Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

SAMUDRA ASMARA part 03

waduh ketinggalan cerita bagus nih...belum baca part 1 nya
 
Part 03



S
etelah sama sama mengenakan pakaian kembali, Jack yang sedang duduk di atas sofa memanggilku dan memintaku duduk di atas pangkuannya. Aku pun duduk di atas kedua pahanya yang sudah mengenakan celana jeans lagi.

Sambil mendekap pinggangku, Jack berkata : “ Aku merasakan sesuatu yang lain setelah mengalami semuanya ini Liz. Jelas perasaan baru ini bernama Cinta. Katakanlah ini cinta pertamaku, karena pada masa laluku, belum pernah aku merasakan yang seperti kurasakan ini. “

“ Aku juga merasakan hal yang sama Jack. Aku juga cinta padamu. Tapi aku kan sudah berterus terang padamu. Bahwa aku ini sudah punya suami. So, aku bingung jadinya. “

“ Tak usah bingung. Aku juga takkan menganjurkanmu untuk bercerai dengan suamimu. Yang penting kamu harus mencari jalan agar kita sering bersama seperti sekarang ini. “

“ Aku juga ingin sering bersamamu. Karena dirimu sudah menjadi bagian dari diriku. Bahkan ingin sekali aku punya anak darimu, untuk dijadikan ikatan cinta di antara kita berdua. “

Tak lama kemudian terdengar bunyi dering hape Jack.

“ Bagaimana hasilnya ? “ tanya Jack, tentu dalam bahasa Inggris yang kuterjemahkan.

Kemudian Jack mengeluarkan suara lewat speaker hapenya. Sehingga aku bisa mendengar suara orang yang sedang berbicara dengan Jack : “ Sudah kami teliti semua Sir. Hasilnya seratus persen bagus dan punya masa depan yang baik. “

“ Lalu nominal harganya berapa ? “ tanya Jack.

Lawan bicara Jack menyebutkan jumlah harga semua tanah yang akan dijual itu. Cocok dengan hitunganku sebelumnya.

Jack mengangguk angguk sambil menutup hubungan selulernya. Kemudian berkata padaku, “ Sudah dengar nominal jumlah harga yang harus kubayar untuk membeli semua tanah itu kan ? “

“ Iya, “ aku mengangguk, “ Aku juga sudah menghitungnya. Ternyata nominal yang disebutkan tadi sama dengan hasil hitunganku. “

“ Sekarang juga kuputuskan untuk membayar nominal semua tanah yang siap dibeli itu. Tapi Liz harus punya bunker dulu. Karena aku akan membayarnya secara fisik, dalam bentuk US dollar. yang akan kuberikan padamu. Jumlahnya dua kali lebih besar daripada harga semua tanah itu.

Di ujung penuturannya, Jack berkata, “ Padahal aku belum melakukan survey pada tanah tanah itu semua kan ? Aku memang harus mensurveynya. Dan yang terpenting bagiku, pada saat melakukan survey itu, aku selalu didampingi oleh bidadariku yang bernama Elizabeth ini. “ Jack menepuk bokongku. Lalu mencium bibirku dengan hangatnya.

Aku sangat tertarik pada program survey yang menurut taksiranku sendiri takkan selesai setahun dua tahun itu. Terutama sekali, aku ingin sering sering mendampingi Jack tercinta yang sudah kuanggap sebagai kekasihku itu. Tapi … mungkinkah Bang Dias mengizinkanku ? Lalu kalau tidak diizinkan, taktik apa yang harus kugunakan supaya Bang Dias akhirnya mengizinkan ? Dan kalau tetap tidak diizinkan, apakah aku harus minta cerai dari Bang Dias ? Takkan bisa. Karena aku dan Bang Dias sudah menandatangani perjanjian, bahwa kami akan menjadi suami istri untuk seumur hidup. Dan hanya maut yang boleh memisahkan kami.

Kemudian aku diantarkan oleh Jack ke café itu. Untuk mengambil mobilku sekaligus pulang, meski sudah tengah malam begini.

“ Kapan kita bisa berjumpa lagi ? “ tanya Jack waktu mobilnya sudah berhenti dan diparkir di samping mobilku. Tapi aku belum turun dari mobil Jack.

“ Aku akan berjuang untuk mendapatkan izin dari suamiku. Mungkin butuh waktu beberapa hari untuk memperjuangkannya. Kalau aku diizinkan olehnya, kamu boleh membawaku ke mana pun nanti, “ sahutku.

“ Oke. Semoga kamu berhasil melunakkan hati suamimu ya, “ Jack melingkarkan lengannya di leherku, lalu mencium bibirku dengan mesranya, “ Percayalah … kamu ini cinta pertamaku Liz. “

“ Aku juga mencintaimu Jack, “ sahutku sambil membelai rambut Jack, seolah seorang ibu membelai rambut anak tersayangnya. Kemudian kucium juga bibir Jack dan kususul dengan bisikan “ I love you so much Jack. “

Jack tersenyum ceria. “ Me too … “ sahutnya.

Aku pun turun dari mobil Jack dan pindah ke dalam mobilku sendiri.

Sesaat kemudian aku sudah menggerakkan mobilku, menjauh dari mobil Jack. Diiringi lambaian tangan lelaki muda Norwegian itu. Kusambut dengan lambaian tangan pula. Malah kukirim kiss bye (cium jauh) juga. Membuat Jack tersenyum dan mengangguk angguk.



Ketika jam tanganku sudah menunjukkan pukul 23.15, barulah aku tiba di depan rumahku. Begitu masuk, aku langsung menuju kamarku.

Setelah mengganti gaun malamku dengan kimono putih, aku merebahkan diri di atas bed. Sambil menerawang segala yang telah terjadi dan yang mungkin terjadi kelak di kemudian hari.

Aku memang harus memutar otak. Bagaimana caranya agar Bang Dias mengizinkanku mendampingi Jack dalam melakukan survey ke lokasi tanah tanah yang akan dibeli nanti. Rencana itu memang membuatku sangat bersemangat. Aku bahkan tidak memikirkan banyaknya uang yang akan kuterima kelak. Yang membuatku bersemangat justru mendampingi Jack itu. Karena aku sudah mencintainya.

Akhirnya aku tertidur dengan nyenyaknya.

Keesokan paginya, aku terbangun karena mendengar ketukan pintu berkali kali. Kupikir Bang Dias yang mengetuk pintu depan itu. Karena dia tidur di kantor katanya. Maka bergegas aku menuju pintu depan. Dan membukanya.

Ternyata Sis Karen, kakak kandungku … !

Sis Karen memelukku erat erat di ambang pintu. Cipika cipiki juga denganku. Kemudian masuk ke dalam. Dan duduk berdampingan di sofa ruang keluarga.

“ Tumben pagi pagi gini datang. Ada kabar baik ? “ tanyaku.

“ Ya kabar baik, “ sahut Sis Karen dengan senyum seperti yang dipaksakan, “ Aku sudah sah bercerai dengan Pieter “

“ Haaa ?! Serius ? “

“ Serius lah. Masa bercanda soal sepenting itu. “

“ Terus anak anak gimana ?”

“ Pasti dia bawa semua. Kan yang lima orang itu anak dia dari istri pertamanya. Kalau si bungsu memang anakku, takkan bisa diserahkan padanya. “

“ Terus kenapa Eva gak dibawa sekarang ? “ ( Eva itu nama anak Sis Karen yang umurnya baru setahun itu )

“ Sudah diminta sama Mama, “ sahutnya.

“ Jadi sekarang Eva di rumah Mama ? “

“ Iya. Biar Mama ada mainan dan gak kesepian di rumah. “

Aku sudah sering mendengar curhat Sis Karen. Bahwa dia makin sering bertengkar dengan Pieter, suaminya. Tapi aku gak nyangka kalau akhirnya bakal bercerai begitu.

“ Kalau begitu sudahlah, Sista tinggal di sini aja, “ ucapku.

“ Memang tujuanku juga gitu. Tinggal di rumah kontrakan pusing, karena dua minggu lagi juga kontrakannya abis, “ sahutnya.

“ Ya udah tinggal di sini aja. Biar gak usah mikirin kontrakan lagi, “ kataku.

“ Memangnya kalau aku tinggal di sini takkan mengganggu ? “ tanyanya.

“ Justru aku senang kalau Sista tinggal di sini. Karena aku dan Bang Dias sama sama punya kegiatan. Jadi rumah ini sering kami tinggalkan. Bahkan beberapa hari lagi aku akan lama meninggalkan rumah ini. Mungkin sebulan, mungkin juga dua bulan. “

“ Sama Dias ? “

“ Nggak. Aku dan Bang Dias kan punya kegiatan masing masing. “

“ Ogitu ya. “

“ Mendingan Sista rawat badan serajin mungkin. Umur Sista kan baru tigapuluhsatu tahun. Belum tua. “

“ Perawatan kan butuh biaya Liz. “

“ Jangan takut, nanti aku yang tanggung biayanya. Yang penting aku ingin melihat Sista cantik lagi. “

Sis Karen cuma tersenyum senyum. Tapi aku yakin, kalau tubuh Sis Karen dirawat dan didandani, pasti dia tampak jauh lebih cantik. Terlebih kalau melihat kulitnya yang putih mulus, bodynya yang aduhai alias bohai … pasti dia akan menjadi seorang wanita yang sangat menggoda iman lelaki.

Tiba tiba saja aku merasa mendapatkan inspirasi. Sehingga beberapa saat kemudian aku membisiki telinga kakakku, tentang sesuatu yang krusial. Agar Sis Karen bisa menjadi “pengganti” diriku pada saat akan melakukan survey bersama Jack Magnus nanti.

“ Gila … masa kamu akan menyuruhku untuk meladeni suamimu sendiri untuk nidurin aku ? “ cetus Sis Karen bernada protes, “ Memangnya kamu tak punya rasa cemburu ? “

“ Gaya hidup kami beda Sis. Mungkin pedoman kami sudah maju dalam masalah seksual. Kami biasa mencari variasi, agar sex itu jangan jadi sesuatu yang membosankan. Aku dan Bang Dias pernah melakukan wife swap. Kami pilih dua villa yang agak berjauhan jaraknya. Aku memakai satu villa bersama teman Bang Dias. Sementara Bang Dias memakai villa satunya lagi, bersama istri temannya itu. Selama seminggu aku dibegituin oleh teman Bang Dias, sementara Bang Dias pun melakukan hal yang sama dengan istri temannya itu. Bayangin aja serunya. Dalam sehari, teman Bang Dias itu bisa menyetubuhiku empat atau lima kali. Dalam seminggu berapa puluh kali, coba ? “

“ Wah … memang seru dengarnya juga. Tapi Pieter tak pernah seperti Dias gitu pada waktu masih jadi suamiku. Memang ujungnya jadi membosankan, karena Pieter tidak kreatif seperti Dias gitu. “

“Sebentar, “ kataku sambil berdiri. Lalu melangkah ke dalam kamarku.

Kukeluarkan tas kecil dari lemariku. Kukeluarkan 5 gepok uang seratusribuan, hadiah dari Jack tadi malam. Lalu kupisahkan 2 gepok ( berarti 20 juta rupiah) dan kumasukkan lagi yang 3 gepok.

Uang 20 juta itu kubawa ke ruang keluarga, di mana Sis Karen masih duduk di atas sofa.

“ Pokoknya Sista harus nurut padaku kalau mau hidup senang, “ kataku, “Nah ini uang untuk beli pakaian yang bagus bagus. Kalau bisa, berangkat sekarang juga. Karena tak lama lagi Bang Dias pulang. Aku ingin agar ketika Sista ketemu sama Bang Dias, Sista harus sudah mengenakan pakaian bagus. Jangan mengenakan pakaian yang sudah lusuh gitu. “

“ Iya deh aku mau nurut sama kamu Liz, “ sahut Sis Karen sambil memasukkan uang yang 2 gepok itu ke dalam tas kecilnya.

“ Nanti di toko pakaian, kalau ada yang cocok, langsung pakai aja Sis. Supaya enak dipandang oleh Bang Dias. “

“ Harus sekarang juga beli bajunya ? “ tanya Sis Karen sambil berdiri.

“ Iya. Bang Dias kan tadi malam bagadang di kantor. Mungkin sejam lagi juga udah pulang. Aku ingin Sista udah memakai busana yang layak sebelum bertemu dengan Bang Dias. “

“ Ya udah … aku pergi dulu ya Liz, “ Sis Karen pamitan.

“ Iya Sis. Pakai taksi aja, biar cepat nyampe. “

Setelah Sis Karen berlalu, dadaku terasa lega. Karena kelihatannya dia akan mengikuti apa pun yang kuanjurkan.

Aku memang berniat akan “barter” dengan suamiku. Seandainya suamiku mengizinkanku untuk mendampingi Jack mensurvey lokasi semua lahan yang akan dibeli itu, aku akan “menghadiahkan” Sis Karen sebagai “pengganti” diriku selama aku meninggalkan suamiku.

Seandainya suamiku menyetujui barter itu, berarti aku akan membahagiakan suamiku sekaligus membahagiakan kakak kandungku. Sebagai imbalannya, aku bisa membahagiakan Jack tercinta sekaligus membahagiakan diriku sendiri … !

Tiba tiba terdengar bunyi mesin mobil yang sudah kuhapal sebagai bunyi mesin mobil suamiku.

Cepat aku keluar dari kamarku. Menyongsong kedatangan Bang Dias di ambang pintu depan, dengan senyum di bibirku.

“ Gimana ? Sukses ? “ tanya Bang Dias setelah mencium bibirku di ruang tamu.

Aku mengangguk, “ Sukses Bang, “ sahutku sambil mengiringi Bang Dias ke dalam kamar kami.

“ Tapi ada syaratnya, “ kataku sambil duduk bersila di atas bed, sementara suamiku tengah mengganti pakaiannya dengan piyama.

“ Apa syaratnya ? “ tanya suamiku sambil duduk di sofa.

“ Semua tanah yang datanya lengkap di flashdisk itu akan disurvey satu persatu. Dan aku harus selalu mendampinginya. “

“ Wah … berarti ada sesuatu tuh, “ ucap Bang Dias, “ Lagian kenapa harus disurvey segala ? Dia kan investor. Dia cukup dengan menanamkan investasinya di perusahaan kita. Soal mau diapakan investasinya itu, terserah kita. Yang penting keuntungannya. “

“ Mungkin dia hanya ingin tahu aja, apakah kita benar benar sudah terbiasa berbisnis dalam bidang properti atau tidak. “

“ Kira kira berapa nominal investasi yang akan dikeluarkannya ? “

“ Dua kali nominal jumlah harga tanah yang tercantum di dalam flashdisk itu. Dalam bentuk fisik, dengan US dollar. Makanya dia anjurkan agar kita punya bunker. “

“ Haaa ?! Serius ? “

“ Kelihatannya serius Bang. Dia itu punya casino di luar negeri, warisan dari ayahnya yang sudah meninggal dua tahun yang lalu. Dia bercita cita pada suatu saat ingin menjual casinonya, untuk putar haluan … ingin berbisnis yang biasa saja. “

“ O my God … kalau begitu, kamu akan mendapatkan dana yang jauh lebih besar daripada apa yang sudah kuperjuangkan selama ini Liz. Hebat … ! “

“ Terus bagaimana dengan bunker itu ? “

“ Kita simpan di gudang aja. Kan gudangnya sudah kosong. Aman kok. Ngapain pakai bunker segala. “

“ Dia anjurkan pakai bunker Bang. “

“ Ya nanti, bunkernya kita bikin di bawah gudang itu aja. “

“ Terus … Abang setuju kalau aku mendampinginya dalam survey itu ? “

“ Demi suksesmu, aku setuju setuju aja. Meski pun aku bakal kesepian. “

“ Abang bakal ditemani Sis Karen. Dan aku izinkan untuk melakukan apa pun padanya. “

“ Sis Karen ?! “

“ Iya Bang. Dia sudah sah bercerai dengan Pieter. “

“ Ohya ?! Terus anak anaknya dikemanain ? “

“ Sebenarnya anak kandung Sis Karen hanya yang baru berumur setahun itu. Sekarang anak itu dirawat oleh Mama. “

“ Terus anak yang lima orang itu anak siapa ? “

“ Anak Pieter dari almarhumah istri pertamanya. “

“ Jadi Pieter itu duda sebelum menikah dengan Sis Karen ? “

“ Iya. Duda ditinggal mati istri. Nah … setuju kan kalau Sis Karen mendampingi Abang pada saat aku mendampingi orang Norwegia itu ? “

“ Hahahaaa … pasti orang Norwegia itu sudah ada apa apanya denganmu ya ? “

“ Abang marah ya ? “

“ Nggak. Di dalam bisnis sering terjadi seperti itu. Yang penting investasi itu benar benar diturunkan oleh … mmm … siapa namanya ? “

“ Namanya Magnus. Tapi nama kecilnya Jack. Karena nama lengkapnya Jacob Magnus. “

“ Mmmm … terus kapan investasinya bakal dilaksanakan ? “ tanya suamiku. Tampaknya dia lebih memikirkan uang dollar itu daripada memusingkanku yang bakal sering meninggalkannya.

“ Tergantung kesiapan kita untuk menerimanya Bang. “

“ Mungkin dia takut dituduh money laundry. Karena uang dari casino susah menjelaskannya. Makanya dia akan melakukan investasi dalam bentuk fisik. Tidak lewat bank. “

“ Mungkin. Jadi Abang setuju untuk menerima uangnya dalam beberapa hari ke depan ini ? “

“ Tentu aja setuju. Meski aku harus berkorban perasaan. Karena kamu pasti takkan dibiarkan menganggur nanti. “

“ Hihihiii … makanya aku akan memberikan Sis Karen yang toketnya gede dan pantatnya uper semok itu. “

“ Emangnya kamu udah berunding sama kakakmu itu ? “

“ Sudah. Tadi dia datang ke sini. Sekarang sedang keluar dulu. Mungkin sejam atau dua jam lagi juga bakal datang. Tapi … sayangi dia nanti ya Bang. Jangan sekadar membuatnya sebagai penyaluran biologis semata. Soalnya aku kasihan sekali padanya … masih muda sudah jadi janda. “

“ Kamu juga pandai pandai membawa diri selama mendampingi investor itu ya. “

“ Iya Bang. Terima kasih atas kepercayaan yang Abang berikan padaku. “

“ Meski terjadi sesuatu pada dirimu, aku izinkan. Tapi satu orang saja. Hanya investor itu yang boleh melakukan apa pun padamu. Jangan ada orang lain lagi, “ ucap suamiku sambil menguap. Lalu ia naik ke atas bed sambil berkata, “ Aku mau tidur dulu nih. Bayar kekurangan tidur tadi malam. “

Seperti biasa, suamiku kalau kepalanya sudah di atas bantal, langsung tidur dengan nyenyaknya.

Aku pun turun dari bed. Mengambil hapeku dan melangkah ke luar kamar. Lalu duduk di atas sofa ruang keluarga sambil memantau hapeku. Tampak ada beberapa WA yang datang, termasuk dari si ganteng Jack Magnus … !

Cepat kubuka. Isinya dalam bahasa Inggris yang kuterjemahkan :

Bidadariku … apakah sudah berjumpa dengan suamimu ? Aku tak sabar, ingin segera mendengar apakah suamimu mengizinkanmu untuk mendampingiku ?

Cepat kujawab :

Sudah Pangeranku … setelah investasimu diterima oleh suamiku, aku akan mendampingimu dengan setia

Lalu datang lagi chatnya :

Kirim saja alamat lengkapnya, besok pagi aku akan mengirimkan investasiku senilai dengan jumlah harga semua tanah yang akan kita survey itu. Sisanya akan kukirimkan setelah kamu bersamaku, dengan nominal yang sama dengan kiriman pertama.

Lalu balasku :

OK Pangeran Tercintaku

Kemudian kukirimkan alamat rumahku pada pangeranku itu.

Setelah chat singkat tersebut terhenti, aku tersenyum sendiri. Membayangkan betapa indahnya seandainya sekarang ada Jack di sampingku. Pasti akan kuciumi bibirnya, kugumuli tubuh atletisnya dan kusedot sedot penis perkasanya. Oh … aku sudah merindukan semuanya itu … !

Terawanganku buyar ketika Sis Karen muncul sambil menyeret koper baru. Koper silver yang ada roda di bawahnya. Mungkin uang yang kuberikan padanya cukup untuk membeli koper baru segala. Pakaian yang dikenakannya pun bagus. Blouse putih dengan span rok biru muda yang ada belahan di kanan kirinya. Memang kalau sudah berdandan, kakakku itu cantik dan seksi di mataku.

Aku pun bangkit dari sofa dan mengajaknya masuk ke kamar yang tidak dipakai. “Keadaannya masih berantakan. Nanti bisa Sista bereskan. “

“ Aku mau ditempatkan di kamar ini Liz ? “

“ Iya. Cukup layak kan untuk ditempati sama Sis Karen ? “

“ Lebih dari layak. Nanti kalau udah kubereskan pasti jadi nyaman untukku. Eh … ada mobil Dias di depan. Udah datang dia ? “

“ Udah, “ aku mengangguk, “ Siap siap aja untuk meladeni dia nanti. “

“ Kalau aku centil nanti di depan dia, kamu gak sakit hati ? “

“ Nggak lah. Justru Sista harus bisa menggoda dan meladeninya sebinal mungkin. Supaya dia tidak memikirkan wanita lain lagi. Karena aku hanya akan mengizinkan dia menggauli Sista. Kalau dengan wanita lain, takkan kuizinkan. “

“ Terus … kamu mau meninggalkan rumah ini sama siapa ? “

“ Sama PIL. “

“ Sama PIL ? Apa itu PIL ? “

“ Pria idaman lain. Kalau WIL itu wanita idaman lain. Hihihiiii … “

“ Kok bisa gitu ya rumah tangga kalian, “ gumam Sis Karen sambil menundukkan kepalanya.

“ Kali ini aku gak salah pilih, makanya Bang Dias juga setuju. Pria itu teramat sangat tajir. Kalau dia mau, pesawat terbang pun mampu dia beli. Dampak positifnya, aku dan Bang Dias bakal kecipratan duit sangat sangat dan sangat banyaaak sekali. “

“ Berarti kalau aku meladeni Dias, aku bakal kecipratan duit juga ? “

“ Ya iyalah. Makanya ikuti aja kata kataku. Jangan complain mulu. “

“ Iya deh. Aku bakal nurutin kata kata adek tercintaku aja sekarang sih. “

“ Tapi jangan kelihatan seperti tdipaksa olehku. Bersikaplah seolah Sista membutuhkan kejantanan Bang Dias. Ohya … sekarang mandi dulu Sis. Biar badannya bersih dari keringat. Mungkin sebentar lagi Bang Dias bangun. “

Sis Karen mengangguk. Lalu menuju pintu kamar mandi. Membukanya, lalu berkata, “ Wah, kamar mandinya juga harus dibersihkan dulu. Udah lama gak dipakai ya ? “

“ Iya. Sis Karen kan rajin rapi rapi dan bersih bersih. Rapikan dan bersihkan aja. Tapi sabun, odol, sikat gigi dan shampoo selalu ada yang baru. Handuk juga yang dilipat, berarti yang baru. Pakai aja Sis. “

Sis Karen mengangguk sambil tersenyum. Lalu menutupkan pintu kamar mandi.

Aku duduk di sofa yang ada di kamar yang diperuntukkan bagi kakakku ini. Pasti Sis Karen bakal lama mandinya, karena mau bersih bersih kamar mandi segala. Karena itu aku rebahan saja di sofa. Sambil nyetelin musik dari hapeku.

Beberapa saat kemudian Bang Dias muncul. “ Kudengar tadi kamu ngobrol. Sama siapa ? “

“ Sama Sis Karen. Dia lagi bersihin kamar mandi, sekalian mau mandi juga. “

“ Oh, Sis Karen udah ada lagi ? “

Sebagai jawaban kubisiki telinga suamiku, “ Sudah ada lagi dan sudah siap untuk dieksekusi sama Abang. “

“ Masa sih ?! “ cetus suamiku, “ Tapi kamu juga udah siap dieksekusi sama orang Norwegia itu kan ? “

“ Sttttt … kan udah dikasih Sis Karen sebagai gantiku. Jangan nyinyir dong sama aku. “

“ Iya iya. Aku bangga karena kamu bisa menggoalkan investasi segede itu. Aku sendiri belum pernah mendapatkan link sebesar itu. “

Tiba tiba Sis Karen keluar dari kamar mandi. Dalam keadaan cuma berbalut handuk putih yang menutupi dari dada sampai pahanya.

Aku melompat dari sofa, menyerbu Sis Karen yang baru selesai mandi, dalam keadaan seseksi itu.

Lalu aku memeluk Sis Karen dari belakang sambil berseru kepada suamiku, “ Lihat Bang … kakakku cantik dan seksi kan ? “

“ Iya … memang cantik dan seksi, “ sahut suamiku sambil melangkah ke depan Sis Karen. Sementara aku tetap memeluk Sis Karen dari belakangnya. Dan aku baru sadar bahwa meski Sis Karen 5 tahun lebih tua dariku, tubuh bohainya ini masih sangat padat kencang. Hmmm … pasti suamiku akan ketagihan, karena Sis Karen lebih seksi daripada istri Yudah yang bernama Merry itu.

Ketika Bang Dias memegang kedua bahu Sis Karen yang tidak tertutup apa apa lagi itu, aku pun melepaskan kakakku dari pelukanku.

Lalu aku mundur selangkah.

“ Aku belum pakai baju Liz, “ kata Sis Karen tanpa menoleh padaku yang berada di belakangnya.

“ Aaah, buat apa pakai baju ? Nanti kan bakal telanjang juga, “ sahutku.

Kemudian aku memberi isyarat agar suamiku melepaskan baju dan celana piyamanya. Dan ternyata isyaratku dimengerti oleh Bang Dias. Lalu ia menanggalkan baju dan celana piyamanya. Sehingga Bang Dias duluan telanjang di depan kakak kandungku. Pada saat itu pula kutarik handuk yang membelit badan kakakku. Sehingga Sis Karen tinggal mengenakan celana dalam saja. Sementara toket gedenya sudah terbuka, karena ia tidak mengenakan bra di balik handuk itu.

Aku pun lalu duduk di sofa, ingin menyaksikan ap;a yang akan terjadi berikutnya.

Sis Karen tampak agresif seperti yang kuanjurkan. Ia memegang penis suamiku, lalu menariknya ke atas kasur yang masih dihamparkan di atas lantai.

Sebenarnya bed sudah ada. Tapi belum dipasangkan, karena belum ada calon penghuni kamar ini. Sehingga kasurnya dihamparkan begitu saja di atas lantai.

Di atas kasur bersseprai murahan itulah Sis Karen berlutut, sementara suamiku berdiri di depannya. Di atas kasur itu pula Sis Karen mulai beraksi. Penis suamiku yang sedang dipegangnya, lalu dikulum dan diselomotinya dengan binalnya.

Bang Dias tampak senang diperlakukan seperti itu. Tangannya pun mulai memegang toket gede Sis Karen.

Pada saat itulah merasa iri, karena toket Sis Karen jauh lebih gede daripada toketku. Padahal aku yakin Bang Dias suka pada toket yang gede. Karena dia sering menganjurkanku agar mengisi toketku dengan cilikon. Biar jadi gede, katanya. Tapi aku tak mau toketku diisi silikon, karena bentuk payudara yang diisi silikon, tetap beda dengan toket asli. Lelaki pun bisa cepat menyadari pada wanita yang toketnya disuntik silikon. Biarlah toketku tidak segede toket kakakku. Yang penting sekujur tubuhku asli. Tidak ada silikon atau plastik yang ditambahkan pada tubuh dan wajahku.

Pandanganku tertuju pada suami dan kakakku. Sis Karen cukup lama mengoral penis suamiku. Lalu Sis Karen merebahkan diri, celentang di atas kasur berseprai murahan itu.

Kemudian detik detik mendebarkan pun terjadi. Bahwa penis suamiku mulai dimasukkan ke dalam kemaluan Sis Karen.

Perasaanku jadi kurang enak kalau terus – terusan menonton mereka bersetubuh. Aku pun keluar dari kamar itu. Tapi pintunya tidak kututup rapat, kubiarkan agak terbuka sedikit, biar aku bisa melihat adegan mendebarkan itu. Lalu aku duduk di sofa ruang keluarga, tak jauh dari pintu kamar yang sedang dipakai bersetubuh oleh Bang Dias dan Sis Karen.









Dan memang pada saat berikutnya aku sering berdiri di dekat pintu yang terbuka sedikit itu. Sehingga aku bisa menyaksikan betapa binalnya Sis Karen meladeni suamiku, seperti yang kuanjurkan dan kuharapkan.

Biarlah, makin senang suamiku, akan makin lega pula hatiku setelah bersama Jack nanti.

Rintihan rintihan histeris Sis Karen pun mulai terdengar. “ Dias … ooooohhhh … Diaaaasssss … oooo … oooo … ooooooh Diasssssss …. Oooooooooh … ini enak sekali Diaaaaaaassssss …. iyaaaaaaaaa … iyaaaaaaaa …. entot terus Diasssss … entot … entoooootttttt … iyaaaaaaaaaa … iyaaaaaaa …. Oh Diaaaaas …. Diaaaasssss … oooohhhhh … Diaaaaaasssssss … “

Rintihan histeris Sis Karen itu membuatku merinding. Tapi entah kenapa, aku malah merasa bahagia, karena skenario yang kuciptakan, telah terlaksana.

Semoga aku bisa mengembara bersama Jack, tanpa dirintangi oleh izin Bang Dias.

Ya, sekali lagi, masalahnya aku dan Bang Dias sudah terikat oleh perjanjian yang ditandatangani di atas kertas bermeterai. Bahwa pernikahan kami adalah untuk seumur hidup. Aku dan Bang Dias takkan bercerai sampai kapan pun. Hanya maut yang boleh memisahkan kami.

Sementara itu rintihan histeris Sis Karen masih menggila. Padahal rasanya sudah lebih dari setengah jam mereka bersetubuh. Aku jadi penasaran. Kemudian mengintip lewat pintu yang sedikit terbuka itu.

Ternyata mereka sudah pindah ke atas kasur yang terhampar di dekat kamar mandi. Posisinya pun berubah. Kini Sis Karen yang main di atas (WOT), sehingga aku merinding rinding lagi dibuatnya. Karena posisi yang paling kusukai adalah posisi WOT. Kalau mendapatkan pasangan seksual yang perkasa, aku bisa mengalami berkali kali orgasme (multi orgasm) dalam posisi WOT itu.

Sis Karen sedang gencar gencarnya mengayun pantat semoknya, secara berirama yang cukup cepat. Mungkin dia sudah hampir mencapai orgasme.

Ternyata benar. Sis Karen sendiri yang mencetuskannya dalam suara yang seperti mau menangis, “ Dias … ooooooh Diaaaaaaaassss … aku mau orgasme lagi yang kelima kalinyaaaa … ! Ooooooohhhh … Diaaaaaaaasssss … oooooh … ooooo … oooo … oooooohhhhhhhhhh … Diaaaaaaassssss … ! “

Kemudian kulihat Sis Karen ambruk di atas badan Bang Dias. Lalu kulihat Bang Dias merangkul leher Sis Karen, disusul dengan ciuman lahap di bibir kakakku yang bertubuh bohai itu.

Ternyata gairah Sis Karen hanya redup selama beberapa detik. Kemudian entah apa yang dibisikkannya kepada Bang Dias. Yang jelas, sesaat kemudian Sis Karen sudah merangkak sambil menunggingkan pantat semoknya. Bang Dias pun berlutut sambil memegang penisnya. Dan … blessss … batang kemaluan Bang Dias dibenamkan lagi ke dalam liang kewanitaan Sis Karen.

Aku menyaksikan terus permainan mereka itu. Cukup lama Bang Dias mengentot kakakku dalam posisi doggy itu (posisi yang kusukai juga).

Jujur aku terangsang melihat aksi mereka berdua. Tapi aku berusaha menenangkan diriku sendiri. Aku harus menepiskan rangsangan ini, karena aku akan menumpahkannya pada saat sedang bersama Jack besok atau lusa. Aku harus tampil prima pada waktu disetubuhi oleh Jack. Karena itu aku harus menghemat libidoku. Jangan nanti lemah pada waktu “pertarungan” yang sebenarnyya akan kualami.

Lebih dari seperempat jam kemudian, rintihan Sis Karen tidak terdengar lagi.

Ketika aku mengintip ke dalam kamar itu, ternyata mereka tidak ada. Aku pun masuk ke dalam kamar itu. Terdengar bunyi air shower menyemprot, disertai suara tawa Sis Karen cekikikan Hmmm … mereka sedang mandi rupanya.

Biarlah. Aku bebaskan kalian berbuat apa saja. Yang penting aku pun menghendaki kebebasan pada waktu berjumpa dengan Jack nanti.

Kemudian aku keluar dari kamar itu. Menuju kamarku, sambil tersenyum sendiri. Karena terbayang bagaimana perasaan Sis Karen disetubuhi oleh lelaki yang jauh lebih muda daripada mantan suaminya. Ya, usia mantan suami Sis Karen yang bernama Pieter itu usianya sudah 50 tahun lebih. Entah kenapa Sis Karen bisa menerima lelaki tua itu sebagai suaminya.

Dan sekarang Sis Karen sudah merasakan lelaki “segar” dan masih powerful. Semoga Sis Karen kerasan tinggal di rumah ini. Rumah yang akan lama kutinggalkan ini. Agar hati Bang Dias tetap damai. Takkan geram meski tahu bahwa aku akan bersama lelaki lain beberapa hari lagi.

Tak lama kemudian Bang Dias pun masuk ke dalam kamar kami. Dalam keadaan sudah berpiyama lagi. Aku tak mau menyindir mau pun bertanya tentang apa kesannya setelah menyetubuhi kakakku itu. Aku bahkan melaporkan : “ Besok pagi investor akan mengirimkan dollar sebanyak jumlah harga tanah tanah yang datanya tercantum dalam flashdisk itu Bang. Aku sudah memberikan alamat rumah ini. “

“ Haaaa ?! Berarti gudangnya harus dibersihkan dulu, “ sahut Bang Dias.

“ Aaaah … ngapain dibersihin dulu. Yang penting gudangnya masih kosong kan ? “

“ Iya sih. “

“ Dollarnya pasti dipacking dulu. Entah dengan peti kayu, entah dengan peti dus. Jadi gak usahlah Abang sibuk bersihin dulu. Sekarang istirahat aja dulu. Kan Abang pasti capek abis bergumul sama Sis Karen. Hihihiii … “

“ Kan kamu yang nyuruh, “ sahut suamiku.

“ Abang harus jujur ya. Sis Karen enak gak ? “

“ Enak sekali, “ sahut Bang Dias.

“ Syukurlah kalau enak sih. Biar pada waktu aku survey nanti, Bang Dias gak kesepian. “

“ Tapi ingat, aku hanya mengizinkan dengan investor saja. Itu pun demi kemajuanmu sendiri. Supaya kelak bisa membuka perusahaan sendiri yang benar benar bonafide. “

“ Nanti kalau udah berangkat, ajak aja Sis Karen tidur di kamar kita ini. Biar dia merasa bahwa Bang Dias menghargai dia. Bukan sekadar menjadikannya tempat pelampiasan nafsu. “

“ Iya. Aku akan perlakukan dia seperti istriku sendiri. Jadi biar adil, aku punya istri dua orang, kamu punya suami dua orang. Hahhaaaahaaa … adil kan ? “

“ Tapi nanti kalau ingin punya anak dariku gimana ? “

“ Izinkan aja. Biar dia bahagia. Kalau dia bahagia, pasti takkan hitung hitungan lagi soal duit. Semuanya bakal ditumpahkan padamu Liz. “

“ Nanti kan bakal ada dua kiriman dollar Bang. Yang pertama, putarlah sama Bang Dias. Tapi kiriman yang kedua, untuk aku buka usaha sendiri. Gimana ? Abang setuju ? “

“ Tentu aja setuju. Semuanya itu kan hasil perjuanganmu Liz. “

“ Ohya … Sis Karen lagi ngapain ya ? Kok ditinggalkan sendirian, “ ucapku sambil melangkah ke luar kamar. Menuju kamar yang dipakai oleh Sis Karen sama Bang Dias tadi.

“ Paling juga lagi bersih bersih, “ sahut Bang Dias sambil melangkah menuju dapur, “ Aku lapar Liz. Ada makanan ? “

“ Ada di dalam kulkas. Panaskan di microwave aja, “ sahutku sambil menghampiri Sis Karen yang tampak sudah mengenakan daster pink dengan bunga bunga kecil sebagai coraknya. Kelihatannya seperti daster baru. Pasti beli dengan uang yang kuberikan padanya sebelum Bang Dias pulang tadi pagi.

“ Bagaimana rasanya ? Mengesankan ? “ tanyaku setengah berbisik pada Sis Karen.

Sis Karen tersipu dan menyahut, “ Ya gitu deh … tentu lebih berbobot daripada si tua Pieter. “

“ Baguslah. Semoga Sista kerasan tinggal di sini pada saat aku udah pergi nanti. “

“ Iya. Aku akan meladeni Dias seperti meladeni suamiku sendiri seperti yang kamu inginkan. “

“ Soal kebutuhan hidup pribadi Sista sehari hari, pasti Bang Dias akan ngasih uang belanja secara teratur. Aku juga pasti akan transfer setiap tanggal muda. “

“ Iya. Makanya aku mengikuti segala yang kamu anjurkan, karena aku sudah bosan hidup dalam kekurangan. Jadi dengan segala yang telah terjadi, kuharap agar kamu dan Dias mengerti kebutuhan kebutuhanku. Terutama untuk masa depan Eva. Karena meski Eva dirawat oleh Mama, tentu saja aku harus menyiapkan masa depannya. “

Keesokannya, pagi pagi sekali aku mengajak Sis Karen ke supermarket. Untuk belanja segala kebutuhan dapur untuk selama seminggu. Karena aku sudah terbiasa menyimpan stock kebutuhan dapur di dalam kulkas. Pokoknya setiap kali kulkas kulkasku sudah kelihatan pada kosong, pasti aku belanja ke supermarket.

Sebelum ke supermarket, aku mengajak Sis Karen sarapan pagi di warung bubur ayam. Karena pagi itu kami belum sarapan pagi di rumah.

Dari warung bubur ayam itu, barulah kami menuju supermarket.

Aku tahu Sis Karen pandai masak. Karena itu, setelah berada di supermarket, aku persilakan dia untuk memilih apa saja yang dibutuhkan di dapur.

Cukup lama aku dan Sis Karen berada di supermarket. Maklum wanita, kalau sudah berada di supermarket, pasti merasa banyak yang menarik selera untuk dibeli. Aku sendiri ikut memilih bahan dapur yang menarik tapi tidak dipilih oleh kakakku.

Mungkin ada 2 jam kami berada di supermarket itu. Setelah merasa semua kebutuhan dapur terlengkapi, barulah kami meminta bantuan pelayan supermarket, untuk membawa belanjaan yang cukup banyak itu, kemudian memasukkannya ke dalam bagasi mobilku. Seperti biasa kukasih uang tip buat pelayan laki laki itu.

Sesaat kemudian, aku sudah berada di belakang setir sedanku yang kukemudikan untuk keluar dari parkiran supermarket. Sementara Sis Karen duduk di sebelah kiriku.

Setibanya di rumah, dengan gesitnya Sis Karen mengangkut belanjaan satu persatu ke dalam rumah. Dan langsung menyimpannya di 2 kulkas besar yang ada di dapur.

Sementara aku langsung masuk ke dalam kamar, untuk mengganti pakaianku dengan pakaian rumah.

Tiba – tiba Bang Dias menghampiriku dan membisiki telingaku, “ Dollarnya sudah dikirim dan dimasukkan ke dalam gudang. “

“ Haaaa ?! “ aku terbelalak dan terkejut sekali.

“ Iya. Tapi Sis Karen gak usah tahu masalah ini. Takut gak bisa nyimpan rahasia, lalu beritanya menyebar ke mana mana. “

“ Iyalah. Dia gak usah tahu. Yang penting Abang harus ngasih uang belanja tiap bulan padanya. Ohya, tadi ngirim dollar itu siapa ? Apakah Jack datang sendiri mengantarkannya ? “ tanyaku.

“ Nggak. Hanya petugas security yang mengantarkannya, “ sahut suamiku.

“ Terus petugas security itu minta tanda terima ? “ tanyaku lagi.

“ Ya iyalah. Aku kasih tanda terima yang kutandatangani. Dikasih stempel perusahaan segala. “

“ Menurut janjinya, dollar yang dikirim itu baru separohnya, “ ucapku, “ Sisanya baru akan dikirim setelah aku bersamanya. “

“ Kapan kamu akan menjumpainya Liz ? “

“ Lebih cepat lebih baik. Supaya yang separohnya lagi itu dikirimkan. “

“ Kalau kamu mau berangkat sekarang juga boleh, “ cetus suamiku. Membuatku geli, Karena ucapannya seolah mengenyahkanku. Mungkin karena dia sudah ingin menyetubuhi Sis Karen lagi. Sis Karen yang bohai dan bahenol itu,



( Bersambung )
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd