Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT RT 06 (NO SARA)

Status
Please reply by conversation.
RT 06
CHAPTER 3


Note :

Dilarang meng copy cerita ini tanpa izin. Jikalau ingin me-repost ,mau copas, mohon nama penulis dicantumkan dan izin dulu melalui DM,. harap cantumkan watermark nama ane Ruang_imajinasi. Jikalau ketauan akan ane kejar akun nya.


Terimakasih ...






"Bagaimana hasil anak buah kamu Zi ...?" Tanya Melinda kepada Fauzi yang sedang berada diatas tubuh nya.

"Mereka belum laporan, bentar lagi mungkin.." jawab Fauzi sambil memeluk tubuh telanjang Melinda sambil memainkan rambut panjang nya.

"Okee...apa kita punya waktu buat 1 ronde lagi ? Jam masih pukul setengah 8 kan?" Tanya Melinda .

"Hmmm....apa kamu masih horny Mel.?" Tanya Fauzi.

"Hmmm...sepertinyaa..." jawab Melinda sambil melumat bibir manager nya itu.

Fauzi membalas ciuman hangat pagi itu di ruang kantornya. Ronde ketiga akan mereka lakukan setelah melakukan 2 ronde sebelumnya. Penis Fauzi mulai mengeras kembali, tangan Melinda dengan cekatan meremas dan mengocok penis yang menegang itu.

"Oohh...Mel...lu puas gak sama gue.." tanya Fauzi.

"Hahaha...pertanyaaan bod0h Zi..." jawab Melinda sambil berusaha memasukan penis Fauzi ke vagina nya.

"Ahhh...." desah Melinda saat penis itu masuk ke dalam vagina nya.

Tubuhnya mulai bergoyang diatas ranjang ruangan Manager nya itu. Mereka sering beberapa kali bersetubuh saat suasana kantor belum ramai. Melinda begitu menikmati persetubuhan ini. Dia memang bisa dikatakan hypersex untuk urusan ranjang. Entah berapa lelaki yang sering menjamah tubuhnya, termasuk atasan nya sendiri.

"Ahhh..ahhh...aku keluar ahhh...." desah Melinda.

"Aku jugaa...Mell...dalam lagi yaaa..." desah Fauzi kemudian.

Melinda hanya mengangguk saat orgasme yang entah ke berapa kali bagi dirinya. Sesaat kemudian Fauzi menembakan sperma untuk ketiga kalinya di pagi hari itu. Melinda tersenyum lalu melumat bibir Fauzi. Keringat nya kembali mengalir di tubuhnya.

"Makasih ya Zi...udah puasin gue " ucap Melinda.

"Iyaaa...kenapa gak jadi istri gue aja Mel kan bisa main tiap hari" pinta Fauzi kepada Melinda.

"Gakkk...gue gak mau jadi bini kedua,, udah ah kalau lu maksa gue gak akan turutin jatah lu lagi...cukup kenangan kita aja dulu..karena gue gak mau terasakiti kedua kali.." ucap Melinda sambil tersenyum dan terlepas dari tubuh Fauzi.

"Yaa udah Mel..***k usah marah-marah juga.." ucap Fauzi .

"Gue gak marah-marah Zi...gue cuma gak mau aja lu itu punya bini dua, gue udah cukup jadi selingkuhan lu sampai sekarang. Gue gak mau kejadian sama pacar lu waktu itu terulang lagi, gue trauma walau sekarang gue masih muasin lu disini. Lu boleh entot disini sama siapa aja gue ga larang, lu juga udah entot Bu Delia kan tanpa sepengetahuan gue, gue gak akan emberr ko sama bini lu..asal lu selalu kasih jatah duit buat gue..udah yahhh...kita harus kerja lagi..mmuuaacchhh...." ucap Melinda sambil mengecup bibir Fauzi dan memakai kembali pakaian nya.

"Iya deh iyaa...jangan bilangin bini gue juga lahhh...oke deh kalau itu mau lu...gue terimaa..sorry dengan waktu itu.." ucap Fauzi.

Melinda hanya tersenyum saja. Senyuman manisnya yang memang nampak cantik dengan kerudung berwarna coklat di pagi itu. Melinda memang tidak ingin mempunyai hubungan lebih lanjut lagi dengan Fauzi, orang yang sudah memberikan kenikmatan bagi dirinya termasuk keperawanan nya. Sejak bersama Fauzi lah , Melinda bisa menjadi hypersex seperti sekarang.

"Gue cabut yaa..." ucap Melinda sesaat setelah memakai sepatu kerjanya.

"Iya Mel. Semangat yaa..." ucap Fauzi menyemangati.

"Gak usah baper lagi Zi...kita profesional aja yaa..." ucap Melinda.

Melinda kemudian keluar dari ruangan mantan nya itu, lalu dia berpapasan dengan Dendi dan Yanto yang akan memberi laporan kemarin malam. Dendi yang menyadari Melinda keluar dari ruangan atasan nya langsung menyapa Melinda.

"Pagi Bu..." ucap Dendi .

"Yaa..pagi...sudah ditunggu tuh sama Pak Fauzi.." ucap Melinda.

"Iya Bu...anu...itu kerudung nya rapihin..." ucap Dendi.

"Ohh..iya makasih yaa..." jawab Melinda ramah.

"Ya sudah saya permisi dulu ya Bu.." ucap Dendi pamit bersama Yanto.

Melinda hanya mengangguk, lalu dia menuju ruangan kerjanya. Sementara itu Dendi dan Yanto sedang berjalan menuju ruangan Fauzi.

Tokk..tokk...tokkk...

"Masukkk..." ucap Fauzi saat seseorang mengetuk pintu ruangan nya.

"Pak..." ucap Dendi dan Yanto bersamaan.

"Ohh..ya Den,,Yanto...gimana kemarin?" Tanya Fauzi.

"Emmm...yaa betul Pak, Robi tinggal di kosan Jalan Cinta RT 06 Pak.." ucap Dendi dengan gemetar.

"Apaaa....berarti benar apa yang diucapkan Melinda. " ucap Fauzi yang nampak terkejut dengan pernyataan bawahan nya itu.

"Memang nya Bu Melinda bilang apa pak?" Tanya Dendi.

"Yaaa tempo hari dia lihat Robi lagi ngelawan 2 preman yang paling ditakuti disini, namun preman itu malah pergi. Melinda aja sampe salut. Trus dia ngobrol sama Robi dan jawaban nya sama kaya kalian.." ucap Fauzi dengan wajah cemas.

"Ini bahaya Pak, apa kita harus segera membantu dia..?" Tanya Dendi dengan penuh ke khawatiran.

"Tunggu dulu saja...dia bisa melawan preman itu...kita tunggu saja..." jawab Fauzi yang nampak yakin dengan keputusan nya.

"Tapi ini terlalu beresiko Pak...apalagi disini kan kos-kosan nyaa......" ucap Dendi yang ucapan nya tertahan.

"Sudah...nanti akan saya selidiki..." ucap Fauzi.

"Baiklah...kita siap bantu ko Pak.." ucap Yanto yang kini bersuara.

"Okee..terimakasih, kalian boleh bekerja lagi..."

"Baik Pak.."

Dendi dan Yanto kemudian keluar ruangan Pak Fauzi dengan wajah cemas. Dia tidak ingin teman baru nya itu celaka seperti rekan kerja yang dulu disini. Dendi terus mengobrol dengan Yanto strategi apa yang akan mereka lakukan untuk membantu Robi bebas dari kosan itu. Mereka juga tak menyadari kalau orang yang sedang mereka bicarakan sudah berada di belakang mereka.

"Dor....hayohhh ngomongin siapa kalian..pagi-pagi sudah gosipp..." ucap Robi dengan wajah ceria nya.

"Hehehe...tidak ko Sob.." jawab Dendi singkat.

"Kenapa wajah kalian berkeringat? Habis ngapain?" Tanya Robi.

"Oohhh...itu tadi disuruh geser lemari sama Pak Fauzi, tapi gapapa ko Sob,, yuu kita kerja..." ajak Yanto kepada teman nya itu.

"Okelahh...aku simpan tas dulu ya.." ucap Robi.

Dendi dan Yanto mengangguk lalu mereka meminum segelas air untuk meredakan suasana di dalam tubuhnya yang nampak gelisah. Robi kembali dengan semangat juang tinggi. Di hari kedua nya bekerja, dia begitu optimis dapat bekerja dengan baik walau statusnya masih training.

Mereka bertiga mulai bekerja, menawarkan beberapa mobil kepada customer yang datang melihat ke dealer itu. Fauzi, Melinda dan Delia nampak sibuk memperhatikan kinerja Robi. Status Training yang diberikan oleh Delia selaku HRD tak membuat semangat juang tinggi Robi pudar.

"Tak salah gue rekrut dia" ucap Fauzi berbicara kepada rekan nya itu.

"Bagus sekali semangat nya, saya suka. Saya akan rubah statusnya nanti" ucap Delia.

"Dia tekun, rajin, itu yang saya suka semenjak sekolah dulu di kampung. Berbeda dengan saya" ucap Fauzi kemudian.

"Iyaaa...bapak kan doyan cewe makanya beda" celetuk Melinda kepada Fauzi.

"Yaaa yang penting status nya juga beda" ucap Fauzi tersenyum.

"Husss...jangan sombong sama jabatan lu ya,, gue bisa copot sekarang juga..." hardik Delia.

"Nah..lohhh...kena semprottt..kan...xixixix..." ucap Melinda sambil tertawa cekikikan.

"Yaahhh...dell..,bercanda doang kali..." uccap Fauzi memelas.

"Makanya jangan sombong..." ucap Delia kemudian.

Fauzi menjawab dengan mimik ketus. Mereka bertiga kemudian berbalik badan menuju tempat mereka masing-masing. Robi yang ingin pipis, meminta izin kepada kedua rekan nya itu untuk ke toilet. Dendi dan Yanto mengangguk.

"JATAHHH...JATAH....." Teriak seseorang diluar kantor.

"Hey....MANA BOS LU...BILANGIN KE DIA JATAH MINGGUAN..." Teriak seseorang lagi sambil meeraih kerah baju Dendi.

"Baa..baikkk..." jawab Dendi dengan tubuh gemetar.

"CEPETAN..." Teriak seseorang itu lagi.

Tak lama kemudian, Fauzi datang dengan membawa beberapa uang. Kedua security pun nampak hanya bisa rebahan setelah sebelumnya mereka dipukuli oleh kedua preman itu.

"Iiiii...ini...." ucap Fauzi dengan gemetar sambil memberikan beberapa lembar uang berwarna merah.

"Naahhh...gitu dong...baru bisa diajak kerjasama..ayoo cabutt..." ajak preman itu kepada teman nya.

"Awas kalau lu telat lagi bayar ini, gue hancurin sekalian..." ancam preman itu.

"Jangan...jangannn..." ucap Fauzi memohon.

"BUGHH...BUGHHH....BUGH..."

Beberapa pukulan mendarat di perut Fauzi. Dendi dan Yanto hanya bisa pasrah dan tak melawan kepada kedua preman itu.

Teman nya itu hanya melirik sambil berbalik badan. Setelah kedua preman itu sudah menjauh, Robi kemudian datang untuk menanyakan perihal banyaknya orang berkumpul.

"Pakkk...bapak kenapaa" tanya Robi dengan penuh ke khawatiran.

"Engghh..." ucap Fauzi singkat yang hanya bisa mengerang sambil memegang perutnya.

"Den,,To...kenapa si bos ini?" Tanya Robi kepada kedua rekan nya.

"Bu..kenapa ini" tanya Robi lagi kepada Melinda dan Bu Delia.

Namun tak ada jawaban dari mereka semua. Robi nampak kesal dengan mereka, lalu tubuh Fauzi diangkat oleh Dendi dan Yanto beserta Robi menuju ruangan nya. Setelah sampai di ruang kerja nya, Fauzi kemudian diarahkan ke satu ruangan lagi yang terdapat ranjang yang sangat berantakan. Robi hanya bisa memicingkan matanya , nampak ada keanehan di ruangan ini.

Setelah Fauzi diobati oleh Melinda dan Bu Delia, Dendi, Yanto dan Robi kemudian keluar dari ruangan khusus itu. Robi terus menerus bertanya kepada kedua rekan nya itu. Akhirnya Dendi pun berterus terang kalau ada dua preman yang sering datang kesini hanya untuk meminta jatah, istilah nya iuran wajib. Robi kemudian penasaran dengan preman itu. Robi ingin melihat cctv, namun ditahan oleh Dendi dan Yanto.

"Kenapa??" Tanya Robi.

"Udah ga usah dilanjut Sob, emang kalau lu udah tau lu bakal ngapain?" Tanya Dendi.

"Lawan" ucap Robi singkat.

"Udah lah...lu takut jadi perkedel apa kalau lawan mereka" ucap Yanto yang khawatir dengan tindakan teman nya itu.

"Ayolah..bantu gue, gue pengen tau, kalian juga gak mau kan kalau terus-terusan begini?" Tanya Robi.

Dendi dan Yanto saling menatap. Mereka berdua mau tak mau menuruti apa yang Robi inginkan. Dendi masuk menuju ruangan Pak Fauzi lagi, dia meminta izin kepada si bos tentang kemauan Robi. Fauzi beserta kedua permaisuri nya hanya menatap dengan cemas. Tenggorokan nya seakan naik turun, ditambah perut nya yang terus terasa sakit.

"Lakuin aja Den,, biar dia tau.." ucap Fauzi.

"Baik Pak..kalau begitu saya permisi" ucap Dendi.

Dendi kemudian keluar, dia mengangguk kepada Robi dan Robi kemudian berdiri dengan tergesa-gesa seakan tak sabar dengan kedua preman itu. Yanto mengikuti kedua teman nya itu dari belakang yang akan menuju sebuah ruangan cctv. Dendi mulai meng-operasikan komputer yang menampilkan cctv itu. Untung saja, sorot kamera menatap dengan jelas siapa kedua preman itu.

"Ini Sob preman yang tadi" ucap Dendi dengan mulut bergetar.

"Haahhh.. itu kan kecoa yang kemarin aku sikat.." ucap Robi yang mengejutkan kedua rekan nya itu.

"Apaaa...maksud lu ?" Tanya Yanto yang belum paham dengan ucapan Robi.

"Iyaa...ini Jon dan Rick, dua kecoa yang gangguin Bu Melinda 2 hari kemarin dan gue lawan. Gue harus cari dia dimana?" Tanya Robi dengan enteng nya.

"Sob...lu jangan ngada-ngada deh..." pinta Dendi kepada Robi.

"Tidakkk...gue harus lindungin kalian...gue yakin setelah gue ketemu dia, tempat ini akan aman" ucap Robi yakin.

"Baiklah...lu tunggu aja besok, mereka berdua selalu kesini tiap hari. Tapi lu harus hati-hati dengan bos nya.." ucap Dendi.

"Tak masalah...gue tunggu" jawab Robi.

Dendi dan Yanto saling menatap. Mereka memang sangat cemas, semoga saja Robi tidak menjadi perkedel bagi preman itu.

Sore hari tiba..

Robi kemudian pulang setelah hari yang begitu rumit. Dia tidak sabar menunggu hari esok untuk melawan kedua preman yang menurutnya adalah kecoa bagi dirinya. Sepulang kerja juga dia berencana untuk menanyakan perihal preman itu kepada Pak RT. Langkah kakinya mulai keluar dari tempat kerjanya, dia membopong Fauzi menuju mobil yang akan diantar oleh Pak Girwo yang selalu menolong orang di tempat kerjanya walau jika ada kedua preman itu, security disini hanya bisa diam.

Mobil Fauzi sudah menjauh dari dealer ini, Bu Delia sudah dijemput suaminya, sementara Melinda yang rumahnya dekat sini, diantar oleh Dendi yang satu arah. Yanto pun menemani Dendi dan Melinda yang searah dengan arah rumah Melinda. Robi sendiri melangkahkan kaki menuju tempat tinggalnya di kota ini.

Sesampainya di gang RT 06, Robi kemudian bergegas untuk masuk menuju kosan nya. Sepanjang perjalanan dia tak melihat aktivitas warga disini, maklum juga sih karena maghrib mungkin semua pada masuk kerumah masing-masing.Robi kemudian masuk ke kosan nya, dia berganti pakaian setelah mandi terlebih dahulu.

Setelah makan sore, sekitar pukul 7 malam Robi berjalan menuju Pak RT. Dia sejak kemarin belum laporan kepada Pak RT, yang ada malah bertemu di rumah Bu Widya. Dia kemudian bertanya kepada Ibu muda yang sedang duduk di depan rumahnya bersama seorang wanita yang mungkin seusianya.

"Permisi Bu,, mau tanya. Rumah Pak RT dimana ya?" Tanya Robi.

"Ohh..iyaa...disitu Dek, yang cat merah. " ucap Ibu itu sambil menunjuk kearah rumah yang ternyata dekat dengan pos ronda.

"Adek baru disini ya?" Tanya Ibu itu kepada Robi Lagi.

"Iya Bu,, mau laporan dulu dari kemarin belum. Tadi mau maghrib malah tidak ada orang" jawab Robi.

"ohh..kalau maghrib memang tidak boleh keluar Dek, maksimal setengah jam setelah adzan maghrib boleh keluar rumah. Pamali" ucap Ibu Muda itu.

"Ya sudah saya permisi dulu ya..." ucap Robi.

"Iya dek..."

"Ganteng banget ya Bu,, apa kita jodohin aja sama anak kita?" Tanya ibu muda itu kepada teman nya.


Bu Ratna

"Yaa kalau mau sih Bu..tapi kita coba dulu lah..." ucap Ibu satunya lagi.

"Ide baguss, apa anak-anak kita Ikut sekalian?" Tanya ibu muda itu.

"Hmmm...nanti kita tanyakan saja.."

"ya deh Bu.."

Sementara Robi sudah sampai di rumah Pak RT. Dia kemudian membuka gerbang rumah itu yang nampak sederhana. Pintunya kemudian dia ketuk untuk memberi salam kepada si pemilik rumah.

"Tokk..tokkk...tokk... assalamualaikum" ucap Robi.

"Ahhh...ahhh..ahhh...pakk...itu...ada...orang...sttt..." ucap seorang wanita di dalam rumah itu.

"Euhhh...yaa sudah Nak..tunggu yaa..." jawab Bapak itu yang merupakan Pak RT.

"Iyaa Pak...jangan lama-lama. Lagi horny nih...nanti pacar aku keburu datang..." jawab wanita itu.

"Sabar cantikk..."

"Yaaa...waalaikumsalam" jawab Pak RT menjawab salam Robi.

"Ehhh...Dek Robi..ada apa yaa..?" Tanya Pak RT yang nampak keheranan dengan adanya kehadiran Robi.

Robi menatap Pak RT dengan tatapan bingung karena penampilan Pak RT yang memakai kaos berantakan beserta boxer yang didalam nya terdapat tonjolan dibalik boxer itu. Sementara Pak RT begitu terkesima dengan kehadiran Robi yang memakai cincin itu.

"Anu..maaf Pak menganggu. Saya mau laporan sajaa kalau dari kemarin saya belum memberi syarat untuk tinggal disini." Ucap Robi.

"Ohhh..mari masuk..Dek..duduk di sofa itu" perintah Pak RT kepada Robi.

"Buu...ini ada tamu, tolong bawakan minuman dan cemilan yaa..." lanjut Pak RT setengah berteriak kepada istrinya.

"Iyaa Pak..." jawab Bu RT.

"Nahh..jadi apa syaratnya Pak" tanya Robi.

"Untuk syarat ya seperti biasa Dek, fotocopy KTP saja, karena kalau yang sudah berkeluarga harus sama KK. Kalau Dek Robi apa sudah berkeluarga?" Tanya Pak RT.

"Belum Pak,heheh..masih single" jawab Robi malu-malu.

"Waduhh..***nteng begini belum punya jodoh, tenang saja Dek, disini banyak yang jomblo termasuk anak saya..hehehe..." ucap Pak RT.

Bu RT kemudian datang membawa dua minuman teh dan cemilan biskuit Milan. Robi melongo melihat penampilan Bu RT yang sangat seksi itu, memakai kaos longgar yang menampilkan belaahan dada nya dan leging pendek.


Bu RT.

Robi nampak mengucek mata seakan tak percaya kalau istri Pak RT begitu muda sekali dan bahenol.

Robi kemudian melirik kearah kamar, sekilas ada sesosok wanita muda yang mungkin anak Pak RT sedang memakai selimut dibalik pintu yang lumayan terbuka itu. Wanita itu nampak tersenyum kearah Robi dan Robi membalas senyuman itu.


Anak Pak RT.

"Silahkan diminum Dek..nah itu anak saya Oktavia" ucap Pak RT yang menyadari kalau Robi menatap kearah kamar tempat dimana dia melakukan kenikmatan tadi.

"Ehh..iya Pak..maaff..." ucap Robi yang merasa dia tak sopan melirik kearah lain.

"Tidak apa-apa, ya sudah saya minta fotocopy KTP kamu Dek.." pinta Pak RT.

"Ini Pak.." ucap Robi sambil memberi fc ktp nya.

"Hmmm...Robi Satria..bagus juga namamu Dek..disini nanti akan Bapak kenalin wanita yang semoga jadi jodohmu Dek." Ucap Pak RT.

"Wahhh...terimakasih Pak...tapi saya masih fokus kerja dulu Pak.." jawab Robi.

"Tenang saja...jangan terburu-buru" ucap Pak RT.

"Ayo diminum teh nya..spesial.." ucap Pak RT lagi.

"Iya Pak.." jawab Robi.

Robi kemudian meminum teh spesial itu , dia memakan cemilan yang disediakan Bu RT bahenol itu. Dia nampak tak bisa melepas bayangan saat Bu RT menyimpan nampan beserta teh dan cemilan biskuit Milan itu. Wajahnya begitu sangat muda, nampak tak berbeda jauh dengan wanita yang ada di pintu kamar itu.

"Yang tadi istri saya, masih muda kan ya , usianya baru 28 tahun. Kalau yang dikamar itu anak saya dari istri pertama, ya bedanya 8 tahunan sama mamah tirinya." Ucap Pak RT yang langsung memberi informasi keluarganya tanpa Robi menanyakan nya dulu.

"Ohhh.emm.iya Pak..." ucap Robi dengan malu malu.

"Kalau gitu, saya permisi dulu ya Pak..sudah malam juga.." ucap Robi lagi yang seketika lupa dengan tujuan sebenarnya datang ke rumah Pak RT.

"Ko buru-buru Dek? Santai dulu aja..." ucap Pak RT.

"Iyaahhh masih banyak pekerjaan juga Pak..saya permisi yaa..." ucap Robi.

"Yaa...ya sudah besok kesini lagi aja ya Dek..mungkin cape habis kerja ya" ucap Pak RT.

"Iyaa Pak..ya sudah terimakasih ya Pak, maaf mengganggu..assalamualaikum." ucap Robi.

"Waalaikumsalam" jawab Pak RT.

Robi kemudian pamit dari rumah Pak RT itu. Dia berjalan menuju kosan nya, namun sepanjang perjalanan yang jaraknya tak terlalu jauh itu, kepalanya nampak merasakan pusing yang luar biasa. Dia berusaha sekuat mungkin untuk sampai di kosan nya. Namun setelah beberapa langkah, dia akhirnya ...

.

.

.

.

Brughhhhh....

Tubuhnya terjatuh kejalan. Robi pingsan dan tak sadarkan diri....



.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sementara itu di rumah Pak RT.

"Pak...tadi siapa?" Tanya anak Pak RT , Oktavia.


Oktavia, Anak Pak RT.

"Itu Robi, anak baru di kontrakan Bu Widya. Kenapa kamu ngeceng sayang?" Tanya Pak RT.

"Hehehe...iya Pak , ganteng." Jawab Oktavia dengan malu-malu.

"Ya sudah..nanti bapak kenalin...jadi gimana mau diterusin gak?" Tanya Pak RT.

"Asyikkk...makasih ya Pak...ayo aja...pacar Okta bentar lagi nyampe...tapi keluarin dimulut ya..." pinta Oktavia.

"Mamah mau main sama pacarmu ya Nak.." timpa Bu RT yang mendengar percakapan suaminya dengan anak tirinya.

"Iyaa Mah..." jawab Oktavia.

"Yu Nak..." jawab Pak RT.

"Dahhh..Mahh..."

"Iyaaa...mamah tunggu di sofa aja yaa..hihihi..." jawab Bu RT.



Pak RT kemudian melakukan hal yang dilarang, bersetubuh dengan anak nya itu. . Bu RT nampak tak sabar dan menunggu kehadiran pacar anak tirinya itu dengan memakai lingeri kesayangan nya ...



To be continued...
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd