Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Selina, Amoy Petualang Seks [Update 11 Maret 2024 Page 318

Part 22

Pohon-pohon menjadi saksi bisu persetubuhan interracial yang dilakukan oleh kami dengan Pak Herman dan lima anak buahnya. Suara erangan dan desahan kami yang sedang mengejar puncak kenikmatan saling sahut menyahut dengan diiringi suara air sungai yang mengalir di hutan ini.

Saat sedang asyik-asyiknya tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang memanggil dari walkie talkie milik pak Herman yang disimpan di celananya yang tergeletak di tanah. Pak Herman yang kaget pun segera melepaskan hisapan mulutnya di vaginaku dan mengangkat tubuhku ke samping. Ia lalu buru-buru beranjak ke celananya yang tergeletak di atas sebuah kayu dan mengambil walkie talkie yang terus bersuara tersebut.

Ia lalu menjawab panggilan dari wanita itu. Setelah berbincang tidak lama panggilan di walkie talkie itu pun diakhiri. Tapi pak Herman tampak panik dan buru-buru ia segera menghampiri para anak buahnya yang sedang duduk melepas lelah setelah puas bersetubuh dengan teman-temanku itu.

“Wah gawat nih. Ada inspeksi dari kantor pusat ke lokasi camp kita. Mereka udah perjalanan ke camp sekarang. Kita harus cepat balik.”, ujar pak Herman.

Kelima anak buah pak Herman juga tampak kaget dan mereka buru-buru segera memakai kembali pakaian mereka yang berserakan di area sekitar sungai ini.

“Waduh padahal masih pengen ngewek sama ni amoy-amoy.”, timpal mas Ucok dengan wajah kecewa.

“Udah, jangan gila. Ini Bu Retno sama orang kantor mau ngecek kerjaan kita. Lu mau dipecat atau dipenjara kalo ketahuan kita main sama cewe-cewe ini?”, ucap pak Herman dengan mimik serius.

“Betul. Jangan aneh-aneh kamu Cok. Lagian udah beruntung kita bisa dapat enak sama non-non ini dari tadi.”, ucap Pak Dedi.

“Iya, kapan lagi kan bisa ngentot sama cewe sebening non-non berempat ini.”, timpal pak Heru dengan mata yang menatap tubuh telanjang kami satu per satu.

Aku pun membetulkan lagi jas hujan yang kukenakan ini. Kulihat Diana, Agatha dan Anastasya juga memungut dan memakai kembali jas-jas hujan yang mungkin tadi mereka kenakan saat berjalan ke sungai.

Kami semua pun kembali berjalan ke arah camp yang jaraknya sekitar 10 menit jalan kaki itu. Pak Herman yang kelihatan berjalan paling buru-buru, sepertinya karena pak Herman adalah mandor untuk operasi penebangan pohon ini. Jadi mungkin ia adalah orang yang paling bertanggung jawab jika nanti ada masalah jika ia ketahuan berbuat mesum dengan kami.

Sedangkan anak buahnya, Agatha, Diana dan Anastasya mengikutinya dari belakang. Sedangkan mas Ucok dan mas Guntur berjalan dempet denganku dan berjalan agak lambat. Mereka menggerayangi tubuhku yang hanya bebalut jas hujan. Sepertinya mereka penasaran karena belum mencicipi tubuhku tadi. Aku, mas Ucok dan mas Guntur memang berjalan paling belakang sehingga mereka yang di depan tidak tahu yang terjadi.

“Badan neng putih banget.. mas suka.. jadi pacar mas mau?”, ucap mas Guntur sambil tangannya meraba-raba payudaraku yang putih ini. Aku tidak menggubris pertanyaan mas Guntur yang sembarangan itu. Tentu sangat tidak mungkin untukku berpacaran dengan orang sepertinya tapi untuk urusan bersenggama itu lain soal karena ia sangat mampu memuaskan birahiku yang tinggi.

“Iya, neng Selina sama Agatha putih banget kayak susu. Duh, penasaran ni belum ngentotin neng Selina. Kalo neng Agatha kan udah tadi. Hehe.”, timpal mas Ucok yang cengengesan sambil matanya jelalatan melihat ke arah tubuhku. Lalu ia pun tidak tahan untuk tidak ikutan meremas buah dadaku yang bulat dan putih ini. Kedua pria itu masing-masing meremas 1 buah dadaku. Mas Ucok meremas buah dadaku yang kiri sedangkan mas Guntur kebagian susuku yang kanan. Sungguh kontras saat melihat dua tangan hitam dan kasar sedang menjamah buah dadaku yang putih dengan puting susu berwarna pink ini.



Aku mendesah menikmati remasan-remasan dari tangan para pria penebang pohon ini di payudaraku. Aku yang memang masih belum orgasme saat bercinta dengan pak Herman tentu saja horny lagi dirangsang sedemikian rupa oleh dua mas-mas ini. Maka kugerakkan dua tanganku dan kuraba-raba celana mas Ucok dan mas Guntur. Terasa ada yang menggelembung di tengah selangkangan mereka. Pelan-pelan rudal mereka yang masih tertutup celana makin membesar dan mengeras.

Mereka lalu menurunkan sedikit celana mereka dan keluarlah dua batang kejantanan mereka yang berwarna lebih gelap dari kulit badan mereka. Segera kukocok-kocok dua kontol mereka dengan cepat karena ingin dua penis ini segera siap untuk menyodok memekku. Sambil menikmati handjob dariku, mas Ucok dan mas Guntur menggerayangi seluruh tubuhku, bahkan jas hujanku sudah terbuka hingga tubuh bugilku terpampang jelas. Mas Ucok pun mencium bibirku dan segera kubalas dengan hot. Kami berciuman begitu panas layaknya sepasang kekasih yang lama tidak berjumpa.

Sekitar 1 menit kemudian aku yang sudah dilanda birahi tanpa malu-malu pun segera meminta mereka untuk menyetubuhiku. “Sshh mas.. masukin sekarang ya ke memek Selina..”. Naluri seksku lah yang membuatku begitu liar hingga meminta untuk disetubuhi oleh pria seperti mereka di tengah hutan begini.

Tanpa perlu disuruh, mas Ucok segera curi start dan ia segera memasukkan penisnya ke memekku dari belakang. Aku berpegangan pada sebatang pohon yang paling dekat dengan tempatku berdiri. “Sshh ahh ahhh.. terus mas.. yang cepat.. ahh ahh..”, desahan nikmat dari mulutku yang merekah.

Aku tidak peduli kami tertinggal dari rombongan yang sedang menuju camp. Aku hanya ingin mencapai orgasmeku saja dengan dibantu kontol mas-mas penebang pohon ini. Mas Guntur yang kalah cepat dari temannya tidak mau kalah, ia lalu memegangi kepalaku dan mendorong kepalaku ke arah batang kemaluannya. Aku kini menjadi agak membungkuk ke depan sambil berpegangan pada paha mas Guntur.



Tanpa perlu diperintah, aku pun segera membuka mulutku untuk menelan kontol mas Guntur. Mulutku yang mungil ini merasakan betapa besar dan panjangnya batang kejantanan si pria penebang pohon ini. Bentuknya yang agak bengkok ke samping kiri membuat dari pipiku tampak menonjol batang kejantanan mas Guntur. Terasa bagaimana penisnya semakin mengeras saat kedua bibirku yang merah ini membetot kepala penis mas Guntur ini. Mas Guntur mendesah-desah menikmati teknik oral seks ku ini di kontolnya.

Dengan pelan aku mengulum-ngulum kontolnya seraya mengeluarkannya hingga sampai ujung batas antara kepala dan batangnya. Aku dapat merasakan kepala kontol mas Guntur yang semakin membesar serta sudah keras maksimal di dalam mulutku. Rasa nikmat yang kurasakan di memekku membuatku pun makin bersemangat memberikan oral seks pada batang kejantanan mas Guntur ini.

Mas Guntur meremas payudaraku yang menggantung dan bergoyang-goyang selagi ia terus melenguh keenakan. Ia begitu menikmati bagaimana aku menyepong penis panjang miliknya ini dengan liar. Kepalaku kini ikut kugerakkan maju mundur seirama genjotan mas Ucok di liang kewanitaanku, memberikan tambahan sensasi nikmat bagi kontol mas Guntur. Seakan-akan ia sedang menyetubuhi mulutku dengan kontolnya itu.



“Mmmhhhhh.. mmmhhh.. mmmmhh..”, hanya suara itu yang keluar dari mulutku akibat teredam oleh penis mas Guntur. Kugunakan juga lidahku menyapu kepala kontol hingga lubang kencing mas Guntur di dalam mulutku.

“Arghhh.. sepongan non mantep.. ohh.. jago ni nyepongnya.”, ceracaunya sambil meremas rambut panjangku melampiaskan rasa nikmatnya.

Saat sedikit lagi aku orgasme, tiba-tiba pak Herman mendekati kami dengan wajah yang bercampur antara marah, panik dan kaget. Ia segera memarahi dua anak buahnya itu yang malah asyik bercinta denganku.

“Heh, kalian udah gila ya?? Belum cukup apa tadi ngentotnya!?? Waktu kita gak banyak sebelum Bu Retno mereka kesini!”, hardik pak Herman pada mas Guntur dan mas Ucok.

“Eh i i ya pak. Maaf.”, ucap mas Ucok panik. Mas Guntur juga terlihat takut dengan bentakan Pak Herman.

Mas Ucok dan mas Guntur pun buru-buru mencabut batang kejantanan mereka dari vagina dan mulutku lalu membetulkan celana mereka. Aku yang lagi-lagi dibuat kentang mau tidak mau menerima nasibku dan merapikan jas hujan yang kukenakan. Kami pun kini berjalan dengan cepat menuju camp.

Setibanya di camp, Agatha bertanya padaku kenapa lambat menyusul kami. Aku hanya menjawab sambil tersenyum, “Nanggung tadi, hihi. Jadi minta lagi sama dua mas itu.”. Agatha hanya tertawa sambil geleng-geleng mendengar kebinalan yang kulakukan.

Pak Herman pun segera mengambilkan pakaian kami dan memberikannya pada kami untuk kami kenakan. Dari mukanya jelas terlihat ia dalam kondisi panik karena orang-orang kantor mereka bisa saja tiba sewaktu-waktu. Ia juga memerintahkan para anak buahnya untuk membersihkan sisa-sisa ceceran sperma dan cairan orgasme bekas pesta seks tadi. Bahkan mereka menyemprotkan obat nyamuk untuk menyamarkan bau sperma yang cukup menyengat.

Kami semua menerima pakaian kami masing-masing. Untungnya pakaian kami sudah hampir kering walau masih ada bagian-bagian yang sedikit basah. Tapi tentu saja lebih baik memakai pakaian ini ketimbang jas hujan yang bau apek dan bau badan para pria pekerja kasar ini, hehe.

“Pakaikan dong pak bajuku. Hihi.”, ucap Diana yang masih sempat-sempatnya menggoda pak Herman.

Pak Herman yang panik menimpali Diana, “Maaf neng, tolong cepetan ganti bajunya ya. Kalo orang kantor sampe kesini bisa berabe neng.”.

“Ih, kalo orang kantor datang ya ajak main bareng aja pak. Hihi.”, kini Anastasya yang menggoda pak Herman yang terlihat grogi dan panik itu. Kami cekikikan melihat reaksi pak Herman yang benar-benar sangat ketakutan itu.

“Gak bisa neng, bos saya itu wanita dan orangnya gak da kompromi. Bisa-bisa saya gak cuma dipecat tapi dipenjara neng kalo ketauan kita pada ngentot sama neng pada di camp.”, ucap pak Herman dengan wajah lemas.

Lucu juga melihat pak Herman yang tadi terlihat gagah dengan penisnya yang perkasa kini tampak lemah. Hihihi. Tapi ucapan Diana dan Anastasya memang hanya candaan saja. Dan kini kami semua pun sudah mulai mengenakan pakaian kami masing-masing sambil tentunya sambil ditonton oleh pria-pria penebang pohon ini.

Terlihat para pria ini, terkecuali pak Herman yang sibuk menulis-nulis di buku laporannya, menatap lapar pada tubuh bening dan mulus kami berempat. Kalau saja tidak ada inspeksi dari kantor mereka, pastilah mereka akan minta jatah seks lagi dengan kami. Apalagi jujur aku masih nanggung setelah tadi belum sempat orgasme saat bersama pak Herman dan mas Ucok.

Selesai memakai pakaian, kami pun mau pamit untuk melanjutkan perjalanan kami. Mas Ucok dan mas Guntur menawarkan diri untuk menemani tapi dilarang pak Herman karena inspeksi ini harus dihadiri semua pekerja operasi di camp.

Maka kami pun kembali menyusuri hutan ini tanpa dipandu oleh pria penebang pohon ini. Tapi para penebang pohon ini memberi kami semacam tanda untuk kembali ke arah desa dan villa yaitu dengan mencari tanda kain merah yang diikat pada pohon. Mas Guntur juga bilang ada air terjun yang indah sekitar 20 sampai 30 menit berjalan kaki dari camp. Untuk kesana cukup ikuti jalan setapak dari sungai yang tadi. Sambil tersenyum penuh arti, ia bilang bisa menyusul kami kesana selesai inspeksi. Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan jam setengah 3 siang.

Saat akan pergi kulihat anjing Pak Wanto mengikuti kami. Lalu pak Wanto bilang, “neng, an an jing sa saya i ikut kalian bu buat jagain da dari mo monyet.”. Wah, benar juga dengan ada anjing pak Wanto setidaknya kami aman dari monyet.

Kami pun kembali melanjutkan perjalanan kami di hutan ini dengan diikuti Poek, si anjing hitam punya pak Wanto. Dan kami sepakat untuk tidak jadi pulang ke villa dan memilih untuk berpetualang ke air terjun yang dibilang mas Guntur. Tidak lama kami sudah tiba di sungai yang tadi menjadi tempat orgy seks liar tadi. Kami memutuskan untuk istirahat sejenak sambil menikmati makanan seperti roti dan snack yang memang kami bawa di tas kecil. Dan Pak Herman cukup baik hati memberikan daging ikan hasil tangkapan mereka. Mungkin hitung-hitung balas jasa juga untuk servis kami, hihihi.

Perutku memang sudah terasa cukup lapar dari tadi saat berjalan balik dari sungai ke camp. Bagaimanapun energi kami tentu terkuras setelah “olahraga” nikmat dengan para pria penebang pohon itu. Kami duduk di atas kayu-kayu gelondongan yang tersusun berjejer. Sambil ngobrol kami menikmati makanan seperti sedang piknik di alam liar begini. Kami juga memberi si Poek makan daging ikan. Anjing ini mengibas-ngibaskan ekornya tanda ia senang. Kuusap-usap kepala anjing berbulu hitam ini.

Selesai makan kami pun melanjutkan lagi petualangan kami di hutan ini. Kurang lebih 20 menit berjalan mengikuti jalan setapak yang mengarah ke air terjun, terdengar suara air mengalir. Sepertinya kami sudah di jalan yang tepat. Kami pun mempercepat langkah kami karena tidak sabar melihat keindahan air terjun yang dimaksud mas Guntur tadi.

10 menit kemudian kami pun tiba di sebuah area terbuka dengan air terjun di sebuah tebing bebatuan yang dihiasi pohon-pohon. Sungguh indah air terjun ini, tidak sia-sia kami berjalan cukup lama tadi.

Air terjun ini begitu jernih dengan mata airnya yang berwarna biru kehijauan. Dan air itu tampak bersih tidak terlihat ada ikan dan tanaman seperti lumut. Hanya ada rumput-rumput di sekitaran air terjun ini yang mempercantik keindahannya.

Diana dengan semangat segera menanggalkan semua pakaian yang melekat di tubuhnya. Ia lalu segera berjalan masuk ke dekat air terjun itu. Kakinya masuk ke air terjun itu dan Diana pun berkomentar, “Ah airnya seger nih guys..”.

Sungguh temanku ini memang yang paling berani. Walaupun di tengah hutan tapi bisa saja penduduk setempat yang tinggal di hutan dan bisa melihat apa yang ia lakukan sekarang.

Seakan tidak mau kalah dari sepupunya itu, Agatha juga ikutan melepaskan pakaiannya hingga ia pun telanjang bulat. Ia lalu ikutan menyemplungkan dirinya ke area air terjun itu. Tapi air terjun itu tidak begitu dalam, terlihat hanya sampai setengah paha Agatha saja yang terendam.

Anastasya lalu juga mulai melepaskan kaos kuningnya, hotpants, bra dan CDnya. Ia kemudian ikut join dengan Diana dan Agatha di air terjun. Aku akhirnya juga mau tidak mau mengikuti apa yang mereka lakukan. Kutanggalkan kaos, celana dan dalamanku hingga akupun sudah bugil seperti ketiga temanku ini.



Pelan-pelan aku pun melangkahkan kakiku ke air terjun itu. Oh, terasa dingin air yang mengenai kulit kakiku. Aku terus berjalan hingga makin dekat ke tengah air terjun ini dimana Diana, Agatha dan Anastasya sudah lebih dulu tiba. Kulihat Poek juga ikut ke dalam air dan berenang-renang dengan ekor yang mengibas-ngibas, membuat airnya terciprat.

Diana dengan usil melemparkan air ke arahku yang segera kubalas. Agatha dan Anastasya juga ikut bermain air sepertiku dan Diana. Sangat menyenangkan bermain di air terjun yang tentunya tidak ada di kota seperti Jakarta. Saking asyiknya, kami sudah lupa bahwa kami sedang berada di tengah hutan dan bukan di kolam renang.

Kami tertawa sambil terus bercanda dan bermain air. Percikan air ini mulai membasahi tubuh kami berempat. Terasa dingin saat air tersebut mengenai kulitku, apalagi saat mengenai puting susuku. Oh, terasa pentilku mulai mengeras akibat terkena dinginnya air ini.

Nafsuku sangat cepat naik sejak aku mengalami pesta seks interracial yang liar di toilet sekolahku. Hanya rangsangan air saja aku sudah merasakan birahi agak terusik. Oh, apa aku termasuk wanita hyper sex?

Kucoba menahan gejolak birahi itu dan kemudian bersantai di bebatuan yang masih di area air terjun itu. Sedangkan Diana dan Anastasya masih bermain air. Kulihat Agatha menghampiriku dan lalu duduk di sampingku.

Agatha pun mengajakku ngobrol terutama mengenai seks dengan para pria penebang pohon tadi.

“Sel, lu suka seks rame-rame gitu juga ya?”, tanya Agatha sambil tersenyum.

“Ah gak juga koq. Itu tadi pas ada momennya aja.”, jawabku cepat.

“Oh gitu. Tapi Diana cerita juga kalo kalian ada main sama beachboy pas liburan di Bali. Kata Diana kamu mainnya liar banget waktu itu.”, timpal Agatha.

Duh Diana memang mulutnya ember. Hal seperti itu dia ceritakan juga pada sepupunya. Aku pun tidak menjawab dan hanya tersenyum saja menatap Agatha.

“Santai aja Sel. Gapapa koq. Namanya juga kita melampiaskan nafsu birahi kita. Gak cuma cowo kali yang punya nafsu. Haha.”, ucap Agatha yang melihatku hanya diam.

“Eh I iya ci.”, jawabku singkat.

“Tadi juga kamu liar banget sampe pake anjing buat rangsang kamu. Hihi.”, kembali Agatha menimpaliku.

“Ah itu.. kalo udah nafsu aku gak bisa ngontrol diri ci.”, ucapku agak tersipu malu.

“Nafsu kamu gede juga ya sepertinya Sel. Sama kayak aku.”, ucapnya.

“Oh cici sendiri suka ngeseks dengan orang lain selain pacar cici?”, tanyaku yang memang penasaran dengan kehidupan seksual sepupu Diana ini.

“Iya, suka. Sering banget malah.”, jawabnya santai.

“Oh, pernah main sama siapa aja ci?”, tanyaku lagi.

“Wah udah banyak banget nih.”, ucapnya.

Mendengar ini membuatku makin penasaran dan bertanya lagi. “Nah kalo yang non chinese pernah sama siapa aja ci sebelum hari ini.”

“Ummm, kalo yang di kampus uda pernah sama satpam, OB, dosen sama mahasiswa juga. Tapi banyakan si sama yang lebih tua. Aku ada fetish gitu sukanya sama yang tua. Hihi.”, jelasnya sambil tersenyum nakal.

Wah memang Agatha ini nakalnya sama seperti Diana. Ternyata dia juga sering bercinta dengan pria-pria yang secara status sosial berbeda jauh.

“Kalo sama satpam kampus gimana ceritanya ci bisa sampe ngeseks?”, tanyaku lagi ingin tahu.

“Oh, itu aku yang godain si satpam pastinya. Mereka mana berani kalo macam-macam kan bisa ditangkap polisi. Harus kita yang inisiatif. Hihi.”, jelasnya.

“Godainnya gimana ci?”, aku makin penasaran dengan cara Agatha menggoda satpam kampusnya.

“Waktu itu pertama kalinya ngeseks sama satpam kampusku. Kondisi kampus udah sepi karena udah agak malam. Aku lagi ngerjain tugas kuliah sampe lupa waktu. Teman-teman uda pada pulang duluan. Pas mau pulang eh taunya mobilku mogok. Kampus udah sepi ga ada siapa-siapa lagi. Jadinya aku pun minta tolong si satpam kampus. Pas dia cek ternyata akinya uda soak. Nah aku liat celananya agak menggembung gitu. Dia konak ngeliat aku yang emang cuma pake tanktop sama hotpants. Aku yang jadi horny ngeliat cetakan kontolnya itu akhirnya nekat godain dia deh. Aku minta dia mijitin kakiku di gudang kampus. Si satpam yang emang dah tau kalo aku godain dia pun mau dong. Akhirnya dia mijitin kaki lalu ke paha dan mulai berani nyentuh ke paha dalam. Lalu makin naik ke selangkangan dan akhirnya dia belai-belai memekku. Aku jadi gak tahan dan ngangkang depan dia. Lalu dia jilatin memekku. Dia mainin memekku sampe aku keluar hanya dengan mulutnya. Gantian aku yang nyepongin dia. Uh, kontolnya gede. Lalu kami pun ML deh. Kontolnya panjang dan staminanya kuat banget. Aku sampe 3 kali orgasme malam itu. Puas bangeth.. hihi.”, cerita Agatha dengan wajah yang mulai memerah, sepertinya ia horny mengingat seks dengan si satpam kampusnya itu.

Aku pun jadi ikutan merasa horny mendengar cerita kenakalan Agatha tersebut. Terasa vaginaku berdenyut-denyut pertanda aku mulai dilanda birahi. Apalagi tadi aku dua kali gagal orgasme saat bercinta dengan pak Herman dan lalu saat dengan mas Ucok.

“Sel, kamu horny ya denger cerita aku ngewek sama satpam?”, tanya Agatha sambil menatapku dengan wajah sayu.

“Nghh iya ci.. jadi horny nih..”, ucapku dengan wajah yang sudah memerah dan panas akibat terangsang.

“Aku juga nih. Coba ada cowo disini ya. Pasti uda kuperkosa. Hihi.”, ucapnya.

“Iya nih ci. Tadi aku juga nanggung belum keluar ni pas dientot..”, timpalku menjelaskan kondisi “kentang” yang terjadi tadi.

“Cici juga tadi masih nanggung. Hmm, ya udah kita saling memuaskan ya Sel..”, ucapnya dan lalu segera memainkan puting susu dan vaginaku dengan kedua tangannya.

Aku agak kaget dengan apa yang Agatha lakukan ini. Belum pernah sebelumnya aku dirangsang oleh sesama wanita seperti yang terjadi saat ini. Tapi birahi yang sudah berkobar ini membuatku membiarkan aksi lesbi yang dilakukan Agatha pada payudara dan liang kemaluanku ini.

Dengan cekatan Agatha menggesek-gesekkan jari-jarinya di memekku yang gundul serta sudah basah karena air dan juga lendir cintaku ini. Puting susuku yang mulai mengeras ini pun tidak luput oleh permainan jari-jarinya. Ditarik-tariknya puting susuku membuatku mengejang dan merintih nikmat.

Aku pun tidak mau kalah dan mulai merangsang Agatha dengan kedua tanganku. Kuraih dan kuremas buah dadanya yang ukurannya sepertinya sama dengan punyaku itu. Kumainkan pentil susunya dengan jari-jariku, membuat Agatha menggelinjang. Vaginanya juga kurangsang dengan jari-jariku hingga Agatha mendesah tidak karuan. Kurasakan lubang memek si mahasiswi ini mulai lembap akibat rangsangan jariku.



“Ahhh ci.. iyahhh.. terus.. yang cepet.. ahhh..”, desahku yang keenakan.

“Ohhh iyahh Sel.. mainin memek cici.. iyahh kayak gitu.. ahhh..”, Agatha juga mendesah menikmati servis dariku.

Posisi kami duduk berhadapan dengan paha yang mengangkang lebar dimana kami saling beradu mengocok vagina dengan cepat. Terdengar suara kecipak air saat jari-jariku dan Agatha yang bekerja menerobos keluar masuk lubang memek.

Harus kuakui kocokan jari-jari Agatha begitu cepat sehingga membuatku serasa terbang di awang-awang. Klitorisku juga dimainkan dengan seksama oleh Agatha. Membuatku makin tidak bisa fokus untuk merangsang memek Agatha.

Tidak sampai 3 menit akhirnya pertahananku pun jebol hasil kehebatan teknik fingering Agatha Aku mencapai klimaks berkat permainan jari sepupunya Diana ini. “Ahhh ci.. aku nyampe!”, jeritan penuh kepuasan keluar dari mulutku. Tubuhku pun bergetar-getar saat dilanda badai orgasme yang memang sudah tertahan-tahan dari tadi ini. Saking dahsyatnya, cairan orgasmeku menyemprot keluar atau disebut squirting! Vaginaku pun jadi sangat basah oleh lendir orgasmeku barusan.



Agatha yang terkaget dengan squirtingku saat klimaks ini pun mengomentari, “Wah sampe muncrat gini loh Sel! Benar-benar tuntas ya kali ini. Hihihi.” Agatha tertawa melihatku yang tampak puas sekaligus lemas ini.

Beberapa detik aku meresapi sensasi nikmat dari klimaks yang barusan kualami. Setelah itu gantian aku yang “membantu” Agatha untuk orgasme. Aku memposisikan diriku menungging di depan selangkangan Agatha. Lalu kukocok-kocok memek Agatha yang hanya ditumbuhi rambut-rambut tipis yang tercukur rapi itu dengan cepat, membuat pemiliknya merintih nikmat. Sedangkan tanganku yang satu membelai bibir vaginanya menambah rangsangan yang kuberikan. Lalu mulutku mencaplok puting susu merah muda milik sepupu Diana ini. Kukenyot-kenyot dengan liar sampai Agatha mendesah makin kencang.

Saat sedang sibuk memberikan servis fingerjob di memek Agatha tiba-tiba aku dikejutkan ada sesuatu yang keras dan basah di bongkahan pantatku dan ada sesuatu yang berbulu bersentuhan dengan kulit pantatku. Saat kutengokkan ke belakang betapa kagetnya aku. Poek, si anjing hitam ini sedang berdiri dengan dua kaki belakangnya dengan dua kaki depannya bertumpu di pantatku.

Ah, apa-apaan anjing ini. Apa ia mengira aku anjing betina yang siap disetubuhinya?? Aku yang masih tetap mengocok memek Agatha pun tidak bisa berbuat apa-apa saat anjing ini mendorong penisnya ke dalam lubang pantatku. Oh, terasa hangat dan basah penis anjing ini saat masuk ke dalam anusku yang sempit. Ukurannya tidak terlalu besar tapi karena anusku yang memang sempit tentu saja ada sensasi nikmat saat penis si Poek bergesekan dengan dinding anusku.

Kurasakan anjing hitam ini mulai bergerak menghentak-hentak penisnya ke anusku ini. Ohh sungguh gila aku disodomi oleh seekor anjing! Dan aku malah pasrah membiarkan diriku disodok-sodok oleh penis anjing. “Sshh.. ahh.. kenapa bisa begini.. ahh..”, desahku yang anehnya menikmati perlakukan si anjing terhadap liang pantatku. Kulampiskan kenikmatan ini dengan makin intense mencolok memek Agatha hingga suara kecipak cairan cintanya terdengar makin keras.

Tidak lama kurasakan otot rongga vagina Agatha mengencang dan merapat seolah menjepit jari-jariku. ‘Crrt..crrtt..crtttt..’, Kurasakan semburan cairan orgasme Agatha mengenai jari-jariku. “Nghhh.. aku keluar Sel! Ooohhh!!” lenguh Agatha saat klimaks.

“Wah wah ini sih gila bener Sel kamu dientot anjing! Kirain tadi uda gila pas adegan lesbi yang hot banget antara dua amoy.”, terdengar suara Anastasya yang kaget mendekati kami.

“Iya nih. Boleh lah tadi jadi bintang film bokep kalian. Haha. Eh emang enak Sel kontol tu anjing di memek lu?”, ucap Diana menimpali ejekan Anastasya padaku dan Agatha yang saling memuaskan barusan.

Aku hanya menatap mereka dengan wajah sayu selagi anusku terus digenjot oleh Poek. “Sshhh ahh ahhh bukan di memekku ni. Tapi di bool. Ada sensasi aneh nih disodomi anjing kayak gini.. fuck.. ahh ahh..”, lenguhku dengan wajah sayu selagi menjadi betina bagi anjing bernama Poek ini. Posisiku yang menungging dengan si Poek di belakangku ini memang seperti anjing kawin atau yang biasa disebut doggy style.



“Damn Sel, you are so wild and bitchy! Yes, like a bitch! Anjing betina! Hahaha!”, ucap Agatha yang kini juga ikut menonton adegan seks antara manusia dan hewan yang sangat tidak lazim ini. Anastasya dan Diana tertawa mendengar kata-kata Agatha itu. Aku yang sedang terombang-ambing dalam lautan birahi karena si anjing ini hanya diam saja tidak memedulikan mereka.

Kulihat ke arah si anjing ini yang sedang menikmati sempitnya anusku. Moncongnya membuka sambil menjulurkan lidahnya seolah seperti sedang merasa keenakan penisnya yang sedang keluar masuk di liang pantatku yang sempit ini. Air liur si anjing sampai jatuh menetes ke kulit punggungku. Harus kuakui penis si anijing ini terasa memenuhi rongga anusku yang sempit memberiku kenikmatan..

Tiba-tiba kurasakan dorongan orgasme makin mendekatiku yang tengah disodomi oleh seekor anjing ini.. Ini sangat tidak wajar aku akan orgasme selagi lubang pantatku sedang disodok oleh kontol anjing! Tapi.. tapi sensasi ini memang sangat nikmat dan berbeda! Tempo sodokan si anjing di anusku begitu cepat membuatku begitu dimabuk birahi.

Diana dengan nakalnya mendekatiku lalu ia meremas-remas payudaraku yang sedang menggantung ini. Buah dadaku diperahnya dengan gemas sambil sesekali memelintir puting susuku. Aku makin mendesah mendapatkan rangsangan tambahan di pentil susuku yang sensitif itu. “Biar lu lebih enak lagi Na. Hihihi.”, ucap Diana dengan senyum nakalnya.

Gilanya lagi Diana kini memposisikan tubuhnya di bawah dadaku lalu ia mengemut puting susuku yang sudah sangat keras itu. Dihisap-hisapnya pentil merah mudaku itu seperti sedang menyusu di payudaraku. Ah, hisapan mulutnya ini menambah kenikmatan yang sudah kuperoleh dari sodokan kontol si anjing di anusku.

Si Poek terdengar menggeram selagi ia menghentak-hentakkan kontolnya dengan sangat cepat. Gesekan penisnya di dinding anusku makin terasa nikmat. “Ahhh ahhh ahhh..”, desahanku yang mengiringi genjotan kontol Poek di lubang pantatku.

Sekitar 3 menit kemudian kurasakan anjing ini seperti tersentak dan dari mulutnya terdengar suara geraman yang keras. Lalu ada beberapa semburan cairan hangat yang masuk ke dalam lubang pantatku. Oh, anjing ini orgasme dan spermanya ditembakkan di dalam lubang anusku..

Hampir bersamaan dengan muncratnya sperma Poek di lubang pantatku, aku pun mencapai puncak birahi. “Aaahhhhhhhhh!”, lenguhku saat klimaks. Dari liang memekku menyemburlah cairan orgasme yang membasahi bebatuan di bawah tubuhku. Tubuhku menggelinjang beberapa kali selagi sedang diterpa gelombang orgasme. Setelah itu si anjing pun mencabut penisnya dan melangkah pergi lalu berbaring tidak jauh dari kami.

“Wah wah bisa crot juga ni berkat kontol anjing! Hebat hebat! Hahaha!”, Diana tertawa sambil bertepuk tangan menggodaku yang baru saja orgasme setelah disodomi seekor anjing. Agatha dan Anastasya juga ikut tertawa. Aku yang masih lemas setelah orgasme ini hanya tersenyum mendengar ejekan mereka. Lalu kulihat Diana duduk mengangkang di bebatuan sebelah kami.

“Jadi horny juga nih ngeliat kalian berdua tadi..”, ucap Diana.

“Iya aku juga jadi sange gini. Dah becek aja ni memekku.”, timpal Anastasya sambil meraba-raba vaginanya yang berjembut cukup lebat.

“Pengen juga si cobain kontol si anjing tapi kayaknya dah lemes dia. Hihi. Ya udah ci yuk kita ikutin cara Agatha dan Selina. Hihi.”, ucap Diana sambil tersenyum nakal.

“Oke deh. Siapa takut. Haha.”, timpal Anastsya dan segera duduk mengangkang di sebelah Diana.

Dengan segera kedua gadis muda berkulit putih itu pun saling merangsang tubuh mereka. Jari-jari Diana mencoblos vagina Anastasya dan juga memilin puting susunya. Anastasya juga melakukan hal yang sama kepada pentil dan memek Diana. Terdengar desahan erotis sahut menyahut dari mulut Diana dan Anastasya yang sedang larut dalam birahi.

“Ahhh enak ci.. terus.. ahh yeah.. ahh..”, desah Diana sambil merem melek.

“Sshhh.. iya.. kamu juga jago ngocok memekku Na.. ahh..”, lenguh Anastasya yang juga menikmati rangsangan Diana.

Sekitar 1 menit kemudian, Anastasya mengajak Diana untuk ganti posisi. “Eh cobain gaya gunting yuk seperti di bokep.. haha..”, ucap Anastasya sambil bangkit dan memposisikan selangkangannya dengan selangkangan Diana. Kedua paha Anastasya membuka lebar lalu diapitkan sehingga menyerupai gunting yang saling menempel.

Memek Anastasya dan memek Diana pun bersentuhan dan mereka lalu mulai menggesek-gesekkan organ kelamin mereka itu. Desahan-desahan mereka pun kembali terdengar dari pertautan vagina mereka itu. Sungguh panas seks sesama jenis yang sedang dipraktekan oleh Diana dan Anastasya di atas bebatuan air terjun ini.

“Ohh damn.. ternyata enak juga ya adu memek begini.. ahh..”, komentar Diana sambil melenguh.

“Iyahhh.. enaknya.. ahhh terus Na.. yang kencang.. cici bentar lagi nih..”, timpal Anastasya dengan wajah sangat horny.

“Ahh aku juga bentar lagi keluar ci.. sshhh..”, jawab Diana.

Tiba-tiba Agatha melakukan sesuatu yang sangat liar. Ia mendekati Diana dan Anastasya yang sedang asyik beradegan lesbi. Lalu dengan nakalnya ia pun mengenyot puting susu Anastasya yang berwarna coklat muda dan tangannya meremas buah dada teman kuliahnya itu. Terlihat Anastasya merintih makin keras menikmati perlakuan Agatha di payudaranya.

“Sshhhhh ahh.. isep terus Tha.. ahh enak..”, ceracau Anastasya dengan muka keenakan.

Melihat Anastasya yang keenakan, Diana pun memintaku untuk menghisap puting susunya seperti yang dilakukan Agatha.

“Sel, isepin tetekku juga dong..”, pinta Diana sambil menatapku dengan wajah sayu.

Aku pun segera mendekatinya dan melakukan yang diinginkan oleh temanku ini. Kuemut pentil susunya yang mungil dan segera kuhisap-hisap dengan semangat. Sesekali kugunakan lidahku untuk menyentil-nyentil puting susu Diana. Ini membuat Diana mendesah-desah makin keras.

Suara desahan Anastasya dan Diana yang sedang menikmati seks lesbian ini berbaur dengan suara air terjun di hutan ini. Tidak sampai 3 menit kemudian, Anastasya pun melenguh keras dengan badan berkelojotan pertanda ia sudah orgasme. Diana pun menyusul beberapa detik kemudian dengan tubuh yang mengejang-ngejang.

Sungguh gila apa yang kami lakukan di air terjun ini. Tidak hanya sekedar telanjang dan bermain air di tengah hutan begini. Tapi malah saling memuaskan birahi masing-masing ala lesbian. Tapi bagaimanapun kami gadis normal, hanya nafsu birahi yang tinggi saja yang membuat kami mau melakukan hal tadi.

“Eh yuk, balik villa. Dah sore. Ntar keburu malam gelap susah baliknya loh.”, ajak Agatha yang sudah memakai lagi pakaiannya walau tubuh masih agak basah.

Kamipun setuju dan ikut memakai pakaian kami kembali. Kami lalu mulai coba berjalan ke balik tapi ternyata kami malah tersesat. Setelah lebih dari setengah jam kami hanya memutar-mutar di hutan ini, kami pun mulai kelelahan dan lapar.

Kami pun lalu duduk dan makan sisa bekal terakhir kami yang hanya sisa sedikit ini.

“Wah gimana nih. Uda ga ada makanan loh kita.”, tanyaku dengan agak panik.

“Iya, moga bisa ketemu warga sini yang ngerti arah hutan.”, ucap Anastasya.

“Tapi dari tadi gak keliatan ada orang sama sekali loh. Ini bagian hutan yang agak dalam soalnya”, ucap Diana.

“Ya udah yuk kita jalan lagi mumpung belum benar-benar gelap.”, ajak Agatha.

Kami berempat kembali berjalan dan mencoba mencari arah balik ke villa atau setidaknya ke camp penebang pohon tadi. Sekitar 20 menit berjalan tiba-tiba Agatha menunjuk dan berkata, “Eh itu disana sepertinya disana ada gubuk tuh.”.

Kami pun menoleh ke arah yang Agatha tunjuk itu. Memang di kejauhan terlihat ada gubuk. Semoga disana ada orang yang bisa menolong kami. Dengan buru-buru kami pun segera berjalan ke arah gubuk itu..





~ BERSAMBUNG ~


NB : Dilarang Mengcopy Cerita Ini Ke Blog / Website Manapun Tanpa Seizin TS.
 
Terakhir diubah:
Part 22

Pohon-pohon menjadi saksi bisu persetubuhan interracial yang dilakukan oleh kami dengan Pak Herman dan lima anak buahnya. Suara erangan dan desahan kami yang sedang mengejar puncak kenikmatan saling sahut menyahut dengan diiringi suara air sungai yang mengalir di hutan ini.

Saat sedang asyik-asyiknya tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang memanggil dari walkie talkie milik pak Herman yang disimpan di celananya yang tergeletak di tanah. Pak Herman yang kaget pun segera melepaskan hisapan mulutnya di vaginaku dan mengangkat tubuhku ke samping. Ia lalu buru-buru beranjak ke celananya yang tergeletak di atas sebuah kayu dan mengambil walkie talkie yang terus bersuara tersebut.

Ia lalu menjawab panggilan dari wanita itu. Setelah berbincang tidak lama panggilan di walkie talkie itu pun diakhiri. Tapi pak Herman tampak panik dan buru-buru ia segera menghampiri para anak buahnya yang sedang duduk melepas lelah setelah puas bersetubuh dengan teman-temanku itu.

“Wah gawat nih. Ada inspeksi dari kantor pusat ke lokasi camp kita. Mereka udah perjalanan ke camp sekarang. Kita harus cepat balik.”, ujar pak Herman.

Kelima anak buah pak Herman juga tampak kaget dan mereka buru-buru segera memakai kembali pakaian mereka yang berserakan di area sekitar sungai ini.

“Waduh padahal masih pengen ngewek sama ni amoy-amoy.”, timpal mas Ucok dengan wajah kecewa.

“Udah, jangan gila. Ini Bu Retno sama orang kantor mau ngecek kerjaan kita. Lu mau dipecat atau dipenjara kalo ketahuan kita main sama cewe-cewe ini?”, ucap pak Herman dengan mimik serius.

“Betul. Jangan aneh-aneh kamu Cok. Lagian udah beruntung kita bisa dapat enak sama non-non ini dari tadi.”, ucap Pak Dedi.

“Iya, kapan lagi kan bisa ngentot sama cewe sebening non-non berempat ini.”, timpal pak Heru dengan mata yang menatap tubuh telanjang kami satu per satu.

Aku pun membetulkan lagi jas hujan yang kukenakan ini. Kulihat Diana, Agatha dan Anastasya juga memungut dan memakai kembali jas-jas hujan yang mungkin tadi mereka kenakan saat berjalan ke sungai.

Kami semua pun kembali berjalan ke arah camp yang jaraknya sekitar 10 menit jalan kaki itu. Pak Herman yang kelihatan berjalan paling buru-buru, sepertinya karena pak Herman adalah mandor untuk operasi penebangan pohon ini. Jadi mungkin ia adalah orang yang paling bertanggung jawab jika nanti ada masalah jika ia ketahuan berbuat mesum dengan kami.

Sedangkan anak buahnya, Agatha, Diana dan Anastasya mengikutinya dari belakang. Sedangkan mas Ucok dan mas Guntur berjalan dempet denganku dan berjalan agak lambat. Mereka menggerayangi tubuhku yang hanya bebalut jas hujan. Sepertinya mereka penasaran karena belum mencicipi tubuhku tadi. Aku, mas Ucok dan mas Guntur memang berjalan paling belakang sehingga mereka yang di depan tidak tahu yang terjadi.

“Badan neng putih banget.. mas suka.. jadi pacar mas mau?”, ucap mas Guntur sambil tangannya meraba-raba payudaraku yang putih ini. Aku tidak menggubris pertanyaan mas Guntur yang sembarangan itu. Tentu sangat tidak mungkin untukku berpacaran dengan orang sepertinya tapi untuk urusan bersenggama itu lain soal karena ia sangat mampu memuaskan birahiku yang tinggi.

“Iya, neng Selina sama Agatha putih banget kayak susu. Duh, penasaran ni belum ngentotin neng Selina. Kalo neng Agatha kan udah tadi. Hehe.”, timpal mas Ucok yang cengengesan sambil matanya jelalatan melihat ke arah tubuhku. Lalu ia pun tidak tahan untuk tidak ikutan meremas buah dadaku yang bulat dan putih ini. Kedua pria itu masing-masing meremas 1 buah dadaku. Mas Ucok meremas buah dadaku yang kiri sedangkan mas Guntur kebagian susuku yang kanan. Sungguh kontras saat melihat dua tangan hitam dan kasar sedang menjamah buah dadaku yang putih dengan puting susu berwarna pink ini.



Aku mendesah menikmati remasan-remasan dari tangan para pria penebang pohon ini di payudaraku. Aku yang memang masih belum orgasme saat bercinta dengan pak Herman tentu saja horny lagi dirangsang sedemikian rupa oleh dua mas-mas ini. Maka kugerakkan dua tanganku dan kuraba-raba celana mas Ucok dan mas Guntur. Terasa ada yang menggelembung di tengah selangkangan mereka. Pelan-pelan rudal mereka yang masih tertutup celana makin membesar dan mengeras.

Mereka lalu menurunkan sedikit celana mereka dan keluarlah dua batang kejantanan mereka yang berwarna lebih gelap dari kulit badan mereka. Segera kukocok-kocok dua kontol mereka dengan cepat karena ingin dua penis ini segera siap untuk menyodok memekku. Sambil menikmati handjob dariku, mas Ucok dan mas Guntur menggerayangi seluruh tubuhku, bahkan jas hujanku sudah terbuka hingga tubuh bugilku terpampang jelas. Mas Ucok pun mencium bibirku dan segera kubalas dengan hot. Kami berciuman begitu panas layaknya sepasang kekasih yang lama tidak berjumpa.

Sekitar 1 menit kemudian aku yang sudah dilanda birahi tanpa malu-malu pun segera meminta mereka untuk menyetubuhiku. “Sshh mas.. masukin sekarang ya ke memek Selina..”. Naluri seksku lah yang membuatku begitu liar hingga meminta untuk disetubuhi oleh pria seperti mereka di tengah hutan begini.

Tanpa perlu disuruh, mas Ucok segera curi start dan ia segera memasukkan penisnya ke memekku dari belakang. Aku berpegangan pada sebatang pohon yang paling dekat dengan tempatku berdiri. “Sshh ahh ahhh.. terus mas.. yang cepat.. ahh ahh..”, desahan nikmat dari mulutku yang merekah.

Aku tidak peduli kami tertinggal dari rombongan yang sedang menuju camp. Aku hanya ingin mencapai orgasmeku saja dengan dibantu kontol mas-mas penebang pohon ini. Mas Guntur yang kalah cepat dari temannya tidak mau kalah, ia lalu memegangi kepalaku dan mendorong kepalaku ke arah batang kemaluannya. Aku kini menjadi agak membungkuk ke depan sambil berpegangan pada paha mas Guntur.



Tanpa perlu diperintah, aku pun segera membuka mulutku untuk menelan kontol mas Guntur. Mulutku yang mungil ini merasakan betapa besar dan panjangnya batang kejantanan si pria penebang pohon ini. Bentuknya yang agak bengkok ke samping kiri membuat dari pipiku tampak menonjol batang kejantanan mas Guntur. Terasa bagaimana penisnya semakin mengeras saat kedua bibirku yang merah ini membetot kepala penis mas Guntur ini. Mas Guntur mendesah-desah menikmati teknik oral seks ku ini di kontolnya.

Dengan pelan aku mengulum-ngulum kontolnya seraya mengeluarkannya hingga sampai ujung batas antara kepala dan batangnya. Aku dapat merasakan kepala kontol mas Guntur yang semakin membesar serta sudah keras maksimal di dalam mulutku. Rasa nikmat yang kurasakan di memekku membuatku pun makin bersemangat memberikan oral seks pada batang kejantanan mas Guntur ini.

Mas Guntur meremas payudaraku yang menggantung dan bergoyang-goyang selagi ia terus melenguh keenakan. Ia begitu menikmati bagaimana aku menyepong penis panjang miliknya ini dengan liar. Kepalaku kini ikut kugerakkan maju mundur seirama genjotan mas Ucok di liang kewanitaanku, memberikan tambahan sensasi nikmat bagi kontol mas Guntur. Seakan-akan ia sedang menyetubuhi mulutku dengan kontolnya itu.



“Mmmhhhhh.. mmmhhh.. mmmmhh..”, hanya suara itu yang keluar dari mulutku akibat teredam oleh penis mas Guntur. Kugunakan juga lidahku menyapu kepala kontol hingga lubang kencing mas Guntur di dalam mulutku.

“Arghhh.. sepongan non mantep.. ohh.. jago ni nyepongnya.”, ceracaunya sambil meremas rambut panjangku melampiaskan rasa nikmatnya.

Saat sedikit lagi aku orgasme, tiba-tiba pak Herman mendekati kami dengan wajah yang bercampur antara marah, panik dan kaget. Ia segera memarahi dua anak buahnya itu yang malah asyik bercinta denganku.

“Heh, kalian udah gila ya?? Belum cukup apa tadi ngentotnya!?? Waktu kita gak banyak sebelum Bu Retno mereka kesini!”, hardik pak Herman pada mas Guntur dan mas Ucok.

“Eh i i ya pak. Maaf.”, ucap mas Ucok panik. Mas Guntur juga terlihat takut dengan bentakan Pak Herman.

Mas Ucok dan mas Guntur pun buru-buru mencabut batang kejantanan mereka dari vagina dan mulutku lalu membetulkan celana mereka. Aku yang lagi-lagi dibuat kentang mau tidak mau menerima nasibku dan merapikan jas hujan yang kukenakan. Kami pun kini berjalan dengan cepat menuju camp.

Setibanya di camp, Agatha bertanya padaku kenapa lambat menyusul kami. Aku hanya menjawab sambil tersenyum, “Nanggung tadi, hihi. Jadi minta lagi sama dua mas itu.”. Agatha hanya tertawa sambil geleng-geleng mendengar kebinalan yang kulakukan.

Pak Herman pun segera mengambilkan pakaian kami dan memberikannya pada kami untuk kami kenakan. Dari mukanya jelas terlihat ia dalam kondisi panik karena orang-orang kantor mereka bisa saja tiba sewaktu-waktu. Ia juga memerintahkan para anak buahnya untuk membersihkan sisa-sisa ceceran sperma dan cairan orgasme bekas pesta seks tadi. Bahkan mereka menyemprotkan obat nyamuk untuk menyamarkan bau sperma yang cukup menyengat.

Kami semua menerima pakaian kami masing-masing. Untungnya pakaian kami sudah hampir kering walau masih ada bagian-bagian yang sedikit basah. Tapi tentu saja lebih baik memakai pakaian ini ketimbang jas hujan yang bau apek dan bau badan para pria pekerja kasar ini, hehe.

“Pakaikan dong pak bajuku. Hihi.”, ucap Diana yang masih sempat-sempatnya menggoda pak Herman.

Pak Herman yang panik menimpali Diana, “Maaf neng, tolong cepetan ganti bajunya ya. Kalo orang kantor sampe kesini bisa berabe neng.”.

“Ih, kalo orang kantor datang ya ajak main bareng aja pak. Hihi.”, kini Anastasya yang menggoda pak Herman yang terlihat grogi dan panik itu. Kami cekikikan melihat reaksi pak Herman yang benar-benar sangat ketakutan itu.

“Gak bisa neng, bos saya itu wanita dan orangnya gak da kompromi. Bisa-bisa saya gak cuma dipecat tapi dipenjara neng kalo ketauan kita pada ngentot sama neng pada di camp.”, ucap pak Herman dengan wajah lemas.

Lucu juga melihat pak Herman yang tadi terlihat gagah dengan penisnya yang perkasa kini tampak lemah. Hihihi. Tapi ucapan Diana dan Anastasya memang hanya candaan saja. Dan kini kami semua pun sudah mulai mengenakan pakaian kami masing-masing sambil tentunya sambil ditonton oleh pria-pria penebang pohon ini.

Terlihat para pria ini, terkecuali pak Herman yang sibuk menulis-nulis di buku laporannya, menatap lapar pada tubuh bening dan mulus kami berempat. Kalau saja tidak ada inspeksi dari kantor mereka, pastilah mereka akan minta jatah seks lagi dengan kami. Apalagi jujur aku masih nanggung setelah tadi belum sempat orgasme saat bersama pak Herman dan mas Ucok.

Selesai memakai pakaian, kami pun mau pamit untuk melanjutkan perjalanan kami. Mas Ucok dan mas Guntur menawarkan diri untuk menemani tapi dilarang pak Herman karena inspeksi ini harus dihadiri semua pekerja operasi di camp.

Maka kami pun kembali menyusuri hutan ini tanpa dipandu oleh pria penebang pohon ini. Tapi para penebang pohon ini memberi kami semacam tanda untuk kembali ke arah desa dan villa yaitu dengan mencari tanda kain merah yang diikat pada pohon. Mas Guntur juga bilang ada air terjun yang indah sekitar 20 sampai 30 menit berjalan kaki dari camp. Untuk kesana cukup ikuti jalan setapak dari sungai yang tadi. Sambil tersenyum penuh arti, ia bilang bisa menyusul kami kesana selesai inspeksi. Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan jam setengah 3 siang.

Saat akan pergi kulihat anjing Pak Wanto mengikuti kami. Lalu pak Wanto bilang, “neng, an an jing sa saya i ikut kalian bu buat jagain da dari mo monyet.”. Wah, benar juga dengan ada anjing pak Wanto setidaknya kami aman dari monyet.

Kami pun kembali melanjutkan perjalanan kami di hutan ini dengan diikuti Poek, si anjing hitam punya pak Wanto. Dan kami sepakat untuk tidak jadi pulang ke villa dan memilih untuk berpetualang ke air terjun yang dibilang mas Guntur. Tidak lama kami sudah tiba di sungai yang tadi menjadi tempat orgy seks liar tadi. Kami memutuskan untuk istirahat sejenak sambil menikmati makanan seperti roti dan snack yang memang kami bawa di tas kecil. Dan Pak Herman cukup baik hati memberikan daging ikan hasil tangkapan mereka. Mungkin hitung-hitung balas jasa juga untuk servis kami, hihihi.

Perutku memang sudah terasa cukup lapar dari tadi saat berjalan balik dari sungai ke camp. Bagaimanapun energi kami tentu terkuras setelah “olahraga” nikmat dengan para pria penebang pohon itu. Kami duduk di atas kayu-kayu gelondongan yang tersusun berjejer. Sambil ngobrol kami menikmati makanan seperti sedang piknik di alam liar begini. Kami juga memberi si Poek makan daging ikan. Anjing ini mengibas-ngibaskan ekornya tanda ia senang. Kuusap-usap kepala anjing berbulu hitam ini.

Selesai makan kami pun melanjutkan lagi petualangan kami di hutan ini. Kurang lebih 20 menit berjalan mengikuti jalan setapak yang mengarah ke air terjun, terdengar suara air mengalir. Sepertinya kami sudah di jalan yang tepat. Kami pun mempercepat langkah kami karena tidak sabar melihat keindahan air terjun yang dimaksud mas Guntur tadi.

10 menit kemudian kami pun tiba di sebuah area terbuka dengan air terjun di sebuah tebing bebatuan yang dihiasi pohon-pohon. Sungguh indah air terjun ini, tidak sia-sia kami berjalan cukup lama tadi.

Air terjun ini begitu jernih dengan mata airnya yang berwarna biru kehijauan. Dan air itu tampak bersih tidak terlihat ada ikan dan tanaman seperti lumut. Hanya ada rumput-rumput di sekitaran air terjun ini yang mempercantik keindahannya.

Diana dengan semangat segera menanggalkan semua pakaian yang melekat di tubuhnya. Ia lalu segera berjalan masuk ke dekat air terjun itu. Kakinya masuk ke air terjun itu dan Diana pun berkomentar, “Ah airnya seger nih guys..”.

Sungguh temanku ini memang yang paling berani. Walaupun di tengah hutan tapi bisa saja penduduk setempat yang tinggal di hutan dan bisa melihat apa yang ia lakukan sekarang.

Seakan tidak mau kalah dari sepupunya itu, Agatha juga ikutan melepaskan pakaiannya hingga ia pun telanjang bulat. Ia lalu ikutan menyemplungkan dirinya ke area air terjun itu. Tapi air terjun itu tidak begitu dalam, terlihat hanya sampai setengah paha Agatha saja yang terendam.

Anastasya lalu juga mulai melepaskan kaos kuningnya, hotpants, bra dan CDnya. Ia kemudian ikut join dengan Diana dan Agatha di air terjun. Aku akhirnya juga mau tidak mau mengikuti apa yang mereka lakukan. Kutanggalkan kaos, celana dan dalamanku hingga akupun sudah bugil seperti ketiga temanku ini.



Pelan-pelan aku pun melangkahkan kakiku ke air terjun itu. Oh, terasa dingin air yang mengenai kulit kakiku. Aku terus berjalan hingga makin dekat ke tengah air terjun ini dimana Diana, Agatha dan Anastasya sudah lebih dulu tiba. Kulihat Poek juga ikut ke dalam air dan berenang-renang dengan ekor yang mengibas-ngibas, membuat airnya terciprat.

Diana dengan usil melemparkan air ke arahku yang segera kubalas. Agatha dan Anastasya juga ikut bermain air sepertiku dan Diana. Sangat menyenangkan bermain di air terjun yang tentunya tidak ada di kota seperti Jakarta. Saking asyiknya, kami sudah lupa bahwa kami sedang berada di tengah hutan dan bukan di kolam renang.

Kami tertawa sambil terus bercanda dan bermain air. Percikan air ini mulai membasahi tubuh kami berempat. Terasa dingin saat air tersebut mengenai kulitku, apalagi saat mengenai puting susuku. Oh, terasa pentilku mulai mengeras akibat terkena dinginnya air ini.

Nafsuku sangat cepat naik sejak aku mengalami pesta seks interracial yang liar di toilet sekolahku. Hanya rangsangan air saja aku sudah merasakan birahi agak terusik. Oh, apa aku termasuk wanita hyper sex?

Kucoba menahan gejolak birahi itu dan kemudian bersantai di bebatuan yang masih di area air terjun itu. Sedangkan Diana dan Anastasya masih bermain air. Kulihat Agatha menghampiriku dan lalu duduk di sampingku.

Agatha pun mengajakku ngobrol terutama mengenai seks dengan para pria penebang pohon tadi.

“Sel, lu suka seks rame-rame gitu juga ya?”, tanya Agatha sambil tersenyum.

“Ah gak juga koq. Itu tadi pas ada momennya aja.”, jawabku cepat.

“Oh gitu. Tapi Diana cerita juga kalo kalian ada main sama beachboy pas liburan di Bali. Kata Diana kamu mainnya liar banget waktu itu.”, timpal Agatha.

Duh Diana memang mulutnya ember. Hal seperti itu dia ceritakan juga pada sepupunya. Aku pun tidak menjawab dan hanya tersenyum saja menatap Agatha.

“Santai aja Sel. Gapapa koq. Namanya juga kita melampiaskan nafsu birahi kita. Gak cuma cowo kali yang punya nafsu. Haha.”, ucap Agatha yang melihatku hanya diam.

“Eh I iya ci.”, jawabku singkat.

“Tadi juga kamu liar banget sampe pake anjing buat rangsang kamu. Hihi.”, kembali Agatha menimpaliku.

“Ah itu.. kalo udah nafsu aku gak bisa ngontrol diri ci.”, ucapku agak tersipu malu.

“Nafsu kamu gede juga ya sepertinya Sel. Sama kayak aku.”, ucapnya.

“Oh cici sendiri suka ngeseks dengan orang lain selain pacar cici?”, tanyaku yang memang penasaran dengan kehidupan seksual sepupu Diana ini.

“Iya, suka. Sering banget malah.”, jawabnya santai.

“Oh, pernah main sama siapa aja ci?”, tanyaku lagi.

“Wah udah banyak banget nih.”, ucapnya.

Mendengar ini membuatku makin penasaran dan bertanya lagi. “Nah kalo yang non chinese pernah sama siapa aja ci sebelum hari ini.”

“Ummm, kalo yang di kampus uda pernah sama satpam, OB, dosen sama mahasiswa juga. Tapi banyakan si sama yang lebih tua. Aku ada fetish gitu sukanya sama yang tua. Hihi.”, jelasnya sambil tersenyum nakal.

Wah memang Agatha ini nakalnya sama seperti Diana. Ternyata dia juga sering bercinta dengan pria-pria yang secara status sosial berbeda jauh.

“Kalo sama satpam kampus gimana ceritanya ci bisa sampe ngeseks?”, tanyaku lagi ingin tahu.

“Oh, itu aku yang godain si satpam pastinya. Mereka mana berani kalo macam-macam kan bisa ditangkap polisi. Harus kita yang inisiatif. Hihi.”, jelasnya.

“Godainnya gimana ci?”, aku makin penasaran dengan cara Agatha menggoda satpam kampusnya.

“Waktu itu pertama kalinya ngeseks sama satpam kampusku. Kondisi kampus udah sepi karena udah agak malam. Aku lagi ngerjain tugas kuliah sampe lupa waktu. Teman-teman uda pada pulang duluan. Pas mau pulang eh taunya mobilku mogok. Kampus udah sepi ga ada siapa-siapa lagi. Jadinya aku pun minta tolong si satpam kampus. Pas dia cek ternyata akinya uda soak. Nah aku liat celananya agak menggembung gitu. Dia konak ngeliat aku yang emang cuma pake tanktop sama hotpants. Aku yang jadi horny ngeliat cetakan kontolnya itu akhirnya nekat godain dia deh. Aku minta dia mijitin kakiku di gudang kampus. Si satpam yang emang dah tau kalo aku godain dia pun mau dong. Akhirnya dia mijitin kaki lalu ke paha dan mulai berani nyentuh ke paha dalam. Lalu makin naik ke selangkangan dan akhirnya dia belai-belai memekku. Aku jadi gak tahan dan ngangkang depan dia. Lalu dia jilatin memekku. Dia mainin memekku sampe aku keluar hanya dengan mulutnya. Gantian aku yang nyepongin dia. Uh, kontolnya gede. Lalu kami pun ML deh. Kontolnya panjang dan staminanya kuat banget. Aku sampe 3 kali orgasme malam itu. Puas bangeth.. hihi.”, cerita Agatha dengan wajah yang mulai memerah, sepertinya ia horny mengingat seks dengan si satpam kampusnya itu.

Aku pun jadi ikutan merasa horny mendengar cerita kenakalan Agatha tersebut. Terasa vaginaku berdenyut-denyut pertanda aku mulai dilanda birahi. Apalagi tadi aku dua kali gagal orgasme saat bercinta dengan pak Herman dan lalu saat dengan mas Ucok.

“Sel, kamu horny ya denger cerita aku ngewek sama satpam?”, tanya Agatha sambil menatapku dengan wajah sayu.

“Nghh iya ci.. jadi horny nih..”, ucapku dengan wajah yang sudah memerah dan panas akibat terangsang.

“Aku juga nih. Coba ada cowo disini ya. Pasti uda kuperkosa. Hihi.”, ucapnya.

“Iya nih ci. Tadi aku juga nanggung belum keluar ni pas dientot..”, timpalku menjelaskan kondisi “kentang” yang terjadi tadi.

“Cici juga tadi masih nanggung. Hmm, ya udah kita saling memuaskan ya Sel..”, ucapnya dan lalu segera memainkan puting susu dan vaginaku dengan kedua tangannya.

Aku agak kaget dengan apa yang Agatha lakukan ini. Belum pernah sebelumnya aku dirangsang oleh sesama wanita seperti yang terjadi saat ini. Tapi birahi yang sudah berkobar ini membuatku membiarkan aksi lesbi yang dilakukan Agatha pada payudara dan liang kemaluanku ini.

Dengan cekatan Agatha menggesek-gesekkan jari-jarinya di memekku yang gundul serta sudah basah karena air dan juga lendir cintaku ini. Puting susuku yang mulai mengeras ini pun tidak luput oleh permainan jari-jarinya. Ditarik-tariknya puting susuku membuatku mengejang dan merintih nikmat.

Aku pun tidak mau kalah dan mulai merangsang Agatha dengan kedua tanganku. Kuraih dan kuremas buah dadanya yang ukurannya sepertinya sama dengan punyaku itu. Kumainkan pentil susunya dengan jari-jariku, membuat Agatha menggelinjang. Vaginanya juga kurangsang dengan jari-jariku hingga Agatha mendesah tidak karuan. Kurasakan lubang memek si mahasiswi ini mulai lembap akibat rangsangan jariku.



“Ahhh ci.. iyahhh.. terus.. yang cepet.. ahhh..”, desahku yang keenakan.

“Ohhh iyahh Sel.. mainin memek cici.. iyahh kayak gitu.. ahhh..”, Agatha juga mendesah menikmati servis dariku.

Posisi kami duduk berhadapan dengan paha yang mengangkang lebar dimana kami saling beradu mengocok vagina dengan cepat. Terdengar suara kecipak air saat jari-jariku dan Agatha yang bekerja menerobos keluar masuk lubang memek.

Harus kuakui kocokan jari-jari Agatha begitu cepat sehingga membuatku serasa terbang di awang-awang. Klitorisku juga dimainkan dengan seksama oleh Agatha. Membuatku makin tidak bisa fokus untuk merangsang memek Agatha.

Tidak sampai 3 menit akhirnya pertahananku pun jebol hasil kehebatan teknik fingering Agatha Aku mencapai klimaks berkat permainan jari sepupunya Diana ini. “Ahhh ci.. aku nyampe!”, jeritan penuh kepuasan keluar dari mulutku. Tubuhku pun bergetar-getar saat dilanda badai orgasme yang memang sudah tertahan-tahan dari tadi ini. Saking dahsyatnya, cairan orgasmeku menyemprot keluar atau disebut squirting! Vaginaku pun jadi sangat basah oleh lendir orgasmeku barusan.



Agatha yang terkaget dengan squirtingku saat klimaks ini pun mengomentari, “Wah sampe muncrat gini loh Sel! Benar-benar tuntas ya kali ini. Hihihi.” Agatha tertawa melihatku yang tampak puas sekaligus lemas ini.

Beberapa detik aku meresapi sensasi nikmat dari klimaks yang barusan kualami. Setelah itu gantian aku yang “membantu” Agatha untuk orgasme. Aku memposisikan diriku menungging di depan selangkangan Agatha. Lalu kukocok-kocok memek Agatha yang hanya ditumbuhi rambut-rambut tipis yang tercukur rapi itu dengan cepat, membuat pemiliknya merintih nikmat. Sedangkan tanganku yang satu membelai bibir vaginanya menambah rangsangan yang kuberikan. Lalu mulutku mencaplok puting susu merah muda milik sepupu Diana ini. Kukenyot-kenyot dengan liar sampai Agatha mendesah makin kencang.
Saat sedang sibuk memberikan servis fingerjob di memek Agatha tiba-tiba aku dikejutkan ada sesuatu yang keras dan basah di bongkahan pantatku dan ada sesuatu yang berbulu bersentuhan dengan kulit pantatku. Saat kutengokkan ke belakang betapa kagetnya aku. Poek, si anjing hitam ini sedang berdiri dengan dua kaki belakangnya dengan dua kaki depannya bertumpu di pantatku.

Ah, apa-apaan anjing ini. Apa ia mengira aku anjing betina yang siap disetubuhinya?? Aku yang masih tetap mengocok memek Agatha pun tidak bisa berbuat apa-apa saat anjing ini mendorong penisnya ke dalam lubang pantatku. Oh, terasa hangat dan basah penis anjing ini saat masuk ke dalam anusku yang sempit. Ukurannya tidak terlalu besar tapi karena anusku yang memang sempit tentu saja ada sensasi nikmat saat penis si Poek bergesekan dengan dinding anusku.

Kurasakan anjing hitam ini mulai bergerak menghentak-hentak penisnya ke anusku ini. Ohh sungguh gila aku disodomi oleh seekor anjing! Dan aku malah pasrah membiarkan diriku disodok-sodok oleh penis anjing. “Sshh.. ahh.. kenapa bisa begini.. ahh..”, desahku yang anehnya menikmati perlakukan si anjing terhadap liang pantatku. Kulampiskan kenikmatan ini dengan makin intense mencolok memek Agatha hingga suara kecipak cairan cintanya terdengar makin keras.

Tidak lama kurasakan otot rongga vagina Agatha mengencang dan merapat seolah menjepit jari-jariku. ‘Crrt..crrtt..crtttt..’, Kurasakan semburan cairan orgasme Agatha mengenai jari-jariku. “Nghhh.. aku keluar Sel! Ooohhh!!” lenguh Agatha saat klimaks.

“Wah wah ini sih gila bener Sel kamu dientot anjing! Kirain tadi uda gila pas adegan lesbi yang hot banget antara dua amoy.”, terdengar suara Anastasya yang kaget mendekati kami.

“Iya nih. Boleh lah tadi jadi bintang film bokep kalian. Haha. Eh emang enak Sel kontol tu anjing di memek lu?”, ucap Diana menimpali ejekan Anastasya padaku dan Agatha yang saling memuaskan barusan.

Aku hanya menatap mereka dengan wajah sayu selagi anusku terus digenjot oleh Poek. “Sshhh ahh ahhh bukan di memekku ni. Tapi di bool. Ada sensasi aneh nih disodomi anjing kayak gini.. fuck.. ahh ahh..”, lenguhku dengan wajah sayu selagi menjadi betina bagi anjing bernama Poek ini. Posisiku yang menungging dengan si Poek di belakangku ini memang seperti anjing kawin atau yang biasa disebut doggy style.



“Damn Sel, you are so wild and bitchy! Yes, like a bitch! Anjing betina! Hahaha!”, ucap Agatha yang kini juga ikut menonton adegan seks antara manusia dan hewan yang sangat tidak lazim ini. Anastasya dan Diana tertawa mendengar kata-kata Agatha itu. Aku yang sedang terombang-ambing dalam lautan birahi karena si anjing ini hanya diam saja tidak memedulikan mereka.

Kulihat ke arah si anjing ini yang sedang menikmati sempitnya anusku. Moncongnya membuka sambil menjulurkan lidahnya seolah seperti sedang merasa keenakan penisnya yang sedang keluar masuk di liang pantatku yang sempit ini. Air liur si anjing sampai jatuh menetes ke kulit punggungku. Harus kuakui penis si anijing ini terasa memenuhi rongga anusku yang sempit memberiku kenikmatan..

Tiba-tiba kurasakan dorongan orgasme makin mendekatiku yang tengah disodomi oleh seekor anjing ini.. Ini sangat tidak wajar aku akan orgasme selagi lubang pantatku sedang disodok oleh kontol anjing! Tapi.. tapi sensasi ini memang sangat nikmat dan berbeda! Tempo sodokan si anjing di anusku begitu cepat membuatku begitu dimabuk birahi.

Diana dengan nakalnya mendekatiku lalu ia meremas-remas payudaraku yang sedang menggantung ini. Buah dadaku diperahnya dengan gemas sambil sesekali memelintir puting susuku. Aku makin mendesah mendapatkan rangsangan tambahan di pentil susuku yang sensitif itu. “Biar lu lebih enak lagi Na. Hihihi.”, ucap Diana dengan senyum nakalnya.

Gilanya lagi Diana kini memposisikan tubuhnya di bawah dadaku lalu ia mengemut puting susuku yang sudah sangat keras itu. Dihisap-hisapnya pentil merah mudaku itu seperti sedang menyusu di payudaraku. Ah, hisapan mulutnya ini menambah kenikmatan yang sudah kuperoleh dari sodokan kontol si anjing di anusku.

Si Poek terdengar menggeram selagi ia menghentak-hentakkan kontolnya dengan sangat cepat. Gesekan penisnya di dinding anusku makin terasa nikmat. “Ahhh ahhh ahhh..”, desahanku yang mengiringi genjotan kontol Poek di lubang pantatku.

Sekitar 3 menit kemudian kurasakan anjing ini seperti tersentak dan dari mulutnya terdengar suara geraman yang keras. Lalu ada beberapa semburan cairan hangat yang masuk ke dalam lubang pantatku. Oh, anjing ini orgasme dan spermanya ditembakkan di dalam lubang anusku..

Hampir bersamaan dengan muncratnya sperma Poek di lubang pantatku, aku pun mencapai puncak birahi. “Aaahhhhhhhhh!”, lenguhku saat klimaks. Dari liang memekku menyemburlah cairan orgasme yang membasahi bebatuan di bawah tubuhku. Tubuhku menggelinjang beberapa kali selagi sedang diterpa gelombang orgasme. Setelah itu si anjing pun mencabut penisnya dan melangkah pergi lalu berbaring tidak jauh dari kami.

“Wah wah bisa crot juga ni berkat kontol anjing! Hebat hebat! Hahaha!”, Diana tertawa sambil bertepuk tangan menggodaku yang baru saja orgasme setelah disodomi seekor anjing. Agatha dan Anastasya juga ikut tertawa. Aku yang masih lemas setelah orgasme ini hanya tersenyum mendengar ejekan mereka. Lalu kulihat Diana duduk mengangkang di bebatuan sebelah kami.

“Jadi horny juga nih ngeliat kalian berdua tadi..”, ucap Diana.

“Iya aku juga jadi sange gini. Dah becek aja ni memekku.”, timpal Anastasya sambil meraba-raba vaginanya yang berjembut cukup lebat.

“Pengen juga si cobain kontol si anjing tapi kayaknya dah lemes dia. Hihi. Ya udah ci yuk kita ikutin cara Agatha dan Selina. Hihi.”, ucap Diana sambil tersenyum nakal.

“Oke deh. Siapa takut. Haha.”, timpal Anastsya dan segera duduk mengangkang di sebelah Diana.

Dengan segera kedua gadis muda berkulit putih itu pun saling merangsang tubuh mereka. Jari-jari Diana mencoblos vagina Anastasya dan juga memilin puting susunya. Anastasya juga melakukan hal yang sama kepada pentil dan memek Diana. Terdengar desahan erotis sahut menyahut dari mulut Diana dan Anastasya yang sedang larut dalam birahi.

“Ahhh enak ci.. terus.. ahh yeah.. ahh..”, desah Diana sambil merem melek.

“Sshhh.. iya.. kamu juga jago ngocok memekku Na.. ahh..”, lenguh Anastasya yang juga menikmati rangsangan Diana.

Sekitar 1 menit kemudian, Anastasya mengajak Diana untuk ganti posisi. “Eh cobain gaya gunting yuk seperti di bokep.. haha..”, ucap Anastasya sambil bangkit dan memposisikan selangkangannya dengan selangkangan Diana. Kedua paha Anastasya membuka lebar lalu diapitkan sehingga menyerupai gunting yang saling menempel.

Memek Anastasya dan memek Diana pun bersentuhan dan mereka lalu mulai menggesek-gesekkan organ kelamin mereka itu. Desahan-desahan mereka pun kembali terdengar dari pertautan vagina mereka itu. Sungguh panas seks sesama jenis yang sedang dipraktekan oleh Diana dan Anastasya di atas bebatuan air terjun ini.

“Ohh damn.. ternyata enak juga ya adu memek begini.. ahh..”, komentar Diana sambil melenguh.

“Iyahhh.. enaknya.. ahhh terus Na.. yang kencang.. cici bentar lagi nih..”, timpal Anastasya dengan wajah sangat horny.

“Ahh aku juga bentar lagi keluar ci.. sshhh..”, jawab Diana.

Tiba-tiba Agatha melakukan sesuatu yang sangat liar. Ia mendekati Diana dan Anastasya yang sedang asyik beradegan lesbi. Lalu dengan nakalnya ia pun mengenyot puting susu Anastasya yang berwarna coklat muda dan tangannya meremas buah dada teman kuliahnya itu. Terlihat Anastasya merintih makin keras menikmati perlakuan Agatha di payudaranya.

“Sshhhhh ahh.. isep terus Tha.. ahh enak..”, ceracau Anastasya dengan muka keenakan.

Melihat Anastasya yang keenakan, Diana pun memintaku untuk menghisap puting susunya seperti yang dilakukan Agatha.

“Sel, isepin tetekku juga dong..”, pinta Diana sambil menatapku dengan wajah sayu.

Aku pun segera mendekatinya dan melakukan yang diinginkan oleh temanku ini. Kuemut pentil susunya yang mungil dan segera kuhisap-hisap dengan semangat. Sesekali kugunakan lidahku untuk menyentil-nyentil puting susu Diana. Ini membuat Diana mendesah-desah makin keras.

Suara desahan Anastasya dan Diana yang sedang menikmati seks lesbian ini berbaur dengan suara air terjun di hutan ini. Tidak sampai 3 menit kemudian, Anastasya pun melenguh keras dengan badan berkelojotan pertanda ia sudah orgasme. Diana pun menyusul beberapa detik kemudian dengan tubuh yang mengejang-ngejang.

Sungguh gila apa yang kami lakukan di air terjun ini. Tidak hanya sekedar telanjang dan bermain air di tengah hutan begini. Tapi malah saling memuaskan birahi masing-masing ala lesbian. Tapi bagaimanapun kami gadis normal, hanya nafsu birahi yang tinggi saja yang membuat kami mau melakukan hal tadi.

“Eh yuk, balik villa. Dah sore. Ntar keburu malam gelap susah baliknya loh.”, ajak Agatha yang sudah memakai lagi pakaiannya walau tubuh masih agak basah.

Kamipun setuju dan ikut memakai pakaian kami kembali. Kami lalu mulai coba berjalan ke balik tapi ternyata kami malah tersesat. Setelah lebih dari setengah jam kami hanya memutar-mutar di hutan ini, kami pun mulai kelelahan dan lapar.

Kami pun lalu duduk dan makan sisa bekal terakhir kami yang hanya sisa sedikit ini.

“Wah gimana nih. Uda ga ada makanan loh kita.”, tanyaku dengan agak panik.

“Iya, moga bisa ketemu warga sini yang ngerti arah hutan.”, ucap Anastasya.

“Tapi dari tadi gak keliatan ada orang sama sekali loh. Ini bagian hutan yang agak dalam soalnya”, ucap Diana.

“Ya udah yuk kita jalan lagi mumpung belum benar-benar gelap.”, ajak Agatha.

Kami berempat kembali berjalan dan mencoba mencari arah balik ke villa atau setidaknya ke camp penebang pohon tadi. Sekitar 20 menit berjalan tiba-tiba Agatha menunjuk dan berkata, “Eh itu disana sepertinya disana ada gubuk tuh.”.

Kami pun menoleh ke arah yang Agatha tunjuk itu. Memang di kejauhan terlihat ada gubuk. Semoga disana ada orang yang bisa menolong kami. Dengan buru-buru kami pun segera berjalan ke arah gubuk itu..





~ BERSAMBUNG ~


NB : Dilarang Mengcopy Cerita Ini Ke Blog / Website Manapun Tanpa Seizin TS.
Ajiiibbbb beastil nyaaa munculll
 
Woohoooo....
Akhirnya..... Poek kebagian jatah juga 🤣🤣🤣
Nice lesbian scenes bro....
And what a twist... Disangka mau ketemu manager penebang.... Ngga disangka malah ke gubug...
You know how to tease, bro...
Makes me curious...
Good job
 
Pertamax uhuy

Haha, iya hu :D

Wah part 21 pas May Day dan di semprot disebut aMOY DAY.
Part 22 pas Hari Pancasila. Enaknya di semprot disebut apa ya? Hari PuncakSelina? Puncak Kebinalan Selina karena akhirnya dientot anjing :konak:

Updatenya super duper HOT!!! :bacol:
Terima kasih suhu buat karyanya ini. :beer:

Hahaha kocak suhu nama harinya :D
makasih juga buat apresiasinya :beer:

Mantab suhu thanks updatenya

Sama2 suhu :cendol:

Ajiiibbbb beastil nyaaa munculll

Haha iya hu. Banyak yang suka beastil ;)

Keren abis suhu... crotzzzz sampe kering....

Thanks hu pujiannya :beer:
wah puas ya crotnya :D

Sedeppp sedeppp enak bangeett

Haha iya hu ;)

Woohoooo....
Akhirnya..... Poek kebagian jatah juga 🤣🤣🤣
Nice lesbian scenes bro....
And what a twist... Disangka mau ketemu manager penebang.... Ngga disangka malah ke gubug...
You know how to tease, bro...
Makes me curious...
Good job

Iya hu, Poek juga punya birahi :D
Yes, a twist :p

Anjay dpt bahaguan juga :p
Makasih ya suhu :ampun:

Iya hu, haha. :D
Sama2 hu

thx updatenya suhu

sama2 suhu :beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd