Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Roda Kehidupan

Hingga part 21 ini, siapa tokoh yg paling agan suka? *kalo udh vote boleh lho posting alasannya juga

  • Bella

    Votes: 11 5,9%
  • Novi

    Votes: 96 51,3%
  • Siska

    Votes: 17 9,1%
  • Fara

    Votes: 12 6,4%
  • Laras

    Votes: 34 18,2%
  • Vita

    Votes: 4 2,1%
  • Fitria

    Votes: 3 1,6%
  • Gatot

    Votes: 3 1,6%
  • Prapto

    Votes: 3 1,6%
  • Gk ada alias bodo amat

    Votes: 4 2,1%

  • Total voters
    187
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
ceritanya ngalir enak banget ini suhu bacanya...

masih belum keliatan konfliknya gimana, ijin trawang trus ini thread...

semangat nulis update nya ya om hehehe...
 
Diiitt... Nitip rokok juga ya 1
 
no comment dah suhu...eh satu aja dah...mantap suhuuu
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ikut ninggalin jejak disini,asik baca ceritanya,semoga gak macet updatenya ;)
 
5. Wisuda Si Joni


Akupun mulai beranjak dari rumah Gatot buat beli rokok ke warung. Pas mau keluar ngebuka pintu rumahnya, Mbak Laras manggil.

"Diiiit..."


"Nitip beliin mie dong..." Ucap Mbak Laras.

"Oh iya mbak..."

"Nih duitnya..." Kata Mbak Laras berjalan menghampiriku.

Kirain dipanggil ngapain tadi, cuma nitip mie doang ternyata. Sabar ya Jon...

Selang beberapa saat kemudian setelah beli rokok dan mie buat Mbak Laras, akupun kembali kembali kerumah Gatot. Mbak Laras lagi di teras duduk santai. Niat nungguin nih kayaknya.

"Nih Mbak..." Ucapku memberikan mie instan pesanan Mbak Laras.

"Oke, makasih Dit..."

"Gatot kok belum pulang sih Mbak?" Tanyaku basa-basi sambil menyulut rokok.

"Hahahaha...." Njiiir malah ketawa doi.

"Kenapa Mbak malah ketawa?" Tanyaku heran.

"Hahaha... Gatot lagi di Surabaya Dit sama mamah papah..." Jawab Mbak Laras nyantai.

"Lhah tadi bilangnya lagi les Mbak?" Tanyaku lagi, belum ngeh.

"Iya tadi aku kerjain kamu... Hahaha..."

"Yeee sial..."

"Hahaha..."

"Yauda mbak aku balik aja ya..."

"Yah malah pulang, makan dulu tak buatin mie..."

"Gk usah deh Mbak..." Ucapku pura-pura marah. Ayo mbak paksa aku disini lagi.

"Yakin?"

"Yaudah deh kalo dipaksa, hahaha..."

"Nah gitu dong! Jadi orang tu jangan jaim-jaiman..." Kata Mbak Laras beranjak dari duduknya. "Masuk dulu Dit..." Imbuhnya kemudian.

Setelah masuk rumah, Mbak Laras langsung menuju dapur. Aku mengikuti dari belakang sambil ngliatin pantat dan pahanya yg dibalut celana kolor pendek. Kemudian aku berhenti diruang tengah nonton tv. Aku emang udah biasa sih maen dirumah Gatot ini, udah aku anggep rumah sendiri pokoknya. Orang tuanya juga enak sih, apalagi kakaknya ini, hahaha. Tapi beneran keluarganya Gatot emang enjoy men...

"Nih dimakan..." Ucap Mbak Laras membawa mie rebus yg panas.

"Wah enak nih kayaknya..."

Sambil makan kita nonton tv dan ngobrol-ngobrol ringan. Mbak Laras tanya seputar sekolahku, udah punya pacar belum, dan pertanyaan sejenisnya. Doi juga nanyain Ayah yg kena PHK dan Ibu yg mau buka warung.

"Jadi bude susi buka warung ya?" Tanya Mbak Laras. Entah kenapa daridulu Mbak Laras manggil Ibu dengan sebutan Bude, padahal gk ada hubungan darah sama sekali.

"Rencana sih gitu mbak..."

"Ya ya ya..." Ucapnya maggut-manggut.

"Gatot pulang kapan to Mbak?"

"Besok juga dah balik..."

"Lha Mbak Laras kok gk ikut?"

"Kuliah Dit... lagi banyak tugas aku..."

"Oh..." Ucapku singkat gk ngerti lagi mau ngomong apa. Mending ngliatin paha dan belahan dadanya aja deh.

"Heh!" Ucap Mbak Laras noyor kepalaku. "Cilik-cilik mesum (kecil-kecil udah mesum...)" Imbuh Mbak Laras melotot.

"Mesum gimana mbak, enggak lah..." Ucapku ngeles.

"Ngliatin apa kamu daritadi?" Tanya Mbak Laras, dadanya agak dibusungin kayak nantangin si Joni.

"...." Aku cuma nunduk diem nahan malu plus konak.

"Dasar wuuuu..."

"Hehehe... Ya maaf Mbak..." Ucapku minta maaf.

"Pengen?"

"Hah? Pengen apaan Mbak?" Tanyaku pura-pura polos.

"Ini..." Kata Mbak Laras berbisik pelan, bibirnya ditempelin di telingaku. Seketika itu semua bulu yg ada di tanganku berdiri. Tangan Mbak Laras megang tanganku lalu nuntun tanganku nyentuh dada Mbak Laras. Akupun terpaku diam menikmati kenyalnya dada Mbak Laras.

"Pindah kamarku aja yuk..." Bisik Mbak Laras halus. Si Joni lompat kegirangan.

Kemudian Mbak Laras menuntunku berjalan menuju kamarnya.

Setelah membuka pintu kamar, Mbak Laras langsung memelukku, bibirnya menelanjangi leherku. Si Joni pun melayang-layang ke angkasa. "Yee aye..." Ucap Si Joni riang.

Tak lama setelah itu, Mbak Laras melepaskan pelukannya. Lalu dituntunlah aku berbaring di ranjangnya.

Sambil berbaring aku melihat Mbak Laras yg masih berdiri melepaskan tanktop yg ia kenakan. Benar saja, Mbak Laras memang tak memakai beha. Dada Mbak Laras berbentuk bulat dengan puting yg berwarna coklat kemerahan.

Lalu dengan perlahan ia melepaskan celana pendeknya, saat ini mbak Laras hanya mengenakan celana dalam saja. Buju buneeng....

Dengan merangkak Mbak Laras mendekatiku. Ia berhenti dan duduk di atas perutku.

"Bajunya dilepas dong Dit..." Ucapnya nakal.

Tanpa pikir panjang kulepas baju yg aku pakai. Kuberanikan diriku memegang kedua buah dada Mbak Laras, Gilak empuk bener deh... Pinggul Mbak Laras bergoyang maju mundur. Kemudian Mbak Laras dengan buasnya menciumku. Aku semakin tak berdaya dibuatnya.

"Kamu udah pernah ML?" Tanya Mbak Laras melepaskan ciumannya. Aku hanya menggelengkan kepala diatas bantal memandangnya.

Mbak Laras hanya tersenyum lalu melanjutkan ciumannya yg perlahan turun hingga leher. Aku yg makin terangsang dan tanganku mulai berani masuk celana dalam Mbak Laras, kuremas pantat Mbak Laras yg semok, lalu perlahan jariku menjelajahi seluruh ruang didalam celana dalamnya. "Ahhh..." Desahnya ketika jariku sampai di area berbahaya. Kusentuh pelan area yg udah basah itu.

"Dit... masukin jari kamu..." Bisiknya manja.

Setelah berhasil mencari lubang kenikmatan Mbak Laras, jari telunjukku masuk ke dalam lubang itu dan bermain didalamnya. Mbak Laras makin menggeliat, pinggulnya bergoyang tak beraturan. Lalu tanpa ragu kucopot celana dalam Mbak Laras. Ia pun membantu melepaskan dengan satu tangannya. Akhirnya Mbak Laras telanjang bulat tanpa satu helai benangpun.

Seakan tak mau kalah, Mbak Laras melucuti celanaku. Setelah berhasil membuka celanaku, Mbak Laras langsung menjilati Si Joni yg udah berdiri gagah. Jilatannya sampai bawah-bawah, kedua telurku pun tak luput dari lidahnya. Aku makin mabuk kepayang. Bener-bener kayak yg di film-film bokep yg biasa aku tonton.

Setelah puas menjilati si joni, Mbak Laras kembali di posisinya yg tadi, duduk di perutku. Terasa di sekitar pusarku kemaluan Mbak Laras yg basah.

"Dit... tutup mata kamu..." Perintah Mbak Laras.

Setelah kututup mata, tangan Mbak Laras menggenggam erat Si Joni, tubuhnya terasa terangkat dari perutku.

"Jleessssshh....." "Ahhhh...." Akupun membuka mataku. Mbak Laras telah duduk di atas Si Joni. Njiiirrr Joni saat ini dibawa ke galaksi lain. Terasa denyut kemaluan Mbak Laras yg saat ini menjepit Si Joni. Ahh... Anget, batinku. Dan Joni resmi wisuda.

Dengan gerakan pelan pinggul Mbak Laras bergoyang naik turun. Aku yg masih berbaring dengan jelas dapat melihat raut wajah Mbak Laras yg cantik dan buah dadanya yg bergerak naik turun mengikuti irama pinggulnya. Joni benar-benar beruntung.

"Ahhh... Ahhh..." Desah Mbak Laras sambil menjabak rambutnya sendiri.

Hampir lima menit Joni dibawa ke galaksi lain, Mbak Laras menggeliyat tak karuan dan berhenti sesaat.

"Dit... kalo udah mau keluar bilang ya..."

"Iya Mbak..."

"Masih kuat?" Tanya Mbak Laras dengan senyum manisnya. Akupun membalas dengan anggukan.

Tak lama kemudian Mbal Laras kembali menggoyangkan pimggulnya, naik turun. Kali ini lebih cepat, tanganku memegang buah dadanya yg bergerak brutal.

"Mbak... Aku mau keluar..." Ucapku keenakan. Mbak Laras malah semakin mempercepat iramanya.

Beberapa saat setelahnya Mbak Laras lekas beranjak lalu memegang si joni dan mengocoknya secara cepat.

"Ahhh... Ahh..." Akupun mendasah keenakan saat Si Joni mengeluarkan cairan cintanya yg kental.

"Bersihin dulu nih..." Ucap Mbak Laras memberikan tisu kepadaku yg masih lemas sambil tersenyum.

"Iya Mbak..."

"Lumayan kuat juga kamu Dit... Gk percaya Mbak kalo baru sekali ini..."

"Suer deh mbak, pengalaman pertama ini..." Kataku jujur.

Setelah memakai pakaianku kembali, Mbak Laras ngajak mandi bareng untuk bersih-bersih. Tapi aku tolak karena waktu udah mau maghrib. Bisa dimarahin Ibu kalo maghrib belum pulang.

Akhirnya dengan berat hati aku pamit pulang. Sebelum pulang Mbak Laras mencium bibirku mesra.

"Thanks ya Dit..."

"Aku kali mbak yg harus bilang thanks..."

"Hehe... Yauda sana hati-hati..."

"Iya Mbak..."

Akupun meninggalkan rumahnya dan Yessss mulai saat ini Si Joni berganti nama menjadi Jono. Hahahaha...

-----

Sial sekali sore ini, beberapa hari setelah Si Joni diwisuda oleh Mbak Laras aku terjebak hujan di jalan saat membantu Ibu ngambil barang belanjaan di pasar.

"Wola asu!" Umpatku sambil manaruh helm di spion motor yg aku parkiran di Warung Kopi Mas Bendot.

Ya, di luar sana sedang hujan deras diiringi gemuruh guntur yg cetar membahana menambah kengerian pasukan air yg menyerbu bumi ini.

"Pesen opo Dit? Biasane? (Pesan apa Dit? Biasanya?)" Tanya Mas Bendot sambil memainkan rambut kriwilnya.

"Iyo, gawekne kopi wae mas. (Iya, bikinin kopi saja, mas)" Seruku di warung kopi Mas Bendot.

Kubuka beberapa tas kresek hitam bawaanku, memeriksa jika ada barang belanjaan ibu yg basah terkena air hujan.

"Iki kopimu!" Seru Mas Bendot mengantarkan pesananku.

"Makasih mas!"

"Darimana Dit hujan-hujan gini?" Tanya Mas Bendot.

"Iya nih... Dari pasar. Kulakan mas, disuruh Ibu," jawabku.

"Woh sekarang buka warung kok ya Ibumu..."

"Yoyoi mas..."

Hari ini aku memang sengaja membantu Ibu untuk belanja ke pasar. Lumayan lah dapet uang saku tambahan nanti.

Kurogoh saku celana mencari teman akrabku saat minum kopi. Jemariku meraih sesuatu yang kucari itu.

Sebungkus rokok dalam kemasan bergambar bintang berwarna biru. Masih utuh, masih terbungkus plastiknya dengan rapi. Perlahan kubuka bungkusan itu lalu kuambil sebatang dari bungkusannya. Kusulut dan menghisapnya.

"Fffiiiuhhhhhh..." Nikmat sekali. Sedikit memberikan rasa hangat dan tenang di tengah hujan deras dan suara gemuruh petir.

Warung Mas Bendot masih sepi sore ini. Maklum, warung kopi baru akan rame pada malam hari, ditambah dengan hujan deras yang mengguyur kota Magelang ini, maka pantaslah kalau warung kopi milik mas bendot hanya berisi beberapa orang saja.

Kudengar sebuah reff lagu dari radio yg diputar Mas Bendot. Salah satu lagu favoritku sedang diputar di salah satu stasiun radio kota Magelang.

"Ini jamannya sabu-sabu, bukan di jaman batu, atau kisah si rambo..
Ini bukan cerita sinetron yg sabar selalu menang di akhir episode..

Irama lagu itu pun makin kencang seakan berlomba dengan hujan yg juga makin tak terkendali.

Berakit-rakit kita hulu, berenang kita ketepian...
Bersakit dahulu, senang pun tak datang, malah mati kemudian..


Lagu yg dibawakan Jamrud itupun selesai, kutenggak perlahan kopi yg aku pesan sambil menatap ke jalan raya melihat hujan yg masih mengguyur jalanan.

Terlihat ada sesosok cewek berparas cantik sedang berdiri di depan warung mas bendot ini.

Ia mengenakan kaos tipis berwarna putih dan celana jins panjang warna hitam. Bajunya yg sedikit basah membuat jiplakan bra yg ia kenakan dapat terlihat dengan jelas. Si Jono udah melirik aja melalui sela-sela celana.

Kuhampiri cewek itu. Aku yakin itu adalah Kak Fara. Wuih kayak dapet togel bisa lihat kak fara seseksi ini, batinku mesum.

"Ini Kaakk..." Kataku seraya mengulurkan tangan kanan memegang jaket yg aku kenakan tadi.

"Ehhh... Kamu lagi, gk usah makasih," jawab Kak Fara halus.

"Udah gak papa, pake aja kali Kak."

"Bener gk usah, gk enak sama kamu."

Mataku selalu mencuri-curi pandang melihat keindahan tubuh salah satu cewek cantik di sekolahku yg tengah basah ini.

Dari dekat terlihat semakin jelas bagaimana jiplakan-jiplakan kaos tipis itu menembus kulit putih Kak Fara.

Stoooop.... Stooppp! Kuhentikan pikiran kotorku. Bagaimanapun caranya aku harus membujuknya agar mau mengenakan jaketku demi mengusir setan-setan yg telah berterbangan disekelilingku ini. Hus.. huus.. pergi kau setan!

"Gk papa lagi Kak, bajunya basah lho," kataku seraya meletakkan jaketku ke tubuhnya "Udah dipake aja, nanti sakit!" imbuhku.

Mendapat perlakuan seperti itu membuat Kak Fara tak bisa lagi menolak niat baikku.

"Yuk masuk aja Kak, minum dulu biar sedikit anget," kataku mengajaknya masuk ke dalam Warung Kopi Mas Bendot.

"Iya makasih..." Kata Kak Fara berjalan mengikutiku dari belakang.

"Mas teh panas siji yo, (Mas teh panas satu)" kataku ke Mas Bendot memesan minuman untuk Kak Fara.

"Dari mana Kak hujan-hujan gini?" Kataku memulai percakapan.

"Dari rumah Arum nih, gk tahu tiba-tiba hujan, huft!" Keluh Kak Fara bibirnya dimonyongin, imut.

Suasana masih sedikit canggung antara aku dan Kak Fara.

Aku bingung mau ngomongin topik tentang apa. Maklum juga sih, ini baru pertama kali aku ngobrol berdua gini. Gk mungkin ngebahas warna bra yg sedang Kak Fara pakai sekarang.

Haduuuuhh... Plisss Adit! Fokus! Fokus.

Akhirnya teh panas pesananku untuk Kak Fara Datang.

"Diminum Kak, biar anget," kataku.

"Iya... Makasih lho ya, untung ada kamu!"

"Ah enggak kok, cuma kebetulan aja..."

"Kebetulan tapi kok bisa dua kali ya?"

"Kok dua kali?" Tanyaku heran.

"Iya... Kan kemarin kamu pinjemin aku sapu tangan, sekarang jaket. Masak sih kebetulan bisa sampai dua kali?"

"Ngggggg... Hehehe..." Aku tersenyum seraya menggaruk-nggaruk kepalaku.

"Makasih ya sekali lagi..."

"Ngomong-ngomong kamu kelas 2 apa?" Imbuh Kak Fara, kayaknya basa-basi.

"2A Kak, tau deh kenapa bisa masuk sono..." Jawabku.

"Wah pinter dong kalo gitu, kelas unggulan tuh..." ucap Kak Fara.

"Gk juga sih kak... biasa aja..."

"Hehe..."

"Ngomong-ngomong mau nglanjutin di SMA mana nih? Tanyaku.

"Emmm... Belum tau juga sih, liat nilai dulu lah besok..."

Kak Fara saat itu nampak jauh berbeda dengan Kak Fara yg aku lihat beberapa hari yg lalu. Senyuman yg ia tunjukkan saat ini adalah senyuman murni dari seorang cewek berparas cantik, bukan senyuman paksaan yg ia tunjukkan saat menangis sendirian di ruang kelasnya tempo hari.

"Eh udah reda tuh, balik yuk!" Ajak Kak Fara.

"Ayuk kak," kataku mengiyakan ajakannya.

Setelah membayar segelas kopi dan segelas teh, kamipun beranjak pergi meninggalkan warung kopi Mas Bendot.

Kubiarkan jaketku dibawa Kak Fara agar ia tak kedinginan dengan baju basahnya.

----

Sesampainya dirumah, langsung kutata barang-barang belanjaan warung ibuku di beberapa rak yg telah ditentukan. Selembar uang duapuluh ribuan diberikan ibu kepadaku sebagai upah atas jerih payahku mondar-mandir di pasar.

"Hehe, lumayan lah... Bisa kutabung untuk keperluan mendadak," ucapku riang dalam hati.

Setelah selesai mandi, aku duduk di teras depan rumah untuk menikmati udara sore yg cerah selepas hujan deras mengguyur.

Sore ini sungguh indah, warung Ibu pun nampak rame. Kayaknya bakal teratasi deh masalah keuangan keluargaku.

"Le ngelamun wae!" Sapa Ayahku tiba-tiba. Kebiasaan Ayah senengnya ngagetin aku aja.

"Enggak Pak..." Kataku sopan, Ayah udah duduk aja di depanku.

"Bapak mau ngomong serius le..."

"Pripun Pak? (Gimana Pak?)"

"Gini lho le, sekarang kamu udah besar. Kamu tau to Bapak belum dapat kerja disini?"

"Tau Pak..."

"Nah jadi Bapak mau ke Jakarta le, ada temen Bapak yg nawarin kerja disana..." Ucap Ayah tenang.

"Terus Pak?"

"Kamu bisa to jagain rumah? Jagain Ibumu gantiin Bapak?"

"....." Aku hanya diam mencoba mencerna yg Ayah bilang.

"Bapak sebulan atau dua bulan sekali pulang kok..." Ucap Ayah lalu menyulut rokok favoritnya.

Jujur aku kaget mendengar apa yg Ayah katakan. Aku gk bisa ngebayangin jika harus pisah sama Ayah. Beliau adalah panutanku. Akupun gk tau bisa penuhin permintaan Ayah untuk menggantikan posisinya dirumah.

"Maafin Bapak yo le... Ini demi kamu juga..."

"Nggeh Pak..." Ucapku lemes, tak terasa air mataku mengalir.

"Ojo nangis le... cah lanang raoleh nangis! (Jangan nangis nak, cowok gk boleh nangis!)" Kata Ayah menasehatiku.

"Terus kapan Bapak berangkat?"

"Minggu depan! Inget ya pesen Bapak... Jagain Ibu, jangan buat Ibu khawatir. Sekolah yg bener, terus jangan sampe ninggalin sholat..."

"Nggeh Pak..."

"Motor Bapak tinggal biar mudah buat kamu transportasi sama Ibumu..."

"Nggeh Pak..." Ucapku gk tau mesti ngomong apa.

Berat sebenarnya, tapi harus bagaimana lagi. Inilah jalan yg harus Ayah lalui sebagai kepala keluarga. Aku hanya bisa berdoa agar Ayah bisa berhasil disana besok.

Dan roda itu terus berputar, kini seorang kepala keluarga harus tetap mengayuh sepedanya agar tetap berjalan di atas aspal yg bergelombang.

Bersambung.... :beer:
 
Terakhir diubah:
Btw kalo boleh kasih saran nich,setelah kna PHK si bapak bikin usaha cetak genteng aja bos,atau irt getuk...
Secara daerah situ kan sentra getuk Trio...

Jadi kangen SALAMAN:hua:

.wes suwe rak balek ndheso...

Wah wong salaman toh? hahahaha Getuk wis mainstream gan.. muliho gan magelang wis maju ;)
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Mohon maaf gan, Index yg gue buat udah bener belum sih? tiap ane klik pake hp kok gk lsg ke part-nya ya.. Tapi kalo pake pc lsg bisa menuju part yg dimaksud. Apa cuma gue doang? Njiiir gue gaptek banget yak.. hahahaha
 
Bimabet
Mohon maaf gan, Index yg gue buat udah bener belum sih? tiap ane klik pake hp kok gk lsg ke part-nya ya.. Tapi kalo pake pc lsg bisa menuju part yg dimaksud. Apa cuma gue doang? Njiiir gue gaptek banget yak.. hahahaha

mungkin kudu lewat pc om...

bawah ane bisa bantu mungkin hehe...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd