Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Secret-Tary

Part VII

"Ke Bandung? Gila kamu Rom. Mana boleh aku nginap sama suamiku."
"Hei, kamu kan sekretarisku. Jadi kalo kemana-mana harus ikut dong. Bilang aja sama suamimu kalo ini emang kerjaan"

Wajah Winda sedikit bingung mendengar ajakanku untuk meeting dengan pak Tono di Bandung. Tapi aku tetap meyakinkannya untuk meminta ijin ke suaminya.

"Udahlah, lusa pokoknya berangkat. 2 hari kita nginap disana" kataku membuyarkan lamunan Winda.

Hari H.
Aku jemput Winda jam 09:00 pagi untuk bergegas ke kota Bandung, suaminya sudah pergi ke kantor. Oiya, dari kota kami jaraknya sekitar 3 jam perjalanan kalo tidak macet.

"Tuuh, boleh kan? Hehe" kataku sambil menggoda Winda
"Iya boleeh. Tapi ijin aja harus debat duluu sama suami." Katanya kesal.
"Udah lah, ayok aku bantu naikin tas ke mobil. Udah siang nih." kataku mempercepat.

Dalam perjalanan, waktu kami habiskan untuk ngobrol dan bercanda, menghabiskan waktu untuk mengenal lebih dalam satu sama lain. Dari obrolan ini aku baru tau juga ternyata Winda sudah tidak perawan ketika menikah dengan suaminya. Karena itu pula suaminya jadi sangat protektif terhadapnya.

Kriiingg... Kriingg..
HP Winda berdering.

"Siapa Win?"
"Suami"
"Yaudaa angkat. Loud speaker yaa.. hehe"
..

"Haloo.. iya paa" kata Winda mengangkat panggilan dan disetel mode loud speaker
"Haloo ma, udah sampe mana?"
"Emm gatau juga sampe mana. Tapi ini masi agak jauh pa. Mungkin 1 jam lagi baru sampe"
"Oh yasuda. Kabari papa ya kalo udah sampe. Ingeet jangan macem-macem" kata Doni.
"Iyaa pa. Udah tenang aja. Lagian disana kan juga rame. Nanti banyak ketemu cewe juga" kata Winda berbohong
"Oke deh ma. Love you"
"Love you too paa"

Kliiik.. panggilan diakhiri oleh Winda.

"Hehe. Cemburuan banget yaa suamimu"
"Iyaa lah, apalagi kalo tau bosnya genit kaya gini" kata Winda sambil mencubitku manja
"Tapi kamu suka kaan?? Hehe." Kataku memancing
"Kalo ga suka ntar dipecat dong. Haha"

Tawa lepas kami membuat suasana semakin hangat. Beberapa puluh menit kemudian, sampailah kita di depan villa.

..

"Waaahh gede banget ya villanya"

Winda melihat sekeliling yang dipenuhi dengan taman yang cukup luas dan rumah yang megah.

"Pak Romi yaa?" Sambut seorang satpam yang membukakan kami gerbang.
"Iyaa pak." Jawabku singkat.
"Sudah ditunggu sama pak Tono diatas. Langsung masuk aja pak. Mobilnya ditaruh depan saja, nanti saya yang parkirkan" katanya ramah.
"Oke siap pak"

Aku dan Winda langsung masuk dan menuju ke lantai atas. Hawa didalam villa cukup dingin menyejukkan, membuat kami lebih segar yang sedaritadi hanya di mobil saja.

"Heeiii, udah lama ga ketemuu." Sambut Tono.
"Haloo boss, waahh maaf ya lama. Jalanan macet" kataku basa-basi
"Santai aja, kita banyak Waktu kok. Ini juga lagi main bilyard. Oiya, kenalin ini pak Isan, kita bakal partneran sama pak Isan di proyek nanti."
"Romi pak." Kataku memperkenalkan diri.
"Ini siapa?" Tanya Tono menunjuk Winda.
"Oiya, sampe lupa. Ini Winda pak. Sekretarisku."

Pak Tono dan Pak Isan tersenyum sambil bergantian menjabat tangan Winda. Aku yang melihat hanya membatin dalam hati apa yang nanti akan terjadi pada Winda.

"Oiya, kita ngobrol bentar yaa Rom di balkon. Winda, bisa gantikan sebentar main bilyardnya? Tenang aja, pak Isan ga jago main. Kamu pasti menang. Hehe"
"Baik pak" kata Winda sambil tersenyum manis.

Fisik pak Tono yang kini sudah berkepala 5 terlihat masi segar meskipun badannya semakin gempal dari yang terakhir aku lihat. Sedangkan pak Isan mungkin masih kepala 4, dia terlihat lebih besar, tegap dan kekar. Cukup bagus diusianya kini.

"Pinter kamu Rom pilih sekretaris. Bisa lah nanti malem abis bahas proyek kita happy. Kayanya pak Isan juga tertarik tuh. Bakal lancar proyek kita. Hehe"
"Hehe beres pak. Pak Tono aja yang atur."

Setelah memasukan barang ke kamar masing-masing, makan siang, dan istirahat sejenak, kami kembali kumpul di ruang atas. Kami mulai mengobrol masalah proyek yang nanti akan kami kerjakan dan keuntungan yang kita dapatkan nanti.

Waktu terasa cukup cepat. Banyak hal yang kami bahas dengan cukup alot. Terkadang, pak Tono dan pak Isan melirik ke arah Winda yang asik mencatat poin penting yang kami bicarakan.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 7 malam ketika kami memutuskan untuk sepakat atas semua hal. Aku yang sudah gerah ijin untuk masuk kamar dan mandi. Begitupun dengan Winda yang kamarnya bersebelahan denganku.

Setelah aku mandi, aku sedikit mengantuk dan terlelap di kasur empukku.

...

Waktu menunjukkan pukul 22 ketika aku sadar dan perutku terasa keroncongan. Aku berinisiatif mengetuk kamar Winda tapi tidak ada jawaban.

"Mungkin dia tertidur juga" pikirku.

Akhirnya aku menuju meja makan dan mengambil makan sendiri.

Tiba-tiba sorak Pak Tono dan Pak Isan terdengar dari ruang atas. Aku segera mengahabiskan makananku dan beranjak keatas.

Diatas, aku tercengang melihat Winda yang kini hanya memakai celana dalam dan BH warna hitam saja sedang bermain bilyard dengan pak Isan.

"Eehh, udah bangun Rom. Sini-sini" Kata pak Tono.
"Waah, kalian main ga ngajak saya nih"

Winda yang melihatku hanya tersipu malu dan kemudian melanjutkan permainannya kembali.

"Ini loohh, pak Isan tadi siang kan kalah main sama Winda. Sekarang pak Isan ngajak taruhan. Kalo Winda masukin 1 bola, pak Isan bayar 1 juta, kalo pak Isan yang masukin bola, Winda lepas 1 pakaiannya. Hehe" kata pak Tono

"Winda hebat mainnya, dia udah dapet 2 juta tuh." Pak Isan menambahkan

Aku hanya tertawa melihat apa yang terjadi.

Pak Tono mendekat dan berbisik kepadaku
"Tadi Waktu makan malem, makanan Winda aku campurin obat perangsang. Jadi ga fokus dia sekarang. Liat tuuh."
"Aahh, ada-ada aja pak idenya." Kataku pelan.

Cetaaakkk..

Bola yang disodok pak Isan kembali masuk yang artinya kali ini Winda harus melepas BH yang masih menempel di bongkahan payudaranya.

Winda agak sedikit kesal dan perlahan melepaskan kaitan BHnya. Pak Isan dan Pak Tono tak lagi bersorak, namun menelan ludah yang memperlihatkan dua bongkahan sempurna payudara Winda.

"Montok banget Win. Sempurna" celetuk pak Tono.

Winda sekali lagi hanya tersipu dan tampak semakin gelisah karena reaksi obat pak Tono.

Hawa dingin di Vila membuat Winda makin tak konsen yang membuat sodokannya makin banyak meleset. Tapi rupanya Winda cukup piawai memainkan permainan ini. Dengan sodokan yang terukur.. cetaaakkk...

"Yeeaay. Masuuukk" teriak Winda kegirangan.
"Ini 1 juta lagi" pak Isan menyodorkan uangnya.

Permainan kembali berlanjut. Kini giliran pak Isan menyodok bola.

Cetaaakk!!

"Yeeeee.." kami para pria sontak berteriak kegirangan melihat tembakan jitu dari pak Isan.
"Ayo Winda, lepaas" teriak pak Tono.

Winda yang sudah pasrah melepas kain terakhir yang menempel ditubuhnya. Beberapa detik pak Isan dan pak Tono tak berkedip melihat pemandangan indah lebatnya rambut kemaluan Winda.

"Wiiihh.. legit nih hutannya" celetuk pak Isan.

Winda hanya tertunduk malu dan membiarkan kami sejenak memandangi setiap lekuk tubuhnya.

"Pakaiannya udah abis. Bolanya masih ada. Gimana kalo kita naikin taruhannya Win. Yang masukin bola duluan, bakal menang" kata pak Isan.
"Maksudnya gimana pak?" Tanya winda kebingungan

Pak Isan mengambil uang dari bawah dan meletakkan 10 juta di meja.

"Ini 10 juta. Kamu ambil kalo kamu bisa masukin bola duluan. Kamu giliran pertama" kata pak Isan menjelaskan
"Kalo pak Isan yang masukin duluan?"
"Tubuhmu aku nikmatin malam ini. Hihi"

Degg.. jantung Winda seolah terhenti sejenak. Hati jelas ingin menolak. Tapi, kapan lagi dapat 10 juta didepan mata. Terlebih, Winda mendapat kesempatan pertama.

"Ayoo Win, kamu pasti bisaa. Ini aku tambahin 10 juta lagi. Ayok lanjut" kata pak Tono.

Winda yang melihat tumpukan uang 20 juta tak kuat melewatkan kesempatan ini dan mengambilnya.

"Ok deal, 20 juta yaa" katanya lantang.
"Naah, gitu dong" pak Tono menimpali.

Suasana semakin tegang. Hawa dingin yang tadinya menyelimuti berubah menjadi panas. Aku sendiri yang tak ikut taruhanpun juga ikut deg-degan melihatnya.

Giliran Winda menyodok bola. Kali ini dia mengincar bola kuning yang memang posisinya paling mudah. Tapi disini mental memang menentukan. Pak Tono dan Pak Isan menyoraki Winda yang menggoyahkan mentalnya.

Cetaaakk!! Tembakan Winda meleset. Bola kuning yang diincarnya malah tepat berada di depan lubang memberikan pak Isan keuntungan.

"Akkkhh.. siaall" umpat Winda
"Hahaha. Giliranku yaa sayang" kata pak Isan.
"Duuh paak.. Itu gampang bangeet. Ga adil!"
"Ga adil dimananya? Kan kamu dapet giliran pertama."

Segera pak Isan mengambil gilirannya dan menyodok bola kuning.

Masuuukkk

"Horreeeee!!" Teriak pak Isan dan pak Tono bersamaan.

Aku hanya tertawa dan Winda tertunduk lesu. Permainan yang sudah dirancang ini benar-benar dimenangkan oleh 2 orang tua bangka ini.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd