lanjutan dari kisah si ridho, dihari-hari menjelang KKNnya yang tentunya masih diwarnai pertukaran lendir kenikmatan..................
Usai memuaskan hasrat tingginya tasya, lina kembali ikut bergabung. Mereka pun kembali mengentoti batang kemaluan ridho secara bergantian, hingga akhirnya mereka berdebat soal siapa yang harus dipejuhi ridho. Keduanya pun akhirnya memainkan permainan gunting, kertas dan batu. Dimana Tasya akhirnya yang menang dan mendapatkan kembali semburan sperma Ridho. Usai mengecroti Tasya ridho pun terbaring lemas, karena hari sudah malam Tasya pun ijin untuk pulang ke kosnya. Sementara Ridho dan Lina pun kembali mengulangi kenikmatan surga dunia meski batang kemaluan ridho tak lagi mampu menyemburkan cairan cintanya diatas kasur lipat yang kini semakin basah oleh semburan cairan kenikmatan Lina.
Dan mereka pun akhirnya tertidur, dua jam kemudian lina terbangun dan teringat akan pesan cik mela untuk segera membereskan kamarnya. Lina pun segera berbenah, semua kain yang terkena cairan mereka bertiga ia kumpulkan menjadi satu, ridho yang tampak kelelahan pun kembali tertidur diatas kasur lipatnya tanpa sprei. Begitu semua kain dan sprei terkumpul lina kemudian membawanya ke laundry disebrang kosan. Dengan hanya mengenakan daster seksi ia temukan di tumpukan keranjang baju cik mela, yang tak hanya bertali kecil namun juga menerawang tanpa bra maupun celana dalam, Lina pun dengan entengnya berjalan menyusuri lorong-lorong kosan. Mata-mata liar nan mesum tampak bertebaran dimana-mana seolah-olah menelanjangi tubuh Lina, namun mereka tidak ada yang berani mendekatinya, hanya sekedar mengoda lina secara verbal saja tak ada yang berani. Mengingat lina masih ada kerabat dengan cik mella yang memang cukup dihormati di kosan ini.
“bang besok pagi bisa jadi ngak……” kata lina sambil mengangkat tumpukan kain basah keatas meja. Sembari kemudian mengikat rambutnya kebelakang.
yang tentu saja memperlihatkan ketiak putihnya yang berbulu, ditambah dengan kedua bobanya yang ikut membusung kedepan memperlihatkan lekukan indahnya beserta bulatan kecil kehitaman diujung boba dagingnya. Sejenak Lina pun heran, melihat mas-mas laundry yang hanya terbengong-begong saat menatap dirinya. Dan barulah lina sadar, saking terburu-burunya tadi membereskan kain-kain basah, membuatnya lupa untuk mengenakan jaket atau baju lain untuk menutupi dasternya.
“mas…, mas…,” seru Lina.
“eh iya mbak….maaf…maaf…” seru mas-mas laundry, sembari tetap menatap kedua boba lina
Kemudian mas-mas laundry tersebut memilah-milah kain-kain yang disodorkan lina, mata mas-mas laundry sedikit terbelalak.
“lah…kamarnya bocor ya mbak, padahal ngak ada hujan…, bisa basah segini” sambil mendekatkan salah satu kain sprei tersebut kehidungnya.
Lina hanya mengelengkan kepalanya, Dan sepertinya si mas-mas laundry tahu apa yang membuat kain-kain tersebut basah.
“kenapa mas, bisa kan besok pagi” sahut Lina
“iya… bisa…mbak, Cuma agak sedikit mahal” seru mas-mas laundry itu lagi, sambil tersenyum lebar
“ngak papa mas, santai aja kali mas…” jawab lina, sembari mengeluarkan selembar uang seratus ribuan.
Usai membuat nota lunas, sang mas-mas pun segera menyerahkan nota tersebut beserta kembaliannya sambil kembali mengajak ngobrol Lina.
“omong-omong mbak warga baru di kosan sebrang ya” kata si mas-mas laundry
“bukan mas, hanya sekedar nginep aja kok” jawab lina.
“ooo…pantesan, soalnya mbak beda dari penghuni-penghuni lain” seru si masa-mas laundry
“apanya mas yang beda” jawab lina.
“ya…, cantiknya natural..” seru mas-mas laundry dengan antusias, sambil melirik ketiak dan kedua boba lina.
“ohh….” Jawab Lina sambil tersenyum,
Mas-mas laundry itu pun gelagapan.
“biasa aja kali mas….” Jawab lina, sembari beranjak meninggalkan tempat tersebut.
“sering-sering mampir sini ya mbak, kita selalu siap menerima sprei-sprei basahnya……” seru si mas-mas laundry.
Lina tak menjawab, dan segera keluar dari tempat tersebut dan kembali ke kosan. Merebahkan tubuhnya disamping tubuh ridho, memeluknya dan tertidur pulas hingga suara penanda datangnya pagi terdengar keras dari samping kosan.
-------------
Pagi itu diantara kerasnya suara-suara penanda subuh telah datang, yang terdengar bersautan. membuat Lina dan Ridho terbangun dan kembali mengarungi samudra kenikmatannya hingga matahari kembali merangsek masuk kedalam kamar melewati sela-sela korden jendela dan ventilasi. Sampai akhirnya sebuah notifikasi dari Jenny lewat wa di smartphone ridho berbunyi dan muncul, yang mengabarkan bahwa pagi ini akan ada rapat koordinasi bersama koordinator KKN dan asisten dosen pendamping lapangan. Ridho pun segera mempercepat goyangannya untuk menuntaskan hasratnya pagi ini, Lina pun tak mau kalah ia pun ikut mengoyangkan selangkangannya agar bisa orgasme bersamaan dengan Ridho.
Usai menuntaskan hasratnya, mereka berdua pun segera membersihkan diri, mengambil laundrian, dengan dibantu Ridho Lina segera membereskan kamar cilk mela seperti sedia kala. Setelah semua beres, ridho dan lina pun keluar kamar, sebelum berpisah ridho menyempatkan untuk mencium kening, pipi dan bibir lina.
“yakin ngak mau aku anterin….” kata ridho lembut usai mengecup kening, pipi dan bibir lina.
“ngak usah kak, biar Lina pesen ojol aja” sahut Lina lembut.
Usai berpelukan, keduanya berpisah. Lina kembali ke kosannya sementara Ridho kembali ke kampus.
“Semoga lina dapat alasan bagus saat pulang ke kosannya nanti….” guman ridho dalam hati.
Sesampainya di kampus, ridho segera menaiki tangga menuju ruang rapat kampus dimana semua kursi dan mejanya telah disingkirkan, dimana semua peserta yang hadir duduk lesehan dilantai
“untung tidak terlambat ….. ” guman ridho.
sebelum masuk ke ruang rapat jenny sudah menyambutnya dikoridor depan pintu ruang rapat, sementara yang lain sudah duduk disudut ruangan menunggu acara dimulai.
“dho….kemana aja sih….kamu, semalam aku hubungi ngak diangkat-angkat….” sru jenny.
“ntar aku critaain, sekarang kita fokus sama program KKN kita dulu” sahut Ridho
Jenny pun mengangguk.
“o ya dho…., kelompok kita ketambahan satu anggota….” seru jenny
“Sarah….?” Sahut ridho.
Jenny tersenyum
“dengan loby-lobyku semua bisa diatur” jawab Jenny tersenyum sambil mengoyang kedua boba besarnya pelan.
“lah akbar gimana …..” sahut riho lagi
“he…, he...,” jawab Jenny yang hanya terkekeh
“sengaja pasti kamu ya..” sahut ridho
“lah bukannya itu juga kemauan kamu” seru ridho
Ridho terdiam.
“aku tahu…kok…., kamu pengen membalas sakit hatimu kan lewat si Sarah……” jawab jenny
“ngak masalah sih…., ya setidaknya ada sedikit variasi baru buat kamu…., ngak cuman kita bertiga aja. ya cuman ati-ati aja kamu dho…., bisa-bisa kamu malah naroh hati beneran sama si sarah” seru jenny.
“ya ngak lah jen, tapi ya lumayanlah…., setidaknya ada cemilan baru….., kayaknya enak juga bodynya sarah” guman ridho sambil tersenyum dengan ekspresi sangenya
“ih…awas aja ya kamu….., kalau kamu tak ubahnya seperti si akbar….” seru jenny sambil meninju lengan ridho
“he..he….he….” jawab ridho.
“eh loby-lobymu, pake acara masuk juga ngak…..?, apa cuma kamu dikasih boba aja….” sahut Ridho lirih dengan nada sedikit cemburu.
“hari gini dho…., ngandelin ini aja… ngak cukuplah….” jawab Jenny lirih, sambil membusungkan dada besarnya kearah ridho.
“sebelum dimasukin, bobamu diapain aja jen…..” sahut ridho.
“ya biasalah…, dicemilin dulu….., persis kayak kamu….” Jawab Jenny sambil cekikikan, sembari menutup mulutnya.
“tapi tenang aja…., semua aman kok…” sahut jenny kemudian sambil mengelus bawah perutnya
Ridho hanya terdiam.
“dah biasa aja kali……” seru jenny yang menyadari bahwa ridho memang agak cemburu.
“tapi kamu siapkan dengan konsekuensinya, karena kamu akan berkonfrontasi secara frontal dengan Akbar” sahut jenny lagi.
“kalau bukan, karena keluarganya adalah pemegang posisi tertinggi di yayasan kampus, sudah kulibas habis manusia sok suci itu dari dulu” Sahut ridho geram.
Dan akhirny acara pun dimulai, ridho dan jenny segera bergabung dengan kelompoknya begitu juga dengan sarah. Baru sejenak ridho duduk, tiba-tiba akbar datang sambil mengeluarkan kata-kata ancaman serta sumpah serapah, sementara ridho hanya diam tak menanggapi.
“awas aja ya kau dho……, kalau sampai si sarah kau jadikan gundik-gundikmu barumu kayak si toge pasarmu yang tak tahu malu itu, kuhabisi kau sampai kau tak bisa hidup lagi, kupastikan gelar sarjanamu tak akan pernah tersemat dibelakang namamu, tak satupun perusahaan yang akan menerimamu bekerja, camkan itu” umpat Akbar sambil berteriak.
“heh…., diam kau kontol burik…..” umpat Jenny membalas.
“bukannya malah sebaliknya……., kamu ngak ingat apa kelakuanmu pada semua maba perempuan, pake ngata-ngatain orang segala…., dikacain dulu tuh muka sama kontol burikmu…., apa mau aku bongkar semua kelakuanmu disini” seru jenny lagi.
Akbar yang emosi, terdiam sambil menunjuk muka jenny dengan tangan dan bibir bergetar
“ngapa…, lo pikir gua takut, lo pikir cuma lho doang yang punya kuasa….” seru jenny menantang
“kalau bukan karena keluargamu yang megang ini yayasan….., ngak mungkin sarah mau dikontolin begitu saja sama kontol burikmu yang bau itu….” umpat jenny lagi.
Mendengar kata-kata jenny membuat para mahsiswa disekitarnya mengeryitkan dahinya. Akbar yang tak mampu lagi bicara, memilih untuk segera berlalu meninggalkan kelompok ridho daripada terbongkar kelakuannya selama ini di kampus.
“awas ya kalian berdua…..” balas Akbar sambil menunjuk muka ridho dan jenny.
Sambil ditenangkan oleh sarah, Akbar pun kembali ke kelompoknya. kemudian sarah pun kembali bergabung dengan kelompok ridho.
Setelah acara pembukaan dimulai beserta basa-basinya yang hampir memamakan waktu satu jaman akhirnya sesi pembahasan program kerja dilaksanakan, tiap kelompok dibebaskan untuk menyusun program kerjanya sesuai dengan situasi dan kondisi desanya.
Sebenarnya kelompok Ridho sudah menyusunnya jauh hari, sehingga pada saat pembahasan tinggal pematangan aja, setelah semua program kerja di setujui oleh koordintor KKN dan adpl. Kelompok ridho kini tinggal menyusun rencana pelaksanaan program tersebut, saat itu pula kelompok ridho juga setuju untuk memilih ridho menjadi ketua kelompok, ridho sempat menolak keras, karena berbenturan juga dengan agenda rutin bimbingan skripsi yang tetap harus ia konsultasikan dengan dosen pembimbingnya. Namun akhirnya ridho tetap menerimanya setelah ditenangakan oleh Jenny dan Sarah.
“dho kamu ngak usah khawatir, semua bagianmu akan kami laksanakan, kamu tenang aja…, yang terpenting saran dan pemikiran kamu aja yang kami butuhkan” Kata Jenny kalem.
“iya do, kamu tinggal kasih intruksi aja, lagian siapa lagi yang bisa selain dirimu” sahut sarah.
“tapi nanti, kalau ada hal-hal lain ketua juga kan yang harus bertanggungjawab” jawab ridho
“soal itu serahkan semua padaku” seru jenny dengan semangat.
Melihat antusias jenny, sarah dan para kelompoknya ridho pun setuju. Dan dia meminta ijin detidaknya dua tiga hari ini untuk absen terlebih dahulu dari pertemuan-pertemuan kelompok. Ia harus mempersiapkan prosposal tugas akhirnya, meski disetujui tidak menutup kemungkinan bahwa para dosen dan pejabat yayasan berubah pikiran jika proposal tugas akhirnya asal-asalan.
“woke, tidak masalah?, kami tahu situasi dan kondisimu” seru ina salah satu anggota kelompok ridho.
ina, seorang perempuan manis berambut panjang, berkulit sawo matang, bertubuh kurus namun memiliki lekukan yang bagus, bobanya cukup kecil terlihat dari balik baju berkrahnya yang ketat. Karena lengan bajunya agak panjang hingga kesiku, ridho pun tak bisa memuaskan rasa kefethisanya.
Setelah memberikan arahan dan bimbimngan kepada kelompoknya, akhirnya ridho bisa bernafasa lega karena kelompoknya setuju untuk sementara waktu menghandel program-program individunya ridho, Selama ridho mempersiapkan proposal tugas akhirnya. Usai membahas program kerja dan mempresentasikan dihadapan koordinator kkn, ridho mengajak jenny untuk tinggal sejenak di aula rapat
“jenny dua tiga hari ini kalau bisa kita ngak ketemu dulu ya” kata ridho lirih kepada Jenny.
“lho…, kenapa dho” jawab jenny heran.
“enggak…, Cuma mau fokus aja dulu dengan proposal tugas akhir aku aja” sahut ridho
“ih kamu ini, bilang aja dah bosan” jawab jenny dengan wajah cemberut.
“ya enggaklah jen……, kamu tahu sendiri kan, kalau aku deketan sama kamu, apalagi kalau sedang stress” sahut ridho lagi.
Jenny hanya tersenyum sambil tersipu.
“ya udah…, tapi Cuma dua tiga hari ini aja kan…” sahut jenny.
“lantas lina dan tasya bagaimana…” sahut jenny lagi.
“ya kamu bilangin aja sekalian….., ntar kalau aku yang bilang dipikirnya aku mau menghilang kayak anggapanmu” jawab Ridho.
Setelah sedikit cipika-cipiki, keduanya pun perpisah jenny kembali ke kosannya dan Ridho kembali ke asrama kampus, begitu sampai dikamarnya ridho segera mebuka laptopnya membaringkan tubuhnya sejenak dan kembali fokus ke layar laptopnya mengerjakan proposal tugas akhirnya, tempelete presentasi dari lina cukup membantu pengerjaan presentasinya.
Dan selama hampir tiga harian ini ridho sama sekali tak keluar kamar, keluarpun hanya sekedar titip pesan makanan pada teman sebelahnya. Sebagai akibatnya ridho pun mengalami demam karena kelelahan dan ridho tak sanggup melanjutkan pekerjaannya yang untungnya tinggal sedikit lagi, dan hanya sekedar tiduran saja di atas kasur lipatnya. Dan disaat matanya mulai terlelap tiba-tiba pintu kamranya diketuk dari luar.
“mas…., mas ridho….., mas ridho baik-baik saja” seru seoarang perempuan dari luar kamar ridho.
“iya mbak, buka aja pintunya ngak dikunci pintunya” sahut ridho berusaha bangkit untuk duduk.
Kemudian muncullah sesosok perempuan berwajah biasa tidak cantik namun juga tidak jelek namun manis, berkulit coklat agak kehitaman, berambut panjang dikucir belakang, bertubuh kurus namun berlekuk bak gitar spanyol dengan boba yang agak lumayan besar. Berbalut kaos ketat dengan lengan pendek dipadu dengan celana slim fit hitam, sehingga bokongnya yang gemoy tampak membulat dan padat. Dengan lehernya yang jenjang dan sedikit berlipat ditambah bulu-bulu halus dilengannya sudah bisa menunjukan seperti apa sosok sulastri ini.
“mas ridho…, ini aku bawain makanan buat mas….” kata perempuan tersebut.
“eh mbak lastri…., ngak usah-usah repot to mbak…., nanti aku juga bisa turun sendiri kok…” jawab ridho
“ngak papa mas…, lagian mas kan lagi sakit…” sahut lastri.
“mbak ini loh….., dari dulu sampai sekarang masih aja manggil aku mas, padahal kan aku lebih muda dari mbak” kata ridho menimpali.
“Lastri pun hanya tersenyum, sambil menata tumpukan rantang berisi makanan disamping kasur Ridho.
Sulastri, Adalah satu-satunya perempuan yang bisa memasuki asrama lelaki di kampus ini. Sebab dirinya adalah salah satu pengurus kebersihan gedung asrama yang kebetulan ditempatkan di lantai tempat Ridho tinggal. Ridho telah mengenal Lastri Jauh sebelum dirinya sekeren dan seterkenal sekarang dan mungkin Jenny, Lina dan Tasya masih berseragam putih abu-abu, dan Lastri adalah salah satu perempuan satu-satunya dikampus yang bisa ia setubuhi, meski diluar kampus sebenarnya ridho juga sering berhubungan dengan beberapa wanita, namun karena ridho jarang pulang maka lastrilah satu-satunya tempat dimana Ridho bisa menyalurkan kebutuhan biologisnya dan juga menyemburkan lendir kenikmatanya kedalam. Begitu juga dengan Lastri yang juga tak keberatan jika rahimnya dijadikan tempat penampungan lendir kenikmatannya ridho, dari pertama kali hingga detik ini ridho dan lastri setidaknya sudah bersetubuh hampir selama lima tahunan, tanpa diketahui oleh Jenny, Lina dan Tasya.
Sebagai seorang yang berangkat dari anak tanpa orang tua tanpa modal cuan speserpun, rasa minder dan krisis ketidakpercayaan diri selalu menghantui benak Ridho. semenjak waktu masih umur 7 tahun ia ditinggalkan begitu saja oleh kedua orang tuanya tanpa tahu sebabnya, selama hampir satu tahun hidupnya ia habiskan dijalanan dan hampir saja mati, kalau saja ia tidak ditolong oleh seorang perempuan baik hati yang kebetulan mempunyai sebuah panti asuhan, dan menampungnya disana. Dan ridho sudah menganggap perempuan tersebut seperti orang tuanya.
Atas loby-loby dari sang perempuan penolongnyalah, akhirnya ridho bisa diterima untuk berkuliah dan mendapat beasiswa meski dengan nilai yang tidak begitu memuaskan. Diawal-awal semester ridho sama sekali tidak menunjukan peningkatan prestasi akademik yang signifikan. Dan beasiswanya sempat akan dicabut, kalau saja tidak ada campur tangannya dari sang perempuan penolong, mungkin ridho juga sudah di DO. Namun ridho pantang menyerah dan semenjak dirinya memberanikan diri ikut dalam kepanitiaan penerimaan mahsiswa baru dan mengenal sosok Jenny, Lina dan Tasya. perlahan ridho mulai menunjukan prestasinya yang disayangkan baru muncul di akhir-akhir kuliahnya, sehingga membuat para Dosen dan dewan yayasan pemberi beasiswa keheranan. Tak dipungkiri selain krisis mental dan ketidakpercayaan diri, keharusan ridho untuk bisa menghidupi dirinya sendirilah yang membuat prestasinya sering naik-turun. beasiswa dari kampus yang ia terima hanya sebatas bebas uang kuliah saja, sementara kebutuhan-kebutuhan lain tetap ditanggung sendiri oleh Ridho, sehingga ridho harus tetap mencari penghasilan disela-sela kuliahnya …..
Sebelum kenal dengan Ridho, Sulastri sendiri juga kerap berhubungan dengan beberapa mahasiswa meski hanya sekedar FWBan. Namun hubungan mereka tidak seawet hubungannya yang sekarang bersama ridho, namun dari sebatas pengetahuan ridho hubungan sulastri dengan beberapa mahasiswa penghuni asrama hanya berlangsung dua tiga kali pengecrotan saja, selebihnya para mahasiswa tersebut selalu menghindar bila diajak berhubungan kembali oleh sulastri. Sulastri yang pada dasarnya memiliki gairah dan libido yang tinggi, namun dikarena para mahasiswa tersebut tak memiliki naluri kefetishan tinggi seperti yang dimiliki ridho, tak mengherankan jika hubungan mereka hanya berlangsung dua sampai tiga kali saja. Walau sebenarnya Sulastri sangat menikmatinya bisa berhubungan dengan banyak pria. Tak bisa dipungkiri pekerjaan sehari-hari Sulastrilah yang menyebabkan tubuhnya selalu berlumuran dengan keringat ditambah dirinya juga ikut membantu buliknya di kantin dibawah asrama sesuai menjalankan kewajiban utamanya.
Ridho pun masih mengingat saat pertama kali dirinya belum mengenal sosok Lastri, yang selalu menatapnya dengan wajah judesnya dan selalu berkeringat dengan sorot mata galak. Waktu itu ridho hampir tidak pernah menyapanya hanya sekedar melihatnya saja sambil menikmati aroma tubuh suLastri, saat dirinya perpapasan. Hingga suatu saat ridho melihat Lastri beberapa kali masuk kesalah satu kamar mahsiswa senior secara bergantian, awalnya ridho biasa saja karena mungkin hanya dimintai tolong untuk membersihkan kamar saja. Namun lama-kelamaan ridho penasaran juga dan akhirnya memberanikan diri untuk melihat secara dekat apa yang dilakukan lastri dengan para mahasiswa senior. Betapa kagetnya ridho itu, saat ia melihat sang senior tengah menciumi dan menjilati bibir tebal berbulu lebat diantara selangkangan coklat kehitaman yang pasti milik sulastri, dari tirai jendela kamar yang kebetulan sedikit terbuka. Meski tak bisa melihat expresi wajahnya, namun dari raungan dan teriakan sulastri dapat dipastikan bahwa ia memang menikmatinya, ditambah lagi semburan lendir cinta sulastri yang keluar deras. Usai menikmati selangkangan sulastri sang mahasiswa tersebut segera melesakkan batang kemaluannya yang sudah sangat keras kedalam bibir tegak sulastri dan berlahan mulai mengoyanganya pelan. Sulastri pun tak ketinggalan ikut menoyangkan pantatnya dan tak beberapa lama kemudian tubuh kedua bergetar dan sambil meraung sang mahasiswa dan sulasti saling menghentakan pantatnya ke selangkangan masing-masing beberapa kali dan kemudian keduanya terdiam tak bergerak sama sekali untuk beberapa saat. Persetubuhan mereka pun berlangsung tak lebih dari 3 menit, sungguh diluar expektasi dan tak menyangka mbak lastri yang ia kenal ternyata seperti itu. Dan kejadian itu pun terulang tak hanya sekali namun beberapa pada mahasiswa lain. Ridho pun kembali ke kamarnya, gairah dan libidonya mulai membara. Namun apa daya, saat itu ridho yang hanya seorang mahasiswa biasa tak bisa segera menyalurkan hasrat biologisnya, saat itu ia ingin sekali bisa pulang ke panti asuhan untuk bisa sekedar menyalurkan hasratnya. Namun demi menghemat pengeluaran terpaksa ia tidak bisa sering-sering pulang, meski tak begitu jauh namun tetap saja berat diongkos. Saat itu Ridho tak banyak memiliki teman wanita dan bahkan sama sekali tidak memiliki teman wanita yang setidaknya bisa ia jadikan sebagai penyalur hasrat biologisnya, terlebih saat mengetahui ridho hanyalah mahasiswa biasa yang tak memiliki benefit apapun yang bisa dimanfaatkan.
Setelah beberapa kali kepergok oleh ridho, kini sulastri mulai menunjukan senyum manisnya dan tak lagi memasang wajah muram nan judes kepada ridho saat perpapasan. Dan ridho pun juga membalasnya dengan senyuman terbaiknya. Lama kelamaan ridho pun mulai mengumpulkan keberanian dan energinya untuk berbicara meski hanya berbasa-basi dengan memesan makanan.
“ok mas, nanti aku anterin ke kamarnya mas…..” seru Lastri.
“tapi beneran ngak papa mbak” jawab Ridho.Sulastri hanya diam sambil tesenyum dan melanjutkan tugasnya mengepel lantai koridor asrama,
Kian hari, kian minggu dan kian bulan, hubungan ridho dan sulastri makin akrab saja. Tak ada lagi tampang judes, meski memang wajah judes sulastri sudah dari bawaan lahir, namun kali ini sulastri berusaha untuk memasang wajah manisnya di hadapan ridho.
Semenjak itu sulastri mulai jarang ke kamar para mahasiswa senior selain karena beberapa sudah lulus dan juga karena libido yang tinggi dan juga aroma tubuh sulastri yang membuat para mahsiswa senior tak lagi sanggup meneruskan hubungannya dengan sulastri, Kini sulastri lebih sering mampir ke kamar ridho, selain mengantar makanan ia pun juga ngobrol bareng hingga akhirnya curahan hati lastri dari a sampai z keluar tanpa bisa dibendung, dan ridho juga tak mengerti mengapa curahan hatinya dilimpahkan begitu saja kepadanya. Ridho pun hanya terdiam tak mampu memberikan solusi apapun akan jeritan hatinya.
“ngak papa kok mas, aku lega aja ada yang mau mendegarkan curhatku” lirih lastri.
“aku juga ngak tahu kenapa tiba-tiba aku mencurahkan semuanya kepada mas” kata sulastri lagi.
Dari curhatannya, Sulastri mengakui libido dan gairahnya sangat tinggi ia bahkan pubertas lebih awal dari pada gadis-gadis lain dan sudah kehilangan mahkotanya diakhir masa putih abu-abu dengan salah satu gurunya, dan sempat menjadi perbincangan hangat saat itu. Tidak hanya mencoreng nama sekolah namun juga keluarga, sulastri akhirnya dikelurkan dari sekolah dan tak ada sekolah di wilayahnya yang mau menerimanya sekedar hanya untuk meluluskan pendidikan menengahnya. Akhirnya ia pun memutuskan untuk merantau ke tanah jiran guna sekedar mencari modal guna membantu kedua orangtuanya. Setelah lima tahun di negeri jiran sulastri kembali ke desanya, dan karena tak memiliki ijazah yang cukup akhirnya ia pun iklas untuk bekerja apapun yang terpenting ada penghasilan, namun ada satu hal yang tak bisa ia redam yaitu libido dan gairah sexnya yang tak bisa ia redam dan selalu meminta untuk dipuaskan. Hingga akhirnya datang seorang pemuda dari banyaknya lelaki yang datang hanya sekedar untuk menikmati tubuhnya, yang mau dan menerima Sulastri apa adanya. Namun kedua orangtuanya tidak menyetujuinya mengingat rekam jejak sulastri yang memang cukup terkenal di desanya utamanya dikalangan para pemuda, namun pemuda tersebut tetap nekat dan menikahinya.
Salah satu kejadian yang juga tak bisa ridho lupakan bersama sulastri adalah saat malam sebelum Sulastri melaksanakan akad nikah dengan calon suaminya. Waktu itu ridho dan beberapa temannya datang atas undangan sulastri, karena rumah sulastri agak jauh maka diputuskan untuk datang sehari sebelum acara akad nikah dilaksanakan. ridho dan rombongan datang pada waktu sore hari, setelah berbasa-basi sebentar dengan keluarga Sulastri, ridho da teman-temanya dipersilahkan untuk beristirahat. Meski waktu hampir tengah malam namun kesibukan orang-orang demi menyukseskan acara besok masih terasa ditambah dengan alunan music khas daerah masih terdengar meraung. Ridho yang saat itu masih belum terlelap dan masih melamunkan dirinya tengah menikah dan menjalani malam pertama dengan salah satu gadis impiannya, tiba-tiba terkaget saat dirinya dibangunkan oleh lastri, sambil menaruh jari telunjuknya di bibir ridho sulastri mengajaknya untuk segera bangun dan mengikutinya. Ridho yang masih agak linglung spontan bangkit dan mengikutinya, setelah sampai pada salah satu kamar dan melihat situasi dan kondisinya telah aman, sulastri langsung menarik ridho untuk masuk kekamar tersebut. Dan ternyata itu adalah kamar lastri yang malam itu sudah di hiasi sebegitu rupa berikut juga dengan ranjangnya yang berbalut sprei pink dangan banyak taburan bunga warna merah dan putih.
Begitu sampai ditepian ranjang, lastri langsung memeluk dan melumat bibir ridho dengan gemas sambil mengelus bagian tengah selangkangan ridho yang secara perlahan membuat batang kemaluan ridho mulai memanjang dan membesar. Ridho pun membalas lumatan bibir lastri tak kalah gemas sambil meremas kedua boba daging sulastri, dan saat ridho hendak mengucapkan sepatah kata, sulastri menutup mulutnya dengan jari telunjuknya.
“ntar aja ya mas…., kita selesain dulu kagen-kagenan kita” kata Lastri dengan nada manja.
Ridho mengannguk, dan kembali melanjutkan lumatan bibir dan remasan gemas pada kedua boba besarnya lastri. Hingga lastri mengeliat sambil merintih pelan, untung keriuhan malam itu masih cukup untuk menyamarkan suara rintihan nikmat Lastri. Namun lama-kelamaan suara rintihan nikmat lastri semakin meninggi. Sulastri pun pasrah membuka piyama seksinya sambil membaringakan tubuhnya diatas ranjang sambil mengangkangkan selangkangannya coklatnya lebar-lebar. Ridho pun langsung membenamkan wajahnya kedalam selangkangan sulastri sambil menghirup aromanya dalam-dalam, kemudian menciumi dan menjilati bibir tebal berbulunya lastri, sambil mengelus paha sulastri yang meski tak seputih milik Jenny, Lina maupun Tasya namun kehalusan dan kemulusannya masih 11/12 dengan milik mereka. Lastri pun menjerit sambil menutup mulutnya, sementara tangan lainnya ia gunakan untuk menjambak dan meremas rambut kepala ridho.
“mas, langsung masukin aja mas aku dah ngak tahan mas” pinta lastri lirih.
Puas menikmati selangkangan sulastri, ridho kemudian membaringakan tubuhnya disamping tubuh lastri, mengangkat lengan lastri keatas kepalanya sehingga ketiaknya terbuka lebar. Kemudian ridho pun menciumi dan menjilatinya dengan nikmat, aroma bunga yang bertebaran di ranjang tak cukup meredam aroma ketiak lastri yang menyengat, namun hal tersebut tak menyurutkan gairah ridho untuk menikmati ketiak lastri. lastri hanya bisa merintih dan merintih menahan rasa geli nan nikmat diketiaknya, sambil meremas batang kemaluan ridho yang sudah sangat mengeras. Sambil menjilati dan menciumi ketiak lastri, tangan Ridho tak henti-hentinya meremasi kedua boba besar lastri.
“mas…..ouchhhhh……mas…..aouccchhhhh……” rintih Lastri.
Tak tega melihat kesangean sulastri, ridho pun bangkit sambil mempersiapkan batang kemaluannya. Namun sebelum memasukan batang kemaluannya, ridho sempat kembali menikmati kedua boba besar Lastri dengan mulutnya sambil memainkan puttingnya yang hitam dengan lidahnya. Kemudian ridho berdiri disamping ranjang tepat di depan selangkangkan lastri, membukanya lebar-lebar dan memasukan batang kemaluannya yang besar tepat kedalam lubang berbibir tebal dan berbulu di selangkangan lastri hingga mentok kedalam, dan mengoyangnya maju mundur dengan cukup liar. Lastri pun menjerit keras, bersamaan dengan suara derit ranjang yang terdengar cukup keras pula.
“ach…ach….ach……ach…..” jerit lastri keenakan, hingga tak sadar bahwa diluar kamarnya banyak orang berlalu lalang.
Ridho pun langsung membekap mulut lastri sambil terus mempercepat goyang pantatnya tanpa henti, meski suara jeritan nikmat lastri sudah tak lagi keras, namun suara derit ranjang tak bisa diredam begitu saja. Ditambah beberapa kali pintu kamar diketuk untuk menanyakan keadaan lastri yang jeritan kerasnya tadi sempat terdengar dari luar.
“tri…, ada apa…., kamu ngak papa….” Seru seorang perempuan dari luar sambil mengetuk pintu kamar.
Lastri ingin menjawabnya, Namun tak bisa karena kedua otak lastri sedang tak bisa bermulti fungsi seperti yang bisa wanita lakukan, saking nikmatnya kenikmatan yang dirasakannya sehingga membutuhkan kedua otaknya untuk fokus. Lastri baru bisa menjawab setelah ridho sedikit memperlambat goyang pantatnya, dengan terbata-bata tentunya.
“ngak papa kok bulik…,” seru Lastri sambil terengah mengatur napas.
Lastri kemudian menepuk dan meremas pelan pantat ridho, dan ridho pun bangkit dan membaringkan tubuhnya kesamping.
“maaf ya mas….., sebentar aja kok” kata lastri manja.
Lastri kemudian bangkit dari ranjang sambil meraih selembar handuk yang tergeletak, dan melangkahkan kaki ke arah pintu kamar.
Begitu membuka pintu, si perempuan pengetuk pintu tersebut langsung masuk ke kamar dan terlihat agak curiga dengan penampilan lastri yang dengan rambut awut-awutan, berlumuran keringat, dan hanya berbalutkan selembar handuk. Sementara ranjang pinknya terlihat acak-acakan dengan sedikit noda putih nampak berceceran ditepian ranjang, yang membuat lastri dag dig dug. Untungnya ridho masih sempat memindahkan tubuhnya kebawah kolong ranjang. Lastri pun pasrah dengan hati berdebar-debar menanti apa yang akan dikatakan oleh buliknya.
“lah tri…, kamu basah kuyup gini.., apa kamu masuk angin…,” seru seoarang wanita setengah baya yang disebut bulik oleh lastri.
“ngak kok bulik…., kepanasan aja…., ini baru mau mandi.., terus tiba-tiba telponan sama teman ya karena lucu, aku jadi teriak tadi” jawab Lastri .
“ouh…, tak kirain kamu udah malam pertama duluan…aja” seru perempuan tersebut.
“ih bulik ini, la pengantin prianya aja baru datang besok masak iya mau malam pertama duluan” jawab lastri.
“ya, sapa tau aja tri…., mungkin sama salah satu mantan kamu, kayak yang viral saat ini, apa itu istilahnya…, jatah mantan….” kata perempuan itu lagi.
“ih bulik ini….., lastri sudah ngak begitu lagi kok bulik…, lastri sudah bertekad untuk berubah menyerahkan diri sepenuhnya kepada suami” jawab lastri dengan nada sendu.
“baguslah kalau begitu…., bulik cuman ngigetin aja…, yang namanya hasrat manusia itu terkadang sulit untuk dibendung dan tak kenal tempat maupun waktu.., kapanpun dan dimanapun kalau sudah merasuk jiwa ya terjadilah” kata perempuan itu lagi, sambil kembali melirik kaerah ranjang pink.
Setelah sang bulik keluar kamar, lastri segera menutup dan mengunci pintu kamarnya dan segera memangil Ridho yang telentang dibawah kasur.
“mas…..keluar mas…, sudah aman…” seru lastri, sambil membuka handuknya
Ridho pun keluar, dan berdiri dihadapan lastri yang duduk di tepian ranjang, sambil memperhatikan kemaluan ridho yang kini dalam keadaan mengecil dan terlihat mungil.
“hi…hi…hi…, kontol mas kalau pas lagi kecil imut banget ya…, lucu lihatnya….., hi…hi…hi” seru lastri sambil tertawa bahagia.
“tapi mas….., besarin lagi dong…., kan sudah aman….,” pinta lastri.
“mbak lastri.., masih mau lagi” jawab rihdo.
“ya iyalah mas, mas kan belum mejuhin aku, masak iya aku aja yang keluar…, ngak adil dong” seru lastri manja.
“ya udah..” kata ridho, sambil mengacungkan batang kemaluannya yang setengah keras kearah muka lastri.
Lastri pun secara otomatis langsung menciumi dan menjilati ujung bantang kemaluan ridho dengan gemas dan perlahan memasukannya kedalam mulutnya dan mengulumnya dengan nikmat layaknya sedang menikmati es bon-bon. Perlahan namun pasti batang kemaluan ridho pun kembali memanjang, membesar dan tentunya mengeras, yang membuat lastri semakin bersemangat untuk terus mengulum dan menyedot batang kemaluan ridho. Setelah beberapa saat menikmati batang kemaluan ridho, lastri kembali membaringkan tubuh telanjanganya ke ranjang. Namun ridho mengelengkan kepalanya dan menarik tubuh lastri ke lantai, lastri yang tanggap pun menunjuk kesalah satu sudut kamar. Denagan cekatan ridho segera mengambil kasur lipat yang ditunjukan oleh lastri, kasur lipat yang sebenarnya hanya cukup untuk satu orang. Namun karena bukan untuk tidur, kiranya kasur lipat tersebut cukup untuk mereka berdua toh tubuh meraka akan lebih banyak saling bertindihan satu sama lain dari pada terlentang berdua.
Usai membentangkan kasur lipat dilantai, lastri langsung membaringkan tubuhnya dengan posisi mengkangkang, tanpa perlu lagi mencumbui bibir tebal berbulunya. Ridho langsung menancapkan batang kemaluanya kedalam, yang untungnya lendir kenikmatan lastri masih cukup basah sehingga ridho bisa langsung mengenjot selangkangan lastri denga batang kemaluanya. Kali ini tak ada lagi suara derit ranjang yang menimbulkan curiga namun suara jeritan kenikmatan lastri masih agak terdengar meski ridho sudah membekap mulutnya, namun apa mau dikata ridho sudah berusaha meredam suara jeritan lastri sepelan mungkin, namun disisi lain tak mungkin ia mengurangi rasa keniknatannya maupun rasa kenikmatannya lastri dengan memperlambat goyangan pantatnya. Akhirnya ridho pun masa bodoh, kenikmatan sulastri jauh lebih penting, soal nanti bagaimana terjadi ya terjadilah. dan semoga saja keriuhan suasana rumah dan dentuman lagu-lagu daerah mampu meredam suara kenikmatan mereka.
“ach….ach…..ach….mas…mas…..aku keluar mas….” jerit lastri dengan suara bengap, karena mulutnya tertutup rapat oleh tangan ridho
Di tengah rasa nikmat yang tengah memuncak, dimana ridho bersiap untuk menyemburkan cairan kenikmatanya dan lastri pun juga bersiap untuk menyemburkan lendirnya. Tiba-tiba pintu kamar kembali diketuk.
“mbak…mbak lastri….maaf mbak….saya yuni mbak…, mau ngambil kertas minyak, katanya masih dikamarnya mbak” seru seorang perempuan muda dari luar kamar Lastri.
Dan lagi-lagi lastri tak bisa begitu saja menjawabnya, butuh beberapa saat baginya untuk menormalkan kembali kedua otaknya yang tengah dihantam hormon kenikmatan berulang kali. Namun karena kepalang basah ridho tetap mempercepat goyangannya, tak memperdulikan tatapan nanar mata sulastrin yang memohon untuk berhenti sejenak.
“hmm…..hmmmm…..hmmmmmm” erang sulastri. Dengan mulut terbekap tangan ridho.
sulastri pun menyerah, membiarkan otaknya kembali dialiri banyak hormon kenikmatan. Sambil ikut mengoyangkan pinggangnya yang berkeringat, dan akhirnya cairan nikmat itu pun mengucur deras seperti jet shower hingga berkali-kali. Ridho berusaha menahan erangan nikmtanya dengan mengigit kedua bibirnya.
Dengan mata terbelalak sulastri pun sangat menikmati semburan demi semburan kenikmatan ridho, hingga sampai semburan terakir ridho pun lemas dan merebahkan tubuhnya yang berkeringat diatas tubuh sulastri dan terdiam tak bergerak. Sementara sulastri dengan wajah cerah dan mata berbinar memeluk bahu dan leher ridho sambil mengusap kepala ridho, beberapa kali sulastri mengecup pipi ridho sambil mengucapkan kata-kata manis sebagai bentuk rasa terima kasihnya.
“iya yun, sebentar” jawab sulastri, setelah sang perempuan pengetuk pintu tersebut kembali mengetuk pintu kamar sulastri.
Ridho pun buru-buru bangkit dan kembali menyembunyikan tubuhnya ke bawah kolong ranjang, setelah membuka pintu sang perempuan itu pun masuk dan sedikit agak curiga derngan penampilan sulastri yang hanya mengenakan kain seadanya dengan wajah dan tubuh penuh berlumuran keringat, ditambah saat melihat kasur lipat yang terhampar nampak sangat basah dari ujung hingga bawah. Setelah mendapat penjelasan seadanya sang permpuan itu pun keluar sambil membawa kertas minyak yang iingnkannya.
Ridho pun keluar dari kolong ranjang, kembali mengenakan pakainnya dan setelah situasi disekitar kamar sulastri aman ridho segera kembali keruang tengah dan kembali bergabung dengan teman-temanya. Sementara sulastri segera menuju ke kamar mandi membersihkan semua lendir-lendir kenikmatan yang tersisa dan segera kembali ke kamarnya, dan segera tidur untuk menyambut acara akad nikahnya dengan calon suaminya esok pagi.