Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT SAWAH

Tak tunggu kang ceritamu, semngat
Aku seneng cerita seng setingnya nek desa,
Soale aku wong desa hehehe
 
Edyan gawe cerito anyar meneh ,yo wes numpang moco yo hu
 
SAWAH




BAB. 02
PERSIAPAN TANAM


Persiapan tanam adalah persiapan yang luar biasa ribetnya, apalagi bagi yang tak paham ilmu menanam padi.
Khusunya bila tak tahu jadwa pengairan sawahnya.
Semuanya ada waktunya dan terjadwal, dan ada biayanya.

Jangan dikira air utk bertanam itu gratis tis tis…
Semuanya pasti menggunakan yang namanya duit.
Soalnya memang ini hajat hidup orang banyak beneran, dan ga bisa semaunya sendiri.

Sungai ada dimana sawah ada dimana, itu juga mustindiperhatikan betul. Jangan sampai kita ambil air sendiri tanpa koordinasi dengan pemilik sawah2 lain yang terlewati aliran air buat kita.
Bisa kacau akibatnya, tak jarang soalan begini membuat tetangga saling bertengkar dan kadang nyawa melayang akibat rebutan air.

Padi identik dengan air yang banyak dan terus menerus, sepanjang hampir umur padi. Hanya menjelang panen saja diusahakan air yang menggenang berkurang.

***

Pak Sumarna, sudah mengadakan rembug atau musyawarah dengan kelompok taninya, untuk masalah air yang akan dibuka hari minggu ini, musyawarah yang cukup alot karena memang menentukan kapan adalah menentukan adanya uang sih.

Bagi para petani yang pas pasan sawahnya, luasnya tak seberapa, biasanya ngikut yang sawahmya luas saja.

Sudahkah itu? Belumlah persiapan bibitnya…
Pembibitannya dilakukan di sawah itu juga soalnya biar ga mumet soal transportasi. Tinggal cabut dari sini tanam disebelah sana.

Pak Sumarna, sudah siap2 menebar benih bersana anak sulungnya. Sejak subuh mereka berdua sibuk sekali, karena musim tanam kali ini waktunya pendek sekali, di depan sudah menjelang musim kemarau soalnya.

Kalau saja mereka terlambat melakukan proses penanaman boleh jadi tanaman padi mereka akan terancam gagal panen akibat kemarau.
Pihak penyuluh pertanian jauh2 sebelum musim tanam ini sudah memberitahukan adanya ancaman kekeringan karena pemanasan global.

***

Pak Sumarna, sesekali menyeka keringatnya di pagi yang baru saja lepas dr tirai malam padahal pagi masih cukup dinhin. Masih gelap memang diluaran sana hanya ada pendar memerah dilangit dan beberapa awan nampak ikut terbias memerah.

Sesekali pak Sumarna tersenyum dikulum melihat putra sulungnya Rangga nampak lesu dan lemas. Beliau tahu putranya sedang dirudung sedih karena tanpa sengaja beliau mendengarkan komunikasi putranya lewat telp WA dengan pacarnya yang entah kenapa minta putus hubungan.

Pak Sumarna teringat masa lalunya dengan istrinya yang putus nyambung putus nyambung akibat istrinya awalnya tak menginginkan tinggal di desa sebagai petani. Pak Sumarna sendiri tak pernah membayangkan dirinya jadi petani sebenarnya, dirinya yang lulusan Teknik Mesin institut terkenal di Indonesia, mahasiswa teladan pula hatus dihadapkan pada pilihan bahwa dirinya anak tunggal, dan ayahnya sakit2an kala itu, ibunya juga sakit2an menjelang usia 50an.

Sumarno Cokrowerdoyo, anak mantan sekda salah satu kabupaten di sisi barat jawa timur terpaksa merelakan sang kekasih yang minta putus karena tak menginginkan hidup di desa. Jadi petani pula.

Adalah Dyah Ayu Rahmawati, sang gadis pujaan, mantan mahasiswi berprestasi dari universitas sebelah jurusan Komunikasi lah yang selama ini menjadi kekasihnya merupakan gadis yang cantik dan berbadan sexy, dan telah menjadi karyawan sebuah Bank Negara di Bandung.

Ternyata memang jodoh tak akan kemana. Hubungan yang putus nyambung itu pun akhirnya berakhir di pelaminan. Dengan berbagai macam cobaan dan rintangan yang memerihkan hati Pak Sumarna.

Itulah sebabnya Pak Sumarna menjadi terkenang dengan hubungannya dulu kala putra Sulungnya diputuskan hubungannya dengan sang kekasih.

Life must go on…
Kehidupan akan selalu maju kedepan dan mencari jalannya sendiri yang kadang tak pernah diduga sekalipun.
Dalam benak Pak Sumarna, biarlah sang putra menemukan jalannya sendiri dan menjadi dewasa karenanya.

***

Awal menjadi petani dirasakan oleh pak Sumarna seolah hukuman dan cobaan yang berat, karena bukanlah sesuatu yang diidamkan dalam benaknya. Beberapa tawaran menarik baik dari perusahaan multi nasional dan beberapa mantan dosennya membuat pak Sumarna hampir saja meninggalkan desanya.

Namun bakti seorang anaklah yang membuat pak Sumarna melepas semua impiannya. Tak kurang dari 5 tahun beliau mengurua dan merswat bapak ibunya yang memang dulu menikah di usia muda namun baru merasakan memiliki momongan setelah 10 tahun menikah. Hampir menjelang usia 35 tahun ibu beliau mengandung beliau. Satu2nya anak yang ditunggu kehadirannya dalam lantunan do’a dan setiap hembusan nafas.

Keuangan yang mumpuni dari bapak Pak Sumarna yang menghantarkan pak Sumarna lahir ke dunia dengan melalui program bayi tabung di Singapura.
Itupun setelah bermacam usaha dijalankan baik secara medis maupun non medis selama bertahun tahun.

***

Tak mungkin pak Sumarna muda dulu hanya diam duduk manis merawat kedua orang tuanya saja, perlahan beliau bangkit dan mencoba menggarap ladang dan sawah orang tuanya yang dulunya digarap secara tak tararah.

Perlahan sawah dan kebun pak Sumarna berubah wujudnya. Ladang2 nya yang berserak lokasinya dan kadang tak terjangkau kendaraan mulai ditanami kayu2an dan bambu. Sawahnya mulai tergarap dengan baik.

Pak Sumarna mencoba memugar rumah leluhur keluarga besarnya di desa yang memiliki halaman luas, dengan membuat replika rumah2 desa di bumi pasundan yang dulu menjadi tempatnya sekolah dengan sentuhan gaya modern yang dia jiplak dari majalah2 disain arsitektur yang banyak dijual. Dibuatnya rumah mungil dintengah2nya dan beberapa kolam serta kandang. Itu semua dari hasil beliau bertani sambil merawat kedua orang tuanya.

Tak terasa ternyata yang dia bangun adalah mimpi indah mereka, Sumarno Cokrowerdoyo dan Dyah Ayu Rahmawati selama berpacaran dulu. Kolam2 ikannya aliran air nya parit2nya dan petak2 kebun buah dan bunganya.

Itulah keajaiban mimpi.

Setelah rumah jadi, diboyonglah kedua orang tuanya tinggal disana agar kesehatan mereka berdua menjadi lebih baik. Rupanya tinggal di kampung halaman memanglah obat mujarab. Kedua orang tua pak Sumarna berangsur pulih dan mereka sangat berbahagia, bisa berkumpul dan bertemu kembali teman2 kecil mereka.

Seolah tak ada yang aneh di rumah itu kecuali pagarnya dan bentuk rumahnya yang seolah sangat berbeda dengan rumah2 di sekitarnya. Bagi penduduk desa itu dianggap wajar saja karena mantan Sekda dianggap “orang kaya” yang bisa berbuat apa saja. Hanya saja didirikannya pagar sering membuat orang yang biasanya melintas memotong jalan melalui tanah pekarangan beliau menjadikan beberapa orang mencibir beliau.
Itu saja.

Tapi komentarbmacam begitu mana digubris oleh Sumarna muda. Property line atau garis batas itu justru dibuat agar tetangganya yang kerap mencibir itu tak terus2an menggeser batas lahan seenaknya sendiri.
Sengketa batas lahan sangat dihindari orang tua beliau, kala tetangganya mulai mengusik tanah mereka waktu pak Sumarna masih kuliah hal tersebut dibiarkan saja.

Namun setelah terus menerus terjadi pergeseran, dan pak Sumarna sudah tinggal di desa tersebut, mendirikan pagar adalah jalan terbaik. Tetangganya yang sebenarnya masih ada hubungan saudara sebagaimana lazimnya penduduk desa, menjadikan ribut bukan pilihan utama.

***

Sumarna muda mengerjakan sawah dan ladangnya sendirian sekalipun kadang dia meminta bantuan para tetangga, sesekali saja. Bukan apa, Sumarna muda butuh pelampiasan rasa dongkol menjadi cibiran akibat mulut2 usil yang menganggap kehadiran beliau di sawah ga cocok bagi sarjana lulusan terbaik di institut berkelas dunia, cibiran soal pagar batas rumah, cibiran sebagai lelaki ga laku nikah dan sebagainya.

Kerja keras yang gila2an demi melupakan sang mantan yang ternyata malah terus menerus menghantui pikiran beliau memberikan hasil luar biasa. Panennya selalu berhasil baik, ladangnya mulai menghasilkan kayu dan bambu berkualitas, pekarangannya mulai menghasilkan panen ikan buah dan beberapa kambing mulai bisa dijual, sapinya juga mulai beranak…

Penghasilan beliau meluber luar biasa, dan memang membuktikan di masyarakat desanya bahwa beliau bukan petani biasa2 saja. Secara keuangan beliau mulai mantap, mulai bisa menabung berupa membeli lahan2 yang dijual penduduk. Tanahnua semakin luas, penghasilannya semakin banyak.

Pengetahuannya mengenai mesin, membuat beliau merancang sendiri alat2 pertanian yang praktis dan berdaya guna. Itulab yang membedakan beliau dengan yang lainnya. Traktor tangan beliau punya, alat perontok gabah juga punya, macam2 peralatan beliau buat.

Dan disaat tetangga beliau yang suka nyiyir dan menyebarkan isyu2 miring tentang keluarga beliau menjual tanah pekarangannya berikut rumahnya, beliau membelinya selain butuh karena juga ingin “mengusir” tetangga yang ga baik.

Di tanah itulah beliau membangun pengeringan gabah dan gudang hasil panennya serta sekaligus membuat mesin penggiling padi.

Di tempat itu, beliau menempatkan pegawai yang terdiri dari anak2 putus sekolah yang rela menjadi petani, tinggal bekerja dan belajar disana. Tak kurang ada 10 orang anak muda bekerja disana, 4 diantaranya tinggal di mess atau pondokan dekat gudang. Yang juga gudang peralatan beliau yang banyak sekali.

Alhasil rumah dan pekarangannya tetap asri dan nyaman ditinggali bertiga bersama kedua orangtuanya.

***

Itulah masa lalu beliau yang kelam tak kelam. Kesusahan dan kesedihan yang membuat beliau maju dan bergerak lebih cepat dari siapapun. Masa lalu yang membuatnya paham kesulitan sang putra sulungnya.

Hari ini beliau seperti biasa tak memusingkan kepalanya dengan hal2 diluar pekerjaan yang akhirnya dicintainya, menjadi petani.

Pekerjaan yang menghantarkan beliau dikala usia muda sudah menjadi petani teladan tak hanya di desanya melainkan sampai ke tingkat nasional berkat kerja keras beliau.

Tahun ke-3 pak Sumarna bertani, ada perubahan luar biasa dalam hidupnya, ketika beliau pergi ke Bank M****i kantor cabang kabupaten. Ternyata ada pergantian kepala cabangnya. Dan yang jadi kepala cabang baru adalah Ny. Dyah Ayu Rahmawati. Ny bukan Nn, alias sudah menjadi istri orang.

Ada perasaan rela tak rela melihat karangan bunga ucapan selamat terhadap mantan kekasihnya, bukan soal kariernya, melainkan soal statusnya. Dada Sumarna muda bergemuruh keras, menolak kenyataan bahwa mantannya dulu sudah menjadi istri orang. Tak jadi masuk ke dalam, Sumarna muda memilih lebih gila lagi bekerja di sawah.
Lebih hebat lagi berkarya melupakan kesedihan hatinya.

Kedua orang tua Sumarna bukan tak tahu, bukan pula tak mau tahu akan kesedihan hati anaknya, tetapi segala usaha telah dilakukan dengan menjodohkan dengan anak kolega atau anak pejabat yang dulu adalah anak buahnya, sampaipun mencoba mendatangkan guru2 untuk meminta do'a restu agar sang buah hati mau cair hatinya dan mau melupakan kesedihannya. Semuanya gagal.

***

Bahkan anak bupati yang saat ini menjabat sekalipun Sumarna muda awalnya tak tertarik sedikitpun untuk menjadikannya sebagai istri, padahal bibit bebet dan bobotnya sangat bagus, cantik menarik energik dan berpendidikan tinggi.

Calon2 yang disodorkan kepada Sumarna muda, satupun tak ada yang diriknya sama sekali, kecuali anak sang Bupati. Ada rasa sungkan yang berlebih kala dikenalkan padanya. Bagiamanpun anak bupati tak bisa ditolak mentah2, ora ilok, ora pantes (tak pada tempatnya dan tak pantas.

Mereka lantas berkenalan dan menjadi teman, awalnya memang begitu, dari perkenalan tersebut timbullah saling pengertian bahwa anak bupati sebenarnya memiliki kekasih sendiri. Namun orang tuanya tak mengetujuinya, akibatnya kekasihnya merasa sakit hati dan menikah dengan orang lain setelah diusir oleh orang tuanya.

Kartika Chandradewi nama putri bupati itu, adalah wanita yang luar biasa cantik dan pintar, berpendidikan pasca sarjana dari Universitas negeri di Surabaya jurusan psikologi.

Karena sama2 kehilangan kekasih, putus dan ditinggal menikah, jadilah keduanya menjadi sangat akrab. Orang tua masing2 dua belah pihak juga senang sebenarnya, bagaimanapun juga mereka ingin punya cucu.

Rupanya itu hanya angan2 belaka awalnya, karena mereka berdua sadar sesadar2nya bahwa menikah karena pelarian itu sangat tak baik dan cenderung salah. Oleh karenanya mereka berdua lebih memilih untuk bersahabat dulu saja. Sahabat tapi mesra, friend with benefit, sekalipun benefitnya hanya sekedar agar tidak dianggap jomblo saja.

Sekedar peluk cium itu sudah keseharian mereka, awalnya sebatas itu sampai suatu ketika terjadilah yang musti terjadi.

*

Ini kok cerita putus disini ya ?
Ah biar saja deh, ga papa
Paling dicerewetin para reader.

Sebab kalau ga cerewet bin bawel ga asyik juga

Jarang2 dicereweti soalnya

😁😁😁
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd