Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sebuah Sisi Lain (TAMAT)

Post 8

Semenjak malam dimana kak Dea memergoki aku dan mama sedang bersetubuh, kurasakan ada perubahan yang baik pada kakakku itu. Kini dia sudah tak selalu murung. Pandangan matanya juga sudah tak kosong lagi. Meski masih sering melamun tapi aku yakin semuanya akan baik-baik saja. Aneh sih kalau dipikir, seorang perempuan yang tengah depresi memergoki adik laki-laki sedang ngentot dengan mama kandungnya sendiri bukannya tambah parah depresinya tapi malah lebih baik kondisinya. Masuk akal gak? Tambah curiga sih akunya.

Kini kami tak mengunci lagi kamar kak Dea. Sekarang dia bisa bebas kemana saja asal masih di dalam rumah. Meski begitu aku dan mama masih selalu mengunci pintu depan dan pagar. Buat jaga-jaga kalau kakakku mulai berubah lagi kejiwaannya. Kini aku juga mulai terbiasa dengan kak Dea yang keluyuran telanjang bulat di sekitarku. Entah kenapa mama sepertinya sengaja membiarkan kak Dea seperti itu. Dia sudah tak lagi mencoba memakaikan baju pada kakak perempuanku itu. Kalau aku sih malah tambah seneng bisa leluasa menikmati pemandangan tubuh bugil kakak perempuanku itu. Dasar akunya aja yang tambah mesum pikriannya.

Seperti halnya malam ini. Mama baru saja pulang dari tempat kerjanya. Begitu datang dia langsung masuk ke dalam kamarnya dan keluar lagi dengan pakaian seperti biasa, baju tidur model kimono dengan daleman hanya celana dalam saja. Kebetulan malam ini mama kulihat memakai celana dalam warna merah maroon. Begitu keluar dari kamar, mama langsung duduk di dekatku yang sedang menyiapkan barang untuk aku kirim esok hari.

“Mah..”

“Iya Ven..apa?” balasnya, kulihat mama sedang membalas chat yang masuk ke Hpnya.

“Daripada mama cuma pake baju gituan mending telanjang aja sekalian mah, hehe..” ucapku iseng.

“Yeee.. enak di kamu dong Ven.. dikelilingi dua wanita cantik telanjang semua” balasnya.

“Hehehe.. iya sih.. betapa bahagianya aku bisa tinggal serumah dengan dua wanita cantik tanpa busana” kelakarku.

“Kamu ngarepnya keterlaluan sih..”

Aku kembali diam sambil tanganku sibuk mem-plester barang-barang yang sudah kubungkus rapi dengan kertas karton. Tiba-tiba kak Dea datang menghampiri kami lalu duduk menyender di badan mama. Kakak perempuanku itu benar-benar mulai bebas melakukan apa saja di rumah ini, termasuk keluyuran dalam kondisi bugil.

“Tuhh.. liat kakakmu ini.. masak mama suruh saingan sama kakakmu sih?” ujar mama lagi.

“Hehe.. iya dong mah, body mama masih seksi.. masih langsing” pujiku sambil menatap wajah mama.

“Halahh.. gombal, kalo muji-muji gitu pasti ada maunya deh”

“Eh, enggak mah.. beneran bodinya mama masih bisa saingan sama kak Dea lhoh..”

“Hihihi.. iya deh, makasih Ven...” balas mama tersenyum bangga.

Lagi enak-enaknya kami sekeluarga ngobrol, tiba-tiba ada pesan masuk di Hpku. Suara ringtone-nya lain dari yang lain. Supaya aku bisa membedakan kalau yang mengirim pesan itu adalah Zia. Entah kenapa aku melakukannya? Apa mungkin aku sudah terobsesi dengan gadis cantik itu yah?.

“Vendi sayang ntar satu jam lagi jemput aku di sini” tulisnya kemudian disertai lagi dengan peta sharing lokasinya.

“Oke” balasku spontan.

Lagi-lagi aku dengan sukarela menuruti permintaan Zia. Apakah gara-gara dia panggil aku ‘sayang’ langsung luluh hatiku? Tapi enggak deh, memang sepertinya aku masih berharap dia menerimaku sebagai kekasihnya. Memang aku suka pada cewe itu. Menyedihkan banget hidupku yah!?

“Mah... aku pergi sebentar yah.. ada urusan penting nih” pamitku pada mama setelah aku bersiap untuk pergi.

“Iya deh Ven.. ati-ati” balas mama.

Akupun dengan segera pergi menuju lokasi yang ditunjukkan Zia tadi. Meski dia menyuruhku menjemputnya satu jam lagi tapi aku penasaran banget apa yang sedang dilakukannya di situ. Titik lokasi yang dia kirim padaku tepat seperti beberapa waktu yang lalu saat aku juga diminta menjemputnya. Tak salah lagi kalau lokasinya adalah rumah bedeng pemulung yang ada di pinggiran kota.

Hanya dalam waktu sekitar 15 menit aku sudah sampai di tujuan. Dengan sengaja kumatikan motorku agak jauh dari rumah bedeng yang dulu kulihat Zia keluar dari dalamnya. Untung saja tempat itu sepi banget. Hanya ada beberapa rumah yang lampunya menyala, itupun jaraknya lumayan berjauhan. Kondisi lingkungannya mendukung banget untuk aku terus mengendap-endap mencari keberadaan Zia.

Langkah kakiku akhirnya sampai di depan sebuah rumah kecil dengan dinding dari kayu dan triplek. Tak salah lagi, rumah inilah yang dulunya Zia keluar dari dalamnya. Dengan hati-hati kuparkir motorku dan kututupi dengan beberapa kardus bekas yang ada di situ. Perlahan aku mulai mendekati dinding rumah tadi sambil mencari celah dimana aku bisa melihat apa yang terjadi di dalamnya.

“Mang, kita beruntung banget malam ini..”

“Iya Kib, kedatangan tamu spesial nih kita”

“Hihihihi..”

Dari apa yang aku dengar, di dalam rumah itu ada dua orang laki-laki dan satu perempuan. Untung aku segera mendapat celah untuk melihat isi rumah itu. Memang cahaya lampu yang menyala tak begitu terang, tapi aku masih bisa melihat degan jelas sosok yang ada di dalam rumah.

“Kib, kita mulai aja yukk.. katanya neng cantik ini cuma punya waktu satu jam” ujar seorang pemulung berusia sekitar 50 tahunan. Aku langsung mendadak heran, bukannya dia itu yang kutemui keluar dari dalam rumah kontrakan Zia tempo hari. Kebetulan yang luar biasa nih menurutku.

“Beres mang..” balas seorang lagi, dari raut wajahnya kuperkirakan dia lebih muda, mungkin sekitar 30 tahunan umurnya.

“Weittt.. masak mau keroyokan nih?” suara dari seorang gadis mulai terdengar. Aku belum bisa melihat wajahnya karena dia membelakangiku.

“Iya dong neng.. biar cepet selesai nih..” ujar pemulung yang lebih tua.

“Hihihi.. aduhh.. jadi takut nih.. iya deh pak.. maju aja semua” balas perempuan itu. Entah kenapa suara cewek ini aku begitu mengenalnya. Ahh, mungkin aku salah.

“Ayo Kib.. kita keroyok neng cantik ini”

Tiba-tiba saja kusadari ternyata semua yang ada di dalam rumah itu sudah tak ada yang memakai baju. Semuanya telanjang bulat, termasuk cewek tadi. Mungkin karena cahaya remang dari lampu di rumah itu membuat pandangan mataku jadi kurang jelas.

“Uuhhh... pada nakal semua deh.. sini.. sini.. biar aku hadapi kalian” tantang cewek tadi pada dua lelaki di depannya.

“Maju mang..”

Kedua laki-laki itu dengan penis tegak mengacung mulai mendekati cewe di depannya yang sedang dalam posisi jongkok. Dengan sigap cewe tadi langsung menerima kedua batang keras itu dengan tangannya lalu secara bergantian mengulumnya dengan cepat.

“Mmm.... pppppuaaahhh... ahhh... ahhh..” terdengar cewe itu mengatur nafas setelah mengeluarkan batang penis dari mulutnya. Begitu satu keluar, disusul penis satunya gantian dia masukkan. Begitu terus sampai beberapa menit lamanya.

“Aduh neng.. pinter amat sepongin kontol kita.. beruntung banget suami neng nanti..”

“Eh mang, beruntung kita dong bisa nikmatin tubuh neng ini.. udah cantik.. mulus.. seksi.. doyan kontol lagi, hahahahaha...” ujar pemulung yang lebih muda.

“Bener juga kata lu Kib, dia doyan kontol banget tuh, hahaha..” timpal pemulung yang lebih tua.

“Hihihi.. tenang aja, masih banyak waktu kok bapak-bapak.. nikmati tubuh Zia sepuasnya”

Demi hujan demi badai. Aku seperti tersambar petir dikala perempuan itu menyebut nama Zia. Aku langsung terduduk lemas di atas tanah tempatku berpijak saat itu. Tangisku pun pecah saat itu juga, tapi sekuat tenaga aku tahan supaya tak terdengar mereka yang di dalam. Rasa marah, dendam, cemburu, iri, jengkel bercampur jadi satu di dalam diriku. Inikah rasanya orang depresi karena dikhianati oleng orang yang dicintainya? Sakit banget rasanya. Rasa sakitnya sampai menjalar ke ubun-ubunku.

Aku tak mengira kalau seorang gadis cantik, anak orang kaya dan berpendidikan bisa-bisanya merelakan tubuhnya untuk dinikmati oleh orang-orang tak jelas seperti kedua pemulung itu. Zia yang kukenal baik dan berusaha kudapatkan itu ternyata punya sisi lain. Sisi yang membuatnya berubah menjadi seorang lonte.

Di dalam sana, masih kudengar suara cekikikan dari mulut cewek lonte itu. Berikutnya disambung dengan suara lenguhan tertahannya. Apa yang tengah dialaminya sampai dia melenguh begitu? aku yakin dia pasti menikmati perlakuan dua pemulung itu padanya. Ingin rasanya aku segera mendobrak masuk ke dalam lalu menyeret gadis itu keluar. Mungkin saja mereka akan melawanku, tapi aku yakin bisa menghadapinya. Bukan sok jadi jagoan, tapi kalau mengatasi dua pemulung itu aku yakin mampu melakukannya.

Rencanaku kutahan, rasa penasaranku mampu mengalahkan gejolak darah mudaku. Aku kembali berdiri dan mencoba melihat ke dalam melalui celah yang kutemukan tadi.

“Auwww... pelan-pelan dong pak..” ucap gadis itu yang kini kuyakin adalah Zia setelah wajahnya menghadap ke arahku. Benar-benar seorang lonte betina dia itu.

“Ahhh.. gimana bisa pelan kalo dapat susu enak gini” balas pemulung yang tua, rupanya mereka sedang mengerjai kedua puting susu gadis cantik itu. Pemulung yang tua mengeyot puting Zia sebelah kanan, sedang pemulung yang muda dapat bagian sebelah kiri.

Posisi Zia yang tengah berdiri membuat kedua payudaranya bergelantungan indah. Mereka pasti senang mendapatkannya. Nampak kedua tangan Zia ikutan mengusap kedua kepala pemulung itu, seakan dia mempersilahkan mereka untuk terus menikmati tubuhnya. Bangke juga nih cewe, rutukku.

Aku terus mengamati apa yang terjadi di dalam rumah bedeng itu dengan hati yang tercabik-cabik. Kulihat dengan mata kepalaku sendiri saat gadis cantik yang aku harapkan menerima cintaku malah menyerahkan tubuhnya pada dua orang pemulung yang gak jelas statusnya.

Sambil terus dikerjai payudaranya, kini Zia mulai mengangkangkan kedua kakinya. Pemulung yang tua itu sepertinya mengerti kemauan Zia, dia langsung merayap di bawah selangkangan gadis cantik itu lalu mulai menjilati celah memeknya.

“Aaaahhhhh.. aaahhhhh...” kembali kudengar lenguhan nikmat dari mulut Zia. Tentu saja dia merasa keenakan, digarap dua orang lelaki sekaligus. Satunya mengerjai puting susunya dan satunya mengerjai memeknya. Kini aku melihat sosok seorang Fauzia berubah menjadi sosok lonte yang binal.

“Ahhh... iyah... iyahh...yaaaaaaahhhhhh...” jeritan panjang keluar dari mulut Zia, sedetik kemudian dari celah vaginanya muncrat cairan bening. Rupanya dia mendapatkan orgasmenya.

“Waahhh.. kok udah keluar sih neng... cepet amat” ujar pemulung yang mengerjai memeknya tadi.

"Aahh...ahhh... iya pak... enak banget sih.. ga tahan.. ahhh..” balas Zia dengan nafas terengah-engah.

“Lanjut gak nih?”

“Lanjut dong pak... nanggung” balas gadis cantik itu.

Melihat tubuh Zia yang mulai kehilangan keseimbangan, kedua pemulung itu memutuskan untuk membaringkan tubuh Zia di atas sebuah dipan reyot yang ada di dalam rumah itu. Seketika itu tubuh molek Zia terbaring di atas dipan dengan kedua kaki mengangkanng. Aku yakin saat ini pasti kedua pemulung itu mupeng berat melihat betapa seksinya memek Zia yang bersih tanpa bulu.

Aku mengira kedua pemulung itu akan menusukkan penis keras mereka ke dalam liang vagina Zia, tapi dugaanku masih kurang tepat. Pemulung yang tua kemudian naik ke atas dipan lalu mulai mencumbui bibir Zia dengan rakusnya. Tangannya juga masih terus mengusap dan memelintir puting Zia yang pastinya saat ini sedang mengeras karena horni.

“Ahhh.. terusin pakk.. emmmhh... emmphhhh...hemmmhhh..” pinta Zia manja, kebinalannya tak terbendung saat ini.

Pemulung yang lebih muda itu kini jongkok tepat di depan memek Zia. Dia dengan cekatan mulai menggosok permukaan vagina gadis cantik itu dengan tangannya. Sesekali dia selingi dengan jilatan-jilatan lidah pada klitoris Zia. Kalau sudah begitu pasti kedua kaki Zia akan mengejang.

“Aahhhhhh... nyampeeeeee!!!” jaritan orgasme Zia kembali terdengar, kuhitung sudah dua kali dia mengalaminya.

“Puas gak neng sama servis kita? Hehehe...” tanya pemulung tua itu dengan bangga.

“Ahhh.. ahhhh... bapak-bapak hebat.. jadi lemes deh..” balas Zia terkapar pasrah.

“Lanjut lagi yah neng?”

“Udah pak.. pacarku bentar lagi nyampe kesini..” tolak Zia halus.

“yahh.. kita belum apa-apa nih neng..”

“Ummm.. yaudah.. sini aku kocokin aja punya bapak..” tawar Zia.

“Iya deh.. daripada ga dapet apa-apa.. hehe..”

Dengan perlahan Zia kemudian duduk di atas dipan reyot itu. Kedua pemulung itu kemudian mengarahkan penis tegang mereka ke wajah Zia. Tanpa basa-basi gadis cantik itu langsung melahap kedua penis itu bergantian. Tak ada rasa jijik yang kulihat di raut wajah Zia, yang ada hanyalah rasa puas dan ingin memuasi.

Untuk adegan selanjutnya aku tak ingin lagi melihatnya. Aku dengan langkah gontai lalu pergi dari tempat itu untuk mengambil motorku yang kusembunyikan tadi. Begitu aku sudah beberapa puluh meter dari lokasi mereka, tiba-tiba Hpku berbunyi. Ternyata Zia yang menelponku.

“Halo” dengan nada dingin aku menerimanya.

“Sayang.. udah nyampe mana? Jadi jemput kan?” tanya Zia halus.

Sebenarnya aku ingin meninggalkannya di tempat itu, namun di hati kecilku yang paling dalam ada rasa kasihan padanya. Zia telah menghianatiku, apakah aku harus bali lagi menjemputnya?

“Udah deket nih, kamu siap-siap aja” balasku kemudian.

“Yaudah.. aku keluar” setelah itu dia menutup panggilan telfonnya.

Aku putar balik arah motorku. Dengan berat hati akhirnya kuputuskan untuk menjemputnya. Hanya dalam tempo singkat aku sudah kembali berada di depan rumah bedeng milik pemulung tadi.

“Udah lama nunggunya?” tanya Zia yang muncul sambil tersenyum bahagia. Kulihat dia memakai celana bahan warna hitam dan kaos panjang warna merah muda lengkap dengan jilbabnya.

“Baru aja kok” balasku dengan nada datar.

“Yuk kita pulang sayang..”

Tanpa membalas kata-katanya aku langsung memacu motorku dengan cepat pergi dari tempat itu. Hatiku yang bergemuruh penuh amarah masih bisa kupendam dalam-dalam.

“Lhoh.. kok ke rumah kamu sih Ven? Emangnya mama kamu lagi pergi yah?” tanya Zia yang menyadari arah perjalanan kami menuju rumahku.

“Ada urusan dikit” balasku secukupnya.

Setelah kami tiba di rumahku langsung saja kutarik tangan gadis cantik itu masuk ke dalam rumah. Zia agak terkejut dengan kelakuan kasarku tapi dia tak bisa berbuat banyak. Langsung kubawa gadis itu masuk ke belakang rumah dan kuhempaskan tubuhnya di atas lantai.

“Aduuuhhh... kamu kenapa sih Ven? Kasar banget!” protesnya.

“Heh lonte!! Lu tau gak kalo hati gua sakit? Lu tuh yang bikin gua sakit banget” hardikku pada Zia, tak ada rasa kasihan lagi padanya.

“Iya ada apa Ven? Jelasin dong” pintanya dengan melihat mataku dalam-dalam.

“Ga ada yang perlu dijelasin...!!” bentakku.

Tanganku yang sudah gatal dari tadi langsung kugunakan untuk menarik jilbab yang dipakainya secara paksa. Kemudian kutarik juga bajunya sampai sobek sebagian. Lanjut kulepaskan celana bahan yang dipakainya dengan menariknya paksa juga. Kudapati di balik baju dan celananya ternyata malam itu Zia sudah tak memakai dalaman apapun, itu semakin membuatku murka. Tak ada yang bisa menghentikanku, Zia hanya bisa pasrah saja saat tubuhnya kutelanjangi.

“Dasar lontee!! Bisa-bisanya ngentot sama pemulung kotor.. lu seneng yah dientot sama pemulung? Sekalian saja sama minta dientot sama orang sekampung” dengan gamblang aku menumpahkan amarahku.

“I-iiya... aku salah Ven... maaf” ucapnya lirih. Zia kini dalam kondisi telanjang bulat jongkok di depanku. Persis macam anak sma tawuran ketangkep polisi.

“Ga ada yang perlu dimaafin.. dasar lonte!! Memek lu gatel yah kalo ga digaruk sama kontol pemulung itu?” kata-kata kasar lepas begitu saja.

“Aaahhhhhh... ampuuunn..”

Zia teriak saat kusiram tubuhnya dengan air yang mengucur dari selang. Aku tak peduli dia basah, aku tak peduli dia kedinginan. Biar tubuhnya bersih dari jejak kedua pemulung tadi.

“Biarinnn.. gua ga sudi ada bau pemulung bangsat itu di rumah ini.. lu mandi aja sampe bersih” terus kusiram tubuhnya dengan kucuran air tanpa henti.

“Ampuun Vennn... ahh.. ampuunn..” teriak Zia memintaku menghentikan perbuatanku.

“Ehh...ehh... ada apa ini? Vendiii... stopp... sayang.. hentikan!!” tiba-tiba mama datang menginterupsi perbuatanku pada Zia.

“Nih mah... cewe ini nih yang bikin hati Vendi sakit banget.. Vendi udah sekuat tenaga menjaganya tapi dia malah berbuat bejat sama orang lain.. bener-bener gak waras mah cewe ini” balasku masih dalam kondisi emosi.

“Iya..iya.. kamu boleh marah tapi ini anak orang Ven... ntar kalo dia sakit gimana? Kamu kan yang repot” tutur mama kemudian.

“Biarin..!! mati aja sekalian.. jijik aku ngeliatnya..” ujarku tak peduli. Kulihat tubuh Zia semakin menggigil karena mandi di ruang terbuka malam-malam.

“Stoppp Vennn... berentiiii !!” jerit mama. Akhirnya aku luluh juga mendengar ibu kandungku itu memohon-mohon.

“Maafin aku Ven.. aku salah.. iya aku salah..” ucap Zia dengan tubuh menggigil dan bibir yang bergetar hebat.

“Ambilin handuk... cepett!!” perintah mama. Aku dengan langkah santai menuruti permintaannya.

“Nih mah...”

Mama kemudian menghanduki tubuh Zia yang sangat kedinginan itu. Dengan lembut mama mengeringkan seluruh tubuh Zia sampai tak ada air yang tersisa. Tanpa mempedulikan pandanganku yang masih penuh amarah, mama lalu membawa Zia masuk ke dalam kamarnya.

Selepas mama dan Zia masuk ke dalam kamar, aku duduk di kursi teras belakang. Kuambil sebatang rokok lalu kubakar. Kuhisap dalam-dalam asapnya.

“Kamu itu boleh marah, tapi jangan ****** Ven....” mama tiba-tiba sudah berada di sampingku lagi.

“Mama sih gak ngerasa hatinya sakit.. coba mama bayangin jadi aku.. melihat dengan mata sendiri orang yang dicintainya berbuat mesum dengan lelaki lain” tuturku.

“iya bener, itu hak kamu marah.. tapi kamu sama dia apa hubungannya? Pacar? Istri? Atau sodara? Gak ada kan?”

“Iya sih..”

“Trus kamu punya hak apa ngatur-ngatur hidupnya? Bisa panjang urusannya kalo dia ga terima trus lapor polisi.. siapa yang salah coba?” ada benarnya kata-kata mama ini. Aku memang sudah lupa diri, benar memang aku bukan siapa-siapa bagi Zia.

“Iya mah.. aku udah berbuat kesalahan..” ucapku lirih.

“Mangkanya laen kali pake otak kalau mau bertindak... sekarang biar dia istirahat di kamar mamah.. jangan kamu ganggu dulu”

“Iya mah..” ucapku semakin lirih.

Mama kemudian pergi masuk ke dapur. Sepertinya dia sedang membuat minuman hangat untuk Zia. Selepas mama pergi, aku kemudian melepas baju dan celanaku. Selain karena basah saat aku menyiram tubuh Zia tadi, malam itu kurasakan gerah banget. Ditambah lagi karena aku emosi dan marah membuat suhu tubuhku meningkat.

Setelah melepas celana dan bajuku yang basah, kini aku duduk di teras belakang rumah hanya memakai celana dalam saja. Ingin aku pakai celana bola seperti biasanya tapi entah kenapa aku punya pikiran lain saat itu. Kulepaskan juga celana dalam yang membungkus batang penisku. Kalau wanita di rumah ini sering mengumbar auratnya kenapa aku gak boleh? Sekali-kali aku ingin keluyuran di rumah telanjang bulat juga. Rasanya pertama memang aneh, tapi lama-kelamaan jadi nyaman juga. Hehe.

Sedang enak-enaknya aku menikmati ketelanjanganku sendirian di teras belakang, tiba-tiba kak Dea datang menghampiriku. Pertama aku memang kaget dan berusaha menutupi kemaluanku, tapi begitu aku menyadari kakak perempuanku juga tak memakai apa-apa akhirnya kubiarkan penisku terbuka.

“Eh kak Dea.. ngapain disini? Kakak minta apa?” tanyaku dengan nada lembut. Namun seperti biasa dia diam membisu. Hanya bibirnya saja yang berusaha tersenyum padaku.

Tanpa kusangka kak Dea langsung duduk jongkok di depanku. Tangannya lalu menggapai batang penisku lalu memasukkannya dalam mulutnya. Apa ini? Kenapa kakakku bisa melakukannya? Apakah memang dia bisa berpikir seperti itu? semakin lama semakin aneh juga kakakku ini.

“Ahhh.. kaaakk... ngapain sih?” tanyaku dengan sedikit mendesah merasakan kuluman mulutnya pada kemaluanku.

Kakak perempuanku itu tak menggubris perkataanku. Mulutnya terus mengulum penisku sampai akhirnya batang kejantananku itu tegak mengeras dalam genggamannya. Apa yang dilakukan berikutnya semakin membuatku terpana. Dia naik di pangkuanku lalu mengarahkan lobang memeknya tepat pada ujung penisku. Aku bingung sebingung-bingungnya. Aku menatap tajam pada wajah kakak perempuanku itu. Wajah yang biasanya muram itu kini seperti berbinar penuh gairah. Apa kak Dea juga bisa horni yah? Apakah sekarang dia sudah bisa mengutarakan ketertarikannya pada persetubuhan lagi? Kalau iya berarti kakakku sudah mulai sembuh.

“Ehh kaaakkk.. ada mama tuh..” seruku. Aku takut ketahuan mama lalu kami dimarahi habis-habisan. Kak Dea menatapku dengan tersenyum lalu memberi kode jari telunjuk di depan mulutnya.

“Emmhhhhhh..” lenguh kakakku saat batang penisku tertanam dalam liang senggamanya.

“Ahh, kakaakkk....” aku ikut mendesah juga.

Aneh bin ajaib. Kakakku yang sedang mengalami gangguan jiwa itu seakan berubah jadi perempuan normal yang menyerahkan tubuhnya untuk orang yang paling dia cintai. Aku merasakan kakak perempuanku itu bukan kakakku yang depresi lagi, dia sudah berubah jadi wanita yang ingin dipuasi birahinya. Akupun menuruti kemauannya.

“Goyang dong kak... jangan ragu-ragu...” bisikku pada telinga kirinya.

Seperti menanggapi permintaanku, kak Dea langsung menggoyang pinggulnya. Batang penisku yang bersarang dalam liang vaginanya semakin mengaduk-aduk bagian dalam kelaminnya itu. Mata kakakku terpejam menikmati tiap gerakan penisku dalam liang senggamanya.

“Enghhhhhhh....enghhhhhh.... “ lenguh kak Dea lagi.

Kali ini dia mendekap tubuhku erat. Sepertinya dia sudah mengalami orgasmenya. Kurasakan dinding vaginanya berdenyut hebat mengurut penisku di dalam sana. Kubiarkan hal itu terjadi tanpa aku melakukan gerakan apapun.

“Udah yah kak... lain kali kita maen yang heboh, kalo sekarang bahaya.. ada mama tuh” bisikku lagi.

Memang dalam persetubuhan ini aku belum mencapai klimaks. Tapi aku biasa saja, meski kentang tapi kurelakan saja demi keamanan kita bersama. Kuangkat tubuh kakakku yang masih memelukku erat. Berat badan kak Dea yang lumayan ringan memudahkan aku mengangkat tubuhnya menuju ke dalam kamarnya. Bahkan saat aku mengangkatnya batang penisku masih belum tercabut dari liang vaginanya. Enak banget rasanya pas aku buat jalan, seperti dikulum bibir vagina kak Dea.

***

Bersambung lagi ya Gaes ^_^
Izin neduh di mari gan
 
Bimabet
Mohon maaf buat suhu semua yg kurang berkenan dengan cerita ini, sejujurnya ane bikin cerita ini di waktu senggang, jadi mungkin banyak yg terlewatkan alur ceritanya.
Just info kalau cerita ini bakal tamat di Post 12.
Kurang lebihnya ane beneran mohon maaf. 🙏🙏🙏
Semangat suhu
Untuk jalan ceritanya overall gak ada obat beda sama cerita cerita lainya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd