Ruang untuk berbohong
Episode 1
11.30 PM WIB - Jakarta Selatan
Aku adalah pria berumur 29 tahun. Namaku Alan. Aku lelaki bujangan biasa yang memiliki pekerjaan dan kehidupan pribadi sendiri. Aku merantau ke Jakarta empat tahun yang lalu untuk mencari nafkah. Salah satu alasannya karena menghidupi orang tua yang sudah pensiun serta membiayai adikku untuk kuliah. Kini, aku bekerja di sebuah perusahaan manufaktur multinasional yang mempunyai kantor cabang di Jakarta Selatan.
Kehidupanku dalam bekerja berjalan seperti biasa pada umumnya. Pagi berangkat, siang istirahat dan ibadah, sore pulang, atau terkadang lembur jika ada pekerjaan yang belum selesai. Selain bekerja, aku juga rutin merawat tubuhku dengan pergi ke gym seminggu dua kali. Tujuanku tentu saja untuk membentuk otot dan menjaga stamina tetap baik. Tinggiku yang hanya 172 cm, membuatku mempunyai pola pikir untuk menginvestasikan uang ke tubuh agar penampilanku tetap menarik. Dengan bentuk otot yang bagus dan tidak terlalu mencolok.
Namun, aku mempunyai sisi yang lain. Kehidupan seksku selalu hangat, walaupun tidak tiap hari melakukannya, karena kadang aku capek karena sibuk urusan pekerjaan. Aku suka dengan cewek seksi. Namun jika dengan wanita hamil, gairahku selalu menguap lebih panas. Melihat wanita hamil tua sebentar saja bisa membuatku langsung ngaceng membayangkannya. Namun, untuk mewujudkannya tentunya aku harus menikah, tetapi aku belum bisa melakukannya karena aku harus membiayai adik dan orang tuaku. Dan juga, belum ada yang cocok denganku. Namun, dengan siasat yang bagus, aku mendapatkan keinginanku dengan baik. Ya, meniduri wanita hamil yang ditinggal suaminya merantau. Dengan kondisi sendiri di rumah dan jauh dari gunjingan warga.
Selingkuhanku bernama Intan. Umurnya 30 tahun. Dia menikah umur 27 tahun. Selingkuhanku sehari hari mengenakan hijab terutama saat di luar rumah, sedang saat di rumah hanya kadang-kadang saja. selingkuhanku mempunyai paras yg rupawan, mirip artis film. Tingginya 166 cm, aku sendiri 172 cm, tubuhnya hamil seksi, payudaranya terbilang cukup besar berukuran 34 B, dan sedang hamil anak keduanya. Kami adalah rekan sekantor, dan dia adalah salah satu bawahanku. Kami pertama kali bercinta saat di kantor. Suasana saat itu lembur, dan seperti biasa, terjadilah.
Seperti saat ini kami sedang melakukan hubungan badan, anaknya sudah tertidur, kami berdua sudah telanjang, hanya hijab yang masih menempel di kepalanya, aku memang lebih menyukai saat ngentot dia masih mengenakan hijab. Saat itu aku aku sedang mengentot Intan dari belakang dengan posisi berdiri dengan satu kakinya di atas ranjang.
"Ah..kencengin mas... mau keluar".
" Iya beb...memekmu makin hangat".
Aku percepat entotanku sambil kuremas remas susunya bergantian, air susunya pun muncrat muncrat. Air susunya bisa muncrat arena sedang hamil tua anak kedua, usia kehamilannya saat ini sedang berada di 32 minggu. Aku masih bisa menikmatinya sebelum suaminya pulang dari proyek kerja di Kalimantan Timur 4 minggu lagi.
"Mas, cupangin leher aku".Ucapnya
Dia paling suka kalau dikentot sambil dicupangin mau itu leher, susu, atau ketek sekalipun. Aku cupangin lehernya sampai berwarna merah.
“Akkkkh Mas, aku gak kuat lagi, aku keluarrrrr" Intan mengejang beberapa kali.
"Aku juga mau nyampe Intannn....."
Tak lama pejuku pun keluar di dalam memeknya yg masih berkedut kedut, lalu kami berbaring kelelah di kasur. Sambil berbaring dan mengelus perut buncitnya, kamipun mulai berbincang.
"Mas banyak banget keluarnya pejuh kamu, ini sampai meleleh dari memek aku". Ucap Intan.
Kulihat pejuku sebagian keluar dari memek Intan yang berbulu lebat, meskipun lebat tapi cukup rapi.
"Iya, soalnya kamu hot banget malam ini". Gimana ga hot coba ? dia memenuhi keinginanku untuk ngentot dengan wanita yang sedang hamil tua.
“Tiap hari hot juga kan, kalo lembur juga suka ngewe di toilet kantor Hahaha” Balas Intan.
“Oh iya, kamu jadi rencana cuti kapan ?” tanyaku.
“4 minggu lagi sih, sekalian pas suami balik.” Ucap Intan.
“Kamu ga ada yang nemenin sekarang ? hidup sendiri, lagi hamil, tempat tinggal di apartemen pula.” Ucapku
“Ihhh perhatian banget sih, kaya istri sendiri. Inget kita FWB an aja. Ga perlu sih buat nemenin, daripada lu nemenin trus tetangga curiga trus lapor suami.” Ujarnya
“Iya juga sih.” Jawabku
“Ayok main lagi, habis itu aku ke rusunku.” Ajakku untuk bermain satu ronde lagi.
Tanpa basa-basi, tanpa peduli perutnya yang sudah membuncit besar itu, dengan posisi 69 kami saling menjilati kemaluan kami. Kami saling membangkitkan libido kami untuk ronde terakhir di malam ini.
Tiba-tiba Intan teriak,
"Akkkkh Masss itilku kena, iya isep yang kuat disitu.” Jeritnya
Memek Intan semakin banjir, bulu kemaluannya semakin basah.
"Mas, aku gak kuat lagi cepat tusuk, masukin kontolmu". Dengan posisi konvesional aku segera masukan kontolku yang sudah tegak sempurna ke memek selingkuhanku ini.
"Akh..akh.....oh yes...... genjot yang kuat Alann....."
"Gimana Intaann ? Kontolku besar ?".
“Besar benget Mas, lebih besar dari Kontol suami, akkkh..akkkh..oh god, Mass cepetin ngewenya, Intannn mau keluar." Racau Intan mendesah tak karuan.
Aku percepat genjotannku, tak lama Intan menjerit,
"Akkkkkh Intan keluar Masssss." Jeritnya
Tak lama kemudian setelah orgasme pertama,
"Ayo Mas, kita ngewe lagi sambil berdiri, biar kamu cepat keluar".
Intan segera berdiri dan agak menungging. Aku segera memasukan kontolku lagi dan mulai menggenjot Intan lagi.
Ku entot dari belakang sambil beridiri, kedua tangannya ku pegang, dan terkadang aku sambil mengelus perutnya yang membesar itu.
Plok..plok..plok, bunyi saat pahaku beradu dengan pantat Intan.
“Akkkh...oh...oh.. Masss......Intan mau keluar lagi.” Ucap Intan
"Tunggu Intan, Aku bentar lagi.” Ucapku, aku terus genjot lagi keras keras.
"Akkkh aku mau keluar Intan.” Ucapku
“Intan juga Masss...Intan keluar akkkkh...akkkkh.”Ucapnya
“Aku juga keluarrrrrr.” Jeritku
Kubenamkan kontolku dalam dalam ke memek Intan.
Crotttttttttttttttt Crottttttttttttttttt
Pejuhku muncrat banyak sekali. Kami ambruk bersamaan di ranjang. Terutama Intan, dengan tubuhnya yang sedang hamil tua tentu saja lebih cepat lelah. Setelah itu kami mandi bersama. Setelah mandi dan berpakaian, dia mengantarku sampai ke lantai bawah. Karena lift apartemen butuh kartu ID khusus pengguna. Jam menunjukan pukul satu pagi ketika aku meninggalkan komplek apartemen itu.
Bersambung.
