Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Selina, Amoy Petualang Seks [Update 11 Maret 2024 Page 318

update besok kah hu?

iya hu, hehe :)

up yuk biar 105

sip :beer:

up deh biar 105:adek:

mantap :beer:

Terimakasih suhu, semangat bikin cerita nya.

sama2 hu :cendol:

Up up up up

:cif:

btw ini pola ceritanya mirip eliza series ya

masih satu elemen KBB ;)

Mantap cerita nya huuu... Liar dan nakal 😍

thanks suhu :beer:

Bantu up gan

thanks hu :cendol:

Wow, menuju update, thanks Suhu, anda terbaik

makasih suhu :beer:
 
Terakhir diubah:
Part 20

Aku terengah-engah setelah orgasme akibat teknik fingering pak Wanto. Kulihat pak Wanto menjilati jarinya yang basah oleh cairan orgasmeku.

“Sllrrrruuupppp.. gu gurih neng len len lendir memeknya..”, ucap pak Wanto setelah mengulum jarinya sampai bersih dari cairanku.

“Ki kita nge ngewek se se sekarang ya neng.”, ucap pak Wanto dengan tergagap.

“Iya pak.. puasin Selina ya..”, ucapku dengan wajah horny menatap pria tua ini.

“Ba ba baik neng Se Selina. Tolong nung nungging ya.”, timpalnya sambil mengarahkanku menungging di atas sebuah kasur lipat.

Kulihat teman-temanku yang lain sudah mulai bersetubuh dengan pejantannya.

Agatha kini sedang digenjot oleh pak Herman di posisi konvensional. Kedua payudara 34B Agatha bergoyang-goyang seirama sodokan penis pak Herman. Si mandor yang tidak tahan melihat buah dada yang bergoyang itu pun melumat puting susu merah muda Agatha dengan rakusnya. Agatha yang terus digenjot dengan tempo cepat menjerit-jerit melampiaskan nikmatnya. “Aaah ahh ahhh pak Herman.. terus.. ahh.. pak.. sodok yang kencang! Ahh ahhh ahhh!!”. Pak Herman yang juga keenakan oleh jepitan vagina dari seorang mahasiswi cantik seperti Agatha menceracau, “Iya neng.. ohh.. memek amoy sempitnya edan.. ahh..”



Kulihat Anastasya yang sedang menghisap dua penis sekaligus menggunakan mulutnya. Ia dengan cekatan mengocok dan menjilati penis milik mas Ucok dan mas Guntur itu. Tidak lama Anastasya pun mendorong mas Ucok untuk berbaring lalu menaiki tubuh pria kurus itu. Dengan segera Anastasya kini pun sudah menaik turunkan tubuhnya di posisi cowgirl di atas mas Ucok. Lalu mas Guntur sambil tersenyum mesum mendekatinya sambil menunjuk payudara jumbo Anastasya. Tahu yang mas Guntur mau Anastasya pun segera menjepit penis mas Guntur dengan buah dadanya. Dengan liar si mahasiswi ini memberikan titfuck pada penis mas Guntur. Sesekali mulut Anastasya juga menjilat ujung kepala penis mas Guntur saat posisinya mendekat ke mulut Anastasya. “Uhhh gokil baru kali ini ngerasain jepitan memek amoy.. rapet.. oohh enakk gila..”, mas Ucok menceracau di sela pompaan penisnya di memek Anastasya. “Ahhh ahhh kontol mas Guntur juga enak.. ahhh ahhh!”,desah Anastasya. “Toketnya juga mantep jiwa Tur. Ohhh..”, lenguh mas Guntur.

Aku pun memposisikan tubuhku menungging sesuai keinginan pejantanku yaitu pak Wanto. Selagi pak Wanto memposisikan tubuhnya di belakangku, aku melihat ke arah Diana yang posisinya tepat di depanku.

Diana kini sedang disetubuhi oleh pak Heru di posisi doggy style sambil menghisap batang kejantanan pak Dedi. Sambil menggenjot, Pak Heru menepuk pantat Diana beberapa kali. Pak Dedi yang menikmati sepongan Diana melampiaskannya dengan meremas-remas buah dada Diana yang sedang berayun-ayun. “Mmmmhhh.. mmmhhhh.. mmmmhhh!”, hanya itu yang terdengar dari mulut Diana yang dijejali kontol pak Dedi. Kepala Diana dipegangi oleh pak Dedi yang kemudian menghentak pinggulnya maju mundur seolah sedang menyetubuhi mulut mungil temanku itu.

Kurasakan penis pak Wanto mulai mencoba memasuki liang kemaluanku. Beberapa kali dicoba tapi penisnya kesulitan karena licin. Maka kubantu pak Wanto dengan merentangkan vaginaku yang mulus hampir tanpa rambut kemaluan ini. Tidak lama penis tebal pak Wanto pun mulai membelah bibir memekku. Oohh.. sungguh diameter penis pak Wanto ini termasuk lebar. Terasa rongga vaginaku jadi penuh sesak oleh penis pak Wanto yang terus menjejali ruang-ruang di dalam memekku.

“Ssshhhhh.. memekku sesak keisi kontol bapak..”, desahku menikmati sensasi penis tebal pak Wanto di liang vaginaku.

“Oohhh.. kontol ba bapak be be berasa diremas me me memek neng..”, ceracau pak Wanto.

Setelah mendiamkan penisnya sesaat untuk beradaptasi dengan rapatnya liang vaginaku, Pak Wanto pun mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur. Terasa bagaimana rongga vaginaku yang terisi penuh oleh kontol si tukang penebang pohon ini bergesek-gesekan menimbulkan sensasi nikmat.

‘Plak Plok Plak Plok Plak!’ suara hantaman kulit paha pak Wanto yang beradu dengan pantatku di posisi seks doggy style ini.

“Nghhh ahhh ahhh ahhh ahh!”, suara desahanku yang tidak tertahankan selagi dipompa oleh si pria paruh baya ini.

“Ahhh e e edan sem sempitnya me memekmu neng!”, ceracau pak Wanto yang kini meremas bongkahan pantatku yang bulat ini dengan tangan kanannya.

Sambil terus menyodok, tangan kiri pak Wanto yang sebelumnya memegangi pinggulku kini diarahkan ke depan tubuhku untuk menggenggam payudaraku yang sedang menggantung. Diremas-remasnya buah dadaku yang bulat putih ini dengan gemas. Tidak meremas, jari telunjuk dan jari jempol pak Wanto mencubiti puting susuku yang sudah keras itu dan ditarik-tarik memberikan rangsangan tambahan untukku.

“Uhhh uenak te te tenan me memek neng.. ohh..”, pak Wanto yang menikmati jepitan vaginaku mengerang.

“Ahhh ahhh kontol bapakhh juga enakkh ahh ahhh ahh..”, ceracauku yang sudah larut dalam birahi ini.

“Aaaaaaaaahhhhhhhh!!!”, Terdengar rintihan keras yang membuatku menoleh. Ternyata itu suara Agatha yang telah mendapatkan orgasme pertamanya saat disetubuhi oleh pak Herman. Posisi seks Agatha dan pak Herman masih tetap di gaya misionaris, hanya saja kedua kaki Agatha yang jenjang itu ditumpukan di bahu si pria paruh baya itu. Terlihat pak Herman terus menggenjot vagina sepupu Diana itu walaupun ia sedang orgasme.

“Aahhh ahhh ahhhh enak pak ahh ahh ahhh!”, lenguh Agatha saat liang kemaluannya sedang dipompa dengan tempo cepat oleh pak Herman.

“Ahh iya.. baru kali ini bapak ngerasain memek seperet ini neng! Mantap lah!”, komentar pak Herman sambil terus menyodok-nyodok vagina Agatha.

Mas Ucok yang sedang menikmati goyangan Anastasya di posisi Woman On Top ikutan berkomentar, “Uhhh iyahh pak Herman. Ni memek amoy dahsyat sempitnya!”.

Lalu Pak Heru yang sedang sibuk memompa vagina Diana tepat di kasur sebelah Agatha dan Pak Herman ini turut menimpali, “Arghh iya memeknya sempit.. mana becek banget.. makin asoy lah.. ahh..”.

“Mimpi apa ye semalam ni hari bisa ngentotin amoy? Hahaha..”, ucap mas Guntur seraya tertawa.

“Kalopun ini mimpi, ane ga mau bangun lah. Haha.”, timpal mas Ucok yang disambut gelak tawa pria-pria yang lain.

Kembali kami semua larut dalam seks interracial ini. Suara desahan, erangan dan rintihan nikmat bercampur baur dengan suara khas kulit yang saling beradu membahana di bawah atap seng ini. Suara hujan deras menutupi suara-suara kami yang sedang berpacu dalam birahi. Tapi dinginnya udara dari hujan di hutan ini sama sekali tidak terasa akibat panasnya persetubuhan antara kami, empat gadis muda dari kalangan atas dengan enam pria yang hanya berprofesi sebagai penebang pohon.



Sungguh kontras memang apa yang sedang terjadi di camp ini. Bagai langit dan bumi status sosial aku dan tiga temanku dibandingkan dengan enam pria berkulit gelap dan pekerja kasar ini. Tetapi kenikmatan seks yang didapat dari penis pria dari kalangan bawah seperti mereka ini telah membuat kami tidak peduli. Yang kami inginkan hanya menuntaskan libido kami dan mencapai orgasme.

Saat aku sedang asyik menikmati sodokan penis Pak Wanto di vaginaku, tiba-tiba kulihat anjing peliharaan pak Wanto mendekati kami. Pak Wanto pun sambil terus menggenjotku mengelus kepala anjingnya ini.

“Wah, si Poek ma ma mau i i ikutan nih neng Selina. Hehe.”, ucap Pak Wanto sambil terkekeh.

“Ahh ahh nama anjing bapak Poek? Ahh ahh lucu juga ahh ahhh..”, timpalku di sela desahan nikmat.

“Iya neng, Poek i i itu ar artinya Gelap. So so soalnya kan war warna nya hi hitam.”, jawab Pak Wanto.

“Ahh cocok ahh namanya pakhh.. ohh ohh..”, aku berucap sambil mendesah.

“Nih si Po poek ma mau main sa sa sama neng Se selina..”, ujar Pak Wanto sambil ia lalu mengarahkan anjingnya ke arah buah dadaku yang sedang bergoyang-goyang mengikuti irama sodokan penis Pak Wanto dari belakang.

Aku yang risih dengan anjing yang mendekatiku dalam posisi sedang disetubuhi begini mencoba memprotes, “Eh ja jangan pak.. ahh ahh.. nanti aja ya ahh ahh..”.

Tapi terlambat, anjing pak Wanto sudah mendekati bagian depan tubuhku yang sedang di posisi menungging ini. Anjing itu yang memang suka menjilat langsung saja menjilat bagian bawah payudaraku, membuatku kontan merasakan geli karena lidah yang basah dan hangat itu mengenai kulit dadaku.



“Ihhhh pak.. dadaku dijilat Poek..”, ucapku yang kegelian tapi juga ada sedikit rasa enak.

“Hehehe, e enak kan neng?”, Pak Wanto tertawa melihat reaksiku.

“Bukan gitu pak.. geli..”, ucapku masih tidak mengakui.

“Haha, ma masih be belum ngaku nih. Co coba ka ka kalo diginiin.”, ucap pak Wanto.

“Ngghhhh!”, rintihku kaget saat tiba-tiba kurasakan sensasi geli bercampur nikmat dari sentuhan lidah basah dan panas milik si anjing ini yang mengenai puting susuku.

“Haha, gi gi gimana neng? Enak kan di dijilat pentilnya sa sa sama si Poek?”, tanya pak Wanto padaku.

Aku tentu saja malu untuk mengakui ada rasa nikmat saat dijilat oleh seekor anjing. Maka aku hanya diam saja tidak menjawab. Melihatku yang diam membuat Pak Wanto dengan tiba-tiba menghentikan pompaan penisnya di liang vaginaku. Aku yang nanggung pun menatap dengan protes pada pak Wanto sambil berkata, “Eh koq berhenti pak?”.

Kucoba menggerakkan pinggulku maju mundur supaya penisnya kembali memompa vaginaku, tapi pak Wanto malah menahan gerakan pinggulku itu. Ia memang sengaja mempermainku dan mengolok diriku yang sedang dikuasai gairah seksual ini.

“Ya ja jawab du dulu dong neng yang sa saya ta ta tanyain tadi.”, ucapnya dengan santai.

Uh, aku masih merasakan tanggung di memekku ini. Maka aku pun menjawab pak Wanto, “Eh i iya enak pak..”.

“A a apanya yang e e enak neng? Yang je jelas dong.”, kembali Pak Wanto menggodaku.

“Uh bapak koq gitu.. enak dijilat sama anjingnya bapak..”, jawabku karena tidak sabar ingin digenjot lagi oleh si pria paruh baya ini.

“Nah bi bilang dong ka ka kalo neng mau di di dijilat lagi pen pentilnya sama an anjingnya bapak ba baru ba bapak gen genjot lagi memek neng. Hehe.”, Pak Wanto makin menjadi-jadi menggoda diriku yang sudah sangat horny ingin dipuaskan.

Maka aku sudah tidak peduli lagi dengan rasa maluku dan mengucapkan kata-kata ini yang sangat terdengar tidak wajar diucapkan oleh gadis kalangan atas sepertiku, “Ayo pak Wanto, buat anjing bapak jilatin puting Selina lagi sambil pak Wanto entotin akuhh.. Selina suka dijilatin sama anjing bapak..”.

“Nah gi gi gitu dong neng Se se selina.. ni ba ba bapak kasi yang neng mau..”, ucap Pak Wanto dan mulai kembali menggenjotku.

Sambil terus menyetubuhiku di posisi doggystyle ini, pak Wanto kembali meraih si Poek dan mengarahkannya ke payudaraku yang sedang menggantung dan bergoyang ini.

Oh, terasa lidah anjing pak Wanto yang kembali menjilati puting susuku yang sensitif. Kini si anjing ini terus menjilat-jilat buah dada dan puting susuku dengan cepat. Aku benar-benar terbuai oleh stimulasi lidah seekor anjing di pucuk susuku ini.

“Ssshhhhhh.. ahhh ahhh pak.. enak… ahhh ahhh ahhh!”, aku mendesah dengan keras akibat tempo genjotan pak Wanto yang makin cepat dan ditambah rangsangan yang kuterima dari lidah si anjing yang bercokol di buah dadaku.

Kurasakan buah dada dan puting susuku sampai basah oleh air liur Poek, si anjing berbulu hitam ini. Sensasi dari jilatan lidah Poek sungguh nikmat karena sangat cepat dan tanpa henti. Kurasakan gelombang orgasmeku mulai mendekat tanpa bisa dikutahan. “Ngghh ahh ahhh.. terus pak.. yang kencang.. dikit lagi ahh aku keluar.. ahh ahhh ahhh”, aku menceracau dengan liarnya.

Akhirnya sekitar beberapa detik kemudian aku pun melepaskan lenguhan keras saat mencapai klimaks, “Ahhh ahhh pak Wanto.. ahh ahhh.. Selina dapetthhh… Oooooohhhhhhhhh!!!”. Otot vaginaku berkontraksi, membuat vaginaku makin menjepit penis pak Wanto. Tubuhku mengejang-ngejang beberapa kali saat tubuhku sedang dilandai badai orgasme yang hebat ini. Pandanganku jadi agak kabur Vaginaku menyemburkan lendir orgasmeku beberapa kali membasahi penis pak Wanto.

“Uuhhhhh memek neng makin rapat..”, ucap Pak Wanto yang langsung mencabut penisnya, mungkin ia belum ingin buru-buru keluar.

Tubuhku pun agak menelungkup karena lemas setelah orgasme yang termasuk dahsyat ini. Harus kuakui, rangsangan dari anjing peliharaan pak Wanto ini memberikan tambahan kenikmatan. Si Poek masih terus menjilati tubuh sampingku yang sedang telungkup.

Saat sedang beristirahat ini, kudengar ada suara rintihan keras Diana yang tentunya juga sudah orgasme. Kuarahkan pandangan ke temanku yang sedang keenakan ini. Terlihat tubuh Diana yang sedang berada di atas tubuh pak Heru di posisi reverse cowgirl ini berkelojotan dengan wajah mendongak ke atas. Di samping Diana ada pak Dedi yang penisnya sedang mengacung tegak di dekat wajah temanku. Diana pastinya sedang memblowjob pak Dedi dan terhenti karena melenguh saat orgasmenya. Kulihat pak Dedi kembali memasukkan penisnya ke mulut temanku itu. Pak Heru juga terlihat kembali menghentakkan penisnya ke atas membuat tubuh Diana kembali bergoyang-goyang naik turun.

Kurasakan tubuhku yang sedang setengah telungkup ini dibalikkan hingga kini telentang oleh pak Wanto. Lalu kedua pahaku dilebarkan dan dengan segera pria paruh baya ini melesakkan batang kejantanannya ke dalam memekku yang sangat basah oleh cairan orgasmeku.



Kini aku pun kembali disetubuhi oleh pak Wanto di posisi konvensional. Kedua payudaraku yang putih ini bergoyang-goyang seirama sodokan pak Wanto. Kulihat anjing pak Wanto masih berada di dekatku dan sedang menatap aku dan pemiliknya yang sedang bercinta penuh gairah ini.

Aku yang ingin merasakan nikmat yang tadi diberikan oleh Poek ini pun dengan cepat memeluk si anjing hitam ini. Kuarahkan ke gunung kembarku yang sedang bergoyang-goyang dengan harapan lidahnya akan kembali menstimulasi susuku.

Anjing ini pun secara spontan menjilati buah dadaku ini. Putingku yang berwarna pink dan sudah mancung ini pun dijilatinya, membuatku makin menceracau nikmat, “Ngghh ahhh ahhh terus pak Wanto.. yang kencang.. ahh enak.. ahh ahhh!”.

“Heheh, neng ketagihan ya sama lidah Poek?”, tanya pak Wanto dengan nada yang agak mengejek.

Aku yang sudah tidak peduli akan rasa malu lagi pun mengakui, “Sssshhhh iyahh nihh pak.. Selina ketagihan dijilat sama anjing bapak..”.

“Ahhh neng Selina emang binal.. sama anjing aja bisa keenakan.. uhh.. mantep emang neng ini..”, timpal pak Wanto dengan kata-kata yang sebenarnya merendahkanku ini. Tapi anehnya aku tidak marah dan malah makin horny saja setelah mendengarnya. Ini membuatku mengapitkan kedua pahaku di pinggang pak Wanto, sehingga sodokannya makin terasa lebih dalam.

“Ohhh iya pak.. ahh ahh Selina emang binal.. ngghhh.. entot terus aku pak.. ahh.. yang kencang.. ahh ahhh ahh!”, ceracauku yang sudah diamuk birahi ini.

Kini aku sudah tidak memegangi si Poek yang sedang duduk diatas dadaku. Si anjing ini terus menjilati area buah dadaku seperti tidak ada bosan-bosannya. Maka supaya mendapatkan stimulasi yang lebih hebat lagi aku pun menggunakan kedua tanganku dan mendorong buah dada kiri dan kananku ke tengah. Kini lidah si anjing ini pun dapat menjilati kedua putingku sekaligus. Ohh, sungguh gila dan liar kenikmatan yang sedang kurasakan di buntalan susuku ini.

“Wah man man mantap neng Seli lina.. dah do doyan to toketnya di dijilat Poek nih.”, ucap pak Wanto melihat kenakalanku ini.

Memang sensasi geli nikmat dari lidah anjing ini makin dahsyat akibat sapuan lidahnya yang mengenai kedua puting susuku. Apalagi pak Wanto juga menaikkan tempo sodokannya membuatku makin keenakan. Tidak lama kurasakan ada yang mendekatiku. Ternyata pak Heru yang tadi ML dengan Diana. Kulihat Diana kini sedang digenjot pak Dedi di posisi dipangku.

“Wah wah anjing pak Wanto jago juga bikin enak wanita. Hahaha.”, ucap pak Heru sambil tertawa.

“Hehe, si si siapa du dulu yang me melihara.”, timpal pak Wanto dengan bangga.

“Saya ikutan ya pak. Isep kontol saya ya neng.”, ucap pak Heru sambil berlutut di sebelah kanan kepalaku lalu menyodorkan penisnya.

“Mong monggo pak Heru. Hehe.”, ucap Pak Wanto dengan gagap.

Aku pun membuka mulutku membiarkan batang kemaluan pak Heru yang berwarna coklat kehitaman ini memasuki mulutku. Terasa penuh mulutku oleh penis pak Heru yang panjang dan cukup tebal. Aku yang sudah sangat horny ini dengan segera mengeluarkan teknik oral seksku, membuat pak Heru melenguh nikmat.

“Oohhhhh ebat juga sepongan neng..”, ceracau pak Heru yang meremas-remas rambutku melampiaskan rasa nikmat dari servis mulutku ini.

Sambil menyepong pak Heru, aku menyempatkan melihat apa yang sedang terjadi dengan teman-temanku yang lain.

Tubuh langsing dan putih mulus milik Agatha kini sedang naik turun di atas Pak Herman yang bertubuh gendut dan berperut buncit. Pak Herman sambil berbaring menikmati goyangan temanku yang seorang mahasiswi ini, meraih kedua buah dada montok Agatha dan meremas-remasnya dengan bernafsu. Puting susu pink Agatha juga dipilin-pilin dan sesekali ditarik gemas, membuat temanku ini mendesah keras, “Ngggghhh pak.. enak.. ahhh.. isep pentilku pak.. ahh ahhh ahhh!”. Mendengar permintaan Agatha, si mandor mesum ini pun langsung mengenyot puting kiri Agatha sambil tangan satunya mencubit dan memelintir puting susu yang kanan. Sambil dikenyot, lidah pak Herman juga bergerak menjilat-jilat tonjolan mungil berwarna merah muda dan keras itu dengan cepat. Terlihat Agatha meremas-remas rambut Pak Herman yang sudah agak beruban itu saking tidak tahan dengan rasa nikmat yang melanda dirinya. “Ssshhhhh iyahh isep terus pak.. ahhh ahhh!”, rintih Agatha dengan wajah yang sudah merah karena horny berat itu.

Anastasya kini sedang disandwich oleh mas Ucok dan mas Guntur. Mas Ucok berada di bawah dengan penisnya yang menyodok-nyodok ke memek Anastasya. Sedangkan mas Guntur dengan tempo cepat memompa liang pantat si gadis mahasiswi ini. Anastasya menjerit-jerit melampiaskan nikmat yang ia rasakan dari dua penis yang sedang keluar masuk dengan cepat di kedua lubangnya, “Ahhh ahhhh ahhhh ahhhh!!”. Mas Ucok yang menikmati sempitnya vagina Anastasya melenguh-lenguh, “Ahhhh gila main bertiga gini asoy juga. Memeknya jadi makin ngegigit nih. Edan ughhh..”. Mas Guntur juga terlihat menikmati penisnya yang dijepit anus temanku ini. Ia menceracau, “Iya Cok. Kontol gua juga kayak diperes-peres sama bool ni amoy.”. Mas Ucok selagi menghunjamkan penisnya juga meremas-remas payudara besar Anastasya dengan nafsu. Begitu kontrasnya tubuh Anastasya yang berkulit cerah dan mulus ini diantara dua tubuh berwarna coklat kehitaman milik dua pria beruntung ini.



Kulihat Diana kini sedang digenjot pak Dedi dari belakang dengan posisi berdiri sambil tangannya bertumpu di meja. “Ahhh ahhh iyahh pak Dedi.. terus pak.. entot aku.. ohhh ohhhh!”, rintih Diana dengan mata merem melek. Kedua buah dada Diana yang bergoyang-goyang juga diperah oleh tangan pak Dedi. Pentil coklat muda Diana juga dimainkan oleh jari-jari si pria tukang tebang pohon itu. Mulut pak Dedi juga menjilati telinga Diana memberikan rangsangan ekstra bagi temanku. Tidak lama Diana mendongakkan kepalanya ke samping dan lalu bibir mereka pun bertemu. Diana dan pak Dedi berciuman dengan liar dan lidah mereka saling beradu di dalam mulut temanku itu. Sambil terus memacu penisnya di vagina Diana, pak Dedi terus berfrench kiss dengan Diana. “mmmmmhhh… emmmhhh..”, suara erangan Diana yang teredam oleh tautan bibirnya dengan si pria paruh baya.

Kenikmatan yang diberikan penis pak Wanto membuat aku akhirnya tidak tahan. Beberapa menit kemudian, kurasakan vaginaku mulai berdenyut-denyut lagi tanda tidak lama lagi akan orgasme. Akhirnya aku pun kembali takluk oleh keperkasaan pak Wanto. “Aaahhhh Selina keluar lagihh pak.. Aaaaahhhhhhhhh!!”, jeritku saat klimaks. Vaginaku pun berkontraksi dan memuncratkan cairan orgasmeku beberapa kali. Aku pun berbaring dengan terengah-engah setelah orgasme ketigaku bersama pak Wanto ini.

“Oh oh gila me me memek neng jepit ba banget.. ham hampir a aja bapak nge nge ngecrot..”, ucap pak Wanto yang seketika mencabut penisnya yang basah oleh cairan orgasmeku itu.

“Pak, barengan aja yak kita entotin si eneng. Pak Wanto boolnya aja. Saya mau memeknya neng Selina.”, ajak pak Heru yang menarik penisnya dari mulutku.

“Siap pak. Neng Se Selina si si siap kan boolnya bapak so so sodok?”, tanya pak Wanto padaku.

“Iya pak, Selina siap koq. Ssshhhh…”, jawabku dan agak mendesah saat Pak Heru dengan nakalnya memainkan vaginaku dengan jari-jarinya.

“Monggo kita ngentot kalo gitu. Hehe..”, ucap pak Heru dengan senyum mesumnya.

Akhirnya aku akan disandwich oleh mereka. Aku memang sudah menantikan ini saat pak Heru mendekatiku tadi. Karena sudah cukup sering melakukannya, aku tidak lagi merasa takut malah merindukan sensasi nikmat yang luar biasa saat vagina dan anusku terisi oleh dua penis.

Aku yang masih lemas pun diangkat oleh pak Wanto dan diarahkan ke atas tubuh pak Heru yang berbaring di atas kasur lipat ini. Lalu diposisikannya vaginaku untuk menduduki penis coklat gelap dan berurat milik pak Heru ini.

‘Bles’, tidak terlalu sulit untuk penis pak Heru tertelan oleh liang vaginaku yang sangat basah ini.

Lalu tubuhku pun didorongkan ke arah pak Heru hingga kini aku menjadi menungging. Dari belakang pak Wanto pun menyiapkan dirinya untuk menyetubuhi lubang pantatku.

Selagi menunggu proses penetrasi penis pak Wanto di lubang anusku, pak Heru menciumiku, dimulai dari telingaku, leher hingga akhirnya ia memagut bibirku. Kami pun saling berciuman dengan panas hingga beradu lidah.

Uh, terasa sensasi geli saat kepala penis pak Wanto yang menyentuh bibir anusku. Ia meludahi tangannya lalu menggunakan air ludahnya itu untuk membasahi liang anusku supaya lebih mudah untuk dihunjam oleh penisnya. Ia pun kemudian menggesek-gesek kepala penisnya di pantatku.

Lalu ia pun merentangkan lubang pantatku dengan jari-jarinya dan pelan-pelan mulai mendorong penisnya memasuki duburku itu. Oh, terasa penis pak Wanto makin masuk walaupun secara perlahan-lahan. Centi demi centi penis pak Wanto yang cukup panjang dan keras ini akhirnya tertelan di lubang pantatku ini. Aku ingin mendesah tapi teredam oleh ciumanku dengan pak Heru. ‘Mmmhh..emmmmmhh..’, hanya itu yang terdengar dari mulutku.

“Ughhh… ma masuk ju juga akhirnya.. sem sem sempit bo bool si neng.. man man mantep.. ohhh..”, ceracau pak Wanto yang menikmati jepitan anusku.

“Ahhh iya nih.. memek neng Selina juga makin jepit pas kontol bapak di dalam boolnya.. hehe..”, pak Heru juga ikut mengomentari sempitnya vaginaku.

“Ngghhhh.. iya pak.. memek dan anusku terasa penuh sama kontol bapak berdua.. ayo pak.. sshhh.. genjot Selina yahhh sekarang..”, aku yang sudah horny ikutan menimpali mereka dengan nakal.

Mendengar ucapanku itu membuat mereka makin semangat dan tidak lama mereka sudah memulai persetubuhan double penetration ini. Dua penis keluar masuk di dua lubangku dengan cepat, memberikan sensasi nikmat yang luar biasa.



Selagi menikmati seks bertiga dengan dua pria penebang pohon ini, aku melihat Diana berjalan mendekat ke kami lalu meraih anjing pak Wanto yang sedang duduk di dekatku.

“Anjingnya aku pinjam yahh pak Wanto.. kayaknya Selina keenakan dijilat anjing bapak tadi.. hihi..”, ucap Diana sambil tertawa menggoda.

“Si si silakan neng Di Diana.. nanti ba ba bapak mau ngen ngentot sama non ju ju juga ya.. mau co co cobain memek non.. hehe.”, timpal pak Wanto terkekeh.

“Boleh pak.. aku juga penasaran sama punya bapak.. hihi..”, Diana dengan binalnya berucap.

Ia lalu memeluk anjing itu dan kembali di posisi berdiri membelakangi pak Dedi. Lalu pak Dedi pun melanjutkan menyodok-nyodok temanku ini dari belakang. Kulihat anjing itu dengan cepat menjilat-jilat buah dada Diana seperti tadi denganku. Diana mendesah-desah lirih menikmati penis di vaginanya dan lidah seekor anjing hitam di payudaranya yang montok. “Ssshhhh ahh ni anjing pinter jilatnya.. ahhh ahhh ahhh!”, desahan Diana terdengar olehku.

Kurasakan tubuhku yang makin tersentak-sentak saat pak Wanto dan pak Heru menaikkan tempo genjotan batang kejantanan mereka di liang vagina dan anusku. Sungguh nikmatnya persetubuhan dengan dua penis seperti ini. Gesekan dalam lubang kemaluanku ditambah gesekan di dalam duburku benar-benar membuatku makin melayang dalam kenikmatan birahi.

Dari mulutku terus keluar suara-suara erangan keras melampiaskan apa yang sedang kurasakan ini, “Ahhh ahhhh nghh ahhh ahhhh ahhhh!”.

“Gimana neng rasanya dientot dua kontol sekaligus?”, tanya Pak Heru di sela seks double penetration ini.

“Nghhh ahh.. enak pak.. ahh terus.. ohhh yes.. ahh ahh ahhh!”, ceracauku yang diamuk gejolak birahi ini.

“Neng Se Selina se se sebelumnya u udah per pernah ya disodomi be be begini?”, tanya Pak Wanto yang mungkin menyadari aku tidak menolak tadi saat lubang pantatku akan dijebol oleh penisnya.

“Iyahh ahh pak.. akuhh udah nghh pernah anal seks sebelumnya.. ahh ahhh..”, jawabku sambil terus mendesah-desah.

Mendengar jawabanku itu membuat dua pria penebang pohon ini takjub dan berkomentar.

“Wah ternyata neng Selina binal banget ya. Hehe.”, Pak Heru berujar.

“Jam ter ter terbangnya ting tinggi nih a amoy. Hahaha.”, timpal Pak Wanto sambil tertawa.

Kurasakan getaran di liang kemaluanku saat aku makin mendekat ke klimaksku. Dorongan orgasme ini pun tidak dapat kutahan lagi. Lalu dibarengi lenguhan keras dan panjang, tubuhku menggelepar dengan hebat di tengah himpitan dua pria paruh baya ini.

“Ohh aku keluarrr! Aaaaahhhhhhhhhhhhhh!!”, suara yang keluar dari mulutku saat aku mencapai puncak birahi.

Vaginaku yang berkontraksi itu makin sempit dan seperti meremas-remas penis Pak Heru yang sedang bersarang. Ini membuat pak Heru mengerang keenakan dan menghentikan sesaat genjotannya.

Pak Wanto yang sedang menikmati anal sex denganku pun kompak menghentikan pompaan penisnya. Pastinya lubang anusku juga makin menyempit karena bagian perut bawahku yang berkontraksi hebat itu.

Aku yang baru saja orgasme pun menempelkan kepalaku di dada pak Heru sambil terengah-engah seperti kehabisan napas. Tubuhku benar-benar luluh lantak setelah orgasme yang keempat ini. Kurasakan seperti tidak bertenaga dan sebenarnya ingin meminta beristirahat. Tapi para pejantan tua yang punya stamina kuat ini pastinya tidak akan membiarkanku istirahat.

Terbukti saat kurasakan Pak Heru mulai kembali menggerakkan pinggulnya menghunjam penisnya keluar masuk di vaginaku. Dibelakangku Pak Wanto juga tidak mau ketinggalan dan kembali menyodok-nyodok anusku. Aku pun hanya tetap terbaring lemas dan pasrah saja kedua lubang di tubuhku ini kembali dipompa oleh dua penis perkasa.

Saat sedang digenjot itu, kulirikkan mataku ke arah teman-temanku yang sedang bercinta dengan liar juga.

Terlihat Anastasya yang sedang telentang disetubuhi oleh mas Guntur dengan gencar. Payudaranya yang besar seperti buah melon itu pun bergoyang-goyang dengan hebat seperti terkena gempa. Mas Ucok berlutut di sebelah kanan kepala Anastasya sambil penis panjangnya diemut oleh temanku yang seorang mahasiswi itu. Terdapat ceceran lendir putih di pipi dan bibir Anastasya, sepertinya mas Ucok keluar di mulut temanku itu. Sambil keenakan disepong, tangan mas Ucok dengan gemas memerah-merah buah dada 36C Anastasya yang sedang berguncang-guncang itu. “Mmmmmhhh…mmmmmhhh..”, suara yang keluar dari bibir Anastasya yang sensual itu. Melihat tangan mas Ucok yang sedang bercokol di payudara kanan Anastasya, mas Guntur juga tidak mau kalah. Ia ikut meremas-remas susu kiri Anastasya dan sesekali mencubiti pentil susu temanku yang sudah tegak dan keras itu. Tidak lama Anastasya pun melepaskan kulumannya di penis mas Ucok dan lalu melolong keras. Dari tubuhnya yang mengejang-ngejang itu pastinya tanda Anastasya sudah klimaks. “Ugghh.. asoy mau crot!”, Mas Guntur menggeram lalu buru-buru mencabut penisnya dan mengarahkannya ke mulut Anastasya yang sedang membuka. Penis itu lalu dikulum-kulum Anastasya dengan liarnya dan tidak lama mas Ucok pun terlihat bergetar-getar tubuhnya. Terlihat Anastasya menelan habis sperma dua pejantannya itu yang bertubuh kurus dan berwarna coklat kehitaman.

Tepat di sebelah Anastasya terlihat bagaimana Agatha sedang ngeseks di posisi digendong dari belakang oleh Pak Dedi. Ternyata Agatha dan Diana bertukar pejantan. Terlihat buah dada Agatha yang putih bulat dan berputing merah muda itu naik turun mengikuti irama hentakan penis pak Dedi. “Oohh pak Dedi.. terus.. yang cepat.. ahh ahhh iyahh ahh enakk ooh ohh!”, Agatha merintih-rintih keras merespon tiap hunjaman penis si penebang pohon yang sedang menggendongnya itu. Sambil menyetubuhi Agatha, pak Dedi menjilat-jilat leher dan telinga Agatha dari belakang membuat Agatha makin keras mendesah.




Lalu kudengar suara Diana melenguh keras tanda sudah mencapai puncak birahinya. Tubuh Diana yang sedang berada di atas tubuh Pak Herman terlihat mengejang-ngejang beberapa kali. “Aaaahhhhhhh fuckkkkk yeahhhh!!!”, jerit Diana dengan wajah mendongak. Pak Herman yang menikmati kontraksi vagina Diana sepertinya tidak tahan dan ia menggeram. “Nghhh neng Diana.. bapak mau crot.. di dalam apa di luar?”, tanya Pak Herman dengan suara parau. Kulihat Diana sambil tersenyum nakal menjawab Pak Herman, “Ahh.. di dalam memekku aja ohhh ayo pak.. ohh.. hamilin aku yahh pak.. ahh ahh ahhh..”. Sungguh binal temanku itu. Walaupun aku tahu ia pasti sedang tidak subur makanya berani minta pak Herman keluar di dalam. Tidak lama pak Herman pun menggeram dan terlihat mengejang saat penisnya menyemprotkan spermanya ke dalam rahim Diana.

Aku sendiri kini sedang mengerang-ngerang juga ketika disetubuhi oleh dua pria paruh baya yang sedang asyik menikmati sempitnya lubang vagina dan pantatku. Begitu lelahnya diriku, hingga tidak begitu ada lagi suara yang keluar dari mulutku. Hanya desahan-desahan pelan walau kuakui nafsuku mulai bangkit lagi akibat gesekan batang kejantanan pak Heru dan pak Wanto di dua liangku.

Tangan pak Heru kini memijiti bongkahan payudaraku yang sedang menempel di dadanya. Jari-jarinya dengan nakal memainkan puting susuku membuatku merasa geli enak. Lalu bibirnya memagut bibirku dan lidahnya pun menerobos masuk ke mulutku. Kami beradu lidah dengan panas. Rasa lelahku mulai hilang tergantikan oleh gairah seks yang kembali muncul. Uh, apakah aku sekarang sudah menjadi seorang gadis hypersex.

Kulihat pak Herman berjalan mendekati kami bertiga dengan penis yang berkilat basah oleh cairan orgasme Diana dan spermanya. “Wah neng Selina dua lubangnya keisi kontol nih. Pas nih mulutnya nganggur biar bersihin kontol bapak ya. Hehe.”. Ia menyodorkan batang kejantanannya yang masih cukup keras walaupun baru keluar itu. Aku yang memang sudah horny lagi pun menurutinya seperti kerbau dicucuk hidung.

“Mantep loh pak Herman memek nya ni amoy. Hehe.”, celoteh pak Heru sambil terkekeh.

“Tenang aja, nanti pasti tak cobain juga memek nya neng Selina. Haha. Baru coba memek neng Diana sama Agatha.”, ucap pak Herman sambil tertawa mesum.

Kubuka mulutku dan kuemut kepala penis si mandor ini dengan bernafsu. Setelah itu mulai kujilat-jilat batang penisnya hingga bersih dari lendir sisa persetubuhannya barusan dengan Diana. Terasa asin di lidahku karena cairan orgasme dan sperma yang sedang kusapu dengan lidahku.

“Ahhh jago neng nyepongnya.. dah pengalaman nih pasti.”, ceracau pak Herman yang keenakan dengan servis mulutku. Aku diam saja dan terus membersihkan penisnya dengan mulutku.

“Gimana rasanya memek dua amoy yang itu pak?”, pak Heru kembali berceloteh dengan seenaknya.

“Dua-duanya sempit. Memek amoy emang juara. Haha.”, jawab pak Herman dengan senyum mesum.

“Wah bi bi bisa ke ke ketagihan me memek amoy i ini mah.”, timpal Pak Wanto.

“Pasti pak Wanto. Baru kali ini ngerasain jepitan memek seenak ini. Hahaha.”, ucap pak Heru sambil tertawa.

Komentar-komentar mereka yang kurang ajar itu entah kenapa malah makin membuatku bernafsu. Aku bahkan kini ikut menggerakkan pinggulku berbarengan dengan gerakan sodokan pak Heru dan pak Wanto sehingga sensasi nikmat ini makin bertambah.

Sungguh binalnya diriku yang sedang bersetubuh dengan para pria penebang pohon. Tubuh putihku yang mulus dikelilingi oleh tiga pria berkulit kasar dan gelap. Sebuah pemandangan yang kontras dan mengusik birahi yang melihatnya. Entah apa jadinya diriku kalau orang tuaku sampai tahu anak gadisnya bercinta dengan tiga pria paruh baya, apalagi berbeda ras begini.

Kulihat ke arah Agatha yang sama sepertiku masih belum selesai bercinta. Kini Diana dengan nakalnya mengangkat anjing pak Wanto lalu mengarahkannya ke buah dada Agatha yang sedang naik turun saat digendong sambil disodok pak Dedi. Anjing itu pun dengan rakus menjilat-jilat dada hingga puting Agatha. Kontan rangsangan tambahan dari lidah si anjing itu pun membuat Agatha makin blingsatan oleh birahi. “Ohhh enak juga ya dijilat sama ni anjing.. ahh ahh ahhh!”, ceracau Agatha dengan muka sayu sambil menatap ke anjing yang sedang menjilat-jilat payudaranya. Diana hanya mengiyakan dan tertawa melihat reaksi sepupunya itu. Beberapa detik berselang, Agatha pun tidak tahan dan akhirnya orgasme entah untuk yang keberapa kalinya. “I’m cumming.. Oooooohhhhhhhhhhh!!!”, lenguhan keras Agatha sambil merem melek. Tubuh putih Agatha mengejang beberapa detik sambil digendong pak Dedi yang terus menghunjamkan penisnya tanpa ampun ke vagina si mahasiswi.

Tiba-tiba kurasakan penis pak Wanto di lubang anusku mulai berkedut-kedut. Lalu si pria paruh baya ini pun menceracau keras, “Ugghhhh e e enak nampol! Te terima pe peju bapak neng! Ohh!!”. Terasa beberapa kali semprotan cairan hangat mengisi liang analku. Ada rasa berdesir saat lubang pantatku itu dipenuhi oleh sperma pak Wanto. Saking banyaknya hingga meluber keluar dari anusku. Setelah itu penis pak Wanto yang mengecil pun keluar dari lubang pantatku.

Sekarang tersisa Pak Heru yang terus menggoyang pinggulnya memompa memekku dari bawah. Aku yang sudah horny dan ingin kembali orgasme pun kini aktif menggerakkan tubuhku mengimbangi pak Heru. Dengan liarnya kugerakkan pinggulku memutar seperti mengulek sehingga vaginaku makin meremas dan memijit penis pak Heru.



“Ohhh mantep neng Selina.. ahh gitu terus neng.. uhhh..”, desah pak Heru menikmati goyanganku.

“Ahhh iyahh pak Heru.. kontol bapak panjang.. ahh Selina suka.. ahh ahhh ahhh..”, timpalku di tengah desahan nikmatku.

Dengan binalnya aku meraih kedua tangan pak Heru dan meletakkannya di payudaraku. Tanpa perlu disuruh, tangan pak Heru langsung mulai meremas-remas payudaraku. Sesekali jari-jari Pak Heru juga memilin pentil susuku ini dan menarik-nariknya dengan gemas. Aku makin mendesah akibat rangsangan di putingku yang sensitif ini, “Sssshhhh ahhh terus pak Heru.. ahhh ahhh..”.

Kudengar suara rintihan keras Agatha dan kulayangkan pandanganku ke arahnya. Ternyata kini Agatha sedang berbaring telentang dan pak Dedi duduk di atas dada Agatha lalu menggunakan payudara Agatha untuk menjepit penisnya. Si pria paruh baya itu lalu memaju mundurkan pinggulnya seolah sedang menyetubuhi buah dada Agatha yang putih mulus itu. Dan yang gilanya si anjing Pak Wanto itu sedang menjilati vagina Agatha yang mulus dengan hanya ada rambut-rambut tipis tercukur rapi diatasnya. Anjing yang bernama Poek itu sibuk menjilat cairan-cairan yang belepotan di bibir memek Agatha seperti kehausan. Bahkan lidah si anjing terlihat mengais ke arah dalam liang kewanitaan Agatha, membuat Agatha makin menceracau keenakan, “Ngghhhh.. anjing nakal.. ohh.. yess.. klitorisku.. jilat terus.. nghhh.. ahhh shit.. ahhh..”. Pak Dedi yang menikmati payudara Agatha yang menjepit penisnya ikut melenguh, “Ohh toket neng mantap banget. Halus.. bapak suka.. ohhh..”. Agatha sambil sedang dititfuck oleh pak Dedi juga sesekali menggunakan lidahnya menjilati ujung kepala kontol pak Dedi. Terdengar Pak Dedi yang akhirnya menggeram dan lalu penisnya menyemburkan sperma cukup banyak mengenai dada, leher dan wajah Agatha yang mulus. “Aahhh puas bapak mejuin wajah neng yang cantik ini. Hehe.”, ucap pak Dedi lalu berpindah ke samping. Agatha tiba-tiba berkelojotan beberapa kali dan terdengar erangan keras, “Ohhh damn… this dog make me cum! Aaahhhhhhhhhh!!!”. Terlihat buah dada Agatha kembang kempis setelah baru saja orgasme karena aksi jilat memek dari seekor anjing.



Saat sedang asyik menonton threesome Agatha, Pak Dedi dan si anjing hitam itu, kurasakan puting susuku dihisap-hisap. Membuatku mendesah sambil menatap Pak Heru yang asyik menyusu. “Sshhh.. ahh enak pak.. isep terus putingku.. nghh ahh ahhh..”, desahku sambil kini meremas kepala pak Heru. “Sllrruupppp.. sllrrrppp… pentil non ngacung banget.. slrrrpppppp”, komentar pak Heru di sela hisapan bibirnya di pentilku. Sekitar 2 menit kemudian kurasakan gelombang orgasme kembali menghampiriku. Aku pun makin gencar menaik turunkan tubuhku diatas tubuh pak Heru hingga suara tumbukan kulit pantat dan paha Pak Heru makin keras terdengar. ‘Plak Plok Plak Plok Plak’. Apalagi saat pak Heru dengan nakalnya menggigit lembut puting susuku yang keras ini, makin menambah nikmat yang kudapatkan.



Tidak sampai 5 menit kemudian, Pak Heru pun melepaskan pagutan bibirnya di puting susuku lalu menggeram sambil berkata, “Ughh neng.. bapak mau crot. Mau dimana?”. Aku yang memang sedang tidak subur pun menjawabnya dengan nada menggoda, “Sshh.. di dalam aja pak. Isi memekku dengan sperma bapak. Nghh..”. Pak Heru dengan muka sumringah pun berkata, “Baik neng. Bapak si siap tanggung jawab kalau neng hamil. Hehe.”.

Akhirnya badai orgasme itu pun datang, otot vaginaku berkedut-kedut dengan kuat. ‘crrttt…crrttt…’ Suara vaginaku yang menyemburkan cairan hasil orgasmeku. Tubuhku mengejang hingga badanku agak melengkung ke belakang, membuat payudaraku yang sedang dicengkram pak Heru makin membusung ke depan. Aku pun berteriak melampiaskan rasa nikmat ini. “Nghhh.. aahhhh.. aaaahhhhhhhhh!!!”, racauku dengan tubuh yang mengejang-ngejang.

Nyaris bersamaan, Pak Heru pun klimaks dan menyemburkan sperma-spermanya yang mengisi liang rahimku. “Ugghhh.. gi gi gila a asoy te tenan neng memekmu!”, lenguh si pria paruh baya ini selagi orgasme. Kedua buah dadaku yang berguncang-guncang diremas-remas oleh pak Heru dengan kuat melampiaskan rasa nikmat dari orgasmenya. Banyaknya sperma pak Heru membuat memekku terasa penuh hingga spermanya mengalir keluar membasahi pahaku dan Pak Heru. Terasa hangat rongga vaginaku yang penuh oleh peju pak Heru.

Aku yang benar-benar sangat lemas setelah orgasme berkali-kali dalam sesi bercinta yang liar ini pun kembali merebahkan tubuhku di badan pak Heru. Nafasku putus-putus seperti habis lari marathon 10 kilo. Walaupun lelah tapi aku mendapatkan kepuasan seksual yang luar biasa dari seks interracial dengan para pria yang hanya berprofesi sebagai tukang penebang pohon ini.

Kulihat teman-temanku yang lain juga sedang melepas lelah dengan berbaring atau duduk. Para pria itu pun terlihat duduk di samping teman-temanku sambil mengobrol dan tertawa-tawa, mungkin membicarakan seks yang barusan mereka nikmati. Ternyata hujan sudah berhenti, entah dari kapan. Aku yang terlalu lelah menutup mataku dan tidak lama tertidur..




~ BERSAMBUNG ~


NB : Dilarang Mengcopy Cerita Ini Ke Blog / Website Manapun Tanpa Seizin TS.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd