Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sebuah Sisi Lain (TAMAT)

Post 2

Beberapa hari ini kondisi rumah sudah balik ke kondisi biasanya. Mama sudah masuk kerja pagi dan sore sudah pulang. Itulah kenapa aku juga sudah tak lagi mandi bersama kakakku lagi. Ada perasaan lega, karena aku bisa menjauhi godaan terbesarku saat ini, yaitu syahwat saat melihat tubuh bugil kakak perempuanku. Kesempatan ini kugunakan juga untuk pergi bersama teman-temanku.

Sore selepas maghrib aku dan Bayu sudah berada di tepi kolam pancing. Lokasinya memang agak jauh dari rumahku, tapi tempat itu dari dulu sudah jadi langganan kami untuk memancing. Selain pemiliknya kami kenal, juga ikannya banyak dan besar-besar. Trus ada warung kecil yang menyediakan kopi dan minuman lainnya. Pokoknya cocok buat melepas penat dan menghabiskan waktu.

“Bay, gua pulang duluan yah!? Ngantuk nih...” pamitku pada Bayu, teman karibku yang sementar ini masih setia memegang joran pancingnya.

“Eh, tumben lu nyet? Biasanya jam 2 baru pulang?”

“Ga tau nih, mata gua lengket.. tadi siang juga ga sempet tidur” balasku.

“Yaudah, lu mau lewat mana nih?”

“Lewat jalan yang selatan aja, lebih deket...”

“Wahh.. berani lu? Angker lho jalan itu...” ujarnya seperti sengaja mau menakutiku.

“gapapa.. ntar gua kasih pisang goreng aja.. gua udah siapin nih, hahaha...” balasku sambiil mengangkat pisang goreng dibungkus plastik yang tadi kubeli di warung dekat kolam pancing. Memang aku seneng banget sama pisang goreng dari warung itu, selalu enak dan manis.

“Oke deh bro.. ati-ati aja yah...”

Sekitar pukul 11 malam aku putuskan untuk pulang. Selain karena umpan yang aku bawa sudah habis mataku juga sudah mulai mengantuk. Kuberikan hasil pancinganku pada Bayu dan kuambil beberapa ekor saja untuk kubawa pulang.

Setelah kubayar ikan hasil pancinganku, aku segera pergi dari kolam itu. Kupacu moto matic putih milikku santai saja karena aku sudah mulai mengantuk. Sengaja malam itu aku memilih jalan pintas untuk pulang. Meski jalannya aspal tapi melewati hamparan sawah dan ladang yang lumayan panjang. Sebenarnya agak menyesal juga aku memilih lewat jalan itu, jadi berpikiran yang buruk-buruk saja sepanjang perjalanan.

Beberapa lama kemudian aku sampai pada sebuah jalan menikung. Di pojokan tikungan itu ada tempat pengolahan sampah sementara, biasanya lampunya menyala tapi malam itu entah kenapa lampunya padam. Tambah merinding saja aku. Di sebelah tempat pengolahan sampah itu juga ada sebuah rumah semi permanen yang ditempati oleh beberapa pemulung, malam itu juga lampunya tidak menyala. Semakin menambah kesan sepi dan lain dari biasanya.

“Anjiiiiirrrrrr....!!” teriakku kaget.

Beberapa meter setelah melewati tempat pengolahan sampah di tikungan jalan tadi mendadak aku melihat sesosok makhluk di balik pohon yang ada semak di bawahnya. Hampir saja aku jatuh dari motor, untung aku langsung mengerem dan menepikan motorku. Jantungku langsung berdegub kencang, wajahku jadi dingin dan keringat mulai membasahi tengkuk dan keningku. Tapi entah kenapa rasa penasaran pada sosok tadi malah semakin kuat, sampai membuatku menepikan motor lalu menuju ke arah pohon tadi.

Dengan bantuan cahaya senter dari Hp aku mendekati pohon tadi. Aku yakin kalau yang kulihat tadi adalah manusia. Semakin dekat aku semakin yakin pada perkiraanku itu. Benar saja dugaanku, ternyata yang kulihat di balik semak itu adalah manusia, perempuan lagi. Akupun semakin berjalan mendekatinya tanpa berpikir apa-apa selain penasaran saja.

“Mbak.... mbak gak apa-apa?” sapaku memastikan kalau dia tidak terluka atau sakit. Tentu saja tak di balasnya.

Cahaya lampu flash Hp kuarahkan tepat di mukanya. Kembali aku terkejut bukan main. Ternyata di depanku sekarang ada seorang perempuan muda tanpa busana atau telanjang bulat. Rambutnya acak-acakan, tubuhnya penuh noda tanah dan ada bau pesing yang kuterima saat mulai mendekatinya. Aku langsung punya pikiran kalau di depanku ini adalah seorang perempuan dengan gangguan jiwa. Semakin aku melihatnya semakin aku tak tega.

“Mbak... pakai jaketku ini yah... gapapa kok.. pakai saja” akupun melepas jaket yang kupakai sejak tadi. Rasanya jadi gak tega, jadi ingat kakak perempuanku di rumah.

Mungkin cewek ini lari dari rumahnya. Mungkin juga dia dibuang oleh keluarganya. Padahal kalau dilihat dari wajahnya dia masih terlihat muda dan cantik. Mungkin umurnya tak jauh beda dengan kak Dea. Semakin kulihat jadi semakin kasihan.

“Pakai saja ya mbak... ini aku pakaikan” ujarku, kemudian aku mendekatinya lalu memakaikan jaketku di badannya.

Sejenak aku terkesima dengan bentuk tubuh orang gila di depanku ini. Meski tubuhnya penuh noda tanah dan lumpur, aku masih bisa melihat buah dadanya yang bulat membusung dengan puting susu merah muda. Pasti cewek ini masih berumuran 20 tahunan. Karena posisinya yang meringkuk di bawah pohon dan melipat pahanya aku jadi tak bisa melihat area kemaluannya. Tapi itu tak penting sekarang.

“Sudah ya mbak.. oiya.. ini ada makanan sedikit, jangan dibuang..” kukeluarkan pisang goreng dari tas ranselku lalu kuberikan padanya. Pada awalnya dia menolak, tapi terus kupaksa sampai akhirnya dia mau menerimanya.

“Aku sebenarnya kasihan sama mbak, tapi gimana lagi.. cuma ini yang bisa aku berikan...” ujarku sebelum beranjak pergi meninggalkan cewek yang meringkuk di bawah pohon itu.

Setelahnya aku kembali ke motorku lalu memacunya kembali menuju rumah. Sampai di rumah pun aku masih memikirkan nasib cewek yang aku kira mengalami gangguan jiwa tadi. Semoga saja ada yang lebih mampu menolongnya. Kasihan kalau sampai ada yang berniat jahat padanya. Terlebih wajahnya cantik dan tubuhnya masih bagus, dengan kondisi tanpa pakaian seperti itu pasti dia jadi sasaran nafsu bejat laki-laki yang melihatnya.

Beberapa hari kemudian aku sengaja melewati tempat aku menemui cewek dengan gangguan jiwa itu, tapi tak ada tanda-tanda keberadaannya. Mungkin saja dia sudah pergi atau sudah keciduk sama satpol pp. Ah, sudahlah.. semoga dia mendapat nasib yang baik.

***

Pagi itu aku bangun tidur. Dengan tubuh yang hanya memakai celana pendek saja aku pergi keluar dari kamarku. Memang biasanya aku dirumah kalau tidur hanya memakai celana pendek dan telanjang dada. Maklum rumahku tak ada yang namanya ac atau mesin penyejuk ruangan. Jadi kalau mau tidur tanpa merasa gerah ya harus lepas baju.

Ketika aku menuju dapur tak kutemui ada mamaku. Padahal biasanya dia bangun duluan lalu menyiapkan sarapan untuk kami. Sempat kulihat kak Dea masih tidur di kamarnya. Akupun lalu mengambil air minum lalu meminumnya pelan-pelan. Belum habis air di gelasku tiba-tiba mama datang dari arah pintu depan.

“Eh, udah bangun rupanya anak mama yang paling ganteng ini” ucap mama sambil mencium keningku. Memang seperti itu kebiasaannya.

“Iya mah.. eh, mama darimana sih?”

“Oh itu.. ada si Wawan nganter air galon tadi.. kamu tolongin angkat ke dapur ya Ven”

“iya mah... beres...” balasku.

Wawan itu anaknya bu Rodiah pemilik warung di ujung gang. Umurnya sama denganku, kebetulan kami dulu satu angkatan saat masih SMA. Sebenarnya yang menggangguku dari tadi adalah rasa penasaranku saja. Masak mama menemui Wawan di depan rumah cuma pakai handuk saja begitu. Ya mungkin saja mama baru selesai mandi sudah buru-buru membuka pintu untuk menemui Wawan.

“Mama hari ini kerja gak?” tanyaku.

“Emm.. enggak, mama libur hari ini, napa Ven? Kamu mau mancing lagi?”

“Nggak kok mah.. aku mau nganter barang.. ada yang beli online tapi karena jaraknya dekat aku kirim aja sendiri” balasku.

“Ohh.. yaudah pergi aja...”

Tanpa melanjutkan obrolan kami, aku langsung menuju kamar mandi setelah menyambar handuk dari jemuran di belakang rumah. Selesai mandi aku kemudian sarapan dan menata barang yang akan aku bawa. Aku buru-buru karena orang yang beli hanya bisa menerima sampai jam 10 pagi saja.

Jam setengah delapan pagi aku tiba di sebuah warung. Tempat itu biasanya kujadikan lokasi nongkrong karena banyak anak kuliahan yang kos di daerah itu. Lumayan sambil cuci mata lihat yang bening-bening. Kadang aku bisa beruntung lihat cewek-cewek yang beli makanan untuk sarapan memakai baju seadanya karena mereka baru bangun tidur.

Sambil menikmati segelas kopi, aku kirim chat ke orang yang memesan barangku secara online ini. Aku hanya meminta dia untuk share lokasi dimana rumahnya, namun tak ada balasan darinya. Tiba-tiba setelah menngalihkan pandangan mataku dari layar Hp, aku menangkap seorang cewek cantik tengah berdiri di depanku. Rupanya dia memasan nasi bungkus dari warung. Diam-diam aku mengamatinya.

“Pake lauk apa ini neng?” tanya penjaga warung.

“Pake ayam aja pak...”

“Paha atau dada nih?”

“Dada aja pak, lebih enak, hihihi...” balas cewek itu dengan nada centil.

Kuperhatikan cewek cantik itu tengah melihat penjaga warung membungkus nasi. Tangannya mengapit dompet kecil sambil sibuk menahan ujung jilbabnya. Pagi itu dia memakai kaos lengan panjang warna abu-abu dengan bawahan celana tidur. Aku yakin dia pasti tinggal dekat sini kalau dilihat dari dandanannya.

Tanpa sengaja saat aku perhatikan tangannya yang memegang ujung jilbab, ada tonjolan kecil di dadanya. Wah.. apa dia pagi itu gak pake Bh yah? Lalu saat pandangan mataku menyapu pantat gadis itu aku tak melihat adanya garis celana dalam. Ugh, jadi kepikiran yang macam-macam nih!

“Makasih ya pak..”

“Iya neng.. sama-sama...” balas penjaga warung.

“Mari mas... saya duluan” tak ada angin tak ada hujan dia menyapaku dengan ramah disertai senyuman manis. Aduh.. jadi pengen halalin tuh cewek rasanya.

“Eh, i-iya mbak..” balasku.

Ketika dia melewatiku, dapat aku lihat wajahnya dari depan dengan jelas. Tiba-tiba ada rasa semacam pernah lihat wajah gadis itu, tapi entah dimana. Pokoknya aku yakin pernah bertemu dengannya. Tapi langsung kuhilangkan penasaranku itu, mungkin aku cuma halu saja karena terpesona melihat kecantikan wajahnya.

Beberapa lama kemudian ada suara notif dari Hpku. Rupanya itu chat balasan dari orang yang memesan barangku.

“Silahkan pak.. ini kos saya” tulisnya dengan menyertakan share lokasi.

“Saya menuju” balasku.

Setelah membuka maps dari share lokasi yang dikirimkan padaku, aku sedikit kaget karena jaraknya dari warung itu hanya beberapa puluh meter saja.

“Mang.. tahu alamat ini gak?” tanyaku pada penjaga warung.

“Lhah.. ini kan kos-kosan cewek yang beli makanan tadi...” balasnya.

“Masak sih!?”

“Iya itu deket aja, kamu jalan kaki aja tuh lewat gang belakang warung”

“yaudah deh.. titip motor dulu ya mang.. bentar aja kok”

“Beress..”

Aku kemudian membawa barang yang dipesan orang yang chat tadi. Dengan berjalan kaki aku menyusuri sebuah gang kecil yang memang cukup dilewati hanya satu motor saja. Dalam beberapa menit aku sudah sampai pada lokasi yang ditunjukkan lewat chat tadi.

“Kak, saya di depan rumah” tulisku lewat chat.

“Bentar ya pak.. saya ke depan” balasnya.

Dengan sabar aku kembali menunggu pintu terbuka. Sambil menungu di depan pagar aku mengamati lingkungan sekitar. Rumah itu seperti rumah kontrakan yang sengaja dijadikan tempat berkumpulnya anak-anak kulihan.

“Pak.. eh.. mas... yang nganter barang yah?” tiba-tiba ada suara yang aku kenali menyapaku.

“Lhoh, mbaknya yang beli nasi di warung tadi yah?” tanyaku kaget.

“Hihi.. iya bener”

Kulihat cewek itu beda banget dengan tadi pas di warung. Dia sekarang memakai kaos hitam tanpa lengan dan celana pendek mirip hotpants warna abu-abu. Aku juga bisa melihat rambutnya lurus tergerai karena dia sekarang tak memakai jilbab.

“Mas... masuk dulu yuk...”

“Eh, ga usah kak, gak enak dilihat orang” tolakku halus.

“gapapa kok, lagi sepi kok rumahnya”

“Yah.. malah bahaya dong kalo sepi” balasku lagi.

“Udah ah.. ayo masuk dulu, bentar aja.. “

Akupun akhirnya menyetujui ajakannya. Entah kenapa dia berani mengajakku masuk, sepertinya aku akan diberi sesuatu olehnya.

“Kak.. saya di ruang depan aja yah...”

“Iya gapapa, tunggu bentar yah” ucapnya sambil jalan masuk ke dalam rumah.

Beberapa lama kemudian dia kembali ke depan menemuiku dengan membawa nampan berisi segelas minuman.

“Nih, minum dulu.. trus ini ada tips buat mas-nya..”

“Eh.. em.. gausah kak..”

“Udah terima aja.. ntar palingan juga aku pesen barang lagi” ujarnya.

“Iya deh kak.. eh, tapi jangan panggil mas dong, sepertinya kakak ini lebih tua dariku.. semester berapa sih?”

“Semester 5, jurusan Farmasi” ucapnya sambil tersenyum.

“Nah, iya kan.. aku lho baru lulus sma... aku panggil kakak aja yah?”

“Jangan deh.. kayak gimana gitu dengerinnya... panggil nama aja biar akrab”

“Eh, gapapa emang? Ntar dikira ga sopan” kataku memastikan.

“Beneran gapapa kok.. namaku Fauzia.. panggil aja Zia...” ucapnya sambil mengulurkan tangan.

“Ohh.. iya kak.. eh.. Zia.. aku Vendi” balasku masih canggung.

Aku kembali diam sambil minum dari gelas yang disajikan di depanku. Sementara itu gadis cantik bernama Zia tadi tengah merobek bungkus paket yang aku bawa tadi.

“Lain kali kalo anter paket kesini ga usah dibungkus rapet kek gini deh Ven, kan jadi repot bukanya..”

“Iya itu kan standar pengiriman barang kak..” balasku.

“Zia.. namaku Zia...”

“Eh iya .. Zia...”

Setelah membuka karton pembungkusnya, Zia kemudian mengangkat barang yang dipesannya. Seingatku memang dia memesan kaos jersey sebuah klub sepak bola dan celana lengging warna hitam.

“Wah.. bagus nih barangnya.. makasih ya Ven..” ujarnya.

“Iya sama-sama.. silahkan pesan barang yang lain kalo Zia suka” balasku sambil promosi dikit.

“Boleh deh.. ntar aku pilih lagi.. tapi langsung lewat chat pribadi aja gapapa ya?”

“Boleh.. gapapa.. trus kalo kamu pengen dicarikan barang lain boleh juga kok”

“Ohh gitu.. boleh deh lain kali... tapi bentar, aku coba yang ini dulu yah Ven”

“Iya silahkan, aku tunggu disini, kalo ga cocok boleh dituker kok” balasku.

“Emm.. aku pake disini aja yah... bisa gak kamu putar badan dulu.. jangan ngintip lho..” ujarnya dengan nada santai menggoda.

“Lhoh!? Beneran mau dipake di sini?”

“Iya ini aku udah mau lepas baju...”

Ugh, kenapa tiba-tiba aku jadi membayangkan bentuk tubuhnya. Aku langsung memutar badanku menghadap ke luar rumah. Sambil memastikan tak ada yang melihat kami berdua. Aku yakin kalau ada yang lewat di depan rumah pasti bisa melihat Zia sedang ganti baju.

“Bentar ya Ven.. masih telanjang niih...”

Anjay, kenapa sih dia menyebut kata ‘telanjang’ itu? bener-bener bikin aku makin horni saja.

“I..iya Zia...lanjut” balasku.

“Udah nih Ven.. coba lihat”

“Eh.. iya..”

Aku kembali menghadapkan wajahku pada posisi Zia. Dia terlihat masih sama cantiknya saat memakai baju pesanannya itu. Tiba-tiba aku seperti mendapat insting memperhatikan dadanya. Aku bisa pastikan ada dua buah tonjolan kecil di dadanya, cewek itu benar-benar tak memakai Bh.

“Kamu cantik Zia” pujiku lepas begitu saja tanpa bisa aku kontrol.

“Hihi.. makasih Ven..”

“Eh, udah siang nih.. aku pulang dulu yah.. masih banyak barang yang mau aku packing..”

“Buru-buru amat.. iya deh.. makasih banyak”

Aku langsung berdiri dan melangkah keluar rumah Zia. Sebenarnya aku cuma beralasan saja supaya bisa segera pergi dari rumahnya. Melihat gadis cantik itu dan ulah usilnya tadi membuatku jadi horni. Apalagi batang penisku mendadak tegang. Bisa gawat nih kalo ada yang lihat.

“Yukk.. aku pulang dulu..”

“Iya makasih Ven.. hati-hati...” balasnya.

Langkah kakiku menuju keluar pagar, namun entah kenapa pandangan mataku menangkap sebuah barang yang tak asing bagiku. Di gantungan baju samping rumah kontrakan Zia kudapati jaketku yang kuberikan pada orang gila beberapa hari yang lalu. Pertama memang aku tak percaya pada yang aku lihat, mungkin itu jaket yang sama modelnya, tapi semakin aku lihat semakin aku yakin kalau itu adalah jaket milikku. Kenapa bisa ada di rumah kos gadis cantik itu? belum lagi aku merasa pernah melihat wajah Zia. Apakah gadis itu adalah orang yang sama yang kutemui malam itu? hadeuh.. bodo amat dah!

***

Bersambung lagi ya Gaes ^_^
Klo tema nya stw ane byimak
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd