Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Santri dan Syahwat

Status
Please reply by conversation.
Chapter 5​



Burhanuddin semakin panik ketika suara motor meninggalkannya, sekuat tenaga dia berusaha menarik lepas tangannya dari ikatan yang begitu kuat sehingga semua usahanya gagal. Tangannya terasa sakit setelah berjuang sekian lama, akhirnya Baharuddin menyerah dan putus asa. Tergeletak dalam keadaan bugil, kedua kaki tangannya terikat kuat ke arah berlawanan.

Pembalasan Ning Sarah sudah sangat keterlaluan, dia memperlakukannya dengan cara paling sadis yang pernah dialaminya. Tidak pernah sekalipun Burhanuddin menyangka di balik wajahnya yang cantik, ternyata Ning Sarah bisa melakukan apa saja untuk membalas rasa sakit hatinya. Anehnya, dia tidak bisa marah mendapatkan perlakuan tidak adil ini, sebesar itukah rasa cintanya kepada Ning Sarah?

"Tolong.....!" Akhirnya Burhanuddin berteriak nyaring meminta pertolongan setelah yakin Ning Sarah sudah pergi jauh, jauh dari masalah yang akan timbul kalau ada yang melihatnya keluar dari tempat ini. Namun teriakan Burhanuddin tidak membuahkan hasil, tidak ada satu orangpun yang datang menolongnya.

Burhanuddin berpikir keras bagaimana caranya melepaskan diri dari ikatan ini, percuma saja dia tidak akan bisa melepaskan ikatan pada tangan dan kakinya dengan cara berpikir. Harus ada yang menolongnya, tapi siapa? Bukankah Ning Sarah mengatakan, mereka hanya punya waktu satu jam? Ya hanya satu jam, apakah itu berarti akan ada orang yang datang ke tempat ini? Burhanuddin tersenyum, harapannya muncul.

Waktu terus berjalan lambat, satu menit yang dilaluinya terasa sangat lama. Burhanuddin berusaha mengusir waktu dengan berdoa dan berusaha mengingat pelajaran demi pelajaran yang diterimanya, itu lebih baik dari pada terus memikirkan wanita yang sudah menyiksanya seperti ini.

"Akhirnya kita bisa beristirahat juga Yu..!" Seru seorang wanita menyadarkan Burhanuddin dari lamunannya, akhirnya tuan penolong yang sudah sejak tadi ditunggunya datang.

"Tolong..!" Seru Burhanuddin bahagia, dia akan segera terbebas.

"Ihhhh, a a a da, Han Han tu...!" Teriak seorang wanita secepat kilat dia berlari meninggalkan dua wanita temannya yang tidak kalah terkejut, namun kedua temannya itu tidak sepenakut yang berlari tadi.

"Siapa, itu?" Tanya wanita berwajah lumayan manis dengan pakaian yang menutup sekujur tubuhnya, pakaian yang biasa digunakan para petani tebu untuk menghindari luka dari daun tebu yang lumayan tajam.

"Saya, tolong ada yang sudah merampok dan mengikat saya..!" Jawab Burhanuddin tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, harapannya begitu besar kepada tuan penolong yang sengaja dikirim Tuhan untuk membebaskannya.

Pintu terbuka, cahaya matahari masuk dengan bebas ke dalam kamar yang lumayan luas. Riwayat rumah bambu ini cukup panjang, dulu tempat ini dijadikan warung remang-remang yang menyediakan wanita penghibur lelaki hidung belang dari kalangan bawah hingga akhirnya tempat ini ditutup dan para pekerja seks yang biasa mangkal terpaksa angkat kaki.

"Astaghfirullah, Yaa Allah...!" Seru dua wanita yang masuk dan melihat tubuh Burhanuddin yang bugil terikat di atas bale bale, mereka berdua membuang muka melihat pemandangan yang sebenarnya bukan hal aneh karena mereka sudah terbiasa melihat suami suami mereka dalam keadaan bugil.

"Tolong, saya baru saja dirampok..!" Ujar Burhanuddin memelas, dia sudah tidak peduli dengan keadaan tubuhnya yang telanjang dan pakaiannya entah ke mana.

"Ya Allah.,!" Seru salah satu wanita yang usianya pertengahan tiga puluh, dia memberanikan diri menatap benda di selangkangan Burhanuddin dengan takjub.

"Guedene,..!" Seru wanita temannya yang lebih muda, kali ini dia berani menatap benda yang sebenarnya dalam.keadaan tertidur namun tidak mengurangi kesangarannya.

Tolong, buka ikatan saya..!" Seru Burhanuddin jengkel, kenapa kedua wanita itu justru lebih tertarik melihat kontolnya, bukannya melepaskan ikatan pada tangan dan kakinya.

"I, iya mas..!" Jawab wanita termuda, dia tersadar dari pesona kontol Burhanuddin yang menakjubkan. Belum pernah dia melihat kontol sebesar itu, bahkan suaminya yang selalu membanggakan ukuran kontolnya tidaklah sebesar pemuda yang sedang terikat ini.

Kedua wanita itu bergerak bersamaan ke arah kaki Burhanuddin yang terikat, Tiba-tiba mereka lupa dengan tujuannya. Kontol Burhanuddin kembali menghipnotis mereka, kedua wanita itu saling bertatapan dan kemudian menoleh ke arah kontol Burhanuddin.

"Ko ono manuk sagede ngene, Wat !" Gumam wanita tertua, dia lebih tertarik melihat kontol Burhanuddin dari pada harus membuka ikatan pada pergelangan kaki Burhanuddin.

"Ono Mbak Nem, ini buktinya..!" Jawab wanita yang dipanggil Wat, mungkin dari kepanjangan Wati itu menunjuk ke arah kontol Burhanuddin.

Mendengar obrolan jorok kedua wanita itu membuat Burhanuddin merasa risih sekaligus terangsang, bangga rasanya dua wanita yang baru ditemuinya merasa takjub dengan ukuran kontol besarnya yang sudah terbukti membuat Ning Ishma dan Nyai Aisyah bertekuk lutut. Perlahan kontolnya membesar tanpa bisa dicegahnya, dalam waktu singkat ereksi maksimal.

"Wat, lihat...!" Seru wanita bernama yang dipanggil Mbak Yem kaget melihat kontol Burhanuddin membesar, menjulang tegak bagai tugu Monas.

"Masya Allah...!" Wati tidak kalah takjub, dia menyentuh kontol Burhanuddin lalu menarik tangannya lagi. Wajahnya bersemu malu, dia seperti wanita jalang melihat kesangaran kontol Burhanuddin.

"Piye rasanya kontol segede ini masuk memekku ya, Wat?" Tanya Mbak Yem, dia ikut ikutan menyentuh kontol Burhanuddin bahkan menggenggamnya.

"Mboh, Mbak..!" Jawab Wati malu, dia juga penasaran ingin merasakan kontol sebesar itu menusuk dan mengaduk aduk memeknya. Wajahnya yang manis terlihat gelisah merasakan memeknya berkedut kedut dan menjadi basah.

"Tolong, buka ikatan saya..!" Seru Burhanuddin jengah, dalam posisi terikat membuatnya tidak berdaya dan tersiksa. Kedua tangan dan kakinya mulai mati rasa, sementara dua wanita yang diharapkan menolongnya justru asik memperbincangkan kontolnya.

"Mbak, apa yang sampeyan lakukan?" Tanya Wati terkejut melihat Mbak Yem membuka celana training kotornya dan juga CD nya yang sobek di bagian memeknya yang berbulu lebat

"Diam Wat, aku nggak tahan pengen nyobain kontol sebesar ini. Jangan bilang bilang bojoku ya, cuma sekali aja." Jawab Mbak Yem, dia berjongkok di atas kontol Burhanuddin yang mengacung tegang dengan jantung berdebar semakin kencang, ketegangan terlihat di wajahnya yang lumayan menarik dan kulitnya bisa dikatakan bersih karena selalu tertutup penutup wajah saat bekerja di kebun.

Mbak Yem memegang kontol Burhanuddin, wajahnya semakin tegang saat kontol Burhanuddin menyentuh memeknya yang sudah basah karena birahinya.

"Mbak, bukain ikatanku dulu..!" Seru Burhanuddin jengkel, wanita ini memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.

Mbak Yem cuek saja mendengar permohonan Burhanuddin, melepaskan ikatan Burhanuddin adalah hal bodoh yang tidak akan dilakukannya saat ini. Kapan lagi dia bisa menikmati kontol sesangar ini yang dimiliki seorang pemuda tampan yang pasti akan menolaknya dalam keadaan biasa, wajahnya tidak cantik dan tubuhnya sudah kehilangan keseksian setelah melahirkan empat orang anak.

"Awwwww, memekku jebol...!" Teriak Mbak Yem mendelik saat kontol Burhanuddin membelah memeknya, memeknya membelah lebih lebar dari biasanya bahkan menyentuh dinding rahimnya. Ini fantastis, rasa ngilu dan nikmat bercampur menjadi satu dalam saat yang bersamaan.

"Mbak, sampeyan gendeng..!" Seru Wati takjub melihat kontol Burhanuddin amblas seluruhnya di memek Mbak Yem, kontol suaminya yang besar tidak sebesar kontol Burhanuddin. Memeknya terasa ngilu melihat kontol sebesar itu amblas di dalam memek Mbak Yem yang notabene adalah kakak iparnya, suami mereka adalah adik kakak.

"Ennnak betul, Wat..!" Mbak Yem tersenyum bahagia, inilah pertama kali dalam hidupnya merasakan kontol pria lain. Ini hal tergila dalam hidupnya dan justru hal gila ini membuatnya bahagia, dia bisa membalas perlakuan suaminya yang berselingkuh dengan seorang janda dari kampung sebelah.

"Tenan, Mbak?" Tanya Wati iri dia juga ingin merasakan kegilaan seperti yang dilakukan kakak iparnya itu selingkuh, itu sesuatu yang membangkitkan andrenalinnya.

"Tenan, kamu harus mencobanya..!" Jawab Mbak Yem, dia mengangkat pinggulnya berhati-hati, dinding-dinding memeknya seperti tertarik keluar mengikuti kontol Burhanuddin. Ternyata dia harus berjuang keras dengan rasa ngilu dan nikmat bersamaan, ini sebuah tantangan yang luar biasa dan Mbak Yem sangat menikmati hal itu.

"Mbak, kenapa aku diperkosa?" Tanya Burhanuddin takjub, pengalaman yang rasanya mustahil terjadi dan ternyata hal ini terjadi padanya. Tidak bisa dipungkiri, kenikmatan yang dirasakannya begitu dahsyat tidak kalah saat menikmati memek Ning Ishma dan Nyai Aisyah, bahkan tidak kalah nikmat saat merobek selaput dara Zaenab.

"Akkku nggak merkosa kamu, siapa suruh kontol kamu sebesar ini..!" Jawab Mbak Yem, memeknya sudah mulai bisa beradaptasi dengan kontol Burhanuddin sehingga tidak sengilu tadi ditambah cairan memeknya semakin banyak.

"Aduhhhh Mbakk, berenti dulu. Lepaskan ikatanku, ini namanya pemerkosaan...!" Seru Burhanuddin jengkel, posisinya terasa tidak nyaman.

"Wis, meneng.. ( sudah diam.)" Seru Wati was-was, dia harus menyumpal mulut Burhanuddin agar suaranya tidak terdengar oleh petani lainnya. Bisa bahaya kalau ada yang memergoki kejadian ini, nama baiknya dan juga kakak iparnya akan tercemar.

Wati dengan tergesa gesa membuka training lusuh yang dipakainya dan sebelum Burhanuddin menyadari apa yang akan dilakukannya, Wati sudah menduduki wajahnya dan menyodorkan memeknya yang bulunya tidak selebat memek Mbak Yem.

"Mmmmmm,. !" Burhanuddin berusaha memalingkan wajahnya menghindar dari memek Wati, bau menyengat bercampur bau Pesing membuatnya kesulitan bernafas. Namun usahanya sia-sia, Wati menjambak rambut Burhanuddin dan menariknya ke arah memeknya. Burhanuddin pasrah, dalam.posisi seperti ini tidak ada yang bisa dilakukannya kecuali mengikuti kemauan Wati dan membuatnya orgasme dalam waktu singkat agar penderitaannya tidak semakin panjang.

Burhanuddin terpaksa menjulurkan lidahnya menyapu memek Wati yang menempel di bibirnya, bau yang keluar di memek Wati berusaha diabaikannya, nikmati saja apa yang sedang terjadi atau dia akan semakin tersiksa kalau terus melawan. Saat ini yang harus dilakukannya menaklukkan Wati dengan lidahnya agar wanita itu segera orgasme dalam waktu singkat dan berharap Mbak Yem yang sedang memacu kontolnya pun takluk.

"Walahhhh, Iki kontol ngobok ngobok memekku...!" Seru Mbak Yem takjub melihat ke arah selangkangannya, kontol Burhanuddin terlihat penuh dengan cairan berwarna putih yang berasal dari memeknya. Bunyi kecipak yang nyaring setiap kali kontol Burhanuddin menghantam dinding rahimnya membuat Mbak Yem semakin kesurupan memacu kontol Burhanuddin dengan liar.

"Iyaaa terus jilati memekku, jangan berhenti..!" Seru Wati tidak mau kalah, dia menatap wajah Burhanuddin yang terjepit di selangkangannya.

"Aaaaaa kuuuuu metu, Watt..!" Mbak Yem berteriak histeris, mendorong punggung Wati yang menduduki wajah Burhanuddin sehingga Wati jatuh dan kepalanya membentur tembok kayu yang keras.

"Aduhhh Mbak, loro...!" Gerutu Wati memegang keningnya yang terasa sakit, tanpa disadari dia justru menduduki wajah Burhanuddin yang tidak berdaya.

Burhanuddin berusaha meronta, namun hal itu tidak ada artinya justru membuat keadaanya semakin tersiksa. Pernafasannya tertutup sempurna, Malaikat elmaut semakin mendekatinya. Kesadarannya semakin menipis, hanya dalam hitungan detik nyawanya akan lepas dari tubuh kotornya yang berselimut dosa.

"Mbak, gantian...!" Seru Wati, dia bangkit dari atas wajah Burhanuddin yang pingsan kehabisan nafas.

"Yo, sebentar lagi...!" Jawab Mbak Yem, dia masih belum puas dengan hanya sekali mendapatkan orgasme, dia masih ingin tetap menikmati kontol Burhanuddin mengaduk aduk memeknya. Bahkan dia ingin merasakan semburan kontol Burhanuddin dan berharap bisa membuatnya hamil, siapa tahu dia punya anak seganteng Burhanuddin yang bisa dibanggakannya.

"Gantian Mbak, nanti kamu lagi..!" Jawab Wati memaksa, kedua wanita ini belum sadar dengan keadaan Burhanuddin yang terkapar pingsan akibat kehabisan nafas. Mereka malah bertengkar berebutan kontol Burhanuddin, tidak ada yang mau mengalah.

"Nanti dulu, sekali lagi...!" Jawab Mbak Yem kembali memacu kontol Burhanuddin dengan cepat, siapa tahu dengan cara itu kontol Burhanuddin ngecrot.

"Mbak, gantian..! Kalau nggak, aku laporin ke Mas Supri..!" Ancam Wati kesabarannya hampir habis, Supri adalah suami Mbak Yem.

"Jangan begitu, Wat...!" Jawab Mbak Yem menyerah, terpaksa dia bangkit dari atas pangkuan Burhanuddin sehingga kontol pemuda itu tercabut dari memeknya.

Wati kegirangan, dia langsung mengambil alih kontol Burhanuddin. Menduduki kontol yang tetap tegang walau pemiliknya pingsan, tanpa rasa jiji dengan lendir yang menempel di kontol Burhanuddin, Wati memegang hanya agar tepat memasuki memeknya yang sedikit terbuka karena birahi.

"Wat, kenapa pemuda ini?" Seru Mbak Yem panik melihat Burhanuddin tidak bergerak sedikitpun, bahkan ketika dia menampar pemuda itu.

----XXX----​

Ning Sarah meninggalkan Baharuddin dalam posisi terikat, hatinya puas setelah berhasil membalaskan dendamnya kepada pria pengkhianat itu. Dia pantas mendapatkan hukuman seperti itu bahkan kalau saja hukuman rajam diberlakukan di negara, Burhanuddin masih pantas mendapatkannya.

Ning Sarah memacu motornya dengan tenang, jarak antara gubuk dan dirinya semakin jauh. Dia tidak khawatir akan ada yang melihatnya keluar dari gubuk itu, tidak akan ada yang mengenali wajahnya yang tersembunyi di balik cadar dan kaca helm yang dikenakannya. Ini baru awal, akan ada pembalasan lain yang lebih kejam dari pada ini atas perbuatan yang sudah dilakukan Burhanuddin.

Namun pikirannya mulai goyah ketika seekor kucing melintas dan dia hampir saja melindasnya, untung pada saat yang tepat dia berhasil menghindar sehingga kucing itu selamat. Ning Sarah menghentikan motornya, terbayang olehnya Burhanuddin dalam keadaan telanjang terikat tidak berdaya. Bagaimana kalau ada yang menyelamatkannya dan Burhanuddin menceritakan apa yang sudah terjadi, bukankah dia sendri yang akan celaka? Sungguh bodoh apa yang dilakukannya, tanpa berpikir panjang Ning Sarah membalikkan motor kembali ke tempat Burhanuddin ditinggalkannya. Dia harus berburu dengan waktu, jangan sampai didahului oleh orang lain.






Maaf, hanya bisa apdet pendek karena kesibukan di RL, mudah mudahan besok sudah bisa apdet rutin dua hari sekali. Mohon doanya, semoga pekerjaan bisa selesai lebih awal.

Bersambung​
 
wkakakaka ..... ini namanya " pejantan di betinai " tp tetep masih bejo !!

walau mereka ( 2 betina dan 1 wadon ) merasa beruntung tp masalah besar menanti mereka palagi klo mereka cres ( ketemu gathuk thuk ) pasti hebos ....
2 betina takut klo memekin Udin di ketahui orang lain, neng Sarah merasa bersalah ... Udin pingsan ngaceng lagi

s e r u Ki @Satria_cabul sampean emang oye !!!
swon
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd