Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Roda Kehidupan

Hingga part 21 ini, siapa tokoh yg paling agan suka? *kalo udh vote boleh lho posting alasannya juga

  • Bella

    Votes: 11 5,9%
  • Novi

    Votes: 96 51,3%
  • Siska

    Votes: 17 9,1%
  • Fara

    Votes: 12 6,4%
  • Laras

    Votes: 34 18,2%
  • Vita

    Votes: 4 2,1%
  • Fitria

    Votes: 3 1,6%
  • Gatot

    Votes: 3 1,6%
  • Prapto

    Votes: 3 1,6%
  • Gk ada alias bodo amat

    Votes: 4 2,1%

  • Total voters
    187
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Sampe tekan mriki sampun Kulo woco kanthi tuntas mas....pendapat Kulo mung setunggal.... njenengan pancen joSs....

Kesengsem kulo kalih ceritane panjenengan....ngalir opo onone.isine mboten mung gegaulan Lanang lan wadon teng ranjang.khatah pelajaran lan pangeling Urip saking ceritone panjenengan...

Sekawan jempol kangge panjenengan
 
Julia suka bola ya kaya fitria
 
Part 22 Janji Bella

Selamat pagi wahai suhu-suhu dan agan-agan dimanapun berada... Kembali lagi bersama ane dalam cerita sederhana yg embuh ini. Setelah bersusah payah mengetik dan menahan nyeri akibat belum fit seratus persen, akhirnya bisa juga ane posting kelanjutan cerita ini. Njiir ini gk lebay ane, cuma biar dramatis aja sih.. hahaha.

Kita tinggalkan dulu Tante Julia dengan segala hiruk pikuknya, sekarang saatnya kembali ke masa-masa sekolah. Karena masa sekolah adalah masa terindah yg ada di sebuah roda hidup yg berputar. Oke.. Ane mohon maaf jika bagian ini gk berkenan di hati kawan-kawan semua. :ampun:


Selasa, Hari kedua UAN.

Pagi ini sebelum berangkat ke sekolah, aku samperin Bella dirumahnya. Aku benar-benar khawatir saat Bella meneleponku semalam. Di hari penentuan ini Bella terjangkit demam. Aku ingin cepat menjenguknya, terlebih kedua orang tua Bella saat ini posisinya sedang perjalanan pulang dari Surabaya untuk mengurus kepindahan keluarganya beberapa hari lagi.

"Edan koe su subuh-subuh bangunin orang!" Keluh Kipli di kamarnya karena kubangunkan sepagi ini.

"Sori cuk... Aku nyilih motormu yo nggo ngeterke Bella.. (Aku pinjem motormu buat nganter Bella ya...)" Kataku ke Kipli di dalam kamarnya.

"Ono opo emange su kok dengaren? (Kenapa njing tumben?)"

"Dia sakit e cuk! Kasihan kalo berangkat naik angkot!"

"Oh yowes pake aja gk papa..." Ujar Kipli mempersilahkan motornya aku pinjam.

"Makasih yo cuk!"

"Santai gk masalah! Kunci sama STNK di atas tv ya!" Kata Kipli lalu melanjutkan tidurnya.

"Suwun yo cuk! Eh minta rokokmu yo... Hehe..." Ucapku seraya mengambil sebatang rokok dan menyulutnya.

"...."

Setelah kukeluarkan motor Kipli, Dengan kecepatan penuh kulaju motor ini menuju rumah Bella. Jalanan jam segini masih renggang. Tak sampai limabelas menit sampailah aku di depan rumah Bella.

Lampu rumahnya masih menyala semua padahal mentari pagi sudah mulai menyinari alam semesta. Aku semakin panik. Lalu dengan cepat kuketok pintu rumahnya.

"Tok... Tok... Tok..."

"Bell... Bellaaaa..."

"Bell... Bukain Bell!"

Tak ada jawaban apapun dari dalam rumahnya. Sempat aku berpikir untuk mendobrak pintu rumahnya, namun urung kulakukan karena takut dikira maling sama tetangga sekitar. :hammer:

Sembari menunggu jawaban dari sang empunya rumah, pintu tetap kuketok agar cepat mendapat respon dari Bella. Beberapa saat kemudian kudengar suara kunci diputar di sela-sela lubang pintu. "Kreek.. Kreek..."

"Bellaaaa..."

"Kamu pagi banget kesini kenapa?" Tanya Bella dengan polosnya. Wajahnya nampak pucat.

"Kenapa gimana?? Jelas aku khawatir lah!" Seruku lalu kepegang kening Bella.

"...."

"Masih panas gini Bell kamu..." Ucapku lalu merangkul Bella ke sofa ruang tamu rumahnya kemudian kumatikan saklar lampu yg masih menyala.

"..."

"Tiduran dulu Bell..."

"Iya..." Jawab Bella lemes lalu tiduran di sofa seperti perintahku.

"Aku buatin teh panas dulu ya!" Kataku lalu jalan ke arah dapur membuatkan teh panas buat Bella.

Sesampainya di dapur kucari letak teh dan gula yg aku sendiri gk tau dimana tempatnya. Aku berusaha setenang mungkin menghadapi situasi seperti ini. Beberapa saat mencari akhirnya kutemukan juga tempat teh dan gula itu. Dengan cepat kutuangkan air panas dari dalam teremos lalu menyeduhnya.

"Ini Bell diminum dulu..."

"Makasih ya Dit..." Ucap Bella berusaha bangun dari tidurnya.

"Iya... Daerah sini ada yg jual bubur Bell? Kamu belum makan kan" Tanyaku kemudian.

"Belum Dit... Di gapura sebelah ada kok..." Jawab Bella kemudian mulai meminum teh panas buatanku.

"Yaudah aku beli dulu Bell... Kamu tiduran dulu aja gk papa..." Kataku lalu pergi membeli sarapan buat Bella.

Dengan motor milik Kipli ini aku membelikan sarapan buat Bella. Gk jauh sih sebenernya, tapi biar lebih cepat aku menggunakan motor. Gk sampe sepuluh menit aku sudah kembali lagi kerumah Bella membawakan bubur buat Bella sarapan.

"Dimakan Bell biar mendingan..."

"Iya Dit, kamu gk makan sekalian?"

"Aku udah kok Bell... Gih dimakan! Aku suapin ya..." Ucapku.

"Iya..." Kata Bella tersenyum manis.

Hanya beberapa suapan saja yg Bella makan, setelah makan Bella meyuruhku ngambil paracetamol di kamarnya. Lalu tanpa ragu kuambil obat yg Bella maksud itu. Aku sedikit tercengang saat masuk kekamar Bella dan melihat beberpa foto kami berdua berdua di dinding kamarnya. Ah... Tapi sekarang bukan saatnya melihat-lihat. Kuambil obat yg tergeletak di meja belajar lalu kembali lagi ke ruang tamu.

"Nih Bell..." Kataku memberikan obat buat Bella.

"Bukaiiiin sayaaang..." Pinta Bella manja.

"Iya sayaaang..." Ucapku tersenyum lalu merobek bungkusan plastik obat tersebut.

"Makasih..." Kata Bella tersenyum lalu meminumnya.

Aku paham banget kondisi Bella kayak gimana, walau dia berusaha biasa aja di depanku, tapi aku tau kondisi dia benar-benar lemah.

"Bell... Kamu kuat ke sekolah?"

"Insya Alloh kuat Dit..."

"Aku anterin dulu ya nanti..."

"Iya Dit, maaf ya jadi ngerepotin..."

"Kamu ini ngomong apaan sih!" Seruku, lalu menyuruhnya tiduran lagi karena masih cukup pagi.

Kulihat jam di layar hapeku masih menunjukkan pukul 05.50. Masih ada waktu sejam lebih buat Bella tiduran dulu sebelum ujian yg akan dilaksanakan serentak pukul 08.00.

"Kamu tiduran dulu Bell gk papa kok... Nanti aku bangunin"

"Iya Dit..."

"Masih lemes ya?"

"Gk kok, udah mendingan..." Jawabnya berusaha semanis mungkin.

Beberapa saat kemudian Bella pun terpejam. Kuamati wajahnya masih cukup pucat. Kasihan Bella, disaat sepenting ini ia malah sakit. Kulihat ada senyum tipis diwajahnya. Entah apa yg ada di kepala Bella, tapi senyum itu sungguh manis, senyum yg mampu membuatku terpikat. Senyum yg beberapa hari lagi jarang aku lihat. :(

Sembari menjaga tidurnya, kubuka buku paket matematika sekedar untuk mengingat materi-materi yg akan diujikan nanti. Meskipun ada anggapan belajar disaat ujian itu tidak berguna, tapi aku yakin disaat-saat akhir seperti ini otak kita bisa menerima lebih banyak materi ketimbang hari-hari biasa. Aku percaya semakin kita tertekan, semakin sempurna kerja otak kita.

Tak terasa jarum panjang berputar sangat cepat. Dengan hati-hati kubangunkan Bella yg masih terlelap.

"Bell... Bangun Bell..."

"...."

"Bell... udah jam tujuh kurang Bell..."

"Iya Dit..." Jawab Bella lemas.

"Kamu udah mendingan?" Tanyaku lalu kembali memegang keningnya. Panasnya sudah sedikit turun.

"Udah Dit..."

"Yaudah gih ganti baju Bell... Gk usah mandi dulu ya..."

"Iya Dit... Aku cuci muka sama gosok gigi dulu ya..." Kata Bella lalu beranjak dari tidurnya.

"Iya sayang..."

Akhirnya Bella pun siap-siap buat berangkat ke sekolah. Tak ada pilihan lain, hari ini seburuk apapun kondisi Bella memang harus mengikuti ujian. Sungguh sistem pendidikan yg aneh. Sekitar setengah jam kemudian keluarlah Bella dari dalam kamarnya. Bella tetap cantik. Meski pucat, namun pesona dari sosok cewek ini tetap terpancar. Bella menunjukkan senyum manisnya saat ia keluar kamar.

"Yuk Dit berangkat..." Kata Bella dengan jaket ditangannya.

"Oke..."

Setelah mengunci pintu dan gerbang rumahnya, kami langsung berangkat untuk mengikuti medan pertempuran. Kujalankan kuda besi ini dengan kecepatan normal. Selama perjalanan Bella memelukku erat. Kepalanya ia senderkan di bahuku. Kulihat dari spion mata Bella terpejam. Entah apa yg dirasakan Bella namun aku yakin kondisi dia benar-benar lemah.

"Selamat pagi Dek..." Ucap Bapak-bapak berompi hijau yg tiba-tiba menghentikan laju motor ini.

"Pagi Pak..."

Sial!! Pagi ini benar-benar sial. Aku tak tau peraturan apa yg aku langgar sehingga seorang polantas menyetop kami. Duh Gusti...

"Bisa lihat surat-suratnya Dek?"

"Iya Pak..." Kataku lalu mengeluarkan STNK motor milik Kipli dari dalam dompet.

"Bisa lihat SIMnya Dek?"

"Saya belum punya Pak..." Kataku pasrah.

"Yaudah mari ikut saya ke pos..." Ajak seorang polisi itu.

"Bentar Pak... Jadi gini lho Pak, kita hari ini ujian. Temen saya ini sakit. Makannya saya nekat pake motor buat nganterin..." Kataku memberikan alasan agar tidak ditilang.

"..."

"Saya mohon Pak, kita buru-buru..." Ucapku memohon lalu memandang wajah Bella yg pucat.

"..." Tak ada respon apa-apa dari polantas itu. Namun ia nampak memikirkan sesuatu.

"Bapak boleh nilang saya, tapi nanti setelah saya antar temen saya ini ujian dulu..."

"Kalian beda sekolah?" Tanya sang polantas.

"Iya Pak..."

"..."

"Bagaimana Pak? Saya mohon sekali ini saja Pak..."

"Yasudah-yasudah... Ini STNKnya. Silahkan melanjutkan perjalanannya..." Kata sang polantas diluar dugaan.

"Wah nggeh Pak... Maturnuwun..."

"Hati-hati yo le, ini karena kalian mau Ujian dan karena temanmu ini sakit..."

"Iya Pak terima kasih banyak..." Ucapku lalu bergegas melanjutkan perjalanan ke sekolah Bella.

Kemudian kami pun melanjutkan perjalanan. Tak sampai sepuluh menit sampailah kami di depan sekolah Bella.

"Sukses ya Bell ujiannya..."

"Iya Dit makasih ya..."

"Iya... Gimana masih lemes Bell?"

"Dikit... Tapi kuat kok..."

"Semangat ya Bell..."

"Iya Dit kamu juga ya..."

"Yaudah aku berangkat dulu ya... nanti aku jemput..." Kataku pamit.

"Iya... Hati-hati ya Dit..."

Setelah itu aku pun berangkat ke sekolah dengan cepat. Kusalip beberapa mobil tanpa menghiraukannya. Bisa panjag urusannya kalo sampe telat. Akhirnya sekitar sepuluh menit kemudian, sampailah aku di depan sekolah. Lalu kuparkirkan motor ini di tempat biasa yakni warung depan sekolah. Kurogoh hape di dalam saku, waktu menunjukkan pukul 07.50. "Lumayan masih ada waktu sepuluh menit, bisa beberapa hisapan rokok..." Gumamku sendirian. :)

"Sssttt.... Fiiuuuhh...." Kepulan asap putih pun melayang-layang di udara.

"Heh edan koe! Buruan masuk jam berapa ini!" Seru seorang cewek turun dari angkot.

"Eh koe Vit, bentar ah satu isepan lagi!"

"Yowis cepet!" Katanya singkat berdiri di pinggir jalan.

"Iyo-iyo..." Ucapku lalu membuang puntung rokok yg sebenarnya masih panjang karena Vita kayaknya nungguin.

Akhirnya kami pun berjalan masuk ke dalam sekolah. Vita lari-lari kecil meninggalkanku, aku hanya melihatnya saja dari belakang. Eh tapi kok makin cantik aja ya Vita kalo diperhatiin. Hahahaha ;)

"Woe Vit tungguin napa..." Panggilku.

"Cepet makannya! Lelet banget jadi cowok!"

"Hahahahaha..." Tawaku dikatain lelet sama Vita, kemudian ia pun memasang ekspresi yg aneh.

"...."

Lalu aku pun jalan lebih cepat nyusul Vita. Aku amati cewek yg berjalan disampingku ini. Njiiir kenapa baru sadar kalo Vita ini cantik juga. Sayang aku sudah punya Bella, hahahaha. Beberapa langkah kemudian sampailah aku di depan ruang ujian.

"Tuh masih pada diluar kan? Haha..." Ejekku.

"Hmmm..."

Suasana diluar ruang ujian masih cukup ramai. Kulihat Prapto komat-kamit baca doa. Entah doa apa yg dia baca, padahal Prapto ini minus banget di pelajaran agama. Gk yakin dia baca doa dengan bener. :hammer:

"Novi mana cuk?" Tanyaku ke Prapto.

"Mbuh su! Sik aku lagi berdoa ini!" Seru Prapto.

"Hahaha gayamu, sholat wae ra tau kok! (Hahaha gayamu, sholat aja gk pernah!)"

"Luweh ah meneng koe! (Bodo ah, diem kamu!)"

Lalu kucari keberadaan Novi dimana, sekedar tanya aja sih bagaimana persiapannya buat ujian hari ini, karena aku tau ada beberapa materi kelas dua yg Novi belum pahami.

"Woe Nov!"

"Heem apa?"

"Siap kan Nov?"

"Siap gk siap sih..." Keluh Novi.

"Yowis pokoknya yakin aja!"

"Iya Dit... Yaudah yok masuk! Tuh udah dibuka..." Kata Novi.

Beberapa saat kemudian masuklah kami di ruang ujian. Aku sama Novi memang satu ruangan. Aku berada di barisan ketiga, Novi berada di barisan kedua. Gk jauh-jauh banget lah kalo nanti minta bantuan.

Dengan mantap kubuka lembar soal yg dipenuhi angka-angka rumit khas matematika. Kubaca satu demi satu soal yg diujikan. Ada beberapa soal yg cukup susah, tapi banyak juga soal yg telah aku kuasai. Tanpa ragu, setelah melingkari nama, aku mulai mengerjakan soal dari nomor satu.

Hingga akhirnya aku kesulitan pada soal nomor sepuluh. Kuamati angka yg tertera di dalam soal itu namun tak kunjung mendapatkan rumus untuk menjawabnya. Aku masukin berbagai rumus pun tak menemukan jawaban yg cocok. Iseng aku coret-coret meja sambil berfikir, namun tiba-tiba seorang penjaga ujian menegurku.

"Kamu nomer urut tiga! Sedang apa kamu?" Serunya memecah keheningan ruang ujian.

"Saya pak?" Tanyaku.

"Iya! Sedang apa kamu?" Tanyanya lalu menghampiriku.

"Ngitung Pak..." Jawabku santai.

"Ini apa? Kamu nyontek ya?" Tanya penjaga itu dengan nada tinggi.

"Maksudnya?"

"Ini kenapa banyak coret-coretan rumus dimeja! Kamu pasti sudah mempersiapkan ini dari kemarin!" Tuduhnya asal.

"Wah Pak jangan asal nuduh! Coba dicermati lagi, ini bukan coret-coretan rumus matematika!" Seruku.

"Saya gk mau tau! Sekarang kamu keluar!!"

"Baik! Tapi inget ya Pak, saya disini dididik bukan untuk nyontek!!" Kataku penuh emosi. "Braakkkk!!" Suara pintu yg aku tutup dengan keras.

Beberapa saat kemudian seorang tim pengawas menghampiriku dan menanyakan apa yg terjadi. Aku pun menjawab dengan jujur apa adanya. Kuceritakan secara detail kenapa terjadi kekacauan tersebut dan kujelaskan juga bahwa aku tak menyadari kalo di meja terdapat banyak coret-coretan rumus fisika.

Kemudian aku dibawa keruang kepala sekolah untuk diinterogasi. Akhirnya pengawas ujian yg kuketahui dari tim independent pun mengecek apa yg sebenarnya tertulis diatas meja tersebut. Cukup lama aku menunggu diruang kepala sekolah ini hingga akhirnya seorang pengawas itupun kembali lagi keruang kepala sekolah memberikan lembar jawab dan soal kepadaku.

"Agar tidak terjadi salah paham lagi, adek kerjakan soal ini disini ya..." Ucapnya ramah.

"Iya Pak..."

"Maaf ya Dek, mungkin penjaga tadi tidak mengetahui rumus apa yg ditulis di meja itu..."

"Iya Pak..."

"Ya sudah, cepat kerjakan... Waktu adek terpotong cukup banyak..."

"Baik Pak, terima kasih..."

Tanpa pikir panjang aku mulai konsentrasi untuk menyelesaikan soal-soal ini. Waktu berputar dengan cepat, bel tanda waktu ujian selesai pun nyaring terdengar. Kerjaanku hanya tinggal beberapa soal lagi. Namun karena keadaan yg mendesak, kulingkari lingkaran-lingkaran yg masih kosong secara random dan berharap keberuntungan datang di lembar jawab itu.

"Gimana Dit? Aman kan tadi?" Tanya Novi ketika melihatku keluar dari ruang kepala sekolah.

"Aman Nov!"

"Selesai kan?" Tanya Novi khawatir.

"Selesai kok, nyantai aja deh Nov... Kamu gimana?"

"Aman juga kok, tapi emang reseh tu penjaganya Dit, anak-anak mati gaya semua tadi..."

"Hahaha yowislah lupakan, makan aja yok!" Ajakku santai.

"Yowis oke yuk... Prapto mana ya?"

"Tau deh Nov... Paling juga udah di kantin!"

Kemudian aku dan Novi berjalan menuju kantin buat makan. Sesampainya dikantin kulihat Prapto dan anak-anak lain sudah berada disana dan berisik ngeributin jawaban-jawaban tadi.

"Cieee ada yg mau jadi kepala sekolah nih..." Sapa Andra salah satu temanku.

"Hahaha... Modar koe su!" Kata Prapto dengan santainya.

"Wis gk usah dibahas! Yg penting aku bisa ngerjain tuh soal!" Ucapku tenang.

"Tapi selesai to cuk kerjaanmu?" Tanya Prapto ketika aku duduk.

"Selesai lah, tapi ya gk tau deh dapet nilai berapa..."

"Alah yg penting lulus dulu aja cuk! Soal nilai pikir belakangan..."

"Iyo su!"

Cukup lama juga aku berada dikantin. Selain makan, kita juga ngobrol bareng. Banyak yg kita obrolin. Mulai dari persiapan ujian hari terakhir besok hingga rencana mau ngelanjutin di sekolah mana. Sedang asyik ngobrol, tiba-tiba terasa getaran di saku celanaku. "Drrrrt... Derrt..." Wah ada sms nih. Duh pasti dari Bella. Gawat, kelupaan aku kalo harus jemput Bella. Kasihan dia kalo nunggu.

From: Bella
Dit, aku udah keluar daritadi, kamu jadi jemput?

To: Bella
Oke Bell, maaf habis makan. Oke aku jemput sekarang.


Setelah membayar satu porsi soto yg aku makan tadi, aku pun pamit ke anak-anak lalu bergegas untuk menjemput Bella. Lima belas menit kemudian sampailah aku di depan sekolah Bella. Kurogoh hape yg ada didalam kantong buat ngabarin kalo aku sudah berada di depan sekolahnya.

To: Bella
Bell, aku dh di depan nih.

From: Bella
Oke aku keluar


Beberapa saat kemudian kulihat Bella berjalan menghampiriku dengan senyuman khasnya. Wajahnya masih sedikit pucat.

"Maaf Bell nungguin lama ya?" Sapaku ketika ia sampai di depanku.

"Gk kok tenang aja... Gimana bisa ngerjain kan Dit?" Tanya Bella.

"Alhamdulillah bisa, kamu gimana Bell?" Tanyaku seraya memberikan helm untuk Bella.

"Alhadulillah juga lancar Dit..."

"Syukurlah... Terus masih lemes?" Tanyaku menanyakan kondisi Bella.

"Udah mendingan Dit... Yuk pulang..." Ucap Bella lalu duduk di boncengan belakang.

"Oke..."

Kemudian kujalankan motor ini dengan santai. Bella memlukku dengan erat. Kulihat wajahnya nampak lesu, aku tau kondisinya belum fit.

"Bell..."

"Iya Dit..."

"Masih lemes ya?"

"Dikit..."

"Besok kalo kamu di surabaya, jaga kesehatan ya..."

"Iya Dit..." Ucap Bella lalu memelukku lebih erat dari boncengan belakang. "Love you sayang..." Bisik Bella pelan.

"Love you too..." Balasku menghadap belakang sejenak.

Sekitar lima belas menit kemudian, sampailah kami di depan rumah Bella. Pintu rumahnya terbuka.

"Udah pada pulang Bell?"

"Udah Dit..."

"Yaudah kamu istirahat aja ya sekarang..."

"Iya Dit, makasih ya..." Ucap Bella tersenyum manis.

"Sama-sama sayang... Yaudah aku balik ya..." Kataku pamit.

"Iya... Hati-hati Dit..."

"Oke..."

Setelah mengantar Bella pulang, aku langsung menuju pasar untuk kerja sekalian ngembaliin motor milik Kipli. Hari ini pasar cukup ramai, aku pun tak kenal lelah memikul beban seberat 20kg hingga 50kg dari kios ke tempat parkir maupun sebaliknya. Meski jam kerja sengaja aku kurangi selama ujian, namun tiap malam pasti badan pegel-pegel semua. Dan untung saja Ibu sering mijitin aku kalo aku terlihat kecapekan.

Dihari terakhir UAN tak ada kesulitan yg berarti. Aku cukup menguasai mata pelajaran bahasa inggris yg diujikan ini. Aku berharap mendapatkan hasil maksimal dalam mata pelajaran ini.

"Pie su yakin lulus to?" Tanya Prapto saat ngerokok di pinggir jalan sesaat setelah Novi naik angkot jurusannya.

"90 persen cuk! Koe?"

"Sama lah, 90 persen!"

"Sip!" Ucapku singkat. "Oiyo cuk, menurutmu gimana ya? Aku ngelanjutin SMA atau STM? Imbuhku meminta pertimbagan sahabatku yg koplak ini.

"Ya kalo Ibukmu nyaranin di STM, yaudah kamu masuk STM aja... Tapi kalo kamu pengen di SMA, ya kamu bilang ke Ibumu dulu..." Jelas Prapto.

"Aku pengennya SMA cuk..." Kataku.

"Yowis koe yakinin Ibumu dulu kalo gitu, nanti aku bantuin..."

"Ojo kowe cuk! Novi aja kalo mau bantu bilang ke Ibuku, biar Ibuku mantep..." Kataku. Tapi emang kalo Novi yg bilang Ibuku percaya aja, entah jurus apa yg dia lakukan.

"Yowislah besok gampang!" Kata Prapto lalu membuang puntung rokok.

"Yowis yok balik, koe jadi pulang Jogja kan? Tuh angkotnya dateng!"

"Jadi dong, yok..."

----

Taman Kyai Langgeng

"Hmmm... Kenapa kesini sih Dit?!?" Keluh Bella di depan pintu gerbang Taman Kyai Langgeng.

Sabtu siang setelah pulang dari sekolah buat menerima beberapa pengumuman pasca ujian, Bella mengajak jalan-jalan tapi bingung gk tau mau kemana. Sengaja aku pinjam motor milik Gatot karena ia sedang maen PS di rental PS kampung. Gatot ini memang licik, ia pamit sekolah ke orang tuanya agar tetap mendapat jatah uang jajan. Kebetulan sabtu ini Bella juga ke sekolahnya ntah ada urusan apa. Dia pun sudah kembali sehat dan ceria seperti sedia kala.

Daripada bingung, kuajak Bella jalan ke suatu tempat tanpa bilang mau kemana terlebih dahulu. Awalnya sih dia semangat banget saat ngebonceng dari sekolahnya. Tapi kemudian Bella curiga saat kuarahkan motor kearah pinggiran kota dan langsung cemberut saat dia yakin kalo tujuan kami sebenarnya adalah ke Taman Kyai Langgeng.

Dengan terpaksa karena sudah terlanjur jalan akhirnya dia mau juga, hehe.

"Aku juga bingung mau kemana Bell... Hehe, udah yuk masuk aja..." Ajakku tersenyum.

"Iya sih... Tapi ya gk gini juga kali, siang-siang pake seragam osis masuk Kyai Langgeng!" Kata Bella dengan wajah yg ditekuk.

"Hehehe... Biar kamu ingat juga besok kalo magelang juga punya taman keren!"

"Hmmmm... Serah lah!"

"Haha... Udah yuk masuk Bell..." Ajakku lagi.

Setelah membayar dua karcis untuk masuk, akhirnya kami masuk juga ke objek wisata anti mainstream untuk anak muda ini, hehe.

"Diiit... Sini deh, liat keluargamu dulu..." Ejek Bella di depan kandang monyet yg ada di area binatang.

"Hhhhhhmmm.... Mulai deh..."

"Hahaha... Kembaranmu lucu-lucu ya Dit..." Ejek Bella makin menjadi.

Lalu dia berjalan semakin mendekati kandang monyet itu, disana ada beberapa ekor monyet yg bergelantungan seraya menggenggam sebuah pisang di kandang beruji besi. Njiir serem juga kalo lepas tu monyet.

"Ngapain sih Bell? Pacaran sama monyet aja sana!"

"Hahaha... Kamu cemburu sama monyet? Hahaha..."

"Tau ah, yuk jalan..." Ajakku menggandeng tangan Bella.

Setelah lewat kandang monyet, kami berjalan-jalan mengelilingi Taman Kyai Langgeng ini mencari-cari tempat yg menyenangkan. Bella udah gk cemberut lagi seperti saat di depan loket tadi, sepertinya dia mulai suka, hehe. Dasar Bella.

Lagi asik berjalan sambil bercanda gurau, kami menemukan sebuah dompet di depan kami. Dengan cepat kilat kuambil dompet tersebut. Asek...

"Bell... Banyak banget duitnya..." Kataku kaget melihat isi dompet yg kami temukan. Kulihat ada beberapa lembar uang seratus ribuan dan limapuluh ribuan. Wah pesta nih...

"Dit inget dosa Dit..." Ucap Bella menggelengkan kepalanya.

"...."

"Balikin ah Dit, kasihan yg merasa kehilangan..."

"Lhah gimana ngembaliinya?"

"Coba sini lihat..." Kata Bella lalu memeriksa isi seluruh dompet tersebut. "Nih ada KTPnya, kita laporin aja dulu biar diumumin..."

"Yaaah Bell..."

"Hmmm... Yuk ah!" Kata Bella berjalan ke pusat informasi. Njiiir gagal deh dapat rejeki nomplok. :bata:

Beberapa saat kemudian Bella melaporkan kalo kami menemukan sebuah dompet dengan identitas lengkap di dalamnya kepada penjaga. Dan benar saja, tak sampai lima menit ada seorang bapak-bapak yg mengaku kehilangan dompet.

Setelah memastikan bahwa pemilik dompet itu adalah bapak-bapak barusan, kami pun pergi meninggalkan pusat informasi.

"Dek tunggu dulu..." Panggil Bapak-bapak itu mengejar kami.

"Bagaimana Pak?" Jawabku santai berharap dikasih imbalan.

"Ini ada ucapan terima kasih dari saya..."

"Eh Pak gk usah, kami ikhlas kok..." Ucap Bella dengan cepat mendahuluiku. Njiir sial...

"Gk apa-apa Dek, ini ambil saja..." Paksa Bapak-bapak itu.

"Gk usah pak makasih..." Tolak Bella ramah. "Yasudah Pak, kami jalan dulu..." Imbuh Bella kemudian. Dan aku pun hanya bengong karena gagal dapet rejeki.

"...."

Setelah itu Bella berjalan santai berkeliling di area tumbuhan. Aku sebenernya masih dongkol banget karena Bella nolak rejeki dari bapak-bapak itu.

Sesekali Bella menghentikan langkahnya untuk mengamati beberapa pohon langka yg ditanam oleh pihak pengelola tanpa menghiraukanku. Tak lupa ia pun mengambil tustel miliknya untuk mengabadikan dirinya bersama tumbuhan langka tersebut.

"Cepret... Cepret..." Suara kamera (tustel) yg Bella bawa.

"Ayok Dit... Foto berdua!" Ajak Bella.

"Siapa yg moto Bell?" Tanyaku, lalu Bella berjalan menuju seseorang yg berada di sekitar kami.

"Maaf Pak, minta tolong fotoin ya Pak..." Kata Bella halus meminta tolong ke seseorang itu.

Setelah berfoto ria, kemudian kami duduk-duduk santai di kursi yg berada dibawah pohon beringin. Suasana di tempat ini sangat nyaman. Udara sejuk karena dikelilingi pepohonan semakin menambah aroma alami yg membuat siapapun pasti betah berlama-lama di tempat ini. Njiiir adem bener. Jadi lupa deh habis nolak rejeki.

Sambil menikmati suasana, kami pun mengobrol hingga bercanda gurau bersama. Sungguh moment yg berkesan.

"Dit... Setelah lulus besok rencanamu sekolah dimana?" Tanya Bella sambil menyenderkan kepalanya di pundakku.

"Emmm... Kayaknya aku di STM deh Bell..." Jawabku.

"Bagus dong, jarang ada cewek juga kalo kamu di STM..." Kata Bella masih bermanja-manjaan.

"Iya Bell... Tapi lihat besok deh..."

"..."

"Bell..."

"Iya..."

"Sedih aku kalo inget bentar lagi kamu mau pindah..."

"Hehehe... Ya mau gimana lagi Dit, kita korbankan dulu kadar pertemuan kita sementara, lagian kata kamu kalo ada liburan kamu bakal kesana..." Ucap Bella tersenyum manis.

"Iya sayaaaanggg...."

"Tapi kamu gk boleh nakal ya disini!" Ancam Bella.

"Ya kamu itu lah, secara Surabayaaa gitu lho!"

"Enggak Adiiit... Sampai kapanpun aku akan setia ke kamu..."

"Janji?"

"Janji..."


"Makasih ya Bell... Yaudah yuk kita pulang... Udah sore lho..."

"Aaaaa... Bentar lagi deh Dit..."

"Yeee... Tadi diajakin kesini cemberut, sekarang malah gk mau pulang." Godaku.

"Hmmm..."

Akhirnya setelah bermanja-manjaan, Bella pun mau diajak pulang. Selama berjalan menuju tempat parkir kugandeng tangan Bella, ia tersenyum mendekatkan tubuhnya lalu menyenderkan kepalanya di pundakku sambil berjalan. Ah Bella...

Kemudian karena waktu juga semakin sore, kuantar Bella pulang. Bella menawarkan untuk masuk dulu namun aku tolak karena gk enak pinjem motor Gatot terlalu lama. Aku pun pamit lalu menuju rental PS dimana Gatot berada.

Tak sampai dua puluh menit, sampailah aku di rental PS tersebut. Kulihat Gatot masih asik bermain winning eleven. Njiir betah banget tu bocah! :bata:

"Cuk ayo Bali! (Cuk ayo pulang!)" Ajakku.

"Sik sak permainan su! (Bentar satu permainan ini njing!)"

Setelah nungguin Gatot menyelesaikan permainannya, kamipun pulang. Gatot nganter aku pulang dulu sebelum ia menuju rumahnya. Njir baik bener ya Gatot. ;)

"Sesok jangan lupa yo su anterin aku beli hape!" Kata Gatot setelah aku turun dari motornya.

"Iyo cuk! Cerewet koe ki!"

Kemudian setelah Gatot cabut, aku berjalan masuk kedalam rumah. Kulihat Ibu asyik nonton tv sambil jaga warung. Entah apa yg Ibu tonton, yg jelas gk jauh dari acara gosip jika sore seperti ini.

"Assalamu'alaikum..."

"Walaikumsalam... Baru pulang Dit?"

"Enggeh Buk..."

"Yowis sana makan dulu..."

"Nggeh Buk..."

Lalu aku berjalan menuju kamar buat ganti baju dulu sebelum makan. Saat melepas beberapa kancing baju, tiba-tiba terasa getaran panjang di saku celanaku. Telepon nih,

>Siska Is Calling...<

"Kita sama. Sama-sama menanti sebuah telepon berdering.
Kita juga berbeda. Kamu berani menyapa.
Aku tidak."

 
Lulus SMP...trs SMA/SMK...trs kuliah...trs krja...trs nikah...brarti jlan msh panjaaanggg....hhahah
 
Sampe tekan mriki sampun Kulo woco kanthi tuntas mas....pendapat Kulo mung setunggal.... njenengan pancen joSs....

Kesengsem kulo kalih ceritane panjenengan....ngalir opo onone.isine mboten mung gegaulan Lanang lan wadon teng ranjang.khatah pelajaran lan pangeling Urip saking ceritone panjenengan...

Sekawan jempol kangge panjenengan

Ah jenengan mung sok nglebih2ke kang.. cerito niki cerito embuh kang, katah sanget lepatipun. Tasih katah cerito2 seng luih mantep kang.. nanging kulo bade ngucapaken maturnuwun kagem njenengan sampun maos cerito embuh niki... :ampun:
 
welcome back suhu. .
thanks update ny
as always update ny :mantap:

ehh anu suhu klo mash sakit jgn dpksa buat nulis,
kasi aj sis julia yg nglnjutin ceritanya
:pandaketawa::pandapeace:
 
Bimabet
Alhamdulillah kalo TS udah sembuh.....jadi bisa lanjutin lagi
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd