Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Romansa Jepara (CoPasEdit dari Tetangga)

jepara - kuningan satu jam naik mobil ? luar biasa
jepara udara dingin? tumben.
tapi lumayanlah plagiasinya.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bro @Pecah Utak ...
RENDEVOUS TANPA JUDUL'nya
Ga dilanjut..?
Sayang sejali bro....

Aihh.. Suhu Nabironx.. :) jadi malu Nubi, deh.. hehe..

Pingin sih sebenernya ngelanjutin RTJ..
Cuma kemarin2 kesibukan di RL bener2 sadis nyita waktu Nubi.. makanya jadi ga sempet2 nerusin ngetiknya..

Lagian karena Nubi lama ngga nongol di Forum.. malah sekarang bingung sendiri.. pas muncul lagi di mari trit-nya udah kegembok..
:suhu:
 
Bisa kok..
Minta dibuka gemboknya
Sama om momod...

Penasaran sama Riza nya...
 
Bisa kok..
Minta dibuka gemboknya
Sama om momod...

Penasaran sama Riza nya...

Hahayy.. beneran bisa ya Suhu Nabironx..? ;)

Waahh.. Riza ya, Suhu..?
Hehe.. memang sih.. si Riza sering bikin BaPer.. :kangen:

Hehe.. okelah kalo gitu.. ntar Nubi utak-atik lagi ketikan RTJ yang terbengkalai..

Trims advicenya Suhu..
 
Mantap banget ceritax....
Serasa hanyut di salamx dan TDK ingin kisah ini berakhir
---------------

Aku tidak mempedulikan ucapanya..
Belahan dada yang sedikit terlihat itu aku kecup dan sedikit tersedot mulutku.
Bu Murni merinding memegang tanganku.

Jemari tanganku menarik lebih lebar kerah kausnya. Terpampanglah lebar dada putih itu.. bra atasnya yang berwarna pink terlihat jelas.

Aku menciumi semua bagian itu dengan penuh hasrat.
Tangan kiriku meraba lembut bagian belakang pantatnya yang membusung besar itu. Jemariku meremasnya perlahan.

Sepertinya beliau hanya bisa terdiam pasrah.

Kemudian jemariku bergerak turun.. meraba pinggul dan paha kirinya.
Sesaat kemudian tanganku telah menerobos masuk ke dalam rok bawahnya. Jari-jariku gemetar.. ketika meraba naik menyingkapnya ke atas.

Ciumanku kembali beralih ke bibir mungil itu.. aku melumatnya penuh nafsu.
Wanita ini terengah-engah.

Kedua tanganku beralih bergerak melepas kaus yang menutupi tubuh atasnya.. kacamatanya telah kulepas.

Agak sulit.. mengingat beliau masih menahannya dengan mengapitkan kedua lenganya di samping.
Tapi akhirnya terlepas juga..

Kaus itu sempat menyangkut menutupi wajah dan kepalanya.. sehingga rambutnya yang panjang tersibak berantakan.

Begitu terlepas aroma wangi tubuhnya menyeruak keluar.
Syahwatku makin terbakar.

Payudaranya yang sudah turun dan mungil itu jadi jajahanku selanjutnya.
Setiap inchi bagian rahasia kewanitaannya tidak kulewatkan.

Kedua ujung payudara itu secara bergantian aku hisap.. Bu Murni memejamkan matanya sambil meringis.

Ruangan itu hanya diterangi lampu tidur di pinggir kepala ranjang.
Saatnya membawanya ke peraduan.

Aku menuntunnya pelan..
Semenatra itu Bu Murni seperti telah tercekam.. dan hanya mengikuti langkahku.. tanpa perlawanan.

Wanita cantik ini telah terbaring di ranjang..
Tubuhnya yang besar tinggi seperti menutupi sebagian besar ranjang..

Aku melihatnya dengan seksama. Ahh.. betapa beruntungnya aku malam ini.. pikirku.

Keningnya ku kecup dengan lembut.. wanita ini menatapku pasrah.
Bibirnya kemudian kembali kukulum.. sambil jemariku bergerak ke belakang pinggangnya.

Kancing rok itu telah terlepas.. namun agak sulit melepas kain itu. Sempat tertahan oleh besarnya kedua paha Ibu Murni.

Aku tertegun kagum melihat keindahan di bawahku.

Pinggang wanita ini ramping meliuk indah dikelilingi oleh perutnya yang rata.. dan pinggulnya yang lebar.. kencang.. putih mulus.
Kedua paha itu pun masih terlihat kencang tanpa cacat.

Rambut ikalnya tergerai menutup leher dan bantal di kepalanya.
Onggokan kewanitaan Bu Murni tertutup rapat oleh celana dalamnya yang ketat.. tercetak belahan vagina di ujung bawahnya.

Aku mencium lembut perut itu.. mencecar seluruh pinggul dan berakhir di permukaan kewanitaannya.
Aku memainkan-mainkan ujung hidungku di situ.

Aroma kemaluanya tercium. Aku makin bernafsu.

Wanita ini masih tetap tanpa reaksi melihat kegilaanku. Tatapannya penuh arti dan hanya terdiam.

Mata kami kembali bertautan beberapa saat. Jantungku berdetak sangat kencang.

Hina.. hinakanlah aku Bu.. Tapi malam ini adalah bukti keinginanku yang dalam tentang dirimu.
Nikmati saja gairah dan keinginanku.


Jemariku bergerak.. menarik lepas penutup terakhir kehormatanya.
Gundukan rambut halus itu membuat darahku berdesir hebat.
Bibirku bergerak mendekati. Ciumanku terasa hangat membaluri permukaan kewanitaannya.

Awalnya lembut.. selanjutnya lidahku bergerak liar menelusup masuk bagian klitorisnya.
Bau langu itu menyerang hidungku.. sungguh nikmat terasa pada indra pengecapku.

Bu Murni menggelinjang.. Selangkanganya terangkat dan bergerak ke sana ke mari.
Bibirnya merintih halus sambil.. jemarinya memegang kepalaku dengan kuat.

Aku meneruskan aksiku.. Makin lama makin tidak bisa melepaskan lumatanku pada bibir kewanitaannya.
Rintihannya berganti.. menjadi desahan-desahan gelisah dari mulut wanita itu.. Suaranya sedikit serak dan melengking.

Ingin rasanya menghantarkanya menuju kenikmatan akhir.. hanya dengan permainan oralku.
Tapi kejantananku berkehendak lain.

Aku beringsut berdiri.. melepas habis seluruh pakaianku di samping ranjang.
Ketika kemaluanku terlepas bebas berdiri dengan keras di hadapannya.. Bu Murni menutup wajahnya dengan tangan.
Seperti menyadari bahwa ancaman itu makin dekat.

Aku telah berada tepat di atasnya.. kedua lututku terlipat bersimpuh di antara kedua pahanya yang
terbuka lebar.
Tangan kiriku mengelus lembut batang kejantananku.. terasa makin keras mengacung.. dengan bagian kepalanya yang berkedut-kedut.

Bu Murni memperhatikan perbuatanku.
Matanya kemudian terpejam.. melihatku bergerak menuntunnya mendekati selangkangan.

Maafkan aku bu.. ujarku dalam hati.

Sedetik kemudian.. Clebhh.. Bagian kepala penisku telah menyentuh pangkal lubang vaginanya.

Pelan tapi pasti.. keperkasaanku menyeruak masuk lepitan belah vaginanya.. Rrrr.. terasa tubuh wanita cantik ini bergetar.

Deru angin di luar mengaburkan suara rintihan wanita tinggi besar ini.
Tubuhku masih menegang menahan tekanan pada penisku.
Bu Murni mencengkram kuat pinggiran ranjang dan bagian kanan bantalnya.

Tatapanku lekat menatap wajahnya.. mata kami bertemu.
Terlihat sorot matanya yang menunjukkan seolah dia tidak berkenan.. dan menyesal dengan apa yang tengah terjadi.

Tapi itu sudah terlambat.. Penisku telah menyumbat liang senggamanya.. yang menjepit erat.

Kemudian aku menarik keluar seluruh penisku.. wajahnya seperti terbebas dari rasa nyeri sesaat.
Tapi kembali dia mengkerutkan alisnya.. saat batang kejantananku kembali menusuk masuk.. menjelujuri lorong vaginanya.

Masih terasa sempit.. tapi bagian dalamnya telah mencair.
Aku menarik ulur penisku di dalam secara perlahan.

Setelah dirasa cukup lega.. aku kemudian menggenjot tubuhku dengan pasti.
Clebb.. clebb.. clebb.. clebb..

ckriit.. ckritt.. ckritt.. ckritt.. ckritt..
Ranjang mulai bunyi berderit setiapkali aku menohok selangkanganya.

Kedua tangan Bu Murni memegang kuat kedua belah lenganku yang melingkari punggungnya.
Wajah kami begitu dekat.. hingga setiap tarikan nafasnya yang berat terdengar jelas di telingaku.

Ciumanku kembali memapar bibirnya.. tapi kali ini wanita paruh baya ini membalasnya.. meski terasa sedikit ragu..
Bibir kami berpagutan beberapa saat.. hingga aku sempat menghentikan genjotan tubuhku.

Selanjutnya hentakanku menemui lawan yang berarti..
Bu Murni menampung tusukan kejantananku dengan menggerak-gerakkan selangkanganya ke atas dan ke bawah.
Tangannya kencang memeluk punggungku.

Sekitar 10 menit.. kami masih berpagutan dengan panas.. hujaman-hujaman penisku makin bebas beraksi.
Sesekali penisku terlepas keluar tapi dengan mudah kembali masuk tanpa perlu bimbingan.

Di bawah terlihat bulu-bulu kemaluan Bu Murni terbuncah basah oleh keringat.
Batang penisku yang besar perkasa terlihat garang menghantam lubang sempit Ibu Murni.

Permainan kami mendekati akhir.. Bu Murni mulai tidak terkendali.
Tangannya gelisah bergantian mencengkram kasur.. punggung dan pantatku.

Dan apa yang aku rasa tidak bisa terlukiskan saat itu.
Indah.. lautan kenikmatan itu seperti tiada batas.. wajah cantiknya yang berpeluh di bawahku seperti
bidadari yang telah lama aku impikan.

Sekejap.. ketika aku kian cepat melumat tubuhnya Bu Murni melepas desakan dari dalam dirinya.
Rintihannya membahana mengisi ruangan.. tangannya mencengkran tubuhku..

Aku terdiam.. tanpa bisa bergerak wanita itu menghentak-hentakan tubuhnya ke atas berulangkali.
Dan akhirnya..
"Uuuuuuhh.. duuuuh.. sshhhh.. aduuuuuh..!" Jeritnya di telingaku.

Sirat wajahnya seperti menangis.. lelehan kecil air liur itu menetes dari pinggir bibirnya.. dengan wajahnya tengadah menghadap kepala ranjang.

Tubuhnya kejang-kejang di bawah tindihanku.
Dan.. Srett.. srettt.. sreett.. Cairan kenikmatan itu membaluri batang penisku.. terasa hangat.

Aku ingin mencapainya secara bersamaan.. aku melepas pelukannya..
Kedua lengan indah dan besar itu tertekan jemariku yang kaku di atas kasur.

Tigakali aku mengayunkan kejantananku.. hingga akhirnya hasratkupun meledak.
"Shhhh.. bbuuuu.. ibuuu.. ssshh.. ohhhh.." Erangku keras di telinganya.

Aku memeluk erat tubuhnya.. pantatku terasa memikul beban berat ketika menekan selangkanganya tiada henti.

Sedetik kemudian cairan spermaku menyemprot keluar.. Cratt.. cratt.. Kemudian berhenti..
Crett.. crett..! Lalu kembali desakan hangat itu menerjang keluar.. menghujani liang vagina Bu Murni.

Setiapkali kepala penisku menyemprot.. kenikmatan itu berkali-kali membuatku melayang.. jeritku tiada henti hingga tetes terakhir.

Deru angin masih berdesau di luar.. hujan telah berhenti.
Tubuh kami terkulai berdampingan bersembunyi pada sinar lampu yang temaram.
Malam ini menjadi saksi romantisme dua manusia berbeda zaman.

Kami berbaring terdiam.. buliran keringat masih turun membasuh leher dan sebagian dada.
Masih tercekam oleh kenikmatan yang baru saja kami rasakan.

"Kita sudah melakukan kesalahan besar Di.." Bisik Bu Murni memecah kesunyian.

"Saya sadar ini seharusnya tidak terjadi Bu.. maaf.
Tapi saya tidak menyesal.. saya mencintai Ibu dan mau melakukan apa saja supaya ibu bahagia.."
Jawabku sambil menatap langit seraya jemariku mengelus lembut rambutnya.

"Ibu mungkin sudah tidak subur.. tapi masih rutin menstruasi tiap bulan Di.. gimana kalo ..?"
Beliau tidak melanjutkan kalimatnya.. suaranya tercekat.

"Dari awal.. yang saya coba mau jelasin ke ibu.. saya ingin kita nikah.."

"Tapi itu nggak mungkin Di.. Apa kata orang..? Apa kata anak dan mantu Ibu..?" Tukasnya lembut.

"Kenapa kita pusing dengan tanggapan orang..? Kita yang ngejalanin Bu..
Saya tunggu ibu sampai kapanpun untuk siap jadi istri saya.." Jawabku dengan yakin.

"Tapi liat kondisi kita Di..? Di usia kita.. bakal jadi cemoohan orang.."

"Saya tetap tunggu Ibu.. apa pun itu konsekuensinya.."

Wanita ini menarik nafas dalam dan melepaskanya dengan risau.
Aku mencium kening dan bibirnya yang mungil dengan lembut.

"Sudah malem.. saya harus pulang Bu.. semuanya pasti akan baik-baik saja.." Lanjutku.

Hujan dan angin kencang telah berlalu.. pohon di ujung gang telah berhasil di pinggirkan oleh warga sekitar.
Aku meluncur pulang ke rumah.. wajahku sumringah..
Mungkin aku telah membuat persoalan baru untuknya.. tapi jalanku terlihat lebih pasti untuk mendapatkan impianku.
-------------

Hari-hari selanjutnya adalah cerita tentang semangat baru.
Bu Murni terlihat lebih ceria.. peristiwa malam itu tidak membuatnya membenciku.. bahkan hubungan kami makin berwarna.

Aku mencoba untuk bersikap gentle.. tidak berusaha untuk mempengaruhinya mengulangi lagi peristiwa itu.
Meski keinginan itu berkali-kali muncul setiapkali kami bertemu.

Satu bulan berlalu.. tidak ada tanda-tanda ada progress. Aku berusaha sabar menunggu.
Kami tidak pernah membahas kelanjutan percakapan kami malam itu.

Awal bulan selanjutnya aku mulai tidak sabar. Pagi sabtu itu aku menelponya.
"Pa kabar bu..?"

"Baik Di.. kamu gimana..? Ada apa nih pagi-pagi nelpon..?" Suaranya terdengar ceria di ujung sana.

"Saya dapet voucher liburan ke bali 2 hari dari distributor nih bu.. gimana kalo ibu ikut..?"

Wanita ini langsung tertawa kecil.
"Hardi.. Hardi.. Anak muda yah suka gak sabaran.." Jawabnya.

"Hehe.. maksudnya gimana nih bu..?"

"Mmm.. gini Di.. yaa mungkin satu dua bulan ini Ibu sudah merenung.. ibu juga menilai kamu.." Jawabnya.

"Trus gimana.." Jawabku tidak sabar.

"Kamu terlihat cukup sabar.. konsisten.. ibu juga berpikir kamu cukup aman..
Ibu ngerasa nyaman dengan kamu.. kecuali soal tawaran tadi yah.." Lanjutnya sambil kembali tertawa.

"Maaf bu.. soalnya mulai gak sabar.." Jawabku.

"Yaa ibu paham.. kamu masih muda.."

"Mmm .." Lanjutnya seperti tertahan.

"Kenapa bu..? Lanjutin dong.."

"Jujur.. yang kita lakukan terakhir itu .."

"Ibu menikmati..?" Sergahku.

Beliau terdiam sesaat.
"Iya. Jujur.. ibu menikmati.. Sudah terlalu lama Di.. Yang anehnya.. ibu jadi ngerasain semangat hidup baru.." Lanjutnya.

Hatiku berbunga-bunga.. jantungkupun berdegup lebih cepat.
"Kita segera nikah aja Bu.. Saya janji untuk bikin ibu tenang.." Jawabku tegas.

"Perlu waktu Di.. Kasih ibu waktu yang pas untuk bicara dengan Shinta.. Sekarang ibu masih takut.." Jawabnya.

"Saya selalu siap tunggu sampai kapanpun Bu.."

Pembicaraan berakhir.. hatiku diliputi kebahagiaan.
Aku memang berniat menikahi wanita ini.. tidak peduli dengan tanggapan-tanggapan miring orang di sekitar kami.
Aku mencintainya sepenuh hati.

Tapi memang jalannya masih panjang. Butuh kesabaran lebih.
1 bulan lagi berlalu.. belum ada kejelasan semenjak percakapan terakhir membahas kelanjutan hubungan kami.
Hatiku mulai gundah.

Siang itu cobaanpun datang.
Mbak Nonik.. wanita penjual jamu itu.. tiba-tiba muncul di depan pintu ruanganku.. aku sedikit kaget. Tubuhnya yang tinggi membuat kepalanya seolah akan menyentuh bagian atas daun pintu.. begitu dia masuk.

"Wahh.. kemana aja nih mbak..? Jangan-jangan sudah Tajir nih.. gak pernah muncul..
Atau jangan-jangan.. sudah dapet suami baru..?" Godaku.

"Bisa aja mas. Apa kabar nih..? Wahh tambah ganteng aja mas.. sudah nikah belum..?"
Jawabnya dengan mata yang berbinar.

Wanita ini terlihat sedikit lebih gemuk.. tapi kulitnya lebih bersih.
Pakaiannya yang mulai terlihat lusuh membungkus tubuhnya lebih ketat. Jakunku bergerak naik.

"Kerja di pabrik mas.. 4 bulan.. bosen saya balik lagi jual jamu.. hehe.." Lanjutnya.

"O gitu.. terus ada apa nih..? Saya masih gak doyan jamu loh.." Jawabku.

"Hehe.. bisa aja mas.."

"Yaa saya minta maaf kalo yang terakhir kemaren bikin mbak tersinggung dan marah.."
Aku teringat pertemuan trakhir kami di ruangan ini..
Aku memaksanya melakukan hubungan intim.. meski dia tidak menghendaki.

"Gak papa mas wis.. saya dah ngelupain kok.."

"Mau minum apa nih mbak..? Ai kulkas banyak juice macem-macem tuh.. ambil aja.." Tawarku dengan ramah.

"Iya kebetulan haus nih mas.."
Jawabnya sambil berlalu mengambil minuman di kulkas kecil di sudut ruangan.

Kemudian dia duduk di sofa tamu kecil di pinggir ruangan.
Aku masih duduk di meja kerjaku sambil membereskan beberapa berkas invoice.

"Anak-anak sehat mbak..?"

"Sehat mas.. mas sndiri gimana.. serius nih belum nikah juga..?" Jawabnya.

"Lha.. nanya itu lagi.. nikah dengan sopo mbak e..?"

"Dengan yang suka disebut dulu-dulu itu.. hehe.." Tawanya menggodaku.

"Oohh.. hehe.. nggaklah.. sudah lama gak ketemu mbak.." Jawabku.

Kemudian kami terdiam.. aku masih menyelesaikan apa yang aku lakukan.
Mbak Nonik terlihat gelisah.. minum berkali-kali dan memegang-megang botol minuman dengan tangan bergantian.

"Hmm.. gini mas.. saya lagi perlu uang.." Ujarnya memulai kembali pembicaraan.

"Ouw.. terus gimana mbak..? Aebentar yah.. dikit lagi.."
Aku segera membereskan map dan keluar ruangan.. menyerahkanya pada staffku di ruangan lain.

Aku kembali ke ruanganku.. mengambil minuman dan duduk di hadapannya.
"Perlu uang berapa mbak..? Aau saya pinjemin atau gimana..?" Aku menggantung kalimatku.

"Yaa.. untuk bayar sewa kontrakan mas.. Kalo mau minjemin ndak papa.. kalo mau yang lain juga ndak masalah.." katanya sambil tersenyum malu.

"Hehehe.. masih belum kapok sama saya mbak..?" Godaku lagi.

"Mas juga.. apa masih napsu sama saya..?" Jawabnya tersipu.

Aku tertawa kecil sambil terdiam menatap lantai ruangan.
Jujur.. aku sudah lama tidak bercinta. Aku begitu merindukan Bu Murni.. tapi entah sampai kapan aku harus menunggu.
Seharusnya aku mulai setia untuknya.. tapi aku tengah dirundung kegalauan.

"Kenapa mas.. kok diem..?"

"Gak papa mbak.. yo wis tak saya kasih uangnya.. tapi yaa itulah.." Jawabku.

"Itulah opo mas ganteng.." Serunya sambil tersenyum.

"Nanti sore jam 5.. tak tunggu di rumah yah.." Jawabku tanpa basa basi.

"Nggih.. Yo wis.. nanti tak samperi.. tak serpisno.." Jawabnya.

Aku merogoh dompet dan memberikan beberapa lembaran uang 100 ribu ke tangannya.

"Matur nuwun mas.." Jawabnya kemudian berlalu.

Jam 5 kurang mbak Nonik datang ke rumah.
Aku baru saja selesai olahraga lari di treadmill.. dengan hanya mengenakan celana pendek.

Wanita itu muncul dengan pakaian sedikit ngetrend.
Kaus tangan panjang hitam dengan celana jeans sebatas betis dan sepatu hak rendah.. rambut panjangnya tergerai sebahu.

"Waah kaya artis ae mbak.." Godaku.

"Hehe.. bisa aja mas.. wahh itu kenapa kok keringeten mas..?" Jawabnya.

"Abis olahraga mbak'e.. biar sehat.. persiapan juga untuk ketemu mbak.." Godaku.

"Walah.. kaya yang kuat aja.." Jawabnya.

"Nanti kita liat.." Seruku sambil melangkah ke dapur.

"Mo makan dan minum apa nih..?"

"Makasi.. sudah kenyang mas.. saya juga ga bisa lama-lama.. anak-anak sendirian di rumah.. takut kemaleman.." Jawabnya.

"Ow okay.. jadi maen langsung aja nih..?"

"Yaa terserah mas.." Jawabnya santai.

"Yo wiss.. ayo ke kamar mbak.."

Entah kenapa tiba-tiba aku ingin melakukanya di kamar mandiku yang besar dan mewah.
Ada bathtub besar di ujung ruangan.. keringatku masih mengucur deras.
Sebetulnya aku tidak begitu mood untuk seks sore itu. Tapi sekedar melepas stress dan menolong wanita ini.

"Jadi baju dilepas di kamar aja nih mas..?" Tanyanya.

"Iya mba e.. masa' di kamar mandi.. nanti basah.." Jawabku sambil menepuk pantatnya yang besar.

Aku telah mendahului masuk.. tubuhku telah telanjang.
Aku membasahi sebentar tubuhku dengan air hangat dari shower. Tak lama mbak Nonik masuk.

Tubuhnya yang tinggi besar dan bahenol.. hanya mengenakan bra dan celana dalam berenda putih yang seperti terlalu kecil..
Terhimpit perutnya yang sedikit membusung ke bawah.

Dia melangkah mendekat perlahan.. terlihat kikuk. Cukup mengundang selera.

"Saya sebenarnya belum mood mbak.. jadi harus dirangsang dulu.." Ujarku.

"Yaa.. keliatan kok mas.. hehe.." Seraya melirik kejantananku yang masih terkulai.

Aku duduk di pinggir bathtub sambil menyender di dinding. Satu kakiku menapaki pinggiran atas bath tub. Mbak Nonik mendekat.. aku memeluk tubuh bongsornya sambil mendaratkan wajahku di dadanya yang besar.
Dia tertawa renyah.

Kemudian dia membungkukan badan.. mencium leher dan dadaku.
Sedotannya pada ujung nippleku membuatku merinding.

Setelah puas mempermainkan tubuh atasku.. mbak Nonik mulai meraba selangkangan.
Tangannya mengelus batang dan kantung semarku.

Sekejap saja aku sudah bergidik.
Perlahan-lahan penisku bergerak naik. Wanita ini tersenyum melihatnya.

"Walaah.. gede yo mas..!" Serunya.

Kemudian jemarinya mulai fokus mempermainkan batangku yang berdiri memanjang..
Dia mengocok-ngocoknya dengan lembut selama beberapa saat.

Aku mulai terbakar.
"Yo Wis mbak.. sekarang gantian..!" Seruku sambil berdiri.

Tubuhnya telah terjajar merapat ke dinding.. aku melepas beha dan menaruhnya di atas wastafel.
Kedua payudara itu langsung kulabrak dengan bibirku. Dia meringis kegelian.

Tanganku tidak tinggal diam.. bokongnya langsung kuremas-remas..
Sementara satu tangan yang lain memain-mainkan ujung jari tengahku pada bagian vaginanya yang masih terbungkus.

Sebentar saja bagian itu terasa basah.. mbak Nonik mendesah.
Tanpa membuang waktu aku melepaskan celana dalamnya.

Aku menyuruhnya dalam posisi menungging. Kedua tangannya bertumpu pada pinggir bathtub..
Tubuh besarnya membungkuk membelakangiku.. sementara pantatnya yang bahenol itu telah terpampang lebar di hadapanku..

Bulu-bulu vaginanya yang lebat menyeruak di antara himpitan paha belakangnya.
Nafsuku makin bangkit.

Penisku telah mengacung keras dengan urat-uratnya yang besar tepat di atas belahan pantat mbak Nonik.
Aku melebarkan posisi kedua pahanya.
Selanjutnya dengan sedikit mengangkat bongkahan pantatnya aku menyusupkan penisku di tengah-tengah selangkannya.

Bibir vagina itu telah basah.. tidak sulit untuk langsung menerobosnya masuk.
Jleb.. seluruhnya penisku telah amblas di telan lubang itu.

Aku mendesis merasakan nikmat.
Mbak Nonik menundukkan kepalanya.. seperti menahan sesuatu sambil mendesah.

Tanpa buang-buang waktu aku langsung menghantamkan keperkasaanku dari belakangnya berkali-kali.. Plok.. plok.. plok.. plok..!
Bunyi beradunya selangkanganku dengan buah pantat semoknya seolah bergema dalam ruang itu.

Sebentar saja kami sudah sama-sama lupa diri.
Makin kuat aku menghujam makin cepat mbak Nonik memutar-mutar pantatnya.

Nafas kami sama-sama memburu. Aku mencengkram punggung belakangnya dengan kuat.
Suara desahan kami saling bersautan.
Penisku terasa seperti diurut-urut dalam cengkraman dinding vagina mbak Nonik.

Mungkin karena sudah cukup lama aku tidak berhubungan intim.. atau mungkin karena suasana hati.. pertahananku tidak bisa bertahan lebih lama.

Kurang dari rekorku yang selalu bertahan di atas 10 menit.. jemariku dipinggangnya bergetar menahan sesuatu yang akan meledak di bawah sana.
Tapi aku tidak begitu saja menyerah.. wanita ini harus tersungkur di waktu yang sama.

Aku mempercepat ritme sodokan-sodokanku..
Tenaga terakhirku menghempas-hempas selangkanganya lebih buas.
Payudara itu tak henti kuremas dari dua sisi.

Dan benar saja.. wanita tambun ini menyerah lebih awal.
Goyangan pantatnya tiba-tiba saja terhenti dan tubuhnya bergetar-getar hebat.

".. Uuugghhh.. mass.. maass.. edhuann.. auwww.. uhhhh..!"
Lengkingnya sambil tubuhnya mengejang mencengkram pinggir bathtub.

Cairan hangat itu seperti air seni yang menyirami penisku di dalam. Serr.. serr.. serr..

Aku pun telah mencapai akhir..
Sedetik setelah kepala penisku berkedut.. Cratt.. crett.. crett.. crett...
Spermaku meledak menyemprot liang vaginanya.

"Mmmmpphhh.. ahhhhh.. ahhhhhh.. ahhh.." Suaraku parau mengerang.

Kami seperti kesetanan mengejang secara bersamaan.
Selanjutnya kami berdiri terkulai bersender pada dinding kamar mandi.
Kulihat sisa-sisa spermaku mengalir turun dari selangkangan mbak Nonik membasahi pahanya.

Selesai mandi bersama kami menghabiskan waktu duduk sambil minum teh di sofa tengah.
Satu jam lebih berlalu. Mbak Nonik yang masih terlilit handuk membuatku kembali bernafsu.

Sebentar saja kami telah bersiap dalam posisi masing-masing.
Wanita ini seperti kecanduan melakukanya lagi tanpa banyak bicara.

Mbak Nonik duduk menghadapku di pangkuan.. sofa itu cukup kuat menahan beban kami.
Sebentar saja pantatnya telah naik-turun melahap penisku di bawah.

Permainan kami berlangsung cepat.
Aku mengambil alih peranan beberapa menit kemudian.. aku menghajar kewanitaannya dari bawah dengan hebat.
Hanya beberapakali mengayun aku terdesak untuk memuntahkan kembali spermaku.

Mbak Nonik pun tidak lebih kuat bertahan.. dia terisak ketika mencapai klimaks.
Lelehan cairan kami turun membasahi pinggiran sofa sesaat kemudian.
Petang itu pergumulan kami sangat memuaskan.
------------------

Satu Minggu berlalu.. ada rasa sesal telah melakukan hubungan intim terakhir dengan mbak Nonik.. ketika mendengar kabar menggembirakan.. sekaligus mendebarkan dari Bu Murni.

Pagi itu beliau menelponku.. suaranya ceria dan lepas.
Dia mengabarkan bahwa anaknya.. Shinta.. telah menyetujui rencana kami untuk menikah.

Diapun sebenarnya terkejut.. karena Shinta tanpa beban mendukung niat ibunya..
"Yang penting Ibu yakin dan bahagia.." ungkap cerita wanita itu.

Dan kabar yang mendebarkan adalah bahwa dia telah terlambat menstruasi selama 2 bulan.. kemungkinan ada sesuatu yang salah.

Mungkin dia hamil. Aku serasa disambar petir mendengar kabar itu.
Tapi semuanya sudah kadung.. toh aku memang sangat berkeinginan untuk menjadikannya istri.

Satu bulan kemudian kami menikah.. dalam suana sederhana dan hanya dihadiri oleh beberapa orang terdekat.

Tidak ada yang mewakiliku dari pihak keluarga.. aku besar sebagai yatim piatu.. saudara ayah dan ibu terpisah jauh di kotakota lain.
Terlebih aku adalah lelaki yang terbiasa hidup dan mengambil keputusan sendiri sepanjang hidup.

Malam pertama kami tidak melakukan layaknya seperti pengantin baru.
Kami hanya memadu kasih.. berciuman dan berpelukan dengan mesra hingga tertidur.

Keesokan harinya kami bertolak ke Bali. Menginap di salahsatu hotel mewah di sekitar Kute.
Kami menghabiskan hari berjalan mengelilingi beberapa tempat wisata.

Malam menjelang.. kami seperti muda mudi yang tidak sabar menunggu momen di peraduan.
Malam itu Bu Murni mengenakan lingerie merah darah yang seksi.
Tubuhnya yang besar tinggi dan indah membuatku mabuk kepayang.

Percumbuan kami berlangsung romantis dan panas..
Kami seperti tidak membiarkan sedetikpun berlalu tanpa sentuhan dan ciuman penuh gairah.
Aku membiarkan diriku menjadi budak pemuja kecantikannya.

Dan persetubuhan kami berlangsung berkali-kali sepanjang malam.
Dunia serasa hanya milik kami berdua.

Setiap saat keperkasaanku menyentuh kewanitaannya Bu Murni membalasnya dengan rintihan dan pelukan penuh kasih.

Berkali-kali beliau membisikkan kalimat cinta di telingaku.. setiapkali aku menghantarnya pada puncak kenikmatan.

Satu tahun berlalu.. Bu Murni telah memberiku bayi perempuan mungil yang cantik.
Wanita ini begitu sabar menghadapiku.. bukan hanya soal karakterku.. tapi juga perihal kebinalan darah mudaku di dalam kamar.

Kisah mbak Nonik telah pula usai.. wanita itu kembali menghilang semenjak sebulan setelah kami menikah.
Mungkin dia tidak ingin menggangguku lagi..
Ada terbesit rasa kehilangan dalam hati. Bagaimanapun wanita itu pernah begitu hangat menemani..

Bersama istri dan bayi lucu ini.. petualangan hidupku akan berakhir hingga ajal memanggil.
Jepara I am In Love.
-------------------------------
 
Boleh percaya boleh gak, ane gak butuh pengakuan. Tadi baru liat judulnya aja ane udah ngakak abis, ini hasil tulisan ane beberapa taun lalu dan ane minta admin untk hapus, g nyangka ada yg copas ke site tetangga..
Ngak papa dinikmati sm orang lain bro....klo kl terus berkarya
 
Sabtu sore.. aku menjemputnya di depan Indomaret.. somewhere di ujung kota Jepara untuk menjaga supaya tidak ada orang yang aku kenal.. baik pegawai.. relasi atau teman-temanku mengetahui kebejatanku.

Butuh perjalanan 1 jam lebih untuk mencapai sebuah resort lumayan lux di kota dingin nan sepi di Cilimus.. Kuningan.
Aku membooking mbak Nonik all night long.. hingga keesokan paginya.


===============================

JEPARA (jateng) - KUNINGAN (jabar) itu 250km, butuh waktu kalau lancar jaya 3,5 jam
 
Bimabet
---------------

Aku tidak mempedulikan ucapanya..
Belahan dada yang sedikit terlihat itu aku kecup dan sedikit tersedot mulutku.
Bu Murni merinding memegang tanganku.

Jemari tanganku menarik lebih lebar kerah kausnya. Terpampanglah lebar dada putih itu.. bra atasnya yang berwarna pink terlihat jelas.

Aku menciumi semua bagian itu dengan penuh hasrat.
Tangan kiriku meraba lembut bagian belakang pantatnya yang membusung besar itu. Jemariku meremasnya perlahan.

Sepertinya beliau hanya bisa terdiam pasrah.

Kemudian jemariku bergerak turun.. meraba pinggul dan paha kirinya.
Sesaat kemudian tanganku telah menerobos masuk ke dalam rok bawahnya. Jari-jariku gemetar.. ketika meraba naik menyingkapnya ke atas.

Ciumanku kembali beralih ke bibir mungil itu.. aku melumatnya penuh nafsu.
Wanita ini terengah-engah.

Kedua tanganku beralih bergerak melepas kaus yang menutupi tubuh atasnya.. kacamatanya telah kulepas.

Agak sulit.. mengingat beliau masih menahannya dengan mengapitkan kedua lenganya di samping.
Tapi akhirnya terlepas juga..

Kaus itu sempat menyangkut menutupi wajah dan kepalanya.. sehingga rambutnya yang panjang tersibak berantakan.

Begitu terlepas aroma wangi tubuhnya menyeruak keluar.
Syahwatku makin terbakar.

Payudaranya yang sudah turun dan mungil itu jadi jajahanku selanjutnya.
Setiap inchi bagian rahasia kewanitaannya tidak kulewatkan.

Kedua ujung payudara itu secara bergantian aku hisap.. Bu Murni memejamkan matanya sambil meringis.

Ruangan itu hanya diterangi lampu tidur di pinggir kepala ranjang.
Saatnya membawanya ke peraduan.

Aku menuntunnya pelan..
Semenatra itu Bu Murni seperti telah tercekam.. dan hanya mengikuti langkahku.. tanpa perlawanan.

Wanita cantik ini telah terbaring di ranjang..
Tubuhnya yang besar tinggi seperti menutupi sebagian besar ranjang..

Aku melihatnya dengan seksama. Ahh.. betapa beruntungnya aku malam ini.. pikirku.

Keningnya ku kecup dengan lembut.. wanita ini menatapku pasrah.
Bibirnya kemudian kembali kukulum.. sambil jemariku bergerak ke belakang pinggangnya.

Kancing rok itu telah terlepas.. namun agak sulit melepas kain itu. Sempat tertahan oleh besarnya kedua paha Ibu Murni.

Aku tertegun kagum melihat keindahan di bawahku.

Pinggang wanita ini ramping meliuk indah dikelilingi oleh perutnya yang rata.. dan pinggulnya yang lebar.. kencang.. putih mulus.
Kedua paha itu pun masih terlihat kencang tanpa cacat.

Rambut ikalnya tergerai menutup leher dan bantal di kepalanya.
Onggokan kewanitaan Bu Murni tertutup rapat oleh celana dalamnya yang ketat.. tercetak belahan vagina di ujung bawahnya.

Aku mencium lembut perut itu.. mencecar seluruh pinggul dan berakhir di permukaan kewanitaannya.
Aku memainkan-mainkan ujung hidungku di situ.

Aroma kemaluanya tercium. Aku makin bernafsu.

Wanita ini masih tetap tanpa reaksi melihat kegilaanku. Tatapannya penuh arti dan hanya terdiam.

Mata kami kembali bertautan beberapa saat. Jantungku berdetak sangat kencang.

Hina.. hinakanlah aku Bu.. Tapi malam ini adalah bukti keinginanku yang dalam tentang dirimu.
Nikmati saja gairah dan keinginanku.


Jemariku bergerak.. menarik lepas penutup terakhir kehormatanya.
Gundukan rambut halus itu membuat darahku berdesir hebat.
Bibirku bergerak mendekati. Ciumanku terasa hangat membaluri permukaan kewanitaannya.

Awalnya lembut.. selanjutnya lidahku bergerak liar menelusup masuk bagian klitorisnya.
Bau langu itu menyerang hidungku.. sungguh nikmat terasa pada indra pengecapku.

Bu Murni menggelinjang.. Selangkanganya terangkat dan bergerak ke sana ke mari.
Bibirnya merintih halus sambil.. jemarinya memegang kepalaku dengan kuat.

Aku meneruskan aksiku.. Makin lama makin tidak bisa melepaskan lumatanku pada bibir kewanitaannya.
Rintihannya berganti.. menjadi desahan-desahan gelisah dari mulut wanita itu.. Suaranya sedikit serak dan melengking.

Ingin rasanya menghantarkanya menuju kenikmatan akhir.. hanya dengan permainan oralku.
Tapi kejantananku berkehendak lain.

Aku beringsut berdiri.. melepas habis seluruh pakaianku di samping ranjang.
Ketika kemaluanku terlepas bebas berdiri dengan keras di hadapannya.. Bu Murni menutup wajahnya dengan tangan.
Seperti menyadari bahwa ancaman itu makin dekat.

Aku telah berada tepat di atasnya.. kedua lututku terlipat bersimpuh di antara kedua pahanya yang
terbuka lebar.
Tangan kiriku mengelus lembut batang kejantananku.. terasa makin keras mengacung.. dengan bagian kepalanya yang berkedut-kedut.

Bu Murni memperhatikan perbuatanku.
Matanya kemudian terpejam.. melihatku bergerak menuntunnya mendekati selangkangan.

Maafkan aku bu.. ujarku dalam hati.

Sedetik kemudian.. Clebhh.. Bagian kepala penisku telah menyentuh pangkal lubang vaginanya.

Pelan tapi pasti.. keperkasaanku menyeruak masuk lepitan belah vaginanya.. Rrrr.. terasa tubuh wanita cantik ini bergetar.

Deru angin di luar mengaburkan suara rintihan wanita tinggi besar ini.
Tubuhku masih menegang menahan tekanan pada penisku.
Bu Murni mencengkram kuat pinggiran ranjang dan bagian kanan bantalnya.

Tatapanku lekat menatap wajahnya.. mata kami bertemu.
Terlihat sorot matanya yang menunjukkan seolah dia tidak berkenan.. dan menyesal dengan apa yang tengah terjadi.

Tapi itu sudah terlambat.. Penisku telah menyumbat liang senggamanya.. yang menjepit erat.

Kemudian aku menarik keluar seluruh penisku.. wajahnya seperti terbebas dari rasa nyeri sesaat.
Tapi kembali dia mengkerutkan alisnya.. saat batang kejantananku kembali menusuk masuk.. menjelujuri lorong vaginanya.

Masih terasa sempit.. tapi bagian dalamnya telah mencair.
Aku menarik ulur penisku di dalam secara perlahan.

Setelah dirasa cukup lega.. aku kemudian menggenjot tubuhku dengan pasti.
Clebb.. clebb.. clebb.. clebb..

ckriit.. ckritt.. ckritt.. ckritt.. ckritt..
Ranjang mulai bunyi berderit setiapkali aku menohok selangkanganya.

Kedua tangan Bu Murni memegang kuat kedua belah lenganku yang melingkari punggungnya.
Wajah kami begitu dekat.. hingga setiap tarikan nafasnya yang berat terdengar jelas di telingaku.

Ciumanku kembali memapar bibirnya.. tapi kali ini wanita paruh baya ini membalasnya.. meski terasa sedikit ragu..
Bibir kami berpagutan beberapa saat.. hingga aku sempat menghentikan genjotan tubuhku.

Selanjutnya hentakanku menemui lawan yang berarti..
Bu Murni menampung tusukan kejantananku dengan menggerak-gerakkan selangkanganya ke atas dan ke bawah.
Tangannya kencang memeluk punggungku.

Sekitar 10 menit.. kami masih berpagutan dengan panas.. hujaman-hujaman penisku makin bebas beraksi.
Sesekali penisku terlepas keluar tapi dengan mudah kembali masuk tanpa perlu bimbingan.

Di bawah terlihat bulu-bulu kemaluan Bu Murni terbuncah basah oleh keringat.
Batang penisku yang besar perkasa terlihat garang menghantam lubang sempit Ibu Murni.

Permainan kami mendekati akhir.. Bu Murni mulai tidak terkendali.
Tangannya gelisah bergantian mencengkram kasur.. punggung dan pantatku.

Dan apa yang aku rasa tidak bisa terlukiskan saat itu.
Indah.. lautan kenikmatan itu seperti tiada batas.. wajah cantiknya yang berpeluh di bawahku seperti
bidadari yang telah lama aku impikan.

Sekejap.. ketika aku kian cepat melumat tubuhnya Bu Murni melepas desakan dari dalam dirinya.
Rintihannya membahana mengisi ruangan.. tangannya mencengkran tubuhku..

Aku terdiam.. tanpa bisa bergerak wanita itu menghentak-hentakan tubuhnya ke atas berulangkali.
Dan akhirnya..
"Uuuuuuhh.. duuuuh.. sshhhh.. aduuuuuh..!" Jeritnya di telingaku.

Sirat wajahnya seperti menangis.. lelehan kecil air liur itu menetes dari pinggir bibirnya.. dengan wajahnya tengadah menghadap kepala ranjang.

Tubuhnya kejang-kejang di bawah tindihanku.
Dan.. Srett.. srettt.. sreett.. Cairan kenikmatan itu membaluri batang penisku.. terasa hangat.

Aku ingin mencapainya secara bersamaan.. aku melepas pelukannya..
Kedua lengan indah dan besar itu tertekan jemariku yang kaku di atas kasur.

Tigakali aku mengayunkan kejantananku.. hingga akhirnya hasratkupun meledak.
"Shhhh.. bbuuuu.. ibuuu.. ssshh.. ohhhh.." Erangku keras di telinganya.

Aku memeluk erat tubuhnya.. pantatku terasa memikul beban berat ketika menekan selangkanganya tiada henti.

Sedetik kemudian cairan spermaku menyemprot keluar.. Cratt.. cratt.. Kemudian berhenti..
Crett.. crett..! Lalu kembali desakan hangat itu menerjang keluar.. menghujani liang vagina Bu Murni.

Setiapkali kepala penisku menyemprot.. kenikmatan itu berkali-kali membuatku melayang.. jeritku tiada henti hingga tetes terakhir.

Deru angin masih berdesau di luar.. hujan telah berhenti.
Tubuh kami terkulai berdampingan bersembunyi pada sinar lampu yang temaram.
Malam ini menjadi saksi romantisme dua manusia berbeda zaman.

Kami berbaring terdiam.. buliran keringat masih turun membasuh leher dan sebagian dada.
Masih tercekam oleh kenikmatan yang baru saja kami rasakan.

"Kita sudah melakukan kesalahan besar Di.." Bisik Bu Murni memecah kesunyian.

"Saya sadar ini seharusnya tidak terjadi Bu.. maaf.
Tapi saya tidak menyesal.. saya mencintai Ibu dan mau melakukan apa saja supaya ibu bahagia.."
Jawabku sambil menatap langit seraya jemariku mengelus lembut rambutnya.

"Ibu mungkin sudah tidak subur.. tapi masih rutin menstruasi tiap bulan Di.. gimana kalo ..?"
Beliau tidak melanjutkan kalimatnya.. suaranya tercekat.

"Dari awal.. yang saya coba mau jelasin ke ibu.. saya ingin kita nikah.."

"Tapi itu nggak mungkin Di.. Apa kata orang..? Apa kata anak dan mantu Ibu..?" Tukasnya lembut.

"Kenapa kita pusing dengan tanggapan orang..? Kita yang ngejalanin Bu..
Saya tunggu ibu sampai kapanpun untuk siap jadi istri saya.." Jawabku dengan yakin.

"Tapi liat kondisi kita Di..? Di usia kita.. bakal jadi cemoohan orang.."

"Saya tetap tunggu Ibu.. apa pun itu konsekuensinya.."

Wanita ini menarik nafas dalam dan melepaskanya dengan risau.
Aku mencium kening dan bibirnya yang mungil dengan lembut.

"Sudah malem.. saya harus pulang Bu.. semuanya pasti akan baik-baik saja.." Lanjutku.

Hujan dan angin kencang telah berlalu.. pohon di ujung gang telah berhasil di pinggirkan oleh warga sekitar.
Aku meluncur pulang ke rumah.. wajahku sumringah..
Mungkin aku telah membuat persoalan baru untuknya.. tapi jalanku terlihat lebih pasti untuk mendapatkan impianku.
-------------

Hari-hari selanjutnya adalah cerita tentang semangat baru.
Bu Murni terlihat lebih ceria.. peristiwa malam itu tidak membuatnya membenciku.. bahkan hubungan kami makin berwarna.

Aku mencoba untuk bersikap gentle.. tidak berusaha untuk mempengaruhinya mengulangi lagi peristiwa itu.
Meski keinginan itu berkali-kali muncul setiapkali kami bertemu.

Satu bulan berlalu.. tidak ada tanda-tanda ada progress. Aku berusaha sabar menunggu.
Kami tidak pernah membahas kelanjutan percakapan kami malam itu.

Awal bulan selanjutnya aku mulai tidak sabar. Pagi sabtu itu aku menelponya.
"Pa kabar bu..?"

"Baik Di.. kamu gimana..? Ada apa nih pagi-pagi nelpon..?" Suaranya terdengar ceria di ujung sana.

"Saya dapet voucher liburan ke bali 2 hari dari distributor nih bu.. gimana kalo ibu ikut..?"

Wanita ini langsung tertawa kecil.
"Hardi.. Hardi.. Anak muda yah suka gak sabaran.." Jawabnya.

"Hehe.. maksudnya gimana nih bu..?"

"Mmm.. gini Di.. yaa mungkin satu dua bulan ini Ibu sudah merenung.. ibu juga menilai kamu.." Jawabnya.

"Trus gimana.." Jawabku tidak sabar.

"Kamu terlihat cukup sabar.. konsisten.. ibu juga berpikir kamu cukup aman..
Ibu ngerasa nyaman dengan kamu.. kecuali soal tawaran tadi yah.." Lanjutnya sambil kembali tertawa.

"Maaf bu.. soalnya mulai gak sabar.." Jawabku.

"Yaa ibu paham.. kamu masih muda.."

"Mmm .." Lanjutnya seperti tertahan.

"Kenapa bu..? Lanjutin dong.."

"Jujur.. yang kita lakukan terakhir itu .."

"Ibu menikmati..?" Sergahku.

Beliau terdiam sesaat.
"Iya. Jujur.. ibu menikmati.. Sudah terlalu lama Di.. Yang anehnya.. ibu jadi ngerasain semangat hidup baru.." Lanjutnya.

Hatiku berbunga-bunga.. jantungkupun berdegup lebih cepat.
"Kita segera nikah aja Bu.. Saya janji untuk bikin ibu tenang.." Jawabku tegas.

"Perlu waktu Di.. Kasih ibu waktu yang pas untuk bicara dengan Shinta.. Sekarang ibu masih takut.." Jawabnya.

"Saya selalu siap tunggu sampai kapanpun Bu.."

Pembicaraan berakhir.. hatiku diliputi kebahagiaan.
Aku memang berniat menikahi wanita ini.. tidak peduli dengan tanggapan-tanggapan miring orang di sekitar kami.
Aku mencintainya sepenuh hati.

Tapi memang jalannya masih panjang. Butuh kesabaran lebih.
1 bulan lagi berlalu.. belum ada kejelasan semenjak percakapan terakhir membahas kelanjutan hubungan kami.
Hatiku mulai gundah.

Siang itu cobaanpun datang.
Mbak Nonik.. wanita penjual jamu itu.. tiba-tiba muncul di depan pintu ruanganku.. aku sedikit kaget. Tubuhnya yang tinggi membuat kepalanya seolah akan menyentuh bagian atas daun pintu.. begitu dia masuk.

"Wahh.. kemana aja nih mbak..? Jangan-jangan sudah Tajir nih.. gak pernah muncul..
Atau jangan-jangan.. sudah dapet suami baru..?" Godaku.

"Bisa aja mas. Apa kabar nih..? Wahh tambah ganteng aja mas.. sudah nikah belum..?"
Jawabnya dengan mata yang berbinar.

Wanita ini terlihat sedikit lebih gemuk.. tapi kulitnya lebih bersih.
Pakaiannya yang mulai terlihat lusuh membungkus tubuhnya lebih ketat. Jakunku bergerak naik.

"Kerja di pabrik mas.. 4 bulan.. bosen saya balik lagi jual jamu.. hehe.." Lanjutnya.

"O gitu.. terus ada apa nih..? Saya masih gak doyan jamu loh.." Jawabku.

"Hehe.. bisa aja mas.."

"Yaa saya minta maaf kalo yang terakhir kemaren bikin mbak tersinggung dan marah.."
Aku teringat pertemuan trakhir kami di ruangan ini..
Aku memaksanya melakukan hubungan intim.. meski dia tidak menghendaki.

"Gak papa mas wis.. saya dah ngelupain kok.."

"Mau minum apa nih mbak..? Ai kulkas banyak juice macem-macem tuh.. ambil aja.." Tawarku dengan ramah.

"Iya kebetulan haus nih mas.."
Jawabnya sambil berlalu mengambil minuman di kulkas kecil di sudut ruangan.

Kemudian dia duduk di sofa tamu kecil di pinggir ruangan.
Aku masih duduk di meja kerjaku sambil membereskan beberapa berkas invoice.

"Anak-anak sehat mbak..?"

"Sehat mas.. mas sndiri gimana.. serius nih belum nikah juga..?" Jawabnya.

"Lha.. nanya itu lagi.. nikah dengan sopo mbak e..?"

"Dengan yang suka disebut dulu-dulu itu.. hehe.." Tawanya menggodaku.

"Oohh.. hehe.. nggaklah.. sudah lama gak ketemu mbak.." Jawabku.

Kemudian kami terdiam.. aku masih menyelesaikan apa yang aku lakukan.
Mbak Nonik terlihat gelisah.. minum berkali-kali dan memegang-megang botol minuman dengan tangan bergantian.

"Hmm.. gini mas.. saya lagi perlu uang.." Ujarnya memulai kembali pembicaraan.

"Ouw.. terus gimana mbak..? Aebentar yah.. dikit lagi.."
Aku segera membereskan map dan keluar ruangan.. menyerahkanya pada staffku di ruangan lain.

Aku kembali ke ruanganku.. mengambil minuman dan duduk di hadapannya.
"Perlu uang berapa mbak..? Aau saya pinjemin atau gimana..?" Aku menggantung kalimatku.

"Yaa.. untuk bayar sewa kontrakan mas.. Kalo mau minjemin ndak papa.. kalo mau yang lain juga ndak masalah.." katanya sambil tersenyum malu.

"Hehehe.. masih belum kapok sama saya mbak..?" Godaku lagi.

"Mas juga.. apa masih napsu sama saya..?" Jawabnya tersipu.

Aku tertawa kecil sambil terdiam menatap lantai ruangan.
Jujur.. aku sudah lama tidak bercinta. Aku begitu merindukan Bu Murni.. tapi entah sampai kapan aku harus menunggu.
Seharusnya aku mulai setia untuknya.. tapi aku tengah dirundung kegalauan.

"Kenapa mas.. kok diem..?"

"Gak papa mbak.. yo wis tak saya kasih uangnya.. tapi yaa itulah.." Jawabku.

"Itulah opo mas ganteng.." Serunya sambil tersenyum.

"Nanti sore jam 5.. tak tunggu di rumah yah.." Jawabku tanpa basa basi.

"Nggih.. Yo wis.. nanti tak samperi.. tak serpisno.." Jawabnya.

Aku merogoh dompet dan memberikan beberapa lembaran uang 100 ribu ke tangannya.

"Matur nuwun mas.." Jawabnya kemudian berlalu.

Jam 5 kurang mbak Nonik datang ke rumah.
Aku baru saja selesai olahraga lari di treadmill.. dengan hanya mengenakan celana pendek.

Wanita itu muncul dengan pakaian sedikit ngetrend.
Kaus tangan panjang hitam dengan celana jeans sebatas betis dan sepatu hak rendah.. rambut panjangnya tergerai sebahu.

"Waah kaya artis ae mbak.." Godaku.

"Hehe.. bisa aja mas.. wahh itu kenapa kok keringeten mas..?" Jawabnya.

"Abis olahraga mbak'e.. biar sehat.. persiapan juga untuk ketemu mbak.." Godaku.

"Walah.. kaya yang kuat aja.." Jawabnya.

"Nanti kita liat.." Seruku sambil melangkah ke dapur.

"Mo makan dan minum apa nih..?"

"Makasi.. sudah kenyang mas.. saya juga ga bisa lama-lama.. anak-anak sendirian di rumah.. takut kemaleman.." Jawabnya.

"Ow okay.. jadi maen langsung aja nih..?"

"Yaa terserah mas.." Jawabnya santai.

"Yo wiss.. ayo ke kamar mbak.."

Entah kenapa tiba-tiba aku ingin melakukanya di kamar mandiku yang besar dan mewah.
Ada bathtub besar di ujung ruangan.. keringatku masih mengucur deras.
Sebetulnya aku tidak begitu mood untuk seks sore itu. Tapi sekedar melepas stress dan menolong wanita ini.

"Jadi baju dilepas di kamar aja nih mas..?" Tanyanya.

"Iya mba e.. masa' di kamar mandi.. nanti basah.." Jawabku sambil menepuk pantatnya yang besar.

Aku telah mendahului masuk.. tubuhku telah telanjang.
Aku membasahi sebentar tubuhku dengan air hangat dari shower. Tak lama mbak Nonik masuk.

Tubuhnya yang tinggi besar dan bahenol.. hanya mengenakan bra dan celana dalam berenda putih yang seperti terlalu kecil..
Terhimpit perutnya yang sedikit membusung ke bawah.

Dia melangkah mendekat perlahan.. terlihat kikuk. Cukup mengundang selera.

"Saya sebenarnya belum mood mbak.. jadi harus dirangsang dulu.." Ujarku.

"Yaa.. keliatan kok mas.. hehe.." Seraya melirik kejantananku yang masih terkulai.

Aku duduk di pinggir bathtub sambil menyender di dinding. Satu kakiku menapaki pinggiran atas bath tub. Mbak Nonik mendekat.. aku memeluk tubuh bongsornya sambil mendaratkan wajahku di dadanya yang besar.
Dia tertawa renyah.

Kemudian dia membungkukan badan.. mencium leher dan dadaku.
Sedotannya pada ujung nippleku membuatku merinding.

Setelah puas mempermainkan tubuh atasku.. mbak Nonik mulai meraba selangkangan.
Tangannya mengelus batang dan kantung semarku.

Sekejap saja aku sudah bergidik.
Perlahan-lahan penisku bergerak naik. Wanita ini tersenyum melihatnya.

"Walaah.. gede yo mas..!" Serunya.

Kemudian jemarinya mulai fokus mempermainkan batangku yang berdiri memanjang..
Dia mengocok-ngocoknya dengan lembut selama beberapa saat.

Aku mulai terbakar.
"Yo Wis mbak.. sekarang gantian..!" Seruku sambil berdiri.

Tubuhnya telah terjajar merapat ke dinding.. aku melepas beha dan menaruhnya di atas wastafel.
Kedua payudara itu langsung kulabrak dengan bibirku. Dia meringis kegelian.

Tanganku tidak tinggal diam.. bokongnya langsung kuremas-remas..
Sementara satu tangan yang lain memain-mainkan ujung jari tengahku pada bagian vaginanya yang masih terbungkus.

Sebentar saja bagian itu terasa basah.. mbak Nonik mendesah.
Tanpa membuang waktu aku melepaskan celana dalamnya.

Aku menyuruhnya dalam posisi menungging. Kedua tangannya bertumpu pada pinggir bathtub..
Tubuh besarnya membungkuk membelakangiku.. sementara pantatnya yang bahenol itu telah terpampang lebar di hadapanku..

Bulu-bulu vaginanya yang lebat menyeruak di antara himpitan paha belakangnya.
Nafsuku makin bangkit.

Penisku telah mengacung keras dengan urat-uratnya yang besar tepat di atas belahan pantat mbak Nonik.
Aku melebarkan posisi kedua pahanya.
Selanjutnya dengan sedikit mengangkat bongkahan pantatnya aku menyusupkan penisku di tengah-tengah selangkannya.

Bibir vagina itu telah basah.. tidak sulit untuk langsung menerobosnya masuk.
Jleb.. seluruhnya penisku telah amblas di telan lubang itu.

Aku mendesis merasakan nikmat.
Mbak Nonik menundukkan kepalanya.. seperti menahan sesuatu sambil mendesah.

Tanpa buang-buang waktu aku langsung menghantamkan keperkasaanku dari belakangnya berkali-kali.. Plok.. plok.. plok.. plok..!
Bunyi beradunya selangkanganku dengan buah pantat semoknya seolah bergema dalam ruang itu.

Sebentar saja kami sudah sama-sama lupa diri.
Makin kuat aku menghujam makin cepat mbak Nonik memutar-mutar pantatnya.

Nafas kami sama-sama memburu. Aku mencengkram punggung belakangnya dengan kuat.
Suara desahan kami saling bersautan.
Penisku terasa seperti diurut-urut dalam cengkraman dinding vagina mbak Nonik.

Mungkin karena sudah cukup lama aku tidak berhubungan intim.. atau mungkin karena suasana hati.. pertahananku tidak bisa bertahan lebih lama.

Kurang dari rekorku yang selalu bertahan di atas 10 menit.. jemariku dipinggangnya bergetar menahan sesuatu yang akan meledak di bawah sana.
Tapi aku tidak begitu saja menyerah.. wanita ini harus tersungkur di waktu yang sama.

Aku mempercepat ritme sodokan-sodokanku..
Tenaga terakhirku menghempas-hempas selangkanganya lebih buas.
Payudara itu tak henti kuremas dari dua sisi.

Dan benar saja.. wanita tambun ini menyerah lebih awal.
Goyangan pantatnya tiba-tiba saja terhenti dan tubuhnya bergetar-getar hebat.

".. Uuugghhh.. mass.. maass.. edhuann.. auwww.. uhhhh..!"
Lengkingnya sambil tubuhnya mengejang mencengkram pinggir bathtub.

Cairan hangat itu seperti air seni yang menyirami penisku di dalam. Serr.. serr.. serr..

Aku pun telah mencapai akhir..
Sedetik setelah kepala penisku berkedut.. Cratt.. crett.. crett.. crett...
Spermaku meledak menyemprot liang vaginanya.

"Mmmmpphhh.. ahhhhh.. ahhhhhh.. ahhh.." Suaraku parau mengerang.

Kami seperti kesetanan mengejang secara bersamaan.
Selanjutnya kami berdiri terkulai bersender pada dinding kamar mandi.
Kulihat sisa-sisa spermaku mengalir turun dari selangkangan mbak Nonik membasahi pahanya.

Selesai mandi bersama kami menghabiskan waktu duduk sambil minum teh di sofa tengah.
Satu jam lebih berlalu. Mbak Nonik yang masih terlilit handuk membuatku kembali bernafsu.

Sebentar saja kami telah bersiap dalam posisi masing-masing.
Wanita ini seperti kecanduan melakukanya lagi tanpa banyak bicara.

Mbak Nonik duduk menghadapku di pangkuan.. sofa itu cukup kuat menahan beban kami.
Sebentar saja pantatnya telah naik-turun melahap penisku di bawah.

Permainan kami berlangsung cepat.
Aku mengambil alih peranan beberapa menit kemudian.. aku menghajar kewanitaannya dari bawah dengan hebat.
Hanya beberapakali mengayun aku terdesak untuk memuntahkan kembali spermaku.

Mbak Nonik pun tidak lebih kuat bertahan.. dia terisak ketika mencapai klimaks.
Lelehan cairan kami turun membasahi pinggiran sofa sesaat kemudian.
Petang itu pergumulan kami sangat memuaskan.
------------------

Satu Minggu berlalu.. ada rasa sesal telah melakukan hubungan intim terakhir dengan mbak Nonik.. ketika mendengar kabar menggembirakan.. sekaligus mendebarkan dari Bu Murni.

Pagi itu beliau menelponku.. suaranya ceria dan lepas.
Dia mengabarkan bahwa anaknya.. Shinta.. telah menyetujui rencana kami untuk menikah.

Diapun sebenarnya terkejut.. karena Shinta tanpa beban mendukung niat ibunya..
"Yang penting Ibu yakin dan bahagia.." ungkap cerita wanita itu.

Dan kabar yang mendebarkan adalah bahwa dia telah terlambat menstruasi selama 2 bulan.. kemungkinan ada sesuatu yang salah.

Mungkin dia hamil. Aku serasa disambar petir mendengar kabar itu.
Tapi semuanya sudah kadung.. toh aku memang sangat berkeinginan untuk menjadikannya istri.

Satu bulan kemudian kami menikah.. dalam suana sederhana dan hanya dihadiri oleh beberapa orang terdekat.

Tidak ada yang mewakiliku dari pihak keluarga.. aku besar sebagai yatim piatu.. saudara ayah dan ibu terpisah jauh di kotakota lain.
Terlebih aku adalah lelaki yang terbiasa hidup dan mengambil keputusan sendiri sepanjang hidup.

Malam pertama kami tidak melakukan layaknya seperti pengantin baru.
Kami hanya memadu kasih.. berciuman dan berpelukan dengan mesra hingga tertidur.

Keesokan harinya kami bertolak ke Bali. Menginap di salahsatu hotel mewah di sekitar Kute.
Kami menghabiskan hari berjalan mengelilingi beberapa tempat wisata.

Malam menjelang.. kami seperti muda mudi yang tidak sabar menunggu momen di peraduan.
Malam itu Bu Murni mengenakan lingerie merah darah yang seksi.
Tubuhnya yang besar tinggi dan indah membuatku mabuk kepayang.

Percumbuan kami berlangsung romantis dan panas..
Kami seperti tidak membiarkan sedetikpun berlalu tanpa sentuhan dan ciuman penuh gairah.
Aku membiarkan diriku menjadi budak pemuja kecantikannya.

Dan persetubuhan kami berlangsung berkali-kali sepanjang malam.
Dunia serasa hanya milik kami berdua.

Setiap saat keperkasaanku menyentuh kewanitaannya Bu Murni membalasnya dengan rintihan dan pelukan penuh kasih.

Berkali-kali beliau membisikkan kalimat cinta di telingaku.. setiapkali aku menghantarnya pada puncak kenikmatan.

Satu tahun berlalu.. Bu Murni telah memberiku bayi perempuan mungil yang cantik.
Wanita ini begitu sabar menghadapiku.. bukan hanya soal karakterku.. tapi juga perihal kebinalan darah mudaku di dalam kamar.

Kisah mbak Nonik telah pula usai.. wanita itu kembali menghilang semenjak sebulan setelah kami menikah.
Mungkin dia tidak ingin menggangguku lagi..
Ada terbesit rasa kehilangan dalam hati. Bagaimanapun wanita itu pernah begitu hangat menemani..

Bersama istri dan bayi lucu ini.. petualangan hidupku akan berakhir hingga ajal memanggil.
Jepara I am In Love.
-------------------------------
Ini salah satu cerita terbaik yg pernh sy baca...mantap banget
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd