cassanova_ladiesman
Suka Semprot
Dear All,
Perkenalkan namaku Rasha. Usiaku saat ini adalah 21 tahun. Pada kesempatan kali ini aku akan menceritakan salah satu kisah kehidupan seksual semasa aku duduk di bangku kuliah di sebuah perguruan tinggi di Jakarta. Sebelumnya ijinkan aku untuk terlebih dahulu sedikit mendeskripsikan tentang diriku pada masa itu. Saat itu aku berusia 18 tahun. Secara fisik aku tergolong sebagai mahasiswa yang tampan. Tinggiku tidak kurang dari 177 cm, dan aku memiliki berat badan yang proporsional dengan tinggi badanku. Wajahku tergolong tampan karena aku memiliki hidung yang mancung dan alis yang tebal khas keturunan Arab. Banyak wanita yang mengatakan aku memiliki dada yang indah sebagai seorang pria, dada yang bidang.
Saat itu aku berpacaran dengan seorang mahasiswi di kampus. Namanya May. Ia satu angkatan denganku. Secara fisik ia sangat cantik, memiliki tubuh yang tinggi dan sangat seksi, serta dalam permainan ranjang, ia telah memberikan keperawanannya kepadaku. Dalam hal percintaan dengannya aku tidak merasakan kekurangan apapun, ditambah lagi ia adalah wanita yang sangat setia dan benar-benar menyayangiku.
Namun sepertinya memang sudah jadi kodrat seorang laki-laki untuk selalu menjadi petualang cinta. Setiap kali aku bermain ke kosan May, aku malah berfantasi untuk bercinta dengan Ayu, temannya yang menempati kamar kos di sebelah kamar May. Hal itu terjadi berulang kali, bahkan tak jarang ketika aku bercinta dengan May, aku membayangkan wanita yang sedang bergumul denganku adalah Ayu.
Fantasi nakalku terhadap Ayu bukan semata-mata tanpa sebab. Ayu tak kalah cantiknya dengan May. Wajah maupun tubuhnya sama indahnya dengan May. Mereka berdua adalah sahabat baik. Bahkan aku dan May sering berbincang-bincang bersama Ayu. Kami bertiga benar-benar saling terbuka. Ayu pub tak sungkan lagi untuk membicarakan hal-hal yang pribadi kepadaku maupun kepada May, termasuk membicarakan pengalaman seksnya dengan pacar dan selingkuhan-selingkuhannya. May pun banyak belajar tentang seks dari Ayu lewat perbincangan-perbincangan itu. Dan yang aku tahu dari apa yang sering dibicarakan Ayu, ia termasuk wanita yang agak mudah untuk memberikan tubuhnya kepada setiap orang yang menjadi pacar ataupun selingkuhannya.
Dan kisah percintaanku dengan Ayu bermula pada suatu hari dimana waktu itu seluruh mahasiswa di kampusku baru saja selesai menjalankan Ujian Akhir Semeseter (UAS). Seperti kampus-kampus pada umumnya, setelah UAS mahasiswa akan mendapatkan haknya berupa hari libur. May selalu pulang ke daerah asalnya setiap kali liburan. Dan karena kami akan berpisah untuk beberapa waktu, siang itu aku dan May bercinta dengan begitu hebatnya hingga tak sadar haripun sudah menjelang sore.
Sayang kamu jadi pulang hari ini? tanyaku kepada May.
Tubuh kami berbaring di atas sebuah ranjang yang nyaman. May berada dalam dekapanku. Tubuh kami berdua tidak dibalut sehelai benangpun.
Iya sayang, aku harus pulang. Tadi mama aku telepon. Dia udah nyiapin masakan kesukaan aku. Ga enak sama mama kalo aku ga jadi pulang hari ini, jawab May. Tapi sebenernya aku masih mau di sini sama kamu sayaaaang, lanjutnya sambil mengeratkan pelukan kami.
Aku mengecup lembut bibir May. Ya udah, nanti aku anter kamu sampe tempat biasa yang sayang.
Iya sayang. Ya udah aku mau mandi dulu ya, ucap May. Sekali lagi bibir kami saling berpagutan, dan kemudian May berdiri dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.
Aku melihat tubuh indahnya dari belakang. Montok, putih mulus, dan yang pasti aku merasa bersyukur pernah menikmati tubuh seindah itu. Akupun mengenakan kembali seluruh pakaianku dan keluar dari kamar untuk merokok. Sesampainya di balkon kunyalakan sebatang rokok dan aku menghisapnya perlahan.
Rasha, suara seorang wanita memanggilku.
Aku terperanjat kaget. Ternyata aku terlalu menikmati setiap hisapan pada rokokku sampai aku tidak menyadari seseorang keluar dari dalam dan sudah berada di balkon bersamaku.
Eh, elo Yu. Bikin kaget aja, ujarku setelah menyadari bahwa yang ada di balkon bersamaku adalah Ayu.
Ayu tersenyum. May mana? tanya Ayu.
Lagi mandi tuh, jawabku. Kulihat pakaian yang dikenakan Ayu seperti pakaian yang biasa dipakai kalo dia sedang berada di kosan. Tank top dan hotpant, itulah yang dikenakannya jika sedang di kosan. Dan hari ini ia mengenakan tank top berwarna kuning dan hotpant hitam.
Abis ngapain elo? Ayu meledekku dengan candaan cabul yang sudah biasa diantara kami.
Hahaha. Pake ditanya. Udah tau pake nanya, jawabku sambil tertawa.
Sha, elo mau bayarin HP gue ga? tanya Ayu tiba-tiba.
Aku merasa agak kaget dengan pertanyaan Ayu. Emang kenapa HP elo Yu? tanyaku kepadanya.
Gue lagi butuh duit nih, jawab Ayu. Mau ga? Mau ya? Pliiiissss. Ya itung-itung bantu temen lah.
Emang elo mau jual berapa? tanyaku. Sebenarnya aku tidak tertarik untuk membeli HP Ayu.
Gue buka harga dua juta deh. Masih bisa nego sama elo mah, Ayu menyebutkan harga yang diinginkannya.
Waduh, gue ga ada uang kalo segitu, jawabku jujur. Mahal amat, lanjutku.
Ya makanya elo maunya berapa? Dua kali bayar juga ga apa-apa deh, Ayu berusaha membujukku untuk mau membeli HP miliknya.
Emang elo butuh berapa? tanyaku kepada Ayu.
Ya sekarang sih gue butuh sekitar satu jutaan dulu.
Ya udah nanti gue pikirin lagi ya, pembicaraan kami berakhir sampai disitu karena May ternyata sudah selesai mandi dan sedang bersiap-siap untuk pulang ke rumahnya di sebuah kota di Jawa Barat.
Aku mengantar Tyas sampai ke tempat ia biasa naik bus menuju kota asalnya. Sepanjang perjalanan aku terus terbayang akan percakapanku dengan Ayu di balkon tadi. Dalam hati kecilku terpikir untuk membantunya, tapi kenyataannya memang untuk saat ini aku sedang tidak memiliki uang sebanyak itu.
Akhirnya tiba-tiba terlintas dalam pikiranku sebuah ide yang menurutku dapat menguntungkan aku dan Ayu. Aku sebenarnya agak ragu dengan ideku, namun ideku ini terlalu menguntungkan untuk aku pertimbangkan kembali. Sepanjang jalan aku memikirkan langkah-langkah yang harus aku lakukan untuk memuluskan ideku ini.
Sesampainya di tempat pemberhentian bus, diam-diam aku memasukkan dompetku dari dalam celanaku ke dalam tas.
Sayang, kamu liat dompetku ga? tanyaku sambil berpura mencari-cari dompetku.
Aku ga liat. Emang kenapa sayang? tanya May kepadaku.
Dompet aku kok ga ada ya? aku merogoh kantong celanaku berpura-pura mencari dompetku.
Tadi terakhir kamu pegang dimana? May bertanya lagi kepadaku. Biasanya kan dompet kamu selalu ada di kantong celana kamu, lanjutnya.
Apa jangan-jangan ketinggalan di kosan kamu ya sayang? aku berpura-pura seolah mengingat-ingat dimana sekiranya dompetku berada.
Mmm, terus gimana sayang? Masa mau balik ke kosan aku lagi? Sekarang udah sore, kalo balik ke kosan lagi nanti aku pulang ke rumah kemaleman sayang, ucap May.
Ya udah, nanti aku sendiri aja yang ke kosan kamu sayang. Kamu pulang aja, aku mengusap kening May.
Ga apa-apa sayang? tanya May dengan wajah cemas.
Aku tersenyum kepada May. Ya ga apa-apa dong sayang, jawabku menenangkan May. Dalam hati aku memang berharap aku sendiri saja yang kembali ke kosannya. Karena kalau May ikut kembali ke kosannya rencanaku sudah pasti akan gagal.
Ya udah, ini kunci kosannya kamu pegang dulu aja ya sayang, May menyerahkan kunci kamar kosnya kepadaku.
Tak lama setelah itu bus yang menuju ke kota tempat tinggal May datang. Ia masuk ke dalam bus, dan setelah bus itu berjalan akupun langsung memacu sepeda motorku dengan cepat untuk kembali ke kosan yang berada tak jauh dari lingkungan kampusku.
Jantungku berdegup kencang selama perjalananku kembali ke kosan May. Rencana ini belum pernah terpikir sebelumnya, dan sudah tentu aku baru pertama kali berniat melakukan rencana ini.
Aku masuk ke dalam kamar kos May. Aku sengaja berlama-lama di kamar itu, karena yang aku harapkan Ayu lewat di depan kamar May dan kemudian mengobrol bersamaku. Tak ada yang aku cari di kamar kos May, karena sebenarnya dompetku benar-benar tidak hilang. Pintu kamar kos May sengaja aku biarkan terbuka, agar ketika Ayu lewat dapat melihatku berada di dalam kamar.
Loh, Rasha. Bukannya tadi elo udah nganter May pulang? tanya Ayu sedikit bingung.
Akhirnya, dia lewat juga dan ngeliat gue di sini, ujarku dalam hati. Aku tersenyum kecil, walaupun sebenarnya jantung ini terus berdegup semakin kencang.
Iya Yu, dompet gue ketinggalan, jawabku sambil tersenyum. Jadi ya mau ga mau gue harus balik lagi kesini buat ngambil dompet ini, lanjutku sambil menunjukkan dompetku seolah aku baru saja menemukannya kembali beberapa saat yang lalu.
Dasar pikun, ledek Ayu.
Aku tertawa saja diledek seperti itu oleh Ayu
Oh iya, gimana yang tadi? Elo mau bayarin HP gue ga? tanya Ayu kepadaku.
Mmm, sebenernya sih gue mau banget nolongin elo Yu. Tapi gimana ya.... aku sengaja tidak melanjutkan perkataanku.
Gimana apanya Sha? tanya Ayu.
Gue lagi ga megang duit segitu, jawabku. Ini aja di dompet gue tinggal tiga ratus ribu.
Yaaaah. Ya udahlah ga apa-apa kok Sha. Nanti gue jual di counter aja deh, terlihat raut kekecewaan di wajah cantik Ayu.
Makin cantik aja dia kalo lagi kecewa gitu, pikirku di dalam hati. Imajinasiku terus berkelana membayangkan wajah cantik itu sedang meleguh nikmat ketika tubuhku berada di atas tubuhnya dengan batang kemaluanku tertancap di dalam liang vaginanya.
Sori banget ya Yu, ucapku kepadanya.
Ga apa-apa kok Sha.
Emang elo lagi butuh banget uang itu ya Yu? tanyaku mencoba mencari tahu.
Iya, gue lagi bener-bener butuh uang itu, jawab Ayu memelas.
Mmm, gitu ya Yu, aku berpikir sejenak. Ya udah uang ini elo pegang dulu aja, aku mengeluarkan uang yang ada di dalam dompetku dan menyerahkannya kepada Ayu.
Ehh, ga usah Sha. Ga apa-apa kok. Nanti HP ini gue jual ke counter aja, Ayu menolak uang pemberianku.
Ga apa-apa Yu. Masalah HP elo mah terserah mau elo jual kemana. Kalo uang ini elo terima aja. Anggap aja sebagai bantuan dari gue, aku menempelkan telapak tanganku ke telapak tangan Ayu dan memaksanya untuk menerima pemberianku.
Beneran ga nih apa-apa Sha? tanya Ayu kepadaku.
Ga apa-apa Ayu, aku tersenyum kepada Ayu.
Elo baik banget Sha, ucap Ayu. Makasih ya Sha.
Entah sejak kapan, tapi aku baru sadar kalo mata kami sedang saling menatap dan tanganku masih menggenggam tangannya. Jarak antara wajah kami hanya sekitar beberapa sentimeter saya.
Ayu melepaskan telapak tangannya dari genggamanku dan meletakkan uang yang aku berikan dan meletakkannya di atas meja belajar yang berada tepat di sebelah kanannya.
Jantungku berdegup semakin kencang dalam keadaan seperti ini. Wajah kami begitu dekat, bahkan aku bisa merasakan hembusan nafasnya menerpa wajahku.
Yu, elo tau ga ketika gue lagi ML sama May, gue sering ngebayangin kalo cewek yang lagi ML sama gue itu elo, entah berasal dari mana keberanianku untuk berbicara seperti itu. Dan kuberanikan pula kedua tanganku untuk memegang panggulnya.
Ayu nampaknya kaget dengan apa yang aku ucapkan. Aku tidak tahu apa yang ada di pikirannya saat ini, tapi yang pasti tidak ada reaksi penolakan terhadap kedua tanganku yang sedang berada di pinggulnya.
Kulihat wajah Ayu tersenyum kepadaku dan dalam hitungan detik bibir kami saling berpagutan. Aku sangat menikmati permainan lidahnya. Lidah kami saling beradu. Yang kurasakan kami mulai terhanyut dalam derasnya aliran birahi.
Kuberanikan tanganku untuk naik ke bagian atas pinggulnya hingga kutemukan gundukan empuk yang masih tertutup tank top kuning dan branya. Kuremas perlahan payudaranya itu. Sama sekali tidak ada reaksi penolakan darinya, dan yang terjadi malah permainan lidah kami menjadi semakin ganas.
Tangan kiriku terus meremas payudaranya sementara tangan kananku menutup pintu kamar dan menguncinya. Ayu melingkarkan kedua tangannya di leherku, membuat permainan lidah kami semakin panas. Kuturunkan kembali tanganku untuk dapat menyusup lewat bagian bawah tank topnya dan meraba bagian perutnya. Halus sekali kulitnya terasa.
Ayu melepaskan ciuman kami. Matanya menatapku sayu. Dari tatapannya aku dapat mengambil kesimpulan bahwa ia juga telah terseret ke dalam permainan birahi ini. Kedua tangannya masih dilingkarkan di leherku.
I love you Yu, ucapku sambil menatap matanya.
Ayu menarik leherku dengan tangannya agar wajah kami berdekatan kembali. Dan bibir kami kembali berpagutan. Kudorong sedikit tubuh Ayu sehingga ia agak bersandar ke meja belajar di belakangnya.
Ciuman kami semakin panas. Kunaikkan tank topnya sehingga dan kulepaskan tank top itu dari tubuhnya. Kulihat ia mengenakan bra berwarna hitam. Kontras sekali dengan warna kulitnya yang putih mulus. Ia pun menarik kaosku ke atas, memberikan kode kepadaku untuk melepaskan kaos yang kukenakan. Aku mengerti akan keinginan Ayu, dan akupun melepaskan kaos yang aku kenakan.
Kupeluk tubuh Ayu dan kami kembali melanjutkan permainan lidah kami. Ciumanku turun ke lehernya. Kucumbui lehernya yang jenjang itu.
Ough Sha, kudengar Ayu mulai meleguh nikmat. Ssshhh, desisnya.
Ayu menempelkan telapak tangannya di dadaku. Sementara mulutku terus mencumbui lehernya, tangan kananku membelai perutnya dan sesekali meremas payudaranya. Kuselipkan tanganku masuk ke dalam branya dan kurasakan putingnya mengacung keras. Kupermainkan putingnya dan kucubit pelan.
Ahhh, sayanghhh, desahannya semakin jelas terdengar.
Bibirku kembali bertemu dengan bibirnya. Hangat sekali lidahnya di dalam mulutku. Tangan kiriku meraba-raba punggungnya, mencari pengait bra hitamnya itu. Dalam sekali usahaku, pengait itu berhasil aku lepaskan dan beberapa detik kemudian bra hitam yang dikenakan Ayu sudah tergeletak di lantai.
Aku terperangah melihat keindahan payudaranya. Ukurannya tidak terlalu besar, namun terlihat padat dan pas untuk aku genggam. Putingnya berukuran sedang telah mencuat dengan runcingnya.
Aku berniat untuk mengulum payudara Ayu. Kuturunkan kepalaku agar bisa sejajar dengan payudaranya. Namun tiba-tiba saja tangannya menahan bahuku agar wajahku tidak mendekati payudaranya.
Sha, Ayu memanggil namaku. Dinaikkannya wajahku mendekat dengan wajahnya.
Suasanan hening sejenak. Yang terdengaar hanyalah detak jam dinding di kamar May dan suara dengus nafas kami.
Ini udah terlalu jauh, Ayu berkata kepadaku.
Perkataan Ayu membuatku tersentak dan tersadar bahwa apa yang baru saja terjadi tidak sepantasnya terjadi. Ayu adalah sahabat May, kekasihku. Dan saat ini kita baru saja saling bercumbu di kamar May, kekasihku.
Tiba-tiba HP ku berdering. Sebuah SMS masuk, dan itu dari May.
Sayang ketemu ga dompetnya? May menanyakan kepadaku tentang dompetku.
Itu May ya? tanya Ayu kepadaku.
Aku menjawab pertanyaan Ayu dengan anggukan kepala. Aku mengetik SMS balasan untuk May. Kukatakan dompetku ada di kamar kosnya dan sekarang aku mau pulang ke rumahku karena hari sudah sore.
Kuletakkan HP ku dan aku kembali menatap Ayu. Aku benar-benar mengagumi tubuh indahnya yang sedang berada di hadapanku dengan bagian atas tanpa busana apapun. Kubimbing tangan Ayu untuk kembali dilingkarkan ke leherku dan akupun memegang pinggulnya.
I love you Yu, acapku sambil menatap matanya dalam-dalam.
Perkenalkan namaku Rasha. Usiaku saat ini adalah 21 tahun. Pada kesempatan kali ini aku akan menceritakan salah satu kisah kehidupan seksual semasa aku duduk di bangku kuliah di sebuah perguruan tinggi di Jakarta. Sebelumnya ijinkan aku untuk terlebih dahulu sedikit mendeskripsikan tentang diriku pada masa itu. Saat itu aku berusia 18 tahun. Secara fisik aku tergolong sebagai mahasiswa yang tampan. Tinggiku tidak kurang dari 177 cm, dan aku memiliki berat badan yang proporsional dengan tinggi badanku. Wajahku tergolong tampan karena aku memiliki hidung yang mancung dan alis yang tebal khas keturunan Arab. Banyak wanita yang mengatakan aku memiliki dada yang indah sebagai seorang pria, dada yang bidang.
Saat itu aku berpacaran dengan seorang mahasiswi di kampus. Namanya May. Ia satu angkatan denganku. Secara fisik ia sangat cantik, memiliki tubuh yang tinggi dan sangat seksi, serta dalam permainan ranjang, ia telah memberikan keperawanannya kepadaku. Dalam hal percintaan dengannya aku tidak merasakan kekurangan apapun, ditambah lagi ia adalah wanita yang sangat setia dan benar-benar menyayangiku.
Namun sepertinya memang sudah jadi kodrat seorang laki-laki untuk selalu menjadi petualang cinta. Setiap kali aku bermain ke kosan May, aku malah berfantasi untuk bercinta dengan Ayu, temannya yang menempati kamar kos di sebelah kamar May. Hal itu terjadi berulang kali, bahkan tak jarang ketika aku bercinta dengan May, aku membayangkan wanita yang sedang bergumul denganku adalah Ayu.
Fantasi nakalku terhadap Ayu bukan semata-mata tanpa sebab. Ayu tak kalah cantiknya dengan May. Wajah maupun tubuhnya sama indahnya dengan May. Mereka berdua adalah sahabat baik. Bahkan aku dan May sering berbincang-bincang bersama Ayu. Kami bertiga benar-benar saling terbuka. Ayu pub tak sungkan lagi untuk membicarakan hal-hal yang pribadi kepadaku maupun kepada May, termasuk membicarakan pengalaman seksnya dengan pacar dan selingkuhan-selingkuhannya. May pun banyak belajar tentang seks dari Ayu lewat perbincangan-perbincangan itu. Dan yang aku tahu dari apa yang sering dibicarakan Ayu, ia termasuk wanita yang agak mudah untuk memberikan tubuhnya kepada setiap orang yang menjadi pacar ataupun selingkuhannya.
Dan kisah percintaanku dengan Ayu bermula pada suatu hari dimana waktu itu seluruh mahasiswa di kampusku baru saja selesai menjalankan Ujian Akhir Semeseter (UAS). Seperti kampus-kampus pada umumnya, setelah UAS mahasiswa akan mendapatkan haknya berupa hari libur. May selalu pulang ke daerah asalnya setiap kali liburan. Dan karena kami akan berpisah untuk beberapa waktu, siang itu aku dan May bercinta dengan begitu hebatnya hingga tak sadar haripun sudah menjelang sore.
Sayang kamu jadi pulang hari ini? tanyaku kepada May.
Tubuh kami berbaring di atas sebuah ranjang yang nyaman. May berada dalam dekapanku. Tubuh kami berdua tidak dibalut sehelai benangpun.
Iya sayang, aku harus pulang. Tadi mama aku telepon. Dia udah nyiapin masakan kesukaan aku. Ga enak sama mama kalo aku ga jadi pulang hari ini, jawab May. Tapi sebenernya aku masih mau di sini sama kamu sayaaaang, lanjutnya sambil mengeratkan pelukan kami.
Aku mengecup lembut bibir May. Ya udah, nanti aku anter kamu sampe tempat biasa yang sayang.
Iya sayang. Ya udah aku mau mandi dulu ya, ucap May. Sekali lagi bibir kami saling berpagutan, dan kemudian May berdiri dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.
Aku melihat tubuh indahnya dari belakang. Montok, putih mulus, dan yang pasti aku merasa bersyukur pernah menikmati tubuh seindah itu. Akupun mengenakan kembali seluruh pakaianku dan keluar dari kamar untuk merokok. Sesampainya di balkon kunyalakan sebatang rokok dan aku menghisapnya perlahan.
Rasha, suara seorang wanita memanggilku.
Aku terperanjat kaget. Ternyata aku terlalu menikmati setiap hisapan pada rokokku sampai aku tidak menyadari seseorang keluar dari dalam dan sudah berada di balkon bersamaku.
Eh, elo Yu. Bikin kaget aja, ujarku setelah menyadari bahwa yang ada di balkon bersamaku adalah Ayu.
Ayu tersenyum. May mana? tanya Ayu.
Lagi mandi tuh, jawabku. Kulihat pakaian yang dikenakan Ayu seperti pakaian yang biasa dipakai kalo dia sedang berada di kosan. Tank top dan hotpant, itulah yang dikenakannya jika sedang di kosan. Dan hari ini ia mengenakan tank top berwarna kuning dan hotpant hitam.
Abis ngapain elo? Ayu meledekku dengan candaan cabul yang sudah biasa diantara kami.
Hahaha. Pake ditanya. Udah tau pake nanya, jawabku sambil tertawa.
Sha, elo mau bayarin HP gue ga? tanya Ayu tiba-tiba.
Aku merasa agak kaget dengan pertanyaan Ayu. Emang kenapa HP elo Yu? tanyaku kepadanya.
Gue lagi butuh duit nih, jawab Ayu. Mau ga? Mau ya? Pliiiissss. Ya itung-itung bantu temen lah.
Emang elo mau jual berapa? tanyaku. Sebenarnya aku tidak tertarik untuk membeli HP Ayu.
Gue buka harga dua juta deh. Masih bisa nego sama elo mah, Ayu menyebutkan harga yang diinginkannya.
Waduh, gue ga ada uang kalo segitu, jawabku jujur. Mahal amat, lanjutku.
Ya makanya elo maunya berapa? Dua kali bayar juga ga apa-apa deh, Ayu berusaha membujukku untuk mau membeli HP miliknya.
Emang elo butuh berapa? tanyaku kepada Ayu.
Ya sekarang sih gue butuh sekitar satu jutaan dulu.
Ya udah nanti gue pikirin lagi ya, pembicaraan kami berakhir sampai disitu karena May ternyata sudah selesai mandi dan sedang bersiap-siap untuk pulang ke rumahnya di sebuah kota di Jawa Barat.
Aku mengantar Tyas sampai ke tempat ia biasa naik bus menuju kota asalnya. Sepanjang perjalanan aku terus terbayang akan percakapanku dengan Ayu di balkon tadi. Dalam hati kecilku terpikir untuk membantunya, tapi kenyataannya memang untuk saat ini aku sedang tidak memiliki uang sebanyak itu.
Akhirnya tiba-tiba terlintas dalam pikiranku sebuah ide yang menurutku dapat menguntungkan aku dan Ayu. Aku sebenarnya agak ragu dengan ideku, namun ideku ini terlalu menguntungkan untuk aku pertimbangkan kembali. Sepanjang jalan aku memikirkan langkah-langkah yang harus aku lakukan untuk memuluskan ideku ini.
Sesampainya di tempat pemberhentian bus, diam-diam aku memasukkan dompetku dari dalam celanaku ke dalam tas.
Sayang, kamu liat dompetku ga? tanyaku sambil berpura mencari-cari dompetku.
Aku ga liat. Emang kenapa sayang? tanya May kepadaku.
Dompet aku kok ga ada ya? aku merogoh kantong celanaku berpura-pura mencari dompetku.
Tadi terakhir kamu pegang dimana? May bertanya lagi kepadaku. Biasanya kan dompet kamu selalu ada di kantong celana kamu, lanjutnya.
Apa jangan-jangan ketinggalan di kosan kamu ya sayang? aku berpura-pura seolah mengingat-ingat dimana sekiranya dompetku berada.
Mmm, terus gimana sayang? Masa mau balik ke kosan aku lagi? Sekarang udah sore, kalo balik ke kosan lagi nanti aku pulang ke rumah kemaleman sayang, ucap May.
Ya udah, nanti aku sendiri aja yang ke kosan kamu sayang. Kamu pulang aja, aku mengusap kening May.
Ga apa-apa sayang? tanya May dengan wajah cemas.
Aku tersenyum kepada May. Ya ga apa-apa dong sayang, jawabku menenangkan May. Dalam hati aku memang berharap aku sendiri saja yang kembali ke kosannya. Karena kalau May ikut kembali ke kosannya rencanaku sudah pasti akan gagal.
Ya udah, ini kunci kosannya kamu pegang dulu aja ya sayang, May menyerahkan kunci kamar kosnya kepadaku.
Tak lama setelah itu bus yang menuju ke kota tempat tinggal May datang. Ia masuk ke dalam bus, dan setelah bus itu berjalan akupun langsung memacu sepeda motorku dengan cepat untuk kembali ke kosan yang berada tak jauh dari lingkungan kampusku.
Jantungku berdegup kencang selama perjalananku kembali ke kosan May. Rencana ini belum pernah terpikir sebelumnya, dan sudah tentu aku baru pertama kali berniat melakukan rencana ini.
Aku masuk ke dalam kamar kos May. Aku sengaja berlama-lama di kamar itu, karena yang aku harapkan Ayu lewat di depan kamar May dan kemudian mengobrol bersamaku. Tak ada yang aku cari di kamar kos May, karena sebenarnya dompetku benar-benar tidak hilang. Pintu kamar kos May sengaja aku biarkan terbuka, agar ketika Ayu lewat dapat melihatku berada di dalam kamar.
Loh, Rasha. Bukannya tadi elo udah nganter May pulang? tanya Ayu sedikit bingung.
Akhirnya, dia lewat juga dan ngeliat gue di sini, ujarku dalam hati. Aku tersenyum kecil, walaupun sebenarnya jantung ini terus berdegup semakin kencang.
Iya Yu, dompet gue ketinggalan, jawabku sambil tersenyum. Jadi ya mau ga mau gue harus balik lagi kesini buat ngambil dompet ini, lanjutku sambil menunjukkan dompetku seolah aku baru saja menemukannya kembali beberapa saat yang lalu.
Dasar pikun, ledek Ayu.
Aku tertawa saja diledek seperti itu oleh Ayu
Oh iya, gimana yang tadi? Elo mau bayarin HP gue ga? tanya Ayu kepadaku.
Mmm, sebenernya sih gue mau banget nolongin elo Yu. Tapi gimana ya.... aku sengaja tidak melanjutkan perkataanku.
Gimana apanya Sha? tanya Ayu.
Gue lagi ga megang duit segitu, jawabku. Ini aja di dompet gue tinggal tiga ratus ribu.
Yaaaah. Ya udahlah ga apa-apa kok Sha. Nanti gue jual di counter aja deh, terlihat raut kekecewaan di wajah cantik Ayu.
Makin cantik aja dia kalo lagi kecewa gitu, pikirku di dalam hati. Imajinasiku terus berkelana membayangkan wajah cantik itu sedang meleguh nikmat ketika tubuhku berada di atas tubuhnya dengan batang kemaluanku tertancap di dalam liang vaginanya.
Sori banget ya Yu, ucapku kepadanya.
Ga apa-apa kok Sha.
Emang elo lagi butuh banget uang itu ya Yu? tanyaku mencoba mencari tahu.
Iya, gue lagi bener-bener butuh uang itu, jawab Ayu memelas.
Mmm, gitu ya Yu, aku berpikir sejenak. Ya udah uang ini elo pegang dulu aja, aku mengeluarkan uang yang ada di dalam dompetku dan menyerahkannya kepada Ayu.
Ehh, ga usah Sha. Ga apa-apa kok. Nanti HP ini gue jual ke counter aja, Ayu menolak uang pemberianku.
Ga apa-apa Yu. Masalah HP elo mah terserah mau elo jual kemana. Kalo uang ini elo terima aja. Anggap aja sebagai bantuan dari gue, aku menempelkan telapak tanganku ke telapak tangan Ayu dan memaksanya untuk menerima pemberianku.
Beneran ga nih apa-apa Sha? tanya Ayu kepadaku.
Ga apa-apa Ayu, aku tersenyum kepada Ayu.
Elo baik banget Sha, ucap Ayu. Makasih ya Sha.
Entah sejak kapan, tapi aku baru sadar kalo mata kami sedang saling menatap dan tanganku masih menggenggam tangannya. Jarak antara wajah kami hanya sekitar beberapa sentimeter saya.
Ayu melepaskan telapak tangannya dari genggamanku dan meletakkan uang yang aku berikan dan meletakkannya di atas meja belajar yang berada tepat di sebelah kanannya.
Jantungku berdegup semakin kencang dalam keadaan seperti ini. Wajah kami begitu dekat, bahkan aku bisa merasakan hembusan nafasnya menerpa wajahku.
Yu, elo tau ga ketika gue lagi ML sama May, gue sering ngebayangin kalo cewek yang lagi ML sama gue itu elo, entah berasal dari mana keberanianku untuk berbicara seperti itu. Dan kuberanikan pula kedua tanganku untuk memegang panggulnya.
Ayu nampaknya kaget dengan apa yang aku ucapkan. Aku tidak tahu apa yang ada di pikirannya saat ini, tapi yang pasti tidak ada reaksi penolakan terhadap kedua tanganku yang sedang berada di pinggulnya.
Kulihat wajah Ayu tersenyum kepadaku dan dalam hitungan detik bibir kami saling berpagutan. Aku sangat menikmati permainan lidahnya. Lidah kami saling beradu. Yang kurasakan kami mulai terhanyut dalam derasnya aliran birahi.
Kuberanikan tanganku untuk naik ke bagian atas pinggulnya hingga kutemukan gundukan empuk yang masih tertutup tank top kuning dan branya. Kuremas perlahan payudaranya itu. Sama sekali tidak ada reaksi penolakan darinya, dan yang terjadi malah permainan lidah kami menjadi semakin ganas.
Tangan kiriku terus meremas payudaranya sementara tangan kananku menutup pintu kamar dan menguncinya. Ayu melingkarkan kedua tangannya di leherku, membuat permainan lidah kami semakin panas. Kuturunkan kembali tanganku untuk dapat menyusup lewat bagian bawah tank topnya dan meraba bagian perutnya. Halus sekali kulitnya terasa.
Ayu melepaskan ciuman kami. Matanya menatapku sayu. Dari tatapannya aku dapat mengambil kesimpulan bahwa ia juga telah terseret ke dalam permainan birahi ini. Kedua tangannya masih dilingkarkan di leherku.
I love you Yu, ucapku sambil menatap matanya.
Ayu menarik leherku dengan tangannya agar wajah kami berdekatan kembali. Dan bibir kami kembali berpagutan. Kudorong sedikit tubuh Ayu sehingga ia agak bersandar ke meja belajar di belakangnya.
Ciuman kami semakin panas. Kunaikkan tank topnya sehingga dan kulepaskan tank top itu dari tubuhnya. Kulihat ia mengenakan bra berwarna hitam. Kontras sekali dengan warna kulitnya yang putih mulus. Ia pun menarik kaosku ke atas, memberikan kode kepadaku untuk melepaskan kaos yang kukenakan. Aku mengerti akan keinginan Ayu, dan akupun melepaskan kaos yang aku kenakan.
Kupeluk tubuh Ayu dan kami kembali melanjutkan permainan lidah kami. Ciumanku turun ke lehernya. Kucumbui lehernya yang jenjang itu.
Ough Sha, kudengar Ayu mulai meleguh nikmat. Ssshhh, desisnya.
Ayu menempelkan telapak tangannya di dadaku. Sementara mulutku terus mencumbui lehernya, tangan kananku membelai perutnya dan sesekali meremas payudaranya. Kuselipkan tanganku masuk ke dalam branya dan kurasakan putingnya mengacung keras. Kupermainkan putingnya dan kucubit pelan.
Ahhh, sayanghhh, desahannya semakin jelas terdengar.
Bibirku kembali bertemu dengan bibirnya. Hangat sekali lidahnya di dalam mulutku. Tangan kiriku meraba-raba punggungnya, mencari pengait bra hitamnya itu. Dalam sekali usahaku, pengait itu berhasil aku lepaskan dan beberapa detik kemudian bra hitam yang dikenakan Ayu sudah tergeletak di lantai.
Aku terperangah melihat keindahan payudaranya. Ukurannya tidak terlalu besar, namun terlihat padat dan pas untuk aku genggam. Putingnya berukuran sedang telah mencuat dengan runcingnya.
Aku berniat untuk mengulum payudara Ayu. Kuturunkan kepalaku agar bisa sejajar dengan payudaranya. Namun tiba-tiba saja tangannya menahan bahuku agar wajahku tidak mendekati payudaranya.
Sha, Ayu memanggil namaku. Dinaikkannya wajahku mendekat dengan wajahnya.
Suasanan hening sejenak. Yang terdengaar hanyalah detak jam dinding di kamar May dan suara dengus nafas kami.
Ini udah terlalu jauh, Ayu berkata kepadaku.
Perkataan Ayu membuatku tersentak dan tersadar bahwa apa yang baru saja terjadi tidak sepantasnya terjadi. Ayu adalah sahabat May, kekasihku. Dan saat ini kita baru saja saling bercumbu di kamar May, kekasihku.
Tiba-tiba HP ku berdering. Sebuah SMS masuk, dan itu dari May.
Sayang ketemu ga dompetnya? May menanyakan kepadaku tentang dompetku.
Itu May ya? tanya Ayu kepadaku.
Aku menjawab pertanyaan Ayu dengan anggukan kepala. Aku mengetik SMS balasan untuk May. Kukatakan dompetku ada di kamar kosnya dan sekarang aku mau pulang ke rumahku karena hari sudah sore.
Kuletakkan HP ku dan aku kembali menatap Ayu. Aku benar-benar mengagumi tubuh indahnya yang sedang berada di hadapanku dengan bagian atas tanpa busana apapun. Kubimbing tangan Ayu untuk kembali dilingkarkan ke leherku dan akupun memegang pinggulnya.
I love you Yu, acapku sambil menatap matanya dalam-dalam.
Terakhir diubah oleh moderator: