Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT RT 06 (NO SARA)

Status
Please reply by conversation.
RT 06
CHAPTER 1


Note :

Dilarang meng copy cerita ini tanpa izin. Jikalau ingin me-repost ,mau copas, mohon nama penulis dicantumkan dan izin dulu melalui DM,. harap cantumkan watermark nama ane Ruang_imajinasi. Jikalau ketauan akan ane kejar akun nya.



Terimakasih ...





"Ini kah alamatnya?" Gumam seorang pemuda ganteng bertubuh tegap itu saat pertama kali menginjak ibu kota dan berdiri di sebuah gapura bertuliskan RT 6.

Dia celingak-celinguk saat memasuki sebuah gang dimana dia akan mencari sebuah kos-kosan yang sudah deal di sebuah pesan singkat. Langkah -nya terhenti saat melihat sebuah cincin berbentuk batu akik berwarna merah yang berbentuk unik sekali tergeletak di dekat gapura itu.

"bagus banget ini..." gumam nya saat memakai batu akik itu.

Mata nya terus sesekali memandang batu akik serta kertas untuk mencari rumah kos-kosan itu. Dia terus berjalan dengan membawa tas gendong yang berisi pakaian yang akan kupakai selama tinggal disini. Cuaca pagi yang cerah menemani nya untuk mencari dimana kontrakan itu berada.

Nama pemuda itu Robi, lengkapnya Robi Satria. Usia-nya masih muda 22 tahun , masih single dan berasal dari pinggiran kota Bandung, merantau ke ibu kota indonesia untuk mencoba peruntungan beradu nasib demi mengais rezeki. Disini dia akan melamar pekerjaan di sebuah dealer mobil yang direkomendasikan oleh sahabatnya selama persekolahan dulu.

Modal Nekat...

Robi datang kesini memang bermodal nekat saja. Orang tua nya yang sudah sepuh itu pun tidak setuju dengan keputusan-nya, namun Robi berusaha meyakinkan kedua orang tua nya.

"Doain saja yang terbaik buat Robi Mah, Pah" ucap Robi sambil memeluk kedua orang tua nya.

"Jaga diri baik-baik ya Nak..." jawab orang tua nya sambil menangis.

Percakapan yang diakhiri dengan pelukan hangat oleh kedua orang tua -nya . Jujur saja karena ini pertama kali nya dia jauh dari kedua orang tua nya yang sibuk dengan pekerjaan nya, menjadi seorang petani. Robi bertekad dan harus mampu menghidupi mereka, yang jikalau mendapat uang hanya menunggu musim panen saja. Belum juga adik kesayangan nya, Evi yang masih sekolah kelas 2 SMK. Robi harus tetap membantu kedua orang tua-nya , dia optimis bisa yakin bisa menjadi orang sukses disini.

Perjalanan nya terhenti saat dia benar-benar menemukan sebuah kontrakan itu.

"Jalan Cinta RT 6 RW 9 Nomor 13." Ucap nya dalam hati membaca ulang alamat yang kupegang dalam secarik kertas.

Wajah ganteng nya tersenyum saat tempat yang dia cari bisa di temukan. Tangan nya membuka gerbang rumah berwarna putih itu kemudian dia ketuk pintu coklat yang sudah usang itu.

"Permisi..assalamualaikum..." ucap-nya memberi salam.

"Waalaikumsalam..." teriak seseorang dari dalam rumah.


Bu Widya, Pemilik Kontrakan..


Pintu terbuka dan alangkah terkejutnya Robi saat melihat wanita muda berjilbab yang sangat cantik. Memakai gamis ketatt yang menutupi keindahan tubuhnya.

"Ehhh...yaa..Dekkk..cari siapaa?" Tanya wanita muda itu.

"Anuu...apa benar ini Jalan Cinta RT 6 RW 9 nomor 13.?" Tanya Robi sambil membaca ulang di kertas kecil itu.

"Benar...cari siapa?" Tanyanya lagi.

"Saya cari Bu Widya. Saya yang kemarin kontak dengan beliau perihal kontrakan." Ucap Robi kepada wanita itu.

"Ohhh...Robi yaa...mari masuk...masukk..." ajaknya sesaat kemudian.

"Iyaahhh...Bu..."

Robi pun kemudian masuk, mengikuti ajakan dari sang pemilik rumah. Jujur saja dia merasa kagum dengan seisi rumah ini yang memang sederhana namun asri.

"Mau minum apa Dek Robi" Tanya nya kepada Robi.

"Tidak usah repot-repot Bu..." jawab Robi yang memang mempunyai sifat pemalu.

"Tunggu sebentar yaa..." ucapnya..

Wanita itu berlalu pergi, tubuhnya mulai menghilang saat dia berbelok menuju dapur. Beberapa saat kemudian dia kembali dengan membawa 1 gelas teh hangat beserta cemilan.

"Diminum dulu Dek Robi..." ucap nya .

"Baikk..bu terimakasih..."

Srupuutt.....ahhhh...

"Jadi mau kapan mengisi kontrakan itu Dek" tanyanya kemudian.

"Sekarang juga bisa ko Bu. Saya sudah bawa pakaian nya." Jawab Robi sambil terus memandang kecantikan wanita itu.

"Baiklah...nama ibu Widya. Pemilik kontrakan yang Dek Robi tuju. Sesuai perjanjian di telpon , pembayaran perbulan nya dibayar paling telat tanggal 5 ya. Untuk air dan listrik itu sudah termasuk, di kontrakan sendiri sudah tersedia tv dan lemari. " ucap Bu Wdiya.

Robi nampak begitu terpana oleh kecantikan nya. Walau usia nya dengan beliau mungkin sangat jauh, tapi entah kenapa dia menyukai nya, pandangan pertama memang tak pernah salah.

"Baik Bu terimakasih..."

"Baiklah kalau begitu, ini kuncinya, Dek Robi boleh langsung tinggal hari ini juga" ucap Bu Widya.

"Terimakasih Bu, ini uang untuk bulan sekarang, " ucap Robi sambil memberikan uang lembaran bung karno sebanyak 10 lembar itu.

"Dekk...hati-hati loh, kamu bawa uang banyak banget. Awas jangan ditinggalin itu tas nya. Kalau bisa bikin kartu ATM saja." Ucap Bu Wdiya memberi saran.

"Iyaa Bu...mau bagaimana lagi, di kampung gak ada yang punya kartu atm. Ini saja bekel buat Robi selama 1 bulan, tenang saja Robi punya ilmu bela diri ko hehehe..."ucap Robi.

"Yaa sudah...intinya jangan sampai ditinggalin yaa" ucapnya lagi.

"Iya Bu,, kalau begitu saya permisi dulu yaa..." ucap Robi kemudian berpamitan.

"Kamu kan belum tau kontrakan nya dimana, mari ibu antar" kata Bu Widya sambil tersenyum.

"Ehh..iya jugaa ya Bu hehe"

Bu Widya hanya mengangguk . Yaa walau sebentar namun dia sangat baik menurut Robi, kemudian dia mengikuti jalan yang dituju Bu Widya. Ternyata kontrakan nya hanya beberapa meter dari rumahnya. Kontrakan yang begitu indah menurutku, halaman luas, dengan sekat tembok antar kontrakan menjadi pembeda. Beruntung sekali dia dapat kontrakan seperti ini, dibanding saat dirinya mendapat informasi kalau di ibu kota ini kontrakan nya sempit dan mahal. Disini terdapat 3 kontrakan yang hanya terisi 2 kamar saja.

"Nah disini kontrakan nya Dek Robi, yang tengah itu sudah di isi oleh Bu Anisa dan Pak Ahmad. Satunya lagi kosong" ucap Bu Widya.

"Baik Bu terimakasih sebelumnya." Ucap Robi kemudian.

"Iyaa...ya sudah ibu kembali lagi ya..hati-hati uang nya." Ucap bu Widya memberi pesan itu lagi.

Robi tersenyum dengan pesan beliau. Dia taksir sih usianya 35 tahun, namun begitu manis saat tersenyum. Robi kemudian masuk dan membuka sebuah kontrakan yang sangat luas di dalam nya.

Hmmm..beruntung sekali diriku ini... gumamnya dalam hati.

Dia mulai membersihkan kontrakan ini. Menyapu, mengepel dan juga membersihkan dari debu-debu yang menempel. Jam masih menunjukan pukul 12 siang. Robi sendiri sudah tiba di kota Jakarta ini sejak hari kemarin, menginap di rumah teman nya itu. Dia kemudian menyimpan pakaian dan merapihkan uang yang dibekali belasan juta itu.

Banyak ???

Ya iyalah hasil slot...hehehe bercanda...

Orang tua-nya memang sengaja menjual sebagian tanah nya untuk menyambung hidup, sisanya diberikan kepada dirinya untuk bekal bekerja disini. Robi sangat tergiur dengan gaji yang ditawarkan teman-nya itu, makanya dengan modal nekat dia memberanikan mengadu nasib disini.

Singkat cerita, waktu sudah sore hari dan Robi sudah membersihkan segala perabotan, pakaian dan juga uang banyak itu yang dia simpan di ATM. Robi sengaja menuju bank yang memang tak jauh dari kontrakan ku ini. Jadinya dia bisa dengan mudah membawa uang banyak dalam 1 kartu, sisanya dia simpan di dompet untuk keperluan sehari-hari.

Jam 6 sore, Robi kemudian keluar dari kontrakan untuk sekedar mencari makan sore sampai lanjut malam beserta kopi. Dia kemudian menuju minimarket terdekat untuk keperluan nya selama beberapa hari dulu kedepan.

Ceklekk...

Pintu kontrakan dia kunci, dengan setelan celana pendek dan kaos ala kadarnya, kakinya berjalan menuju minimarket IndoApril. Beberapa orang di gang lurus ini saling menyapa-nya, adapun yang sibuk dengan gadgetnya, karena sore hari mungkin waktunya orang pulang bekerja dan ada yang pulang sekolah. Robi kemudian berbelanja seperlunya saja, di perjalanan pulang tak lupa ada warung nasi goreng yang sudah buka.

"Pak..nasgor nya satu ya..dibungkus.." ucap-nya kepada penjual nasi goreng itu.

"Baik Mas...mohon ditunggu.." jawab penjual nasi goreng itu.

Robi kemudian menunggu pesanan nya selesai sambil memainkan ponsel-nya. Matanya melihat sekeliling tempat nasgor ini, ada satu orang perempuan berhijab yang masih muda sedang menunggu jemputan ayang nyaa...ciee....ada pula beberapa kendaraan nampak berlalu lalang di tengah kota ini. Mata-nya sedikit terganggu dengan adanya kehadiran preman tak berguna menganggu wanita itu dan meminta paksa uang kepada tukang nasgor.



"Nona maniss...nunggu siapa nih...sama abang aja diantar yaa..." ucap preman berambut cepak itu yang sudah terlihat bapack-bapack .

Namun perempuan berhijab itu maalah menghindar dengan godaan preman tak berguna itu.

"Iurannn..." ucap preman satunya lagi menagih kepada tukang nasgor.

"Duhh Bang ... baru aja buka belum ada penglaris, ini aja baru penglaris cuman satu..." ucap tukang nasgor itu yang nampak ketakutan.

"Alahhhh...dari kemarin gitu aja teruss...lu sadar gak biaya sewa lu aja nunggak...jangan macam-macam sama gue..kalau enggaa nihh lapak gue ancurin aja dahhh...." ancam preman itu sambil menarik kerah tukang nasgor itu.

"Ampunn..bangg...iyaa..dehh..iyaa..." jawab tukang nasgor itu sambil merogoh saku belakang nya.

"Bang...bisa gak , gak usah pake kekerasan" ucap Robi yang agak kesal dengan sikap preman itu.

"Heyy..Dekk..***k usah ikut campur, ini wilayah gua...pipis lu benerin aja sono...kalau lu ikut campur, lu akan tau akibatnya..." ancamnya kepada Robi.

"Memang nya saya akan diapain kalau ikut campur?" Tantang Robi kepada preman itu sambil tetap duduk.

"Ohhh...jadi lu nantangin ya...." preman itu berjalan kearah Robi sambil menatap matanya dengan tajam.

Robi kemudian berdiri, tak gentar menghadapi kecoa penganggu masyarakat itu. Mata-nya membalas tajam mata preman itu. Tinggi preman itu kalah telak dengan tinggi badan nya yang hanya sebahu itu. Tiba-tiba preman yang menggoda wanita itu datang menghampiri lapak nasgor ini.

"Wuihh...Jon..ayo...guaa dah dapat mangsa nihh..." ucap preman itu kepada Jon yang sedang beradu tatapan mata tajam denganku.

"Bentar Rick, ada kecoa penganggu..." ucap Jon menyindir kehadiran Robi

"Bukan nya kalian yang jadi kecoa di tempat seperti ini ?" Ucap Robi kepada mereka.

"Apa lu bilang?" Rick mendatangi Robi membela Jon.

"Kalian tidak dengar apa yang kubicarakan?" Ucap Robi membalas ucapan preman itu.

"Lu jangan macam-macam sama gua yaa...kalau lu ikut campur lu akaannn...." ucapnya terpotong oleh ucapanku.

"Akan apaa? Kecoa ini aja ga bisa jawab, kalian mau duit berapa?" Ucap Robi sambil menunjuk Jon yang sedari tadi menggerutu.

"Lu rendahin kita-kita hahh..." ucapnya sesaat akan meraih kerah kaos ku.

"Gak usah pegang-pegang...jawabbb" ucap Robi dengan nada tinggi.

Situasi semakin memanas. Selain panasnya nasgor yang mulai menimbulkan bau gosong, beberapa orang di sekitar mulai melihat adu bacot Robi dengan kedua preman kecoa itu di dalam lapak penjual nasgor.

Robi memang tidak takut untuk berhadapan dengan siapapun, walaupun berkeluarga sederhana, tapi dia pernah sekolah ilmu beladiri. Dia sudah terbiasa untuk berkelahi demi kebaikan karena saat sekolah dirinya pernah di bully. Semenjak itu dia masuk klub beladiri, menguasai teknik beladiri dan pernah berkelahi sampai masuk ruang BK. Karena itulah dia semakin giat berlatih demi mendapatkan tubuh kekar dan bisa melindungi keluarga nya maupun diri nya sendiri dari orang-orang seperti preman kecoa ini.

"Gak bisa jawab? Nih..***k usah ganggu bapak ini lagi" ucap Robi sambil melempar uang 500 ribu kepada mereka.

"Okey...gua terima, ini bisa disebut bayar sewa dia yang telat 1 bulan. Dan lu kalau ikut campur wilayah gua...gua gak jamin hidup lu disini.." ancam nya kepada Robi.

"Oke...siapa takut...atau hidup kalian yang akan tak nyaman di wilayah kalian" ucap Robi mengancam balik.

"Bangs4tttt... " gerutu Jon kepada Robi.

"Pergilah...sayaa lapar mau makan...lihat sampe gosong gara-gara kecoa.." ucap Robi lagi sambil melihat kearah wajan yang mengeluarkan aroma bau gosong.

"Bangs44ttt...." gerutu Jon lagi.

"Apaaa...mau mukull....ayo diluar sana..jangan disini..." ucap Robi sambil membuka kaos nya menyuruh mereka untuk berduel dengan dirinya di samping lapak nasgor yang masih luas itu.

Tubuh-nya terlihat sixpack. Dada bidang terbentuk di area tubuh kekarnya. Kedua preman itu langsung melotot melihat Robi yang sudah bertelanjang dada. Yaa..jelas saja mereka hanya menang lewat kalung preman doang...beda dengan Robi yang cuma cukup membuka kaos membuat mereka sedikit tersentak.

"RICKK..balik...Rickk..***k yakin guaa..." ajak Jon kepada Rick.

"Dasar bencong lu...gitu aja..takutt..." ucap Rick kepada Jon yang memang seperti ketakutan melihat Robi.

"Guaa..guaa...." uccap Jon terbata-bata sambil berlalu pergi meninggalkan Rick.

"******....malah ninggalin gua luu...hey...awasss..lu..yaa...urusan kita belum beres..." ancam Rick yang langsung merasa ciut.

"BERESIN SEKARANG JUGAA..***K ADA WAKTU SAYAA URUSIN KECOA..." Teria Robi kepada Rick.

"Awass ...lu..yaa..." jawab Rick yang langsung berlari ketakutan saat Robi akan mendekatinya.

Tangannya memang sudah gatal melihat kecoa itu. Sudah lama jari-jari-nya tidak merasakan kulit wajah seseorang berubah menjadi merah bercampur darah. Seketika pula beberapa orang di sekitar lapak nasgor berkerumun. Mereka sorak sorai menyambut-nya, Ada juga yang memang mencibir kelakuan Robi itu. Robi heran dengan sikap mereka, tetapi aku juga disambut bak pemenang.

"Wuihh...Bangg...gilee...berani amat lu..."

"Udah cakep, berotot lagi..***nteng kali Bang....bikin meleleh..."

"Lu berhasil ngusir preman tersadis Bang...tapi hati-hati Bang...itu cuma anak buahnya...Bos nya lebih galak Bang..."

"Hati-hati Bang,, jangan modal otot gede doang, lu ga tau aja dia siapa"

Begitulah ucapan-ucapan yang mereka ucapkan kepada Robi. Dia heran sekali dengan mereka. Dia Tak ingin meladeni dulu karena perutku lapar, kemudian di pakai kembali kaos yang sempat dilepas-nya tadi. Robi kemudian melihat tukang nasgor itu tangan nya bergetar saat melihatku.

"Pak...bikinin lagi aja...tadi gosongg kan yaa..." tanya Robi kepada beliau.

"Iii...iiyaa...Dekk..." jawabnya terbata-bata.

" sudah Pak tenang aja...fokus jualan yaa...bikinin nasi goreng terenak..." ucap Robi kepada tukang nasgor itu.

"Ii.iiyaa..Dek..." jawabnya lagi.

Tukang nasgor itu mengerjakan kembali pekerjaan nya, beberapa orang mulai pergi dari kerumunan di lapak nasgor ini. Dia begitu santai dengan apa yang terjadi, mungkin bagi sebagian orang dia sombong , namun bagi dirinya tak masalah, orang seperti mereka harus dilawan, kalau memang wilayahnya mungkin bisa baik-baik menagihnya.

Robi tidak melihat wanita berjilbab yang tadi diganggu preman kecoa itu, dia berharap wanita itu baik-baik saja.

"Ini Dek...nasi goreng nya..." ucap tukang nasi goreng itu.

Robi kemudian makan ditempat , dia sampai habis dua porsi pada sore hari itu. Niat ingin dibungkus tapi perut tak bisa dikompromi. Kemudian dia membayar 2 porsi nasi goreng itu.

"Berapa Pak semuanya?" Tanya Robi kepada Bapak itu.

"Gak usah..***k usahh..Dekk..." jawabnya menolak.

"Lohh...Bapak ini gimana, saya kan beli ko malah gak usah..." ucap Robi yang tidak terima dengan jawaban bapak itu...

"Dekk....adekkk sudah bantu Bapak hari ini, mungkin hanya 2 porsi nasi yang bisa bapak berikan dulu kepada Adek..terimakasih ya Dek..." ucap Bapak Nasgor itu sambil berusaha tetap menolak uang yang akan Robi berikan.

"Pakk...saya membantu karena saya tidak suka kalau ada orang ditindas, makanya saya lawan. Sudahh...terima saja uang ini..Bapak jualan yang tenang saja, saya kos daerah sini. Walau saya baru, saya tidak takkut Pak dengan siapapun...sekali lagi terimakasih ya Pak..Nasgor spesiall..kembalian nya ambil saja.. " ucapnya sambil memberikan 1 lembar uang berwarna biru.

"Alhamdulillah...Dekk...terimakasih ,semoga Adek bisa terus dilancarkan rezeki nya dan disehatkan..." ucap Bapak itu sambil menangis.

"Aamiinn...sama-sama Pak...ingat, kalau mereka balik lagi dengan kekerasan, Bapak lapor saya ya.." ucap Robi meyakinkan Bapak itu.

"Baik Dekk..."

"Sebut saja Robi..." ucap Robi sambil menjabat tangan Bapak itu.

"Makasih banyak Dek Robi..." ucapnya sekali lagi.

Robi ersenyum, lalu menepuk pundak Bapak nasgor itu pelan, kemudian berjalan pulang. Perut kenyang walau ada sedikit drama.

Di perjalanan sebelum pulang , dia mampir terlebih dahulu ke minimarket membeli keperluan untuk beberapa hari ke depan. Setelah selesai barulah dia kembali ke kosan.

Malam semakin gelap, hanya lampu gang yang menemani dirinya malam ini. Suasana di RT 06 ini terbilang sedikit ramai, banyak anak-anak yang masih bermain di sekitar gang. Banyak juga ibu-ibu yaang masih bergosip ria dengan tetangga nya. Dia melewati kontrakan Bu Widya, lampu rumah nya masih menyala. Robi kemudian mampir sebentar karena waktu masih pukul 7 malam.

"Assalamualaikum...Buu...." ucap-nya saat tiba di depan pintunya.

Salam nya tidak dijawab olehnya, Robi menunggu selama beberapa menit. Kemudian dia clingak-clinguk ke dalam jendela namun tidak ada tanda-tanda kalau pemilik kosan itu ada di dalam nya. Robi pun kemudian berbalik badan namun tiba-tiba...

"Aaahhhhh......aahhhhh....enaaakkkkkk...."

Teriak seseorang di dalam rumah itu. Robi sempat merinding juga yang tiba-tiba mendengar suara perempuan. Langkah nya dipercepat menuju kosan baru nya itu. Langkah kakinya berbelok ke jalan gang yang mulai ramai lagi oleh beberapa orang. Namun langkahnya tertahan oleh seorang pria paruh baya namun sangat kekar itu terlihat dari kaos yang dipakai masih terlihat dada bidang nya.

"Dekk...cari Bu Widya ya?" Tanya pria itu.

"Ehhh...iyaa..Pak...cuman gak ada kayanya.." jawabku.

"Ohhh...mungkin lagi ritual.." ucapnya tersenyum.

"Ehh maksud Bapak lagi tidur mungkin , ada keperluan apa Dek" ucap Bapak itu lagi.

"Anuu...Pak...cuma mau memberi sedikit makanan saja, karena sudah memberi tempat untuk saya di kosan nya..." ucap Robi sambil memberi 1 bungkus roti.

"Oohhh...iyaa...boleh titip saya saja, saya ada keperluan ke Bu Widya" ucap Bapak itu.

"Tapi...Bapak dengan siapa ya?" Tanya Robi yang penasaran.

"Ohh..iyaa...saya Pak Rudi, ketua RT disini.." ucap Bapak itu bernama Pak Rudi.

"Oalaahh...Pak RT toh...maaf Pak saya tidak tahu...saya Robi Pak, penghuni baru..." ucap Robi yang mulai salting.

"Tidak apa-apa Dek Robi...ya sudah saya permisi, apa mau jadi dititipin ke saya?" Tanya Pak RT itu lagi.

"Boleh Pak bolehh kalau tidak merepotkan" kata Robi

"Tentu tidak Dekk,, ya sudah sini yang mana" tanya nya lagi.

"Ini Pak..ini saja...dan ini buat Bapak, barangkali suka..." ucapnya memberi sebungkus roti tawar beserta selai selai kacang dan stroberi serta kopi hitam buat Pak RT.

"Duhh...terimakasih Dek...ya sudah saya permisi yaa..." ucap Pak RT berpamitan.

"Makasih ya Pak..." ucap Robi.

"Sama-sama Dek.." jawab Pak RT tersenyum.

Robi kemudian berjalan menuju kosan yang hanya beberapa meter dari rumah Bu Widya. Sepanjang perjalanan itu dia mengingat kembali ucapan Pak RT yang seperti keceplosan menyebut kata "Ritual". Dia sangat heran dengan ucapan itu.

Apa yang dimaksud Pak RT saat mengucap kata "RITUAL" ???





To be continued...
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd