Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Keluarga

Siapakah karakter wanita favorit anda dalam kisah RITUAL KELUARGA ini?


  • Total voters
    113
  • Poll closed .
Bimabet
Gila updatenya semakin seru aja suhu ..nunggu bagian kevin exe siapa nih
 
Kalo ga gitu kasih Season 2 suhu hehehe..

Masukin aja citra n friend nya om..mantap tu..anggap aja kenalan om Anas..ato teman arisannya salah satu widya ato Renny yg mungkin seumur..hehe..asli seneng gw genre cerita orgy kaya gini..

Kalo ritual keluarga Anas ini tiap 6 bulan sekali, apa itu berarti season 2 rilis nya tunggu setengah tahun kedepan juga?
Citra, ga ah, gw bukan penulisnya, biarlah dia jadi cameo yg memperindah cerita aja. Season 2, nah itu tergantung mood & inspirasi gw deh hehehe...
Gila updatenya semakin seru aja suhu ..nunggu bagian kevin exe siapa nih
Wait & see, dah mau update lagi kok
Agak gimana gitu ya...masa 1 keluarga gila semua...hahahaha...btw semangat hu untuk updatenya
Kan fantasi aja, jadi bisa2 aja, dont take too serious hak,..hak...hak...
 
CHAPTER 4

Tedi jalan bersama istrinya dengan mendorong stroller yang berisi bayinya. Mereka sempat mampir di beberapa toko peralatan bayi dan mainan serta keluar dengan menenteng kantong belanjaan.
“Kayanya boker deh si Leo!” kata Tedi mencium bau yang tidak asing.
Mereka memeriksa ke dalam popoknya dan menemukan bayi mereka itu BAB. Segera Tedi mengajak istrinya itu mencari nursery room. Ketika tiba di sana, nampak ruangan itu ada orangnya, seorang anak kecil di luar nampaknya anak orang yang di dalam. Setelah lima menitan menunggu akhirnya pintu terbuka. Tedi bertatapan dengan pasutri yang baru keluar itu dan langsung tertawa, mereka saling mengenal.
“Eeehhh... Ric! pakabar nih!”
“Tedi... walah sama keluarga nih!”
Kedua pria itu berjabat tangan, “Hei Mel... merit juga akhirnya lu orang!” sapa Tedi juga menjabat tangan si istri.
Tedi memperkenalkan pasutri bernama Rico dan Amelia itu pada istrinya sebagai teman kuliah dulu. Anak kecil di luar itu ternyata benar anak mereka yang sulung.
“Apain aja sekarang bro?” tanya Tedi basa-basi
“Kita di Bekasi, bisnis kecil-kecilan lah... lu sendiri gimana? Dah lama ga liat?”
“Ah masih di Jakarta kok, nerusin usaha keluarga lah”
Istri-istri mereka juga nampak ngobrol basa-basi.
“Oke deh ini yah nomer lu!” kata Tedi, “kita harus cepet-cepet nih, mo ganti popok hehehe”
“Oooh pantes bau lah hahaha... sok cepetan ganti, kasian tuh anaknya!”
Mereka pun berpisah, lalu Tedi bersama istri dan bayinya masuk ke nursery room.
“Mereka dulu sekost, hubungan gak jelas eh merit juga akhirnya” cerita Tedi sambil membukakan celana dan popok bayinya.
“Kita juga dulu hubungannya gak jelas kan” Widya mengeluarkan popok baru dari tas.
“Yang interesting Wid... kost mereka itu tuh... ooohhh... Leo, banyak banget sih pupnya!” kata Tedi meringis sambil membersihkan pantat dan selangkangan bayinya yang berlumuran eek itu
“Kenapa emang kostnya?” tanya Widya penasaran.
“Ini cerita si Riconya yah... kost mereka tuh semacam klub gitu, klub esek-esek, jadi penghuni di situ bebas ngentot sama siapa aja, pemilik kost sama penjaganya juga termasuk”
“Wow... ada juga yang kaya gitu yah” Widya menyerahkan selembar popok baru pada suaminya.
“Emang ritual keluarga kita gak wow? Hehehe... lu aja kaget kan waktu pertama gua ajak” Tedi selesai memasangkan popok dan kembali memakaikan celana bayi itu, “aaahh... Leo, udah bersih deh sekarang” katanya sambil menatap wajah anaknya yang imut tak berdosa itu.
“Leo mau susu? Sini sama mama?” Widya mengangkat tubuh kecil itu lalu duduk di sofa ruangan tersebut, “terus... terus... kost itu masih ada emang sampe sekarang?”
“Itu gua gak jelas yah, Rico cuma cerita sekilas aja, itu harusnya rahasia sih soalnya... eh gua haus nih, pengen dong” katanya nakal sambil memegang payudara kiri sang istri yang sedang menyusui Leo dengan payudara kanannya.
“Jangan macem-macem... nunggu nanti di rumah” Widya menepis tangan suaminya.
Saat itu smartphone Tedi berbunyi ternyata Tyas yang menghubungi bahwa mereka ditunggu di restoran bernama Jade Garden untuk makan siang.

---------------------
Sementara itu, di rumah... .


Pak Nidaul yang tidak ikut sedang menjalankan tugasnya beres-beres rumah, agak berat memang melakukannya sendirian di rumah besar itu, biasanya ada pembantu-pembantu lain. Tapi tidak mengapalah, toh imbalannya ia bisa mengikuti ritual keluarga yang seru ini karena sudah dipercaya bertahun-tahun oleh sang tuan rumah. Saat sedang memangkas tanaman hias di lantai dua, tiba-tiba matanya tertuju ke seberang sana. Nampak seorang wanita muda seperti sedang kebingungan, diperhatikan lebih seksama ternyata mobilnya mengalami kempes ban, ditambah lagi wanita itu dalam keadaan hamil muda terlihat dari perutnya yang mulai membesar. Ia mengeluarkan peralatan mobil dari bagasi belakang namun nampaknya mengalami kesulitan karena memasang dongkrak pun ia tidak tahu bagaimana, ia mencoba berjongkok untuk memasangnya tapi agaknya tidak nyaman karena sedang berbadan dua sehingga berdiri kembali sambil memegangi pinggangnya. Saat itu kompleks sedang lenggang, rumah-rumah di dekatnya juga dalam keadaan tertutup rapat. Pak Nidaul mengerti situasi yang dihadapi wanita itu dan segera meninggalkan pekerjaannya dan keluar dari rumah. Wajah wanita itu nampak lega melihat pria itu keluar dari rumah dan menyeberang jalan kompleks menuju ke arahnya.
“Ada yang bisa saya bantu Bu?” sahut Pak Nidaul menghampirinya.
“Ini Pak, ban mobil saya kempes, Bapak bisa bantuin ganti ban?” kata wanita itu tersenyum manis
“Bisa Bu... bisa... sini saya bantu” kata Pak Nidaul dengan simpatik
Pak Nidaul segera memasang dongkrak itu di bawah mobil si wanita cantik berparas oriental itu. Saat itu ia melirik ke arah wanita itu yang berdiri di dekatnya, ia memakai gaun terusan hitam yang menggantung beberapa centi di atas lutut dipadu cardigan putih. Pak Nidaul tidak bisa melewatkan pemandangan paha mulus wanita itu, tanpa ia sadari penisnya pun bangkit. Setelah dongkrak terpasang, Pak Nidaul menaik-turunkan tangkainya sehingga mobil pun mulai terangkat. Kemudian pria itu mengunci dongkrak itu dan mengambil kunci roda dan mulai membuka baut-baut pada ban tersebut.
“Eeengghh!!” salah satu baut itu terlalu keras sampai memakai bantuan kaki pun belum terlepas.
“Bu... ini bautnya mungkin karat atau terlalu kencang, saya ambil spray anti karat dulu di rumah” Pak Nidaul menjelaskan, “Ibu sekalian nunggu di sana aja, kasian kan lagi hamil gini berdiri di pinggir jalan panas-panasan”
Setelah berpikir sejenak, wanita itu akhirnya setuju mengikuti Pak Nidaul ke rumah itu. Dengan gentle pria itu membantunya menyeberang jalan dengan memegangi lengannya.
“Udah berapa bulan Bu?” tanyanya sambil berjalan
“Tiga... saya baru periksa ke rumah sakit, ga nyangka di tengah jalan malah gini”
“Suami ibu kemana emang? Gak nemenin?”
“Lagi tugas di luar negeri Pak, saya lagi sendirian di rumah”
“Lain kali kalau gak perlu-perlu amat ibu mending gak keluar sendirian, kan kalau kaya gini repot juga jadinya” nasehat Pak Nidaul yang membuat wanita itu ada rasa diperhatikan.
“Iyah, makasih perhatiannya Pak, soalnya besok-besok udah gak libur takutnya sibuk di toko, janjian sama dokternya juga hari ini lagi”
Sesampai di rumah, Pak Nidaul mempersilakan wanita itu duduk di serambi depan. Wanita itu memandang kagum taman di pekarangan itu yang indah dan tertata rapi dengan kolam kecil berisi ikan. Suasananya terasa begitu asri, entah siapa pemilik rumah mewah ini, dalam hati wanita itu bertanya-tanya.
“Bapak sendirian disini? Kok ga ada siapa-siapa lagi?” tanyanya
“Wah justru lagi banyak tamu Bu, cuma lagi pada main keluar, kan liburan ini, paling nanti sorean baru pulang”
Wanita itu mengangguk-angguk sementara Pak Nidaul pamit ke belakang untuk mengambil barang-barang yang dibutuhkan
“Ibu silakan diminum dulu! Ini teh herbal, bagus untuk wanita hamil!” Pak Nidaul kembali tak lama kemudian membawa secangkir teh hangat.
“Duh... bapak, kok saya jadi ngerepotin gini, makasih yah!”
“Hehehe... gapapa Bu, Ibu tunggu aja di sini santai ya, biar saya benerin bannya!”
Pria itu meninggalkannya ke seberang untuk meneruskan pekerjaan mengganti ban.


Sekitar seperempat jam wanita bernama Irene (26 tahun) itu menunggu sambil memainkan smartphone dan menyeruput teh yang disuguhkan. Ia seorang pengantin baru yang baru setengah tahun berumah tangga dengan suaminya yang seorang wakil manajer perusahaan multinasional. Hari itu ia baru saja mengecek kehamilan di rumah sakit dan sedang apes di perjalanan pulang karena ban mobilnya kempes. Suami sedang ke luar negeri dan beberapa bengkel yang ditelepon tutut karena sedang hari libur. Kemunculan Pak Nidaul seolah menjadi penyelamat baginya.
“Ibu!” panggil Pak Nidaul, “bannya udah selesai!”
“Oh makasih banget ya Pak!” kata Irene bangkit dari bangku dengan wajah senang.
“Pak ini... buat Bapak!” wanita itu mengeluarkan selembar Soekarno Hatta dari tas jinjingnya dan menyodorkannya ke pria itu di depan gerbang.
“Ehh... ngga... ngga Bu! Gak perlu!” tolak Pak Nidaul dengan halus.
“Ah Bapak... saya udah ngerepotin Bapak sampai kotor gini!” Irene meraih tangan Pak Nidaul dan setengah memaksa memberikan uang itu.
“Ngga Bu... jangan gitu, nolong orang yang membutuhkan itu kan kewajiban” pria itu mencoba menepis tangan Irene namun malah tangan mereka saling bertumpangan dan keduanya saling tatap sejenak.
Pak Nidaul tidak bisa tidak mengagumi kecantikan wanita di hadapannya ini, dadanya yang membesar akibat kehamilan itu nampak membusung di balik gaun hitamnya, sungguh menggairahkan.
“Bener Bu! Ga usah... simpan aja!” kata Pak Nidaul memandang wajah ayu itu
Wanita itu menghela nafas, “tapi saya gak enak kalau ga ngasih apa-apa padahal Bapak udah nolong saya”
“Jangan... saya menolong ikhlas Bu!” katanya lagi menurunkan tangan wanita itu.
“Ya udah kalau gitu... terima kasih banget yah Pak!” Irene kembali menyimpan uang itu di tasnya
Baru saja keluar dari gerbang dan Pak Nidaul belum menutupnya, tiba-tiba Irene berbalik,
“Eerrr... Pak boleh numpang toilet sebentar?” tanyanya
“Ohhh... boleh... boleh Bu, silakan!” kata Pak Nidaul ramah.

--------------------

Sambil menyantap makanan dan melayani obrolan, Tyas tiba-tiba mendapati dirinya sedang diperhatikan oleh seorang pria negro yang duduk di meja seberangnya bersama dengan empat pria negro lainnya. Naluri wanita Tyas mengatakan orang itu memperhatikan pahanya karena ia duduk bersilang kaki. Pakaian yang dikenakan hari itu berupa gaun terusan satin yang agak pendek sehingga pahanya akan terekspos bila tertarik ke atas. Mata si pria negro terus mengamati ibu cantik beranak dua tersebut yang diam-diam memperhatikannya sambil terus makan dan ngobrol. Diam-diam fantasi liar Tyas mulai membayangkan nikmatnya jika penis hitam pria itu menghujam-hujam vaginanya atau dioral di mulutnya. Fantasi yang sama juga membayangi si pria negro, ia membayangkan nikmatnya vagina wanita Asia yang cantik dan dewasa di seberangnya itu sehingga ia jadi tidak terlalu fokus dengan perbincangan teman-temannya. Tak lama Tyas berdiri dan berjalan ke arah toilet di belakang melewati meja para negro itu, saat itu Tyas menebar senyum ramah ke arah pria yang sejak tadi memperhatikannya itu. Senyum yang begitu menggoda membuat si negro itu tambah kesengsem. Tyas mencuci tangan dan merapikan dandanannya di washtafel panjang, tak lama orang yang memakai kran di sebelahnya pergi dan datang seorang yang lain.
“Finish eating?” sapa orang itu
Tyas menoleh dan memasang senyum manis.
“Oohh, hi... I’m full enough” balasnya
“With your family here?” tanya pria itu
“Yes... big family. And... you... with friends?”
“Coleagues... we have negotiation with local soccer club here!” pria itu mengeringkan tangannya dengan mesin pengering, “Oh yah... I’m Omar from Nigeria!”
“Tyas!” wanita itu menyambut jabat tangan hitam itu.
Keduanya terlibat percakapan basa-basi. Pria 32 tahun bernama Omar tersebut memang adalah pejabat sepak bola Nigeria dan baru kemarin lusa datang ke ibukota guna membicarakan pertukaran pemain. Posturnya sedang, bahkan lebih pendek sedikit dibanding Tyas, namun tubuhnya padat cenderung berotot. Ia memuji-muji Tyas yang terlihat masih muda dan cantik, tidak menyangka sudah memiliki dua anak yang beranjak dewasa. Tyas sepertinya memberi lampu hijau ke arah lebih jauh, dilihat dari body language dan gaya bicaranya.
“Eerrr... should we back to our table?” tanya Omar melihat salah satu pintu toilet dibuka dan seseorang keluar dari dalam.
Suasana di area toilet yang terdiri dari tiga bilik dan washtafel panjang itu memang sudah sepi setelah beberapa orang bolak-balik.
“Yeah... but I’d like to pee first” Tyas berbalik dan berjalan ke bilik paling ujung sambil mengedipkan satu mata ke arah Omar.

---------------------------
Baru saja hendak menyumpit nasi dan hendak memasukkan ke mulutnya, Anas merasa bahunya ditepuk pelan dari belakang. Ia menengok dan senyum mengembang di wajahnya.
“Eeeiii... Prabu... apa kabar nih!” Anas langsung berdiri dan menjabat tangan pria yang umurnya kurang lebih sebaya dengannya itu.
“Baik... lagi sama keluarga besar nih hahaha” balas pria itu
“Ya biasalah, libur jadi kita kumpul semua. Sofia... wah masih cantik aja kamu!” Anas menjabat istri pria itu yang sedari tadi memegang tangannya.
Wanita bernama Sofia itu sudah awal 50-an tapi masih terawat dan penampilannya modis sehingga tidak heran masih sedap dipandang. Perusahaan Anas dan Prabu dulu pernah bermitra sehingga mereka akrab. Anas mengenalkan keluarganya pada temannya itu dan setelah ngobrol basa-basi, keduanya pamit meninggalkan mereka. Ada rasa iri dalam hati Anas terhadap koleganya yang sama-sama tukang main gila itu tapi masih dapat berdampingan dengan istrinya yang sebenarnya juga memiliki skandal. Yah nasib manusia memang berbeda-beda, itulah hidup.
---------------------------


Setelah mengunci pintu, Omar langsung mendekap Tyas dan menghimpitnya ke arah tembok, mereka berciuman dengan ganasnya seolah sepasang kekasih yang telah lama tidak bertemu. Pria negro itu meyingkap rok Tyas dan merabai pahanya yang indah. Ciuman mereka semakin ganas, lidah saling beradu dan membelit, liur saling bertukar, dan pandangan mata mereka memancarkan gairah yang tak tertahankan. Sambil terus berciuman, tangan pria itu meraih resleting di punggung gaun Tyas dan membukanya. Dilolosinya gaun terusan itu dari tubuh Tyas lalu digantung pada gantungan baju di pintu. Akhirnya kini Tyas tinggal mengenakan bra dan celana dalam berwarna pink. Mata Omar nanar memandangi tubuh indah Tyas, namun ia mengerti waktu sangat terbatas dan tempat sangat berisiko sehingga ia tidak berlama-lama dan segera memeloroti celana dalam wanita itu. Darah Tyas berdesir hebat melihat pria itu berjongkok memandangi vaginanya, lalu... .
“HHhmmhh... !” ia menggigit bibir menahan desahan saat Omar membenamkan wajahnya ke wilayah sensitifnya dan mulai menyapu-nyapu bibir vaginanya dengan lidah kasapnya.
Pria itu menaikkan paha kanan Tyas ke bahunya sambil melumat dan menusuk-nusuk vagina wanita itu dengan jarinya. Ia menjilati klitorisnya dengan ujung lidah, meniupnya pelan, membuat wanita itu bergidik dan geli disertai remasan pada pantatnya, lidahnya bergerak gerak memutar membuat Tyas menggeliat meresapi sensasi sensual dengan adrenalin berpacu ini. Jilatan lembut diselingi hisapan membuat Tyas makin terbang ke awang-awang tak tertahankan. Mengetahui wanita itu sudah terangsang hebat, Omar berdiri dan membuka celananya mengeluarkan penisnya.
“My turn” sahut pria negro itu setengah berbisik.
Tyas terhenyak melihat penis hitam bersunat dengan kepalanya mirip cendawan kemerahan itu, benda itu begitu panjang, keras dan berurat, lebih panjang dan hitam dari milik Pak Nidaul.
Tanpa buang waktu lagi, Omar yang tinggal memakai kaosnya itu mendekap tubuh Tyas dan menempelkan kepala penisnya ke vagina wanita itu. Dipagutnya kembali bibir Tyas sambil menekan penisnya.
“Eeenngghhh… ” Tyas mengerang tertahan penis negro itu menerobos masuk
Untuk memudahkan, pria itu mengangkat kedua kaki Tyas yang ditopang dengan tangan kokohnya. Lalu mulailah ia mendorong-dorong keras penisnya masuk semakin dalam. Sensasi rasanya sungguh dahsyat, kalau saja tidak di tempat ini, ingin rasanya Tyas menjerit-jerit melampiaskannya, namun kini ia hanya bisa menutupi mulutnya dengan telapak tangan dan bertahan agar tidak sampai suaranya terdengar keluar. Hujaman-hujaman itu sungguh mantap, Tyas dapat merasakan tonjolan urat penis itu dan denyutannya di vaginanya sana. Tak lama kemudian, Omar menurunkan kaki Tyas satu persatu dan melepaskan penisnya. Dibalikkannya tubuh wanita itu hingga bersandar pada tembok dengan kedua lengannya dan pinggul menungging. Kembali ditusuknya vagina wanita beranak dua itu dari belakang. Dengan posisi seperti ini, pria negro itu bisa meremas payuadaranya yang menggemaskan itu atau sesekali menampar bongkahan pantatnya.
“Gila gede banget, keras pula” kata Tyas dalam hati dengan wajah meringis akibat tusukan-tusukan penis negro itu.
Tangan Omar terus menjamahi payudaranya serta memainkan kedua putingnya.
“Oohh... com... cominggg!!” desah Tyas susah payah menahan desahannya
Tyas akhirnya dilanda orgasme sambil menggigit telapak tangannya, tubuhnya tersentak-sentak keras. Sebentar kemudian, Omar juga menggeram dan menyemprotkan spermanya di vagina wanita itu, tubuhnya mengejang sambil menancapkan penis itu hingga mentok. Sungguh ogasme intens dari seks kilat yang hanya berlangsung sekitar sepuluh menitan saja. Setelah tubuh mereka berpisah, Tyas berlutut menurunkan tubuhnya menggenggam penis hitam yang sudah menyusut itu. Omar hanya tersenyum menatapnya. Tak membuang waktu, Tyas segera melakukan cleaning service dengan menjliati dan mengulumnya sampai bersih. Setelah puas keduanya pun kembali berpakaian.
“Thanks... I enjoyed it so much” kata Tyas
“So did I” balas Omar sambil mencium bibir wanita itu.
Omar keluar dari toilet duluan setelah memastikan situasi aman. Keduanya kembali ke tempat duduk masing-masing seperti tak terjadi apa-apa.
“Kemana aja? Lama amat” tanya Fadli
“Sakit perut aja, mungkin gak cocok makannya, sekarang udah fine kok” jawab Tyas santai.
Saat itu Anas mencoba menghubungi Pak Nidaul untuk memastikan apakah situasi di rumah baik-baik saja. Namun teleponnya tidak diangkat.
“Heeeh... dasar, tidur nih kayanya tuh orang” omelnya dalam hati.

-------------------
HP Pak Nidaul memang berbunyi tapi tidak terdengar oleh empunya karena benda itu ada di kamarnya di belakang sementara pria itu sendiri sedang di ruang tengah bersama Irene, wanita hamil yang tadi ditolongnya mengganti ban. Ssslllrrpp... mmmhhh... ssrrpp... suara kedua orang itu sedang berpagutan sambil berpelukan di sofa. Lidah Pak Nidaul menelusuri bibir mungilnya, begitu juga dengan Irene. Nafas mereka semakin memburu bersamaan dengan lidah mereka terus saling membelit dengan air liur saling bercampur dan menetes membasahi bibir. Tangan kasar pria itu merabai paha mulus Irene, semakin naik dan naik hingga menyentuh selangkangannya yang masih tertutup celana dalam.
“Eeemmmhhh!” tanpa melepas ciuman Irene menggeliat seperti tersengat listrik saat jari pria itu mulai menggesek bibir vaginanya dari luar
Tangan Pak Nidaul yang satunya mengelusi punggung lalu beralih ke dada dimana diremasnya lembut payudara wanita itu.
"Boleh Bapak buka bajunya Bu?” pria itu meminta ijin.
Irene yang sudah birahi hanya mengangguk, ia mengangkat kedua tangannya membiarkan gaunnya diloloskan lewat atas oleh pria yang menolongnya itu. Mata pria itu nanar memandangi tubuh Irene yang tinggal memakai bra dan celana dalam hitam itu, perutnya mulai membulat dengan pusar menonjol keluar membuatnya lebih seksi. Irene mengangkat alisnya dan tersenyum, seolah mengisyaratkan pria itu agar memberinya kepuasan. Kemudian kedua tangannya menjulur ke belakang untuk melepas kait branya dan ia lepaskan penutup dadanya itu sehingga terlihatlah payudaranya yang berputing merah itu membuat pria itu menelan ludah memandangnya.
“Ibu cantik sekali, kaya bidadari!” puji Pak Nidaul sambil meraih payudara kirinya.
“Ahhh... saya udah gendut gini masa cantik sih?”
“Ngga gendut Bu, cuma perutnya aja ada anak, type kaya ibu ini pasti udah lahir cepat nyusutnya” komentar Pak Nidaul, “ibu duduk aja, biar saya yang buka celana dalamnya!”
Pria itu turun dari sofa dan menarik karet celana dalam Irene hingga lepas. Kini wanita hamil itu duduk di sofa tanpa sehelai benangpun, wajahnya bersemu merah antara malu dan birahi.
"Hehehe…. ibu benar-benar luar biasa... gak tahan saya" Pak Nidaul kembali memuji sambil merenggangkan kedua belah paha Irene.
Wanita itu menggigit bibir bawah sambil menahan nafas merasakan hembusan nafas pria itu pada vaginanya. Ia tidak menyangka akan melakukan hal ini, sudah tiga bulan sejak hamil, suaminya tidak pernah menyentuhnya lagi, sejak naik jabatan pria itu semakin sibuk dengan kerjanya, kalaupun di rumah sudah tidak ingin lagi berhubungan seks sehingga hubungan mereka semakin dingin, terlebih bila terjadi cekcok. Pak Nidaul yang muncul memberi pertolongan dan perhatian itu ibarat oase di padang pasir yang menyegarkannya, sehingga secara spontan ia membiarkan dirinya terjun ke lembah mesum ini dengan si pria yang baru dikenalnya dan beda kelas dan ras ini. Meskipun awalnya ragu, naluri seksualnya menginginkannya sehingga ia pun terhanyut. Kini lidah Pak Nidaul menjilat hingga menyelip masuk bibir vaginanya yang terasa sempit dan licin. Lendir vagina Irene semakin membasahi wilayah sensitif itu. Irene menggeliat hebat dan mengerang panjang keenakan, pinggulnya terkadang digoyangkan lembut ke kiri-kanan dan juga ke atas menikmati lumatan Pak Nidaul. Tangannya menekan kepala pria itu, membenamkan wajahnya ke bukit vaginanya. Pria itu merasakan aroma khas vagina yang terasa makin tajam. Lidahnya menggelitik-gelitik lembut mulut liang vagina merah wanita itu sembari terus menyedot cairan lendirnya.
“Aaauuhh!!” Irene mendesah, pinggulnya menggeliat kenikmatan pada vaginanya.
Pinggulnya digoyang-goyang kiri kanan, sesekali kedua pahanya menjepit kepala pria itu. Lidah pria itu masuk semakin dalam dan akhirnya menyentil-nyentil daging klitorisnya. Dengan gemas lalu jarinya menyibakkan bibir vagina Irene dan dipandanginya keindahan celah liang vagina sempit itu yang merah merekah mengeluarkan cairan lendir bening. Pak Nidaul mendongakkan ke atas memandang wajah cantik Irene yang berkeringat, lalu kembali menundukkan muka. Lidahnya dengan liar kembali menjilati kedua belah permukaan labia mayora wanita itu

Pak Nidaul sangat bangga membuat wanita hamil itu berulang kali mengejang atau menghentakkan kedua belah pahanya yang mulusi, tak henti-hentinya mulutnya memekik kecil dan merintih panjang menahan geli-geli nikmat, wajah cantiknya yang berkeringat kelihatan memerah seolah menahan sesuatu, bibir bawahnya digigit keras seperti geram, tatapan matanya begitu sayu. Pria itu menggerakkan jempolnya mengelus dan menekan klitoris Irene sehingga menyebabkan daerah itu basah oleh cairan birahi. Nampaknya wanita ini sudah siap menjadi pelampiasan hasrat Pak Nidaul yang sejak tadi tertahan.
“Enak Bu?” tanya Pak Nidaul cengengesan
“Hhhmmm…. hhhmmmm…. ”gumam Irene menganggukkan kepalanya.
“Mau yang lebih enak gak?” tanyanya kembali.
Irene tidak menjawab pertanyaan itu tapi kepalanya sedikit terangguk. Maka Pak Nidaul pun tidak mau membuang kesempatan emas tersebut. Ia menyusun bantal kursi hingga empat tumpuk.
“Nah, ibu nungging sambil numpu ke sini, dicobain dulu, udah nyaman belum!”
Tanpa diminta kedua kalinya, Irene yang sudah tinggi birahinya itu melakukan apa yang disuruh.
“Udah Pak, udah pas kok!” kata wanita hamil itu menyandarkan kedua lengannya pada tumpukan bantal tersebut.
Pria itu pun mengambil posisi berlutut di belakang dan mengarahkan penisnya ke liang senggama Irene. Sleeeeppp… kepala penisnya mulai terjepit di liang senggama wanita itu diiringi desah erotis dan tanpa menunggu lebih lama lagi... bleeeessss… penis itu menyeruak masuk ke dalam rongga senggama si wanita hamil.
“Ooogghhh… memek Ibu seret juga,” desah Pak Nidaul merasakan jepitan vagina Irene.
“Hhhmmmm… ooohhhh… Pak…,” Irene juga mendesah merasakan lesakan penis itu ke vaginanya.
Setelah mendiamkan sebentar penisnya untuk beradaptasi, Pak Nidaul mulai menghela pinggulnya sehingga penisnya keluar masuk di dalam liang senggama wanita itu. Batang penis itu mengkilat karena cairan birahi Irene.
“Hhhmmm… ssshhh… aaaaahhh… hhhmmmm.. ssshhh…” Irene mendesah nikmat merasakan sodokan-sodokan bertempo sedang Pak Nidaul pada vaginanya.
Kedua tangannya mencengkram bantal kursi tempatnya bertumpu. Dari mulutnya semakin terdengar rintihan-rintihan nikmat. Sodokan demi sodokan membuat vaginanya semakin becek sehingga melumasi penis pria itu yang semakin leluasa keluar masuk. Pak Nidaul semakin mempercepat genjotannya sambil tangannya menggerayangi payudara wanita itu yang menggantung. Tak lama kemudian tubuh Irene mengejang, ia sudah di ambang orgasme. Pak Nidaul meningkatkan genjotannya, sodokannya beberapa kali mentok di dinding rahim wanita itu hingga akhirnya.
“Pak…. saya keluaaarr…. ooohhhh..aaaaahhh…” Irene melengking menyambut gelombang orgasme yang datang menerpanya dengan dahsyat
Ssssrrrrr… ssrrrrr… sensasi basah-basah hangat menyelubungi batang penis Pak Nidaul akibat siraman cairan kewanitaan Irene, dinding vaginanya berdenyut dengan cepat seolah-olah sedang meremas-remas penis pria itu. Sengaja Pak Nidaul membenamkan dalam-dalam penisnya saat wanita itu mencapai puncak karena aku ingin menikmati sensasi kedutan dinding vaginanya. Diciuminya leher dan pundak wanita itu untuk memberikan sensasi nikmat yang lebih.

“Pak, udah yah… saya jadi gak enak sama suami dan anak di perut saya ini” kata Irene dengan nafas masih tersengal-sengal karena baru mendarat setelah melambung tinggi, rasa bersalah mulai mengisi hatinya, baru pernah seumur hidup ia melakukan selingkuh apalagi dengan orang yang baru dikenal dan tahu namanya saja tidak. Namun ia tidak menyangkal kenikmatan tadi begitu luar biasa, setelah berbulan-bulan tubuhnya tidak ada yang menjamah, bahkan dengan suaminya saja rasanya tidak senikmat tadi itu.
“Ehh... tapi tadi sebelum mulai kan bapak tanya mau lebih enak lagi Ibu jawab iya,” jawab Pak Nidaul pura-pura bego.
“Iyaah… soalnya jilatan Bapak enak jadi sayanya kebawa-bawa”
“Gak apa-apa Bu, ini cuma ngentot, yang penting Ibu tetap cinta sama suami dan anak ibu kan?” Pak Nidaul mulai mempengaruhinya.
“Tapi... aaah… bapak nakal, aaauuugghhh… ” kata Irene sambil mendesah karena saat itu Pak Nidaul mulai menggenjot lagi.
“Sudah… dong Pak… masa gak cukup satu kali?” kata Irene mencoba untuk menghentikan aksi pria itu, penyesalan itu ada, tapi keinginan untuk lanjut pun ada dan keduanya saling bergumul hebat dalam diri wanita hamil itu.
“Hehehe... tapi Bapak belum puas Bu, lagi yah!” kata Pak Nidaul sambil tetap menggerakkan penisnya sambil memilin-milin puting Irene.
Rangsangan-rangasangan itu membuat Irene kembali terhanyut dalam pusaran birahi. Mulutnya terus mendesah-desah antara geli dan nikmat.
“Ganti gaya Bu!” sahut pria itu dengan hati-hati mengangkat tubuhnya.
Kini Pak Nidaul bersandar pada sofa memangku Irene yang menyandarkan punggung ke tubuhnya.
“Sekarang Ibu yang goyang, hamil juga perlu ngentot Bu, kaya gini katanya bagus buat perkembangannya” kata pria itu sok tahu.
Tanpa harus disuruh, Irene sudah menggerakkan sendiri tubuhnya naik turun di selangkangan pria itu memburu kenikmatannya. Tangan kasar Pak Nidaul aktif meremas-remas payudaranya wanita itu, tidak hanya itu, mulutnya juga mencium dan mencupangi punggungnya yang mulai berkeringat. Terkadang Irene juga memutar-mutarkan pinggulnya memelintir penis Pak Nidaul memberi sensasi ekstra, nampaknya Irene betul-betul menikmati sodokan-sodokan penis pria itu.
“Hhhheeehhh… enaak... Bu... terus putaaar… ” erang Pak Nidaul menikmati goyangan Irene.
Keringat mereka semakin banyak, dan menimbulkan bunyi kecipak saat kelamin mereka bertumbukkan, suaranya membuat mereka semakin terangsang. Irene pun semakin cepat memutar pantatnya sementara Pak Nidaul juga sesekali menyentak-nyentak pinggulnya ke atas sehingga penisnya menghantam-hantam dinding vagina wanita hamil itu. Rintihan, erangan dan desahan keduanya saling bersahutan memenuhi ruang tamu. Irene yang pada babak pertama tadi lebih pasif, pada ronde kedua ini aksinya sungguh bertolak belakang, rintihannya semakin sering terdengar. Pria itu pun semakin menghentakkan penisnya ke atas sehingga menancap semakin dalam di vagina Irene. Wanita itu menjerit saat dinding rahimnya tersodok oleh penis Pak Nidaul
“Aaawwww… sssshhh… aaaaahhhh…. enak Pak... puasian sayahh... awwww… yang dalam!!” Irene menceracau tak karuan
Pria itu menyelipkan kepalanya lewat ketiak kiri Irene lalu mulutnya mencaplok payudaranya. Dikenyotinya payudara itu sambil menikmati persetubuhan. Gerakan mereka semakin lama semakin tidak beraturan, tanda-tanda puncak kenikmatan hampir tiba. Pak Nidaul merasakan desakan-desakan kuat hendak menerobos keluar dari penisnya, demikian pula Irene, terlihat dari gerakannya tidak teratur lagi, tubuhnya mulai mengejang-ngejang
“Aaakkhh... mantapphh!!” desah Pak Nidaul yang tak dapat membendung gelombang nikmat yang berusaha menerobos keluar dari pensnya

Crreeeeetttttt…. creeeetttt… penis itu memuntahkan spermanya ke liang senggama Irene. Sebentar kemudian Irene juga menyusul ke puncak nikmat, ia mendesah keras dan tubuhnya menggelinjang. Sssssrrrrr… sssrrrrr… cairan orgasme wanita hamil itu membasahi penis Pak Nidaul yang sedang berkedut-kedut menyemprotkan air maninya. Cairan mereka saling bercampur dan setelah tetes terakhirnya, tubuh keduanya ambruk kelelahan. Penis Pak Nidaul masih berada dalam jepitan lubang vagina Irene.
“Enak… Bu... puas?,”tanya pria itu sambil menciumi leher dan telinga Irene
“heeh…,” jawab Irene mengangguk dan berusaha menahan geli atas ciuman pria itu.
“Enak entotan sama bapak atau…. suami... ibu?” tanya Pak Nidaul lagi
“Ahhh… gak tau.. kok nanyanya gitu sich Pak” jawab Irene dengan wajah memerah malu.
“Hehhee… cuma pengen tahu saja, mana hebat suamimu atau bapak?” tanya pria itu sambil memencet puting wanita itu.
“Iiihh… Bapak nakal… rahasiaa dong… ” jawab Irene malu, dalam hati ia harus mengakui kepuasan bercinta dari pria ini tidak pernah didapatnya dengan sang suami.
Menyaksikan Irene yang malu-malu seperti itu, membuat Pak Nidaul terangsang kembali, penisnya yang sudah lemas dan masih dalam jepitan lubang vagina wanita itu, mulai menggeliat kembali.
“Eeeehhh…. bangun.. lagi…,” Irene kaget merasakan penisnya mulai menegang kembali.
“Hehehehe…. minta nambah dong, habis enak dan legit banget memeknya ibu,” jawab pria itu cengengesan
“Oh God…. bisa mati lemas gua disodok-sodok nih kontol” kata Irene dalam hati
Akhirnya pertarungan itu kembali berlanjut dengan Irene berbaring dalam posisi menyamping. Kali ini tidak terlalu lama karena tenaga mereka sudah banyak terkuras. Setelah tenaganya mulai pulih, Irene mulai memakai kembali pakaiannya.
“Omong-omong, ibu namanya siapa?” tanya Pak Nidaul sambil mengelus paha wanita itu.
“Irene” jawabnya cuek sambil memasang kembali kait branya.
“Nama bapak Nidaul hehehe”
“Who care” kata wanita itu dalam hati.
Setelah membenahi diri, Irene berpamitan dan mengucapkan terima kasih pada pria itu. Ban mobilnya sudah tidak ada masalah, ia menyetir kendaraannya itu dengan senyum puas terhias di wajahnya.

----------------------

Usai makan siang, keluarga Heryawan keluar dari restoran itu, para pria melihat-lihat pameran mobil Audi di atrium mall tidak jauh dari restoran. Mobil-mobil keluaran terbaru yang mentereng itu tentu saja dipermanis dengan kehadiran para SPG yang cantik dan seksi untuk menarik para calon pembeli, mereka memakai seragam gaun hitam panjang dengan belahan rok yang memamerkan paha indah mereka, rambut mereka juga seragam diikat ke belakang model ekor kuda. Kevin juga ikut mengagumi sebuah mobil dengan Seli di sampingnya. SPG-SPG itu memprioritaskan para pria dewasa seperti Anas, Tedi, Willy atau Fadli menawarkan barang yang dijual karena tampang mereka lebih berduit dan berpotensi untuk membeli. Kevin terperangah dengan mata tak berkedip, tak percaya pengelihatannya sendiri ketika SPG yang sedang bicara dengan kakeknya berjongkok dan membuka celana pria itu mengeluarkan penisnya. Tanpa ragu, gadis berusia awal dua puluhan itu langsung menjilati batang penis Anas, membuat pria tua itu langsung mendesah nikmat. Semua mata di sekitar situ langsung tertuju ke arah mereka. Disaksikan puluhan pasang mata bukannya membuat Anas malu dan berhenti, pria tua itu malah menarik tubuh si SPG hingga berdiri dan menyandarkan tangannya ke mobil. Dengan cekatan ia menyingkap gaun yang dipakai gadis itu hingga pinggang dan memeloroti celana dalamnya.
“Aaaahhh... ” erang SPG itu membuat bulu kuduk semua yang hadir merinding dan darah berdesir, merasakan penis Anas membelah bibir vaginanya dan menyeruak masuk ke dalam.
“Heiii... mau apa Pak?” tanya SPG yang sedang bersama Tedi dan Willy ketika lengan Tedi merengkuh pinggang rampingnya dan mendekapnya, “lepasin.... eemmhhh!!”
Willy mendekap gadis itu dan memagut bibirnya, SPG itu berusaha menolak dengan memalingkan wajahnya namun Willy terus mengejar bibirnya ditambah lagi tangan kedua pria ini mulai menggerayangi lekuk-lekuk tubuhnya. Para SPG mobil semuanya sudah diembat para pria yang hadir di situ, Fadli bahkan mendapat dua SPG cantik sekaligus yang satu sedang mengoral penisnya dan satunya lagi sedang berciuman panas sambil tubuhnya digerayangi oleh Fadli. Dekat situ sepasang muda-mudi yang berusia sekitar awal dua puluhan nampak berpelukan sambil berpagutan bibir, tangan si pria meremasi payudara si gadis tanpa peduli sedang di tempat umum disaksikan banyak mata. Kegilaan di atrium mall merambat dengan cepat, ada tiga orang gadis mahasiswi yang berjalan bertiga didekati oleh segerombolan pria. Mereka tidak bisa berbuat banyak ketika para pria itu dengan buas menjamahi tubuh mereka bahkan menarik-narik pakaian yang mereka kenakan. Salah seorang gadis itu dipaksa berlutut dan satu dari pria itu menjejali penisnya ke mulut mungil si gadis. Ketiganya akhirnya berhasil ditelanjangi di depan umum dan segera dijarahi para pria yang mengerumuni mereka. Situasi semakin tak terkendali, anehnya semua malah ikut terbawa suasana mesum ini, di depan sebuah toko, Reni sedang berpelukan dengan seorang satpam mall, keduanya berciuman panas beradu lidah. Si satpam menggerayangi tubuh Reni, menyingkap roknya dan meraba-raba selangkangannya yang masih tertutup celana dalam. Reni sendiri tidak mau kalah, tangannya merabai selangkangan si satpam yang pasti penis di baliknya sudah ereksi. Widya, yang duduk di bangku panjang dekat situ, dikerumuni tiga orang pria. Pria botak berkulit gelap yang duduk di kanannya memagut bibir wanita itu sambil tangannya menggerayangi tubuhnya. Pria berkumis di sebelah kiri membuka kancing punggung gaun terusannya, tangannya menggerayangi kemana-mana sambil menciumi pundak dan lehernya. Pemuda tanggung yang berlutut di antara kedua belah kakinya menarik lepas celana dalamnya.
“Aaahhhh.... ” desah Widya saat pemuda itu memasukkan kepalanya di balik rok dan melumat vaginanya.
Tidak sampai semenit, Widya sudah telanjang bulat dan mereka baringkan di bangku panjang, dua pria lain ikut bergabung menjarah tubuhnya. Tyas sempat terperangah dengan kegilaan ini, namun senyum nakal segera tergurat di wajah cantiknya. Tangannya meraih resleting di punggung dan membukanya. Di keramaian ia menelanjangi dirinya sendiri, pakaiannya berjatuhan di bawah kakinya. Ia tersenyum menantang melihat puluhan pasang mata memandang tubuh polosnya yang indah itu. Didekatinya seorang pria bertubuh kekar dekatnya lalu berlutut dan membuka celana si pria yang deg-degan pasrah. Melihat itu pria lainnya maju sambil membuka celana mereka mengeluarkan penisnya mengepung wanita itu. Terhitung lima pria dengan penis teracung mengelilingi Tyas yang mengocok dan mengulum batang-batang itu secara bergantian. Seorang pria lain berlutut di belakangnya meremasi sepasang payudara dan menggerayangi selangkangannya. Dua satpam wanita yang berusaha mengendalikan situasi juga tidak sanggup berbuat apa-apa, malah mereka jadi sasaran para pria kalap yang langsung mengerubuti keduanya bak zombie lalu menarik-narik pakaian kedua satpam cantik itu. Tidak perlu hitungan menit untuk menunggu keduanya berhasil ditelanjangi dan lubang-lubang mereka terisi oleh penis.

“Kek... kakek!!” panggil Kevin pada Anas yang sedang asyik menggenjot vagina si SPG, “kakek apain?”
“Hehehe... kamu gak liat apa?” kata Anas menoleh ke arah cucunya tanpa berhenti menggenjot, “kita lagi ngentot lah, ayo jangan bengong gitu... kamu kan udah ikut ritual keluarga kita, apain harus sungkan?”
Pemuda itu sungguh tidak percaya pandangannya, seisi mall terlibat seks liar, dunia seakan berubah sama sekali sejak tadi malam, semua menjadi seperti Sodom dan Gomora.
“Sel... Seli... ” Kevin menengok ke belakang mencari Seli yang sejak tadi bersamanya.
Ia terhenyak menemukan kakak sepupunya itu diapit dua orang bapak-bapak dari depan dan belakang. Si bapak kurus tinggi yang di depan memagut bibir gadis itu sambil meremas-remas dadanya, sementara bapak di belakang yang rambutnya mulai botak itu menyingkap rok Seli dan tangannya menyusup masuk ke celana dalamnya mengobok-obok di dalam sana sambil tangannya meremasi payudaranya. Tidak jauh dari situ, Reni sudah ditelanjangi dan disetubuhi sambil berdiri oleh si satpam mall. Dua orang anak muda ikut bergabung, yang satu mengenyoti payudara kiri wanita itu dan satunya lagi mencium bibirnya sambil menggerayangi tubuh telanjangnya. Willy sedang menyodok-nyodokkan penisnya ke vagina si SPG yang nyaris telanjang, sementara di depan gadis itu Tedi berlutut menikmati penisnya dikulum olehnya.
“Ooohhh.... aahhhh... mantap sepongannya mbak!” erang Tedi sambil menekan kepala gadis itu ke selangkangannya.
Pria yang menyetubuhi Widya di bangku panjang orgasme dan menyemprotkan penisnya di perut wanita itu. Ia segera digantikan oleh pria lain, yang langsung menusukkan penisnya ke vaginanya.
“Wuihh... yang ini teteknya ada susu oi!” kata orang yang sedang melumat payudaranya.
“Gurih... ini baru mantap!” kata pria setengah baya yang melumat payudara lainnya.
Fadli duduk di bangku menikati SPG berwajah oriental yang naik turun di pangkuannya dalam posisi memunggungi sambil menyusu dari SPG yang satunya yang rambutnya di highlight kemerahan yang berdiri di sampingnya. Tangan pria itu mengobok-obok vagina si SPG membuat gadis itu melenguh-lenguh nikmat. Seorang pria bertampang Indonesia timur maju mengeluarkan penisnya yang hitam tak bersunat, tanpa basa basi ia meraih kepala si SPG berambut kucir yang sedang naik-turun di pangkuan Fadli dan menjejali mulut mungilnya dengan penis itu. Setelahnya, tangan kokoh pria berkulit gelap itu merengkuh SPG yang vaginanya sedang diobok-obok Fadli dan melumat bibirnya. Kevin mengalihkan pandangan ke tempat lain, didapatinya kakaknya, Santi sudah telanjang sedang bertumpu pada kaca etalase sebuah toko dengan kedua sikunya. Dari belakangnya, seorang pria bertubuh atletis menggenjoti vaginanya dengan bertenaga sehingga kadang tubuh gadis itu terdorong-dorong ke depan dan payudaranya menempel pada jendela etalase. Sementara Saldi sedang di dalam toko sepatu wanita dekat situ, ia bersama seorang pria lain berwajah bopengan sedang mengembat si pemilik toko itu, seorang wanita Chinese berparas cantik berusia pertengahan tiga puluhan. Pakaian wanita itu berserakan kemana-mana hingga tak tersisa apapun lagi di tubuh indahnya. Saldi bersama pria itu menggerayangi tubuhnya. Saldi menciumi bibirnya dan beradu lidah sementara si pria bopeng mengenyoti payudaranya sambil menggerayangi selangkangannya. Dua pegawai toko sepatu itu, yang semuanya gadis berusia dua puluhan, juga tidak luput, keduanya sudah ditelanjangi, yang satu digarap tiga orang pria di atas lantai toko dan satunya lagi disetubuhi sambil berdiri di meja kasir. Saldi mengarahkan penisnya ke vagina si wanita pemilik toko yang menungging di atas bangku panjang. Tanpa kesulitan berarti, penisnya melesak masuk diiringi erangan si wanita. Tanpa buang waktu lagi Saldi segera menggenjot.
“Aaaahh.... aaahhh... mmmmmhhh!!” desahan wanita itu segera teredam oleh si pria bopeng yang menjejali mulutnya dengan penisnya.
Di tempat lain, dengan teknik oralnya yang mumpuni, Tyas berhasil membuat beberapa pria yang ia oral dan hand-job menyemburkan spermanya. Cairan putih bercipratan membasahi wajah, rambut dan tubuh telanjangnya. Mereka yang muncrat segera digantikan oleh pria lain yang ingin menikmatinya. Seorang pria pendek menarik pinggulnya dan menusukkan penisnya ke vagina wanita itu. Pria itu segera menggoyangkan pinggulnya sambil meremasi payudara Tyas yang sibuk dengan penis-penis yang tertodong ke arahnya.


Suasana makin menggila, dari hanya sekitar atrium mall, mulai menjalar ke lantai dua. Mall dipenuhi pasangan-pasangan bersetubuh dan riuh dengan desah dan erangan erotis.
“Vin.... Vin!!!” panggil Seli menepuk punggung sepupunya itu dari belakang membuyarkan fantasi mesum Kevin, “liatin apa? Dipanggil-panggil gak ngejawab?”
“Ehh... sori gak kedengeran hehehe!” Kevin merasakan cairan pre-cum keluar dari penisnya.
Seli menyusuri arah pandangan Kevin ke para SPG mobil, “oooohhh.... lu lagi bejo yah?” tanyanya tersenyum nakal dengan setengah suara, “bengong jorok hihihihi”
“Ihhh... apaan sih?” Kevin menepuk pelan lengan Seli, “biasa aja lagi”
“Aahh... gak usah malu-malu lah, gua ngerti kok, kalau ga bejo itu kenapa bisa nonjol?” Seli melirik ke selangkangan sepupunya itu.
“Aaah... ini kan cuma....”
“Kalau emang lagi butuh... yuk sini ikut gua, gua bisa bantu!” kata Seli lalu menggandeng tangannya.
Kevin pasrah tangannya digandeng oleh kakak sepupunya itu walau tidak tahu hendak dibawa ke mana.
“Sel... kemana sih kita?’ tanya pemuda itu.
Seli tidak menjawab, ia mempercepat langkahnya memasuki lorong mall tempat toilet namun terus melewatinya hingga sampai ke ujung lorong yang tidak ada orang selain tumpukan kardus bekas dan perkakas lain. Seli menengok ke belakang memastikan tidak ada siapapun di sekitar situ atau mengikuti mereka. Setelah dirasa aman, ia mendorong sebuah pintu dan menarik adik sepupunya itu masuk. Ternyata mereka memasuki lorong tangga darurat, suasananya tenang, hanya ada mereka berdua, sangat kontras dengan di depan yang hiruk-pikuk dipenuhi pengunjung yang mengisi hari libur. Seli memepet tubuh Kevin pada tembok lalu memeluk dan menciumi bibirnya dengan ganas. Kevin, walaupun agak deg-degan takut ketahuan orang, mau tidak mau membalas permainan lidah sepupunya ini sambil tangannya mengelus pinggul montoknya. Keagresifan gadis ini tidak kalah dengan mamanya yang semalam menggarapnya habis-habisan. Tangan Seli meraba selangkangan Kevin merasakan daerah itu sudah sesak karena penis di baliknya sudah ereksi. Setelah berpagutan selama beberapa menit sampai nafas memburu, Seli berlutut di depan Kevin dan membuka celana sepupunya itu hingga penisnya yang sudah tegak mengacung di depan wajah cantiknya. Tanpa buang waktu, Seli menggenggam batang itu dan mengarahkan ke mulutnya.
“Uuugghh... mantaph Sel! Aaaah!!” desah Kevin berkelonjotan saat penisnya dilahap dengan rakus oleh kakak sepupunya itu.
Seli begitu bersemangat menyepong penis Kevin yang hanya pasrah menikmati oral seks itu.
“Uuuuh.... uuuh... iya, sedot gitu, Sel! Aaaaah..” ceracau Kevin meremas rambut gadis itu.
Sambil menikmati batangnya yang keluar masuk di mulut Seli, tangan Kevin tak tinggal diam. Ia mulai meraba punggung dan sesekali tangannya meremas payudara montoknya. Permainan lidah Seli memanjakan penis sepupunya itu sungguh luar biasa, ia menjilati kepala penisnya di dalam mulut dengan telaten sambil sesekali dihisap-hisap perlahan. Dalam tempo singkat saja penis Kevin sudah berdenyut-denyut di dalam kulumanya. Namun ketika Kevin akan mencapai puncak, tiba-tiba smartphone Seli berbunyi membuyarkan konsentrasi. Buru-buru Seli mengeluarkan gadgetnya dari tas.
"Aaahh... si Saldi.... ganggu orang aja...." gerutu Kevin dalam hati melihat foto sepupunya itu di layar smartphone Seli.
“Tar yah!” kata Seli menerima telepon itu.
“Iya... iya.... nanti kita nyusul!” jawab gadis itu singkat lalu memutuskan koneksi.
“Kenapa Sel?”
“Udah mau pulang... ntar kita langsung ke basement!” kata Seli lalu ia kembali meraih batang penis sepupunya itu dan melanjutkan oral seks yang sempat tertunda.
Kali ini hisapannya jauh lebih kuat dari sebelumnya membuat sepupu laki-lakinya itu semakin kelojotan.
"Sluuuppp... cup... cupp... mmmhhh...." suara hisapan Seli memanjakan penis Kevin
Pertahanan Kevin akhirnya bobol, crreeettt... creett... creet... gumpalan sperma hangat menyembur rongga mulut Seli, memenuhi setiap sudut mulut mungilnya hingga penuh.
"Ooohh... Seelll... " lenguh Kevin dengan tubuh mengejang sambil menekan kepala sepupunya itu ke arah selangkangannya.
Seli sudah mahir dalam oral seks, cairan kental itu tidak menetes sedikit pun di bibirnya, semua habis dilahap hingga penis di mulutnya itu menyusut dan berhenti menyemprotkan isinya. Lega sekaligus puas... itulah yang dirasakan Kevin setelah orgasme di mulut sepupu cantiknya ini. Setelah selesai membersihkan penis Kevin, Seli segera bangkit berdiri sambil tersenyum nakal.
"Hihihi.... sekarang gimana rasanya Vin? Udah gak nanggung lagi kan?" goda gadis itu.
"Puas banget Sel, tapi masih pengen nih!” Kevin mendekap tubuh Seli.
“Eit... eitt... enough!” Seli menepis tangan Kevin yang hendak menyingkap roknya lalu ia mendorong dada pemuda itu, “disini bahaya... lu juga kudu hemat tenaga buat ntar malam, terus kita kayanya udah ditunggu, lu cek dulu situasi di luar gih!”
Kevin membuka pintu darurat perlahan dan mengecek suasana sekitar, masih sepi, tidak ada tanda-tanda kehadiran siapapun. Ia pun memberi kode pada Seli untuk keluar dari lorong. Keduanya kembali masuk ke keramaian dan menuju ke basement parkir. Kevin melingkarkan tangannya ke pinggang ramping Seli yang juga merapatkan tubuhnya pada sepupunya itu seperti layaknya sepasang kekasih.
“Emangnya ntar malam acaranya apa Sel?” tanya Kevin
“Surprise dong... kalau gua cerita nanti ga asyik, lu liat aja ntar hihihi!”
Mereka pun sampai di mobil dan sudah ditunggu oleh yang lain. Hari sudah mulai sore saat keluarga Heryawan meninggalkan mall itu.
 
Wah orgy massal mantap dah.
Wah kalo ada pertemuan keluarga kayak gini gue pasti selalu hadir. Pengen juga ngerasin memek adik ipar.
 
Kayaknya pak Nidaul ini murid dari si Imron penjaga kampus ya. Bener-bener beruntung tuhh......ha ha ha.
Ngacengnya ditahan sampe selasa depan ini. Bikin imajinasi gak karuan apa yg bakal terjadi di rumah.
 
Apa yang akan terjadi di rumah saudara... Saudara....
 
Suhu, ada Rico & Amelia?? Kalo ga salah judul nya dulu The Orgy Club kan?
 
Bimabet
Wah orgy massal mantap dah.
Wah kalo ada pertemuan keluarga kayak gini gue pasti selalu hadir. Pengen juga ngerasin memek adik ipar.
Ntar kalau terwujud ajak2 gw ya, hak...hak...hak
Makin gila sih ini keluarga wkwk
Tapi makin asik sebenernya cuma mulustrasinya kok kaya kurang lengkap ya suhu hehe
Masa kurang? Semua peran utama & pembantu ada semua mulustrasinya kan
Kayaknya pak Nidaul ini murid dari si Imron penjaga kampus ya. Bener-bener beruntung tuhh......ha ha ha.
Ngacengnya ditahan sampe selasa depan ini. Bikin imajinasi gak karuan apa yg bakal terjadi di rumah.
Hak...hak...hak....imron the legend, iya mungkin aja tuh
Apa yang akan terjadi di rumah saudara... Saudara....
Just wait and see...hak...hak...hak....
Suhu, ada Rico & Amelia?? Kalo ga salah judul nya dulu The Orgy Club kan?
Akhirnya ada yg nyadar juga penampilan cameo mereka, yap benar dari orgy club, tulisan lama gw. This is what they are now...sebenernya ada penampilan cameo satu lagi disini, siapa hayo tebak! Dari cerita apa?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd