cirebon, ini lagi liburan acara keluarga, kan rumah keluarga Reni disini”
“Oooh... tetangga dong kita, gua juga di kompleks ini, Reni ikut juga?”
“Ikut tapi dia masih tidur”
Willy lalu memperkenalkan dua kakak iparnya itu pada wanita bernama Meisya itu. Wanita lajang 36 tahun ini adalah junior Willy waktu jaman kuliah dulu. Pernah terlibat hubungan tanpa status selama beberapa lama yang tentunya tidak lepas dari hubungan seks. Ia kini menjadi notaris yang cukup terkenal di ibukota.
“Kalian udah beres olahraganya? Mau sekalian mampir sebentar ga? biar tau rumah gua di mana” tawar Meisya.
“Boleh sekalian jalan pulang, lu orang gimana?” tanya Willy pada dua iparnya.
“Ayo ikut ajalah, masih pagi kok!” ajak Meisya
“Boleh deh... gua ikut!” kata Tedi antusias, siapa yang tidak senang diajak ke rumah wanita secantik Meisya ini, Fadli pun setuju tanpa banyak pikir lagi.
Willy dan Meisya berjalan duluan sambil ngobrol banyak hal setelah sekian lama baru berjumpa lagi. Tedi dan Fadli yang mengikuti dari belakang sambil mengagumi tubuh Meisya yang langsing berisi, bokongnya yang terbungkus celana jogging ketat itu rasanya mengundang untuk meremasnya.
“Taruhan si Willy pernah entotin dia ga?” kata Tedi setengah berbisik
“Kata gua sih pernah... akrab gitu, kaya lu ga tau sifat dia aja, apalagi jaman kuliah dulu hehehe” jawab Fadli.
“Masih betah ngejomblo Mei?” tanya Willy
“Enakan sendiri gini lah, cape gua buang-buang waktu pacaran ujung-ujungnya gagal terus, lu mau rekomenin siapa nih hehehe”
“Nanti deh, di Cirebon ada kolega yang minta dicariin jodoh terus, gua kasih nomernya siapa tau cocok... btw lu tinggal sama siapa sekarang?”
“Sendiri lah, ortu udah ikut abang gua, ada sih pembantu satu, tapi hari ini gua kasih free aja pas libur”
“Nah! Itu sampai!” kata Meisya menunjuk ke sebuah rumah berlantai dua berukuran sedang.
Sebuah papan nama notaris terpancang di depan halamannya bertuliskan namanya, Meisya Margaretha Sijabat S.H. Ruang depan rumah ini berfungsi sebagai kantornya untuk menerima klien namun hari ini tutup karena libur. Meisya membukakan pagar dan mengajak mereka masuk lewat pintu samping. Mereka dipersilakan duduk di ruang tamu dengan perabotan minimalis yang elegan itu sambil menunggu dirinya membuatkan minuman.
“Bro... boleh juga tuh temenlu, udah gini belum?” tanya Tedi seraya menunjukkan kuku bima pada Willy.
“Piktor melulu lo!” Willy menonjok pelan lengan iparnya itu, “tapi emangnya udah sih hehehe”
“Tuh apa gua bilang juga... yang kaya lu mana tahan ngebiarin yang mulus-mulus gitu aja” kata Fadli menepuk paha sendiri.
“Ssstttt... ” Willy menaruh telunjuk di depan mulut, “kedengeran gak enak tau... eh gua ke dapurnya dulu yah, siapa tau doi perlu bantuan” ia bangkit lalu menuju ke dapur.


Di ambang pintu dapur Willy mendapati Meisya sedang menumpahkan snack ke piring lalu menyiapkan tiga gelas untuk teh. Ia memperhatikan betapa mantan TTM nya itu terlihat makin cantik saja, juga teringat bagaimana mereka dulu pernah bercinta berbagi kenikmatan.
“Wil?” sapa Meisya yang menengok ke samping dan mendapatinya.
“Eh... bisa gua bantu maybe” kata Willy agak gagap.
“Gak usah... gua bisa sendiri kok!”
Willy menghampiri wanita itu lalu mendekap tubuhnya, mata Meisya melotot kaget saat bibir pria itu menempel di bibirnya, ia memberontak sesaat namun dengan cepat melemah lagi, ia juga ingat lagi saat-saat bersama dulu sehingga lidahnya pun menyambut lidah Willy saling jilat dan belit. Meisya membalas pelukan Willy dengan erat melepas rindunya. Tangan pria itu mulai menggerayangi pantatnya meremas bongkahan yang bulat indah itu. Namun tiba-tiba Meisya menarik mulutnya dan melepas pelukan saat tangan pria itu hendak masuk ke balik celana joggingnya.
“Wil... udah hentikan... gak pantas tau, lu udah punyanya Reni!”
“Eerrr... sorry Mei, gua khilaf... sorry banget!” kata Willy tertunduk
Meisya malah tersenyum melihat reaksi mantan TTM-nya itu, “it’s OK, gua juga inget nostalgia kita... .ipar-iparlu itu nakal kaya lu ga sih? Gua sekarang lagi inget lagi lu nge-gangbang gua di kostan lu bareng temen-temenlu itu” senyum Meisya menjadi nakal.
Willy tersenyum lagi, “lu yah, masih belum tobat juga ternyata, maksudnya... lu mau... .”
Mesya tersenyum nakal dan menganggukkan kepalanya, “mereka bisa diajak gak?” tanyanya sambil meremas selangkangan Willy dari luar celana joggingnya.
“Hehehe... .mereka juga mupengan, pasti mau aja, tapi gimana mulainya?”
“Lu kembali ke sana aja dulu, biar gua yang urus!” kata Meisya mengecup bibir Willy.
Willy kembali ke ruang tamu sambil senyum-senyum, “guys lu orang masih ada tenaga gak? Soalnya Meisya mau kasih surprise!” tanyanya.
“Wah apaan nih? Omong aja to the point!” kata Tedi.
“Wow... .!” tiba-tiba Fadli terperangah membuat dua iparnya menoleh ke arah pandanganya.
Meisya membawa nampan berisi gelas dan snack tanpa memakai apa-apa lagi di tubuhnya selain sandal rumah. Payudara sedang dengan puting coklat, perut rata, vagina ditumbuhi bulu yang tercukur rapi dan paha jenjang itu sungguh kriteria tubuh ideal. Wanita itu berjongkok dan meletakkan gelas dan piring snack itu di meja sambil menjaga sikap tenang walau jantungnya berdebar-debar.
“Ssstt!!” Meisya menepis Willy yang hendak memeluknya, “itu sofanya dibuka dulu dong, bisa buat berbaring!”
Tanpa diperintah lagi, Tedi langsung bergerak membentangkan sofa lipat yang didudukinya sehingga dapat dipakai untuk berbaring di atasnya. Kini mereka semua duduk mengelilingi Meisya yang duduk bersimpuh dengan tubuh polos itu.
“Wuih kamu berani bener Mei!” kata Fadli.
“Udahlah, saya sama Willy kan udah lama kenal, kita dulu partner in crime, ya ga say?” Meisya tersenyum nakal dan mencubit lengan Willy, “iparnya juga temen gua!”
“Udah gua duga kalian pasti pernah nakal-nakalan” kata Tedi
“Pengaruh dia nih yang bikin gua nakal hihihi!” wanita itu menyikut Willy, “kalian juga telanjang dong! Masa kalah sama gua yang cewek sendirian”
Segera ketiga pria itu pun membuka pakaiannya masing-masing hingga sama-sama telanjang. Tiga penis yang telah berdiri tegak itu membuat Meisya tertegun dan menelan ludah.
“Oke guys, sebelum kita mulai, gua kasih tau dulu aturannya yah, jangan main kasar, gua gak suka!” wanita itu menegaskan peraturannya.
“Beres Mei, kita semua ga ada yang penganut masokis, lu orang gak kan?” tanya Faldi pada dua iparnya.

Setelah bercengkrama ringan sesaat, Tedi yang tidak tahan lagi mendekap tubuh Meisya dan meremas payudaranya
“Uuuhhh... ” Meisya melenguh pelan menerima serangan mendadak itu.
Fadli memeluknya dari sisi yang lain dan memagut bibirnya. Meisya langsung menyambut lidah pria bertubuh gempal itu dan menggenggam penisnya yang sudah ereksi itu. Willy merogoh selangkangan mantan TTM-nya itu, mencucuk-cucukkan jarinya di sana hingga makin basah oleh lendir.
“Gua suka toket lu Mei!” puji Tedi sambil menjilati puting Meisya yang sudah menegang, tangannya membelai-belai pantatnya diselingi remasan dan cubitan gemas.
Fadli begitu bernafsu berpagutan dengan Meisya sampai lidah wanita itu dikulumnya sambil tangannya aktif menggerayangi tubuhnya.
“Sini Mei, berlutut sini!” panggil Willy berbaring telentang
Sebagai wanita yang berpengalaman dalam seks, Meisya tahu apa yang harus dilakukan, ia menaiki wajah Willy menyodorkan vaginanya untuk dilumat pria itu. Ia meraih penis Fadli yang berdiri di kirinya dan mulai mengemut penisnya. Dikecupinya ujung penis pria itu dengan lembut dan mulai menjilati perlahan mulai dari bawah hingga ke ujungnya membuat pria itu mendesah nikmat.
"Oohh.., yes... mantap seponganlu Mei!"
Tedi berlutut di sebelah kanannya dan masih belum bosan mempermainkan payudara wanita itu. Puting yang sudah menegang itu ia jilati dan gigit-gigit kecil memberi sensasi nikmat pada Meisya. Sementara di bawah, Willy membuka bibir vagina Meisya dan menjulurkan lidahnya. Lidahnya menyentuh bagian dalam vagina wanita itu perlahan, lalu mejilati klitorisnya.
“Eemmhhh... .mmm!” desah Meisya tertahan karena sedang mengoral Fandli, namun pinggulnya meliuk-liuk menahan rasa geli dan nikmat, terutama ketika Willy menggigit klitorisnya yang sangat sensitif itu.
Tedi berdiri dan meletakkan tangan notaris cantik itu pada penisnya. Kini Meisya mengocok dan mengoral penis Tedi dan Fadli secara bergantian. Permainan lidah Willy pada vaginanya semakin membuat wanita itu melambung ke atas hingga akhirnya ia merasakan tubuhnya bergetar, seperti ada aliran air bah yang hendak menjebol bendungan di dalam vaginaku. Ia mendesah-desah tertahan sambil mengulum penis Tedi. Orgasmenya begitu dahsyat, hingga cairan kewanitaannya muncrat seperti pipis yang membasahi leher dan dagu Willy yang berbaring di bawahnya. Sllurrpp... ssluurrpp... suara pria itu menyeruput cairan orgasme Meisya yang muncrat deras. Wanita itu akhirnya terkulai lemas setelah orgasme pertamanya. Tubuh telanjangnya berbaring telentang dikelilingi tiga pria itu
“Pengen sama kamu dulu!” kata Meisya pada Tedi, “awas kalau gak bisa muasin!”
“Wah ngancem nih hehehe... .awas nanti gua bikin jerit-jerit!” kelakar Tedi.
Tedi mengambil posisi di antara kedua paha Meisya dan menggosok penisnya pada bibir vagina wanita itu, lalu dengan sekali sentakan didorongnya penisnya hingga melesak masuk.
“Aaaahhh!!” desah Meisya menggeliat.
Satu menit dibiarkannya di dalam, diam lalu dikeluarkannya lagi, didorongnya lagi lalu dikeluarkan lagi, frekuensi genjotannya makin meningkat.
"Oh yeah... yeah... terus oh... ..enak banget!” ceracau Meisya
"Anjrit! seret juga memeklu! Ooohh!” lenguh Tedi sambil menggenjot.
“Aaahhh... .aahhh... eemmmhhh!” Willy meraih kepala Meisya dan menjejalkan penisnya ke mulutnya
Sementara Fadli dengan rakus mengenyoti payudaranya, tangannya meremas puting kiri wanita itu dan memilinnya. Meisya melenguh dan menggeliat diserang dari berbagai arah.

Gerakan maju-mundur Tedi mulai tidak beraturan, gesekan batang penisnya dengan dinding vagina Meisya memberi kenikmatan bagi keduanya.
“Ooohhhhh….gua keluar... ’ Tedi melenguh panjang merasakan puncak kenikmatannya.
Penisnya menyemburkan sperma yang hangat dan kental di dalam liang senggama Meisya. Wanita itu semakin bersemangat mengoral penis Willy. Jilatan dan hisapannya akhirnya mampu membobol pertahanan mantan TTM-nya itu.
“Oohh... Mei, mantapp abiss!!” lenguh Willy
Creeeetttt…..ccccreeeetttt…penisnya menyemprotkan cairan kenikmatannya di mulut Meisya, sebagian meluber ke pinggir bibirnya. Usai menaklukkan Tedi dan Willy, Meisya mengambil posisi doggie.
“Ayo, sekarang kamu!” katanya pada Fadli
Pria itu segera mengambil alih vagina si notaris cantik, dan tanpa basa-basi langsung menusukkan peninsnya ke liang senggamanya. Tubuh molek Meisya tengah melonjak-lonjak karena sodokan-sosokan Fadli yang bertenaga, payudaranya yang montok tidak lepas dari remasan pria itu. Meisya pun aktif menggerakkan pinggulnya menyambut tusukan Fadli seiring kenikmatan yang menjalar dari dalam dirinya.
“Dia itu sulit dipuasin” kata Willy sambil menyuapkan snack ke mulutnya, “kalau kita terlalu lama di sini bisa-bisa buat acara puncak ntar malam kita gak ada tenaga lagi” ia memelankan suaranya
“Iya gua ngerti kok... dan udah ngerasa dari awal” Tedi meneguk teh yang disuguhkan
“Lu orang cepetan dong... aaahh... ahhh... jangan lama-lama break!” panggil Meisya.
“You see... ” kata Willy
“Oke Mei... gua dateng nih!” Tedi berbaring selonjoran di depan Meisya yang langsung meraih penisnya yang baru setengah bangun itu dan menjilatinya dengan liar.
Tedi mendesah merasakan sapuan lidah wanita itu pada kepala penisnya, tangannya meraih payudara kanannya dan meremasnya lembut. Sementara genjotan Fadli dari belakang membuat tubuh Meisya terdorong-dorong sehingga membuat penis Tedi melesak masuk lagi ke dalam mulut wanita itu. Tedi merem-melek keenakan saat penisnya tergesek-gesek oleh mulut Meisya, lenguhan dan desahan mereka bertiga kembali terdengar. Fadli semakin cepat memaju-mundurkan penisnya ke vagina Meisya, ia sudah akan mencapai orgasme, goyangan pinggul wanita itu sungguh membuat penisnya seperti diplintir dan diremas, nikmatnya sungguh tiada duanya. Akhirnya gelombang orgasme pun datang tanpa dapat dibendung lagi oleh pria gempal itu.
“Aarrrggghhh... .oooohh!!” lenguh Fadli dengan tubuh berkelejotan melepaskan sperma yang hangat dan kental di liang vagina Meisya.
Fadli masih terus menggenjot hingga tetes sperma terakhirnya dan penisnya menyusut di vagina wanita itu. Ketika ia akhirnya mencabut penisnya, Meisya langsung naik ke pangkuan Tedi yang penisnya berhasil dibuat mengeras lagi.

Meisya mengarahkan penis Tedi ke vaginanya lalu ia turunkan tubuhnya pelan-pelan hingga penis itu melesak ke vaginanya. Nampak cairan sperma Fadli yang tadi tertumpah di dalam itu meleleh di sela-sela bibir vaginanya ketika penetrasi. Tedi mengerang menikmati proses nikmat itu sambil berpegangan pada kedua payudara Meisya. Wanita itu segera memicu tubuhnya setelah penis Tedi tertancap seluruhnya.
"Ucchhh... isepin putingnya dong!” pinta Meisya
Tanpa disuruh pun Tedi sudah ingin melumat payudara menggemaskan itu. Lidahnya segera menyapu-nyapu putingnya yang sudah menegang itu disertai kenyotan dan gigitan kecil membuat wanita itu semakin blingsatan dalam kenikmatan. Tangannya juga meremasi payudara yang lainnya membuat gerakan Meisya di atas penisnya semakin tak karuan. Kadang wanita itu memutar-mutar pinggulnya, membuat Tedi kelabakan merasakan nikmat yang luar biasa. Willy menghampiri mereka setelah meneguk habis minuman di gelasnya, ia menyodorkan penisnya ke wajah Meisya yang segera menggenggam dan menjilatinya. Selama beberapa saat wanita itu mengulum penis Willy sambil memicu tubuhnya perlahan sebelum akhirnya pria itu menarik lepas penisnya yang sudah basah lalu mengambil posisi di belakang.
“Double joss ya Mei!” sahut Willy
"Aaahkk... gently Wil... udah lama nggak soalnya" pinta Meisya ketika Willy menempelkan kepala penisnya ke duburnya.
"Aaaahhh... oooohhh... " erang Willy saat melesakkan penisnya masuk ke liang anal Meisya.
Ketiga orang itu mulai menyelaraskan tempo dan bergoyang memburu kenikmatan. Desahan nikmat mereka sahut-menyahut di ruangan itu. Fadli yang menyaksikan mereka sambil beristirahat juga mulai birahi lagi, namun ia membiarkan ketiganya menyelesaikan ronde ini dulu sambil menyantap snack dan minuman yang disuguhkan. Tak lama kemudian, badan Meisya mengejang dengan hebat sehingga bagian pinggulnya terangkat ke atas, orgasme dahsyat itu tak terbendung lagi. Tubuh mulus wanita itu tersentak-sentak dan akhirnya terkulai lemah di antara dekapan dua pria itu. Kenikmatan ini sungguh luar biasa, cairan orgasmenya membanjir sampai membasahi selangkangan mereka. Tedi yang di tengah jalan menuju puncak mengambil alih kendali dengan menegakkan tubuhnya dan berlutut. Meisya menyandarkan tubuhnya pada tubuh Willy. Tedi mempercepat gerakan pinggulnya membombardir vagina Meisya, selangkangan mereka yang sudah basah kuyup menimbulkan bunyi berdecak setiap kali kelamin mereka bertumbukkan. Dua batang penis memompa vagina dan liang anal wanita itu dalam waktu bersamaan sehingga dalam waktu relatif singkat birahinya mulai bangkit lagi. Willy yang mendekapnya dari belakang memaguti leher jenjang hingga pundaknya sambil tangannya aktif menggerayangi payudara. Akhirnya Tedi pun mengejang sesaat dan menggeram
“Hiaargghhh... ”
Namun Tedi tak menghentikan gerakannya, ia masih memompa vagina wanita itu sambil menyemprotkan spermanya. Ia baru mencabut penisnya setelah menyusut. Nampak dari vagina Meisya meleleh banyak cairan kental berwarna putih. Giliran Willy menyelesaikan tugasnya, ia nunggingkan tubuh mantan TTM-nya itu dalam posisi doggie dan meneruskan sodokannya terhadap lubang analnya. Goyangan pinggul Meisya yang mencoba mengimbangi Willy membuat puncak kenikmatannya makin dekat. Ia memberikan kode kepada Willy dengan semakin cepat menggerakkan pinggulku. Ia menengok ke belakang memandang Willy dengan tatapan sayu dan tiba pada satu titik dimana tiba-tiba dia menggeram lalu menarik lepas penisnya.
"Ooohh... .” desah Willy menyemprotkan spermanya pada bongkahan pantat dan punggung Meisya.

“Ayo sini! Jangan diem aja!” panggil wanita itu pada Fadli dan Tedi.
Fadli segera maju dan memagut bibir Meisya hingga wanita itu menindih tubuh gempalnya, lalu akhirnya melepaskan pagutan dan duduk di selangkangannya. Meisya meraih batang penis pria itu dan mengarahkan ke vaginanya.
“Aaahhh!” desah Meisya menurunkan tubuhnya hingga penis itu melesak dengan mudah karena sudah sangat basah.
Meisya meliuk-liuk bak penari ular membuat penis pria itu serasa diplintir, sementara Tedi dengan lahap mendaratkan kecupan di tiap senti bagian sensitif di dada wanita itu. Mulut wanita itu semakin menceracau akibat rangsangan yang ia terima di sekujur tubuhnya. Tedi terus memainkan payudaranya, selain dikenyoti, kedua puting payudara itu dipencet, dipilin dan ditarik-tarik, membuat wanita itu terus berkelojotan dan aku harus merintih-rintih akibat siksa birahi.
“Arrghh…”, terdengar geraman Fadli
“Sini berdiri!” perintah Meisya memisahkan alat kelamin mereka dan menarik lengan pria itu.
“Wah mau apa Mei?” tanya Fadli
“Pokoknya berdiri! Cepat!” tegasnya
Fadli buru-buru mengikuti perintahnya, wanita satu ini benar-benar mendominasi dalam seks. Segera wanita itu berlutut di antara kedua pria itu, mengulum dan mengocoki penisnya bergantian. Untuk Fadli yang di ambang klimaks ia mengoralnya dengan lembut sementara untuk Tedi tangannya mengocok agak cepat. Disusul tak lama kemudian penis pria gempal itu berkedut keras. Ia melenguh panjang ketika penisnya akhirnya menyemburkan sperma yang membasahi wajah Meisya.
"Mei, gua juga... mau... keluar..hmmm" ucap Tedi Bang yang penisnya dihisap-hisap wanita itu.
Meisya terus menjilati penis itu di dalam mulutnya sampai akhirnya.
'Crooot..crooot..' tanpa aba-aba penis Tedi mencapai klimaksnya.
Cukup banyak sperma yang keluar, Meisya sengaja melepas benda itu dari mulutnya sehingga sisa cipratannya mengenai wajah dan dadanya. Wanita itu nampak begitu menikmati dirinya disirami oleh cairan sperma yang hangat dan kental. Meisya telah berhasil membuat ketiga pria itu lemas dalam kepuasan orgasme setelah dirinya sendiri bersimbah peluh sperma. Setelah berpakaian ketiga pria itu bersiap untuk pulang karena hari sudah mulai terang, pasti istri-istri mereka sudah mencari. Setelah bertukar nomor, Meisya mengantar mereka sampai pagar.
“Gua juga di Jakarta, mungkin kita bisa sering ketemu lagi nanti, kadang juga gua butuh notaris” kata Tedi dengan gaya playboynya.
Wanita itu hanya tersenyum menanggapinya. Setelah pamitan, ketiga pria itu meninggalkan rumah Meisya dengan penuh kepuasan.

-----------------------------------
Pukul 8.20

Semua berkumpul di meja makan panjang menikmati sarapan pagi kecuali Seli yang sedang mandi. Kevin merasa aneh melihat semua bersikap normal setelah semalaman berpesta incest gila-gilaan. Yang beda hanyalah obrolan tentang seks kali ini mengalir tanpa ditutup-tutupi, saling membahas acara dan kesan-kesan semalam.
“Gimana 1st time semalam Vin? Asyik?” tanya Santi
“Sip, kakak sendiri kemaren ML sama sapa aja?” Kevin balik tanya sambil menaburkan boncabe ke nasi gorengnya.
“Pacar kakak tau soal ini?” tanya Kevin pelan
“Gak lah... hihihi!”
“Papa ini tehnya yah!” sahut Tyas meletakkan cangkir teh herbal khusus untuk ayahnya.
“Makasih... .makasih!” Anas mengangguk-angguk sambil tangannya menyusup ke bawah gaun terusan putri sulungnya itu dan meremas pantatnya.
Darah Tyas berdesir merasakan elusan tangan ayahnya itu pada paha belakang ke pantatnya, sudah bukan pertama kedua kalinya merasakan keusilan sang ayah sehingga ia dengan mudah menutupi reaksinya di depan yang lain.
“Jangan nakal dulu Pa!” ucapnya pelan dengan senyuman nakal.
“Asyik semalam Ren?’ tanya Willy dengan mesra pada istrinya.
“Yup... di dapur threesome sama Pak Nidaul sama Saldi... .lanjut tadi pagi sama Kevin!”

-----------------------------


Setelah selesai mandi, Seli memakai kimono putih dan membungkus rambut panjangnya dengan handuk. Ia duduk di ranjang menggosokkan lotion pada lengannya. Tok... tok... terdengar suara ketukan di pintunya yang tidak sepenuhnya tertutup. Baru saja ia menoleh dan belum sempat turun dari ranjang, pintu itu sudah terbuka dan Pak Nidaul masuk sambil tersenyum cengengesan dan menutup pintunya.
“Eeehhh... bapak” gadis itu tidak terlalu kaget karena pria itu pernah melihat ketelanjangan bahkan menikmati tubuhnya dalam ritual keluarga, namun tetap saja ia grogi dibuatnya, “saya baru selesai mandi”
“Hehehe... bapak tau, jadi wangi dong kalau gitu” kata pria itu duduk di pinggir ranjang.
“Gak sekarang yah Pak, saya mau makan dulu” tolaknya halus ketika pria itu meraba kakinya.
“Ya udah kalau gitu kita main bentar aja, jilat-jilat dikit boleh kan?” Pak Nidaul meraih lipatan handuk di badan gadis itu.
Seli berusaha menahan tangan pria itu namun tak kuasa mencegahnya menarik tali pinggang dan melucuti kimononya itu sehingga ia harus pasrah membiarkan tubuhnya ditelanjangi. Kini yang tersisa hanya handuk yang melilit di kepalanya.
“Iih... bapak!” desah Seli manja ketika pria itu dengan cepat merayap di antara kedua belah pahanya yang terbuka lebar.
Wajah pria itu hanya lima centian dari vagina berbulu lebat gadis itu, hembusan nafasnya pun terasa dan lidahnya yang kasar dan basah itu mulai menjilati pahanya
“Ooohhh... ” desah Seli meremas rambut Pak Nidaul
Jilatan Pak Nidaul kini menyentuh bibir vagina Seli menyebabkan tubuh gadis itu mengejang nikmat. Tubuh Seli terus bergetar seperti tersengat listrik dan mataku terbeliak memandangi lidah pria itu yang bolak balik menyapu belahan vaginanya dan tanpa disadari, ia membuka kedua belah pahanya lebih lebar memberi keleluasaan pada pria itu untuk merambahi wilayah selangkangannya. Tanpa dapat ditahan lagi, cairan pelumas mulai membanjir keluar dari vagina gadis itu. Cairan beraroma khas itu membuat Pak Nidaul makin giat memainkan lidahnya menyapu belahan bibir vagina hingga klitorisnya yang sensitif. Dengan cepat vagina Seli basah kuyup oleh cairan kewanitaan yang keluar terus menerus dari vaginanya.
“Sel! Sel!” sayup-sayup terdengar suara wanita memanggil namanya dari luar sana.
Seli tersadar dan buru-buru mendorong kepala Pak Nidaul.
“Udah ah Pak! Nanti aja!” kata Seli agak sewot.
“Hehehe... ya udah Non! Asyik kan tadi itu” kata Pak Nidaul seraya bangkit dan mengelap mulutnya yang basah oleh cairan vagina.
Wajah Seli memerah akibat sisa-sisa kenikmatan barusan.
“Pak... Seli di kamar?” tanya Santi baru tiba di lantai dua dari tangga
“Iya, lagi ganti baju tuh hehehe”
Gadis itu merasakan tepukan ringan di pantatnya ketika pria itu melewatinya
“Dasar si bapak... pagi-pagi udah genit!” umpatnya pada pria itu
Pak Nidaul hanya senyum-senyum saja menuruni tangga.

------------------------------
Pukul 9.34


Di gazebo minimalis dengan kayu bercat coklat tua itu, Widya sedang menyusui Leonard ditemani ngobrol Tyas dan Seli. Tyas banyak membagikan pengalaman sebagai ibu menyusui, ketiganya nampak ngobrol seru dan tertawa-tawa.
“Udah Leo? Gak mau lagi?” tanya Widya pada bayinya yang tidak lagi menghisap putingnya.
Bayi imut itu hanya memandang polos pada ketiga wanita yang memandanginya.
“Aaaa... aaa... uuaaa!!” ia berkata tidak jelas yang membuat mereka semakin gemas padanya.
“Coba gendong dong tante!” pinta Seli
“Hati-hati yah, pegang lehernya dulu!” kata Widya menyerahkan bayi itu pada Seli
“Sini sayang... .sama kakak Seli yah!” Seli dengan hati-hati menggendong bayi itu.
Widya mengancingkan kembali bajunya setelah selesai menyusui. Saat itu, Pak Nidaul yang tadi sedang menyapu di dalam mendekati mereka dengan membawa sapu.
“Umur berapa Bu bayinya sekarang?” tanyanya dengan mata menelanjangi ketiga wanita di gazebo itu.
“Setahun lebih Pak!” jawab Widya.
“Udah nyusuinnya nih?” tanyanya lagi
“Baru selesai tadi”
“Oohh... hehehe... susunya masih ada buat Bapak gak nih, haus hehehe!” tanya pria itu dengan vulgarnya.
“... ... ” Widya speechless, ia mengerti apa yang diinginkan pria itu.
“Eerrr... Wid, Leonard jalan-jalan sama kita aja di depan yah!” kata Tyas.
“Mmmm... ya udah, jangan lupa popoknya bawa yah!” pesan Widya.
“Tante tenang aja, saya sama mama bisa jagain Leo kok!” kata Seli berdiri perlahan karena menggendong sepupu bayinya.
Widya hanya mengangguk dengan dada berdebar-debar. Mereka kini telah meninggalkannya berdua dengan Pak Nidaul. Pria itu melangkah ke dalam gazebo dan merangkul tubuh Widya. Mereka ngobrol basa-basi meskipun wajah Pak Nidaul cengengesan. Tangan pria itu sudah mulai mengelus-elus paha Widya.
“Boleh bapak minta susunya sekarang Bu?” tanya Pak Nidaul yang tangannya meraih kancing atas pakaian Widya.
Wanita itu mengangguk, “tapi mainnya jangan kasar yah!”
“Nggak lah, kapan bapak main kasar, malah bikin ibu ketagihan deh!”
Kedua payudara Widya yang tidak memakai bra langsung menyembul keluar. Pak Nidaul mulai menjamah permukaannya yang mulus, jarinya menelusuri dari atas ke bawah, sambil sesekali meremas untuk merasakan kelembutan dan kekenyalan payudara wanita itu. Pria itu melakukannya, bergantian dari kiri ke kanan, atau bahkan meremasnya secara berbarengan
”Uhhh... Pak... ” desah Widya dengan tubuh menggelinjang menikmati sensasi remasan pada payudaranya.
“Saatnya nyusu!” kata Pak Nidaul melahap payudara kiri Widya, ujung lidahnya menyentil-nyentil putingnya.
”Aawwhhh” Widya tersentak dan menggeliat, tangannya memeluk kepala pria itu.
Pak Nidaul memasukkan puting Widya ke dalam mulutnya dan dihisap-hisap seperti bayi yang menyusu dari ibunya. Terasa ada cairan manis muncrat ke dalam mulutnya. Pria itu menelannya dan menghisap lagi. Semakin dikenyot, semakin banyak cairan itu keluar. Payudara Widya pun basah baik oleh air liur pria itu maupun ceceran air susunya.


Pak Nidaul pindah ke payudara yang satunya. Puting Widya terlihat agak mencuat dan membengkak ke depan, membuatnya jadi semakin indah dan menggairahkan di pria itu.
“Eeemmhh... gurih-gurih manis Bu susunya!” kata Pak Nidaul dengan mulut belepotan susu.
Ia lalu kembali melumat payudara wanita itu sambil tangannya mengelusi pahanya yang putih mulus dan menyusup ke balik roknya. Widya sedikit membuka kakinya, membiarkan pria itu lebiih leluasa menggerayangi paha dan selangkangannya. Tangan Pak Nidaul kini telah menjamah selangkangannya yang tertutup celana dalam lalu menggosok lembut bagian tengahnya yang mulai basah.
”Ahh... ” Widya melenguh memegangi kepala pria itu.
Payudara Widya sudah berhenti menyemprotkan ASInya, pria itu lalu membaringkan tubuh wanita itu di lantai kayu gazebo lalu menyelipkan bantal ke bawah kepalanya. Pak Nidaul mendekatkan wajahnya ke selangkangan Widya, lidahnya segera menjulur untuk mencium dan menjilati bahan celana dalam hitamnya. Bahan kainnya lembut dan tipis sekali hingga bisa terlihat jelas belahan vagina Widya yang terkuak basah. Pria itu memfokuskan lidahnya disana, dijilatinya pelan sambil sesekali lidahnya menekan-nekan wilayah sensitif itu.
”Ahhh... Pak!” Widya merintih dan menggeliat, tangannya menekan kepala Pak Nidaul.
“HHhmmhh... ” pria itu menarik napas dalam-dalam menghirup aroma memabukkan dari vagina Widya.
Jari-jari kasar pria itu menyelinap ke celah celana dalam itu untuk mulai mengesek lembut permukaan vaginanya, perlahan ditariknya celana dalam itu hungga lepas. Matanya nanar memandang vagina Widya yang labianya licin memerah dengan belahan sempit yang meneteskan cairan kenikmatan kental. Benda itu nampak berkedut pelan seiring nafas Widya yang semakin memburu. Pak Nidaul kembali menjilati vagina itu, kali ini tanpa terhalang celana dalam, menyebabkan wanita itu mengerang-ngerang kegelian. Sementara mulutnya mengoral, tangan pria itu tak tinggal diam dengan menjamah dan meremas-remas payudara Widya. Pak Nidaul menggerakkan lidahnya semakin cepat, dijepitnya benda mungil itu diantara gigi dan lidahnya, digigit dan dihisapnya berkali-kali hingga membuat Widya mengeluarkan erangan keras. Kakinya menjepit kepala pria itu, menekannya agar menusuk lebih ke dalam, ia sudah di ambang orgasme. Tepat saat cairannya menyembur keluar, Pak Nidaul menarik kepalanya membiarkan wanita itu terkejang-kejang menikmati orgasmenya. Seringai mesum tergurat di bibirnya sambil mengelus-elus kedua payudaranya. Cairan orgasme Widya berceceran di lantai kayu, dengan nafas terengah-engah ia tersenyum, memandangi pria itu.
"Berdiri dong Pak!" pintanya.
“Hehehe... kangen kontol saya ya Bu?” kata Pak Nidaul sambil bangkit berdiri.
Widya meraba-raba tonjolan di selangkangan pria itu lalu memeloroti celana cingkrang lusuh pria itu. Mata wanita itu berbinar menatap penis bersunat Pak Nidaul yang sudah ereksi maksimal dan menodong ke wajahnya itu. Digenggamnya benda itu dan dikocoknya sejenak sambil tersenyum nakal ke arah pria itu.
“Uuuhh... mantap Bu!” lenguh Pak Nidaul ketika Widya mulai menciumi ujung penisnya yang mirip helm tentara, tubuh pria itu bergetar menahan nikmat.
Widya terus menggerakkan lidahnya memanjakan milik pria itu. Lidahnya menjilat di sepanjang batang berurat itu, juga menciumi kedua zakarnya secara bergantian. Setelah batang itu basah oleh air liur, Widya membawa penis itu ke dalam mulutnya dan mulai menghisapnya. Pak Nidaul hanya bisa melenguh merasakan betapa nikmat dan halusnya gerakan lidah wanita itu.


“Udah yah Pak, masukin aja, saya juga udah pengen!” kata Widya berhenti menghisap saat melihat pria itu mulai tak tahan.
“Sip Bu, buka aja bajunya yah, biar enak!” Pak Nidaul melucuti pakaian Widya yang sudah terbuka sana-sini lalu membarungkan tubuh telanjangnya di lantai kayu.
Pria itu berlutut di antara kedua belah paha mulus Widya, ia memperhatikan bibir vagina wanita itu sudah terbuka lebar dan becek, siap untuk dipenetrasi. Tanpa menunda lagi, Pak Nidaul segera mengarahkan penisnya yang sudah basah ke liang senggama Widya. Setelah menempel di bibirnya, pria itu mendorong pinggulnya pelan ke depan hingga batang penisnya melesak masuk membelah vagina becek wanita Chinese itu.
”Argghhh... ” keduanya melenguh secara bersamaan.
Penis Pak Nidaul sudah menancap seluruhnya, memenuhi lorong vagina Widya, dinding vagina wanita itu juga berkedut memijati sepanjang batang itu. Tangan kasarnya meremas-remas sepasang gunung kenyal wanita itu sebelum mengayunkan pinggul. Iramanya awalnya pelan-pelan makin cepat, pria itu menghentak pinggulnya sekeras-kerasnya hingga membuat tubuh montok Widya terlonjak-lonjak karenanya.
“Ohh... Pak, enak banget… sshhh!!” rintih Widya menikmati penis si tukang kebun yang merojok-rojok vaginanya.
Ia mulai mengikuti irama gerakan pinggul Pak Nidaul dengan membuat goyangan ke atas dan ke bawah, ia juga berkali-kali menggeliatkan pinggulnya sebelum akhirnya melingkarkan kedua kakinya ke pinggang Pak Nidaul. Ia mengunci dan menggunakan pinggang pria itu sebagai topangan, seakan tidak mau penis di vaginanya tercabut dalam waktu dekat. Sambil terus menggenjot, Pak Nidaul menatap wajah cantik Widya yang semakin menggairahkan karena bersemu merah akibat terpaan nafsu birahi.
”Mau keluar Pak... aahh... aahhh!” suara Widya mulai terdengar parau, tanda kenikmatan orgasme yang sudah mulai melandanya.
Pak Nidaul terus menggenjot mempertahankan temponya hingga akhirnya ia merasakan jepitan vagina wania itu kian kencang. Tak lama kemudian ia berhasil mengantarnya ke puncak kenikmatan, wanita itu mendesah dengan tubuh terkejang-kejang, cairan kewanitaannya menyembur deras membasahi batang penisnya. Dengan seringaian mesum di bibir tebalanya, Pak Nidaul mencabut penisnya dari vagina Widya, kemudian naik ke dada wanita itu dan meletakkan penisnya tepat di tengah-tengah belahannya. Rupanya ia ingin mengocok penisnya menggunakan payudara sang wanita. Pria itu mulai memaju-mundurkan penisnya yang basah oleh cairan orgasme itu di antara himpitan gunung kembar Widya. Ia merasakan betapa empuk dan hangatnya payudara itu sambil tangannya mempermainkan putingnya. Tak sampai lima menit, Pak Nidaul juga orgasme di tengah himpitan payudara Widya. Ia melenguh parau dan spermanya muncrat berhamburan membasahi wajah, leher dan dada wanita itu. Keduanya lemas dengan nafas terengah-engah menikmati sisa-sisa orgasme. Widya menyeka ceceran sperma di payudaranya dengan lemas dan menjilati jarinya. Srreett... suara pintu geser kaca dibuka sehingga mereka menoleh ke sana.
“Wid... mau pada makan keluar! Ikut ga?” tanya Tedi yang muncul dan berjalan ke arah gazebo.
“Hehehe... .misi den!” Pak Nidaul cengengesan dan buru-buru memakaii pakaiannya lalu meninggalkan mereka.
Hati Tedi panas juga melihat istrinya baru digarap si tukang kebun sampai blepotan sperma seperti itu, namun ada sensasi aneh yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Inilah yang seru dari ritual keluarga ini, semua jadi satu dalam seks dan lupakan sejenak norma-norma umum.
“Oh okay say... gua bersih-bersih dulu yah!” jawab Widya memunguti pakaiannya dengan santai.

----------------------------

Di mall, keluarga itu berpencar, ada yang belanja, ada yang hanya window shopping, ada yang hanya nongkrong. Santi dan Seli sibuk memilih pakaian ditemani oleh Saldi dan Kevin yang juga berfungsi sebagai penenteng tas belanjaan.
"Kalo yang ini... .gimana Sel?" tanya Santi menunjukkan sebuah kaos pada sepupunya.
"Nice... warnanya juga pas" komentar Seli mengamati baju itu
“Gimana guys?” tanya Santi pada para cowok.
“Ya... bagus deh, oke kok!” kata Kevin sedikit ogah-ogahan, ia paling malas menemani kakaknya ini belanja sebenarnya.
“Dicobain aja San!” kata Saldi
“Ya dah... kalau gitu temenin gua yuk!” Santi menarik pergelangan tangan Saldi sambil membawa beberapa potong pakaian
“Eee... .San!!” protes Saldi digiring ke kamar ganti di pojok
Seli tersenyum memandang keduanya menjauh.
“Vin... I bet, kakaklu sama adik gua pasti... ehem... eehhem... disana” katanya dengan suara pelan
Ketika Santi dan Saldi tiba di kamar ganti yang terbagi atas lima bilik itu hanya ada seorang wanita yang baru selesai mencoba baju. Santi menarik sepupunya itu masuk ke bilik paling ujung dan menutup pintunya. Santi dengan santai melepas pakaian luarnya hingga tersisa bra dan celana dalam merah lalu mencoba kaos dan celana pendek yang yang dipilihnya.
“Tada!! Gimana?”
“Hhhm... pas... casual and seksi... ” komentar Saldi mengamati pakaian yang dipakai sepupunya itu,
“Kalau ini? Dibanding sama tadi gimana?” tanya Santi mencoba kaos kedua.
“Warnanya bagus yang tadi!”
“Gitu yah”
"tapi... .gua sih lebih suka lu gak pake apa-apa San!” kata Saldi mendekat ke arah Santi dan
"Iiihh... mulai nakal ya... hihihi... ." tawa Santi tanpa mencegah tangan Saldi yang meraih bagian bawah kaosnya dan menyingkapnya.
"Bener kok San, gua lebih suka ngeliat lu gak pake apa-apa!” kata Saldi berhasil melepas kaos yang dipakai gadis itu dan menggantungkannya di gantungan.
“Sekarang lagi rame loh” Santi memperingatkan.
“Jadi ga berani nih?”
“Siapa takut? Tapi gentle please, ntar gua tereak kan berabe” kata Santi melingkarkan tangannya ke leher sepupunya dan tersenyum nakal
Saldi memagut bibir Santi, keduanya ber-Frenchkiss di bilik kamar ganti itu. Tangan pemuda itu membuka kancing celana pendek Santi lalu gadis itu menggerakkan kakinya membiarkan celana itu melorot ke bawah kakinya, tangannya meraih selangkangan Saldi dan meremas penisnya yang sudah keras itu dari balik celana. Setelah dua tiga menit beradu lidah, Saldi membalikkan badan sepupunya itu menghadap cermin. Gadis itu menyandarkan telapak tangannya pada cermin dan menunggingkan pantatnya. Ia merasakan darahnya makin berdesir ketika Saldi menyingkap cup bra-nya ke atas lalu menurunkan celana dalamnya. Saldi buru-buru menurunkan celana dan mengeluarkan penisnya lalu menempelkannya ke bibir vagina sepupunya itu. Ia segera melesakkan penisnya itu ke vagina Santi.
"Uuuuhhhh... . Di, pelan-pelan... " lenguh Santi berusaha menahan volume suaranya saat penis sepupunya menyeruak masuk ke vaginanya.
"Uuuhhh... udah becek gini memeklu... " kata Saldi setengah berbisik.
Mengerti waktunya sempit dan ini tempat umum yang berisiko untuk kegiatan mesum, Saldi tidak buang-buang waktu, ia segera menyodokkan sisa batang penisnya dalam-dalam ke liang vagina sepupunya dan membombardirnya dengan cepat.
"Ssshhh... .nyodoknya jangan kenceng-kenceng Di... " tegur Santi berusaha keras menahan desahannya, "ntar ketahuan loohh... ..uhh... "

---------------------
Fadli yang sebenarnya kurang suka jalan-jalan ke mall apalagi shopping menunggu antrian di sebuah restoran Chinese. Jam ini memang restoran sedang penuh karena jam makan siang dan juga hari libur sehingga pengunjung harus mengantri. Sambil menunggu Fadli membalas pesan-pesan yang masuk ke smartphonenya.
“Ibu Citra!” panggil seorang pelayan, “Ibu Andani Citra! Ada!??”
“Iya Mas!” sahut seorang wanita cantik berusia sekitar 30an berkaos ketat dengan celana pendek yang memamerkan paha indahnya berjalan mendekati pintu masuk.
“Buat empat orang yah Bu?”
“Iya bener”
Pelayan itu mempersilakan wanita bernama Citra itu masuk.
“Ver! Verna!” wanita itu bicara lewat smartphone, “udah dipanggil nih, cepetan!”
Fadli memandangi wanita itu sampai menghilang di dalam, mengaggumi kecantikan dan keseksiannya.

----------------------

Dari pantulan cermin yang ada di hadapannya, mereka dapat melihat diri mereka sedang bersetubuh, sungguh sensasi yang seksi dan seru.
“Sssssttt... mmhhh!!” Santi menggigit telapak tangannya agar lenguhannya tidak terdengar, wajahnya nampak bersemu merah diterpa arus birahi yang makin menggelegak.
Dengan gerakan cepat, batang penis Saldi merojok-rojok liang senggama Santi membuat vagina tanpa bulunya tak henti-hentinya mengeluarkan pelumas bening yang memperlancar persetubuhan mereka. Saking banyaknya, lendir bening itu berubah menjadi busa keputihan. Keduanya berusaha keras agar tidak terlalu keras melenguh sampai keringat bercucuran.
“Betul kan apa kata gua” kata Seli pada Kevin dengan setengah suara menempelkan telinganya ke pintu kamar ganti.
Kevin menempelkan telinganya ke sana dan benar suara-suara desahan tertahan itu terdengar olehnya. Seli nampak senyum-senyum dengan apa yang terjadi.
“San! Udah belum? Kok lama?” panggil Seli dari luar
“Uuuhh... mereka!” keluh Santi dalam hati, “tar lagi! Masih banding... bandingin... sshhh!!” sahut Santi terputus-putus, “cepetthh... Di!”
Saldi mengerti harus apa, ia pun mempercepat genjotan sambil terus menggerayangi kedua payudara gadis itu. Santi sendiri ikut menggoyangkan pinggulnya menyambut sodokan penis Saldi. Mereka saling bertatapan melalui cermin besar di bilik tersebut.
"Ooohh... ohh... udah mau... dikit lagi Di!” erang Santi setengah suara sambil terus menggoyangkan pinggulnya, memelintir batang penis Saldi
"San... gua nggak sanggup lagi nih... " rintih Saldi di ambang orgasmenya
"Sama Di... bareng yah!" lirih Santi dengan suara dipelankan
Saldi meneruskan genjotannya hingga akhirnya tubuh Santi bergetar hebat. Gadis itu menutup mulutnya sendiri agar tidak mengeluarkan desah orgasme.
"Uugghh... .hhhmmmmhhh!!” Saldi menggeram, ia menyusul Santi ke puncak kenikmatan
Semburan lahar panas langsung menyeruak masuk memenuhi rongga rahim Santi. Genjotannya melemah, akhirnya ia pun melepas penisnya yang sudah menyusut dan ambruk terduduk di lantai kamar ganti. Demikian pula Santi, lututnya terasa lemas sekali setelah orgasme tadi, sehingga tubuhnya jatuh bersimpuh di depan cermin. Keduanya mencoba mengatur nafas dan menikmati sisa denyut orgasme yang baru saja mereka dapatkan. Di luar, Kevin berdebar-debar membayangkan apa yang dilakukan kakaknya dan sepupunya di dalam sana, berani sekali mereka melakukan di tempat umum seperti ini, tapi agaknya hal itu memicu adrenalin dan ada sensasi tersendiri. Tiba-tiba ia merasakan selangkangannya diraba dan jari-jari lentik itu memegang penisnya yang ereksi itu dari luar celana.
“Sel... .” katanya memandang Seli yang tersenyum nakal padanya.
“Kepengen yah?” goda Seli.
Kevin mendekatkan wajahnya ke kakak sepupunya itu, namun sebelum bibir mereka bertemu Seli tiba-tiba mendorong pelan dadanya.
“Vin ntar kalau mereka udah bayar suruh ketemuan di restoran Jade Garden!” kata Seli melengos melewati Kevin sambil mengambil smartphonenya.
Rupanya ada orang yang masuk ke situ dan Seli telah melihat bayangan mereka sehingga bertindak cepat sehingga tidak kegap melakukan tindakan mesum.

Tidak sampai semenit kemudian pintu membuka, Saldi dan Santi keluar dari dalam, keduanya telah mengelap keringat dan merapikan kembali rambut mereka serta berusaha bersikap biasa seolah tak terjadi apa-apa. Wajah Santi masih bersemu merah sisa-sisa orgasme barusan, agak canggung memang apalagi melihat suami istri yang baru masuk itu.
“Kak yang ini gak mau, tolong balikin yah!” pinta Santi pada Saldi agar mengesankan mereka adalah kakak beradik sehingga tidak terlalu mencurigakan baru keluar bareng dari bilik ganti.
“Siap!” kata Saldi menerima barang yang tidak dipilih itu
Kevin menemani kakaknya membayar di kasir.
“Tadi itu kalian... .” kata Kevin waktu mengantri
“Ya... you know kan, hihihi” Santi tersenyum renyah
Jam makan siang, keluarga Heryawan berkumpul di restoran Chinese food, Jade Garden, yang terletak di dalam mall tersebut. Hidangan-hidangan yang menggugah selera tersaji dan mereka mulai makan diselingi obrolan dan candaan, tidak beda dengan keluarga-keluarga lain yang makan di situ.
 
Terakhir diubah:
andani citra dan verna?? hmmm...suhu mau bikin cerita cross-over ya? serial cerita andani citra udah jadul banget...ane lupa judul nya....
 
Wah andani citra, jadi kangen sama cerita2nya, terutama yg judulnya akibat berenang bugil sama kejutan untuk teman2ku
 
nah...in dia yg gue demen....updetny jelas.tiap selasa.fix.pasang kacamata.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd