Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Selina, Amoy Petualang Seks [Update 11 Maret 2024 Page 318

Part 23

Kami berempat kembali berjalan dan mencoba mencari arah balik ke villa atau setidaknya ke camp penebang pohon tadi. Sekitar 20 menit berjalan tiba-tiba Agatha menunjuk dan berkata, “Eh itu disana sepertinya disana ada gubuk tuh.”.

Kami pun menoleh ke arah yang Agatha tunjuk itu. Memang di kejauhan terlihat ada gubuk. Semoga disana ada orang yang bisa menolong kami. Dengan buru-buru kami pun segera berjalan ke arah gubuk itu.

Sesampainya di tujuan kami, di depan kami terlihat gubuk yang sudah amat tua, tapi cukup besar dan terbuat dari kayu. Terdapat sebuah ladang kebun yang tidak terlalu besar dengan ditumbuhi beberapa pohon pisang, mangga dan apel. Pohon-pohon itu terlihat sedang berbuah.

Kami pun mengetuk pintu gubuk tersebut dan menunggu penghuninya membuka pintu. Tapi setelah menunggu 5 menit, tidak ada yang membuka pintu. Dari jendela kulihat memang tidak ada tanda-tanda penghuni gubuk itu sedang berada di tempat tinggalnya
Agatha lalu membuka pintu gubuk itu yang memang tidak terkunci. Setelah masuk, kami pun melihat-lihat gubuk itu dan ternyata memang tidak ada orang. Gubuk itu cukup luas dengan ada dua kasur lipat, satu meja persegi, satu lemari dapur dan satu lemari baju. Diana lalu menyalakan lampu minyak yang terletak di meja itu.

“Jadi gimana nih. Udah mau gelap. Apa kita bermalam di gubuk ini?”, tanya Diana.

“Iya sepertinya lebih baik di gubuk ini sampai pagi.”, timpalku.

“Setuju. Kalo malam juga gak bisa kelihatan jalan di hutan.”, ucap Anastasya yang diikuti anggukan Agatha.

Akhirnya kami putuskan untuk stay di gubuk itu sampai pagi tiba. Tetapi kami juga perlu makan karena bekal tadi hanya sedikit dan tidak cukup. Diana pun memberi ide untuk makan buah-buahan di kebun gubuk ini.

Kami yang memang sudah lapar pun dengan segera memetik buah-buah di kebun samping gubuk ini. Lalu kami bawa ke dalam gubuk untuk kami makan.

Sekitar 20 menit kemudian kami sudah kenyang setelah makan buah-buahan yang dipetik langsung dari pohonnya. Kulihat di luar kondisi langit sudah gelap dan cukup berangin. Mungkin akan hujan lagi malam ini seperti kemarin pikirku.

“Eh tu pak Somad cariin kita gak kalo malam ini gak balik ke villa?”, ucapku.

“Iya nih. Tapi tadi aku udah SMS ke pak Somad pas kita lagi di camp penebang pohon itu. Aku bilang kalo kemalaman kita nginap di camp penebang hutan gitu.”, ucap Diana.

Kini kami sedang duduk dan mengobrol dalam gubuk yang belum jelas apakah berpenghuni atau tidak. Tapi melihat barang-barang di gubuk ini mungkin ada penghuninya. Walaupun barang-barangnya tidak banyak. Mungkin hanya ada sendirian penghuni gubuk tua ini.

Anastasya bercerita mengenai kenakalan-kenakalannya di kampus. Persis seperti kenakalan yang Agatha ceritakan. Mereka suka menggoda pria-pria yang secara status sosial jauh dari mereka, seperti OB dan Satpam. Sungguh gila apa yang kudengar ini, gadis cantik seperti mereka dengan sukarela mau bercinta dengan para pria jelek dan dari kalangan bawah seperti itu.

Agatha juga menceritakan pengalaman binal yang ia lakukan di kampus dan di luar. Cerita-cerita nakal dan liar dari Anastasya dan Agatha ini sungguh membuat darahku berdesir. Terasa vaginaku agak berdenyut-denyut. Oh, aku begitu mudah terangsang..

Tapi ternyata Diana juga horny sepertiku. Kulihat ia meraba-raba bagian selangkangannya. Terlihat wajah Diana yang kelihatan terangsang itu. Tidak lama Diana pun melepaskan celana dan CDnya sambil bilang, “Duh, aku jadi horny lagi nih denger cerita kalian.”.

“Iya aku juga Na.”, ucapku.

“Hmm, ini ada pisang nih lumayan besar.”, ucap Diana dan segera mengambil pisang yang tadi kami petik di kebun.

Tidak lama Diana memasukkan pisang itu ke memeknya yang berjembut sangat lebat itu. Kulihat pisang itu pelan-pelan makin tertelan masuk ke dalam memek temanku itu.

Segera Diana pun mulai menggerakkan pisang itu keluar masuk seolah dildo untuk menyodok vaginanya. “Ngghhh.. ahhh enak juga pake pisang.. ahh..”, Diana mendesah-desah menikmati sesi masturbasi menggunakan pisang itu.

Melihat aksi Diana itu, Anastasya lalu kulihat juga menelanjangi dirinya dan segera mengambil pisang di meja. Lalu ia pun juga menghunjamkan ke memeknya dan mengocok-ngocok pisang itu keluar masuk. “Ohh fuck.. enak.. untung pisangnya keras.. nghhh…”, rintih Anastasya sambil merem melek.

Agatha yang pastinya juga sudah sangat horny segera meraih pisang terakhir yang ada di meja. Langsung dipelorotkannya celana hotpantsnya berikut celana dalamnya dan ia pun segera duduk mengangkang sambil menggunakan pisang itu untuk mencoblos memeknya yang merah merekah itu. Tangannya segera bekerja menyodokkan pisang itu seolah penis yang menyetubuhi dirinya. “Shh ahhh enak.. sayang gak gitu besar pisangnya.. ahh ahhh..”, ceracaunya.

Aku yang juga ingin melampiaskan nafsu birahiku segera melihat ke sekeliling mencari objek yang bisa digunakan sebagai pengganti dildo. Kubuka lemari dapur dan akhirnya mataku tertuju pada sebuah terong yang ada di dalam laci. Oh, ukurannya cukup tebal.

Segera kutanggalkan pakaianku hingga bugil dan duduk mengangkang membuat vaginaku terkuak. Lalu kudorongkan terong itu masuk ke liang senggamaku. Ah, begitu penuh terong ini mengisi rongga vaginaku. Aku pun mulai menggerakkan terong ini keluar masuk dengan cepat. Mataku merem melek menikmati gesekan-gesekan terong ini di dinding memekku.



Kami berempat mendesah-desah dengan erotis akibat aksi self-service menggunakan pisang dan sayur ini. Desahan kami saling sahut menyahut di dalam gubuk tua di tengah hutan ini.

Saat kami sedang asyik bermasturbasi berempat ini tiba-tiba terdengar suara gonggongan dari arah luar gubuk. Si Poek menggonggong ke arah sesuatu atau seseorang. Kami yang terkaget dengan suara gonggongan si anjing itu pun buru-buru segera memakai pakaian kami.

Diana yang pertama menengok ke arah jendela gubuk ini dan ia bilang ada seorang kakek di luar. Mungkinkah ia adalah pemilik gubuk ini?

Kami berempat segera keluar dari gubuk ini untuk menemui sang kakek tersebut. Kakek itu sedang memegang kepala si anjing hitam milik pak Wanto dan seketika anjing yang tadinya terus menggonggong itu jadi tenang.

Perawakan si kakek ini termasuk kurus dengan badan yang sudah keriput. Ia hanya mengenakan kaos tanpa lengan berwarna putih kusam dan lusuh serta celana pendek yang juga tidak kalah lusuh. Badannya coklat kehitaman terbakar matahari dengan rambut lumayan panjang yang sudah memutih. Kumis dan jenggotnya yang tidak terurus itu juga berwarna putih.

Mendengar langkah kaki kami yang mendekat, ia pun menatap ke arah kami berempat. Matanya melotot terkaget melihat pemandangan empat gadis berkulit putih dan berpakaian minim di hadapannya ini. Mungkin kakek ini tidak menyangka akan bertemu dengan gadis seperti kami di tengah hutan begini. Atau ia kaget akan kemulusan kami yang seolah-olah bidadari yang turun dari kahyangan? Hihihi, yang jelas wajah si kakek yang antara kaget dan terpesona itu sungguh membuat kami geli.

Sempat ada keheningan sejenak sebelum akhirnya Anastasya yang berinisiatif membuka percakapan, mewakili kami. Anastasya menjelaskan keadaan kami yang tersesat di hutan ini, tapi tentu saja ia sama sekali tidak menceritakan kegilaan kami dari awal ke dalam hutan hingga sesi masturbasi di gubuk barusan. Ia juga memperkenalkan diri kami pada si kakek yang setelah berkenalan kami ketahui bernama Wagiman.

Si kakek ini hanya mangut-mangut mendengar cerita Anastasya sambil kedua matanya itu sesekali mencuri pandang ke buah dada temanku yang berukuran besar itu. Gila juga kakek ini, sudah sangat tua tapi masih genit saja. Tidak lupa kami meminta maaf karena sudah memakan buah-buahan yang ada di kebun gubuk ini. Serta karena telah membuat berantakan gubuk si kakek.

Si kakek untungnya tidak marah dan memaafkan kelancangan kami yang sudah seenaknya di gubuk miliknya itu. Ia lalu menawarkan kami semua untuk masuk ke dalam gubuk karena memang hujan yang sudah kembali turun di hutan ini.

Tidak lupa aku bilang ke kakek itu bahwa kami perlu bantuan agar bisa dituntun untuk arah jalan pulang ke villa. Si kakek pun menjawab jika mudah baginya karena memang ia sudah sangat mengenal wilayah hutan ini.

Ia bercerita bahwa ia sudah tinggal selama 20 tahun di hutan ini. Ia diusir dari kampung karena dianggap dukun sesat, padahal ia hanyalah seorang dukun biasa. Istrinya sudah lama meninggal dan ia belum sempat memiliki keturunan karena istrinya mandul. Sedih juga mendengar ceritanya itu. Jadi ia hanya hidup sebatang kara saja di tengah hutan ini.

“Memang umur kakek berapa sekarang?”, tanya Agatha pada si kakek.

“Umur kakek sudah 76 tahun nak.”, ucap si kakek sambil tersenyum tapi sudut matanya curi-curi pandang ke arah dada Agatha.

“Apa kakek gak kesepian tinggal sendiri di gubuk seperti ini?”, tanya Agatha lagi.

“Ya, kakek memang kesepian tapi apa boleh buat. Gak ada yang mau dengan kakek yang sudah tua begini.”, jawabnya dengan senyum getir yang membuat kami makin iba.

Lalu Diana menatap kami sambil berkata, “Gimana kalo kita balas budi ke kakek yang uda bantuin kami? Kita mandiin tubuh kakek biar bersih dan segar lagi gimana?”. Kami bertiga pun setuju dengan ide Diana yang tentu saja ada maksud tersembunyi, hihi.

Kakek yang mendengar ucapan Diana jadi kaget dan berkata, “Hah? Mandiin tubuh kakek? Serius neng?”.

“Iya pak, kami bersedia koq.”, ucapku sambil tersenyum pada si kakek.

Tidak lama kami pun pergi ke belakang gubuk yang ada meja kecil dan ember kayu berisi air. Jadi ini merupakan tempat si kakek membasuh dirinya dengan air yang ia ambil dari air terjun atau dari hujan.

Kami berempat pun membantu si kakek melepaskan pakaian lusuhnya. Saat tersisa sarungnya si kakek tampak ragu dan ia memegangi sarungnya itu sambil berkata, “eh nak, sarungnya biarin aja ya.”.

“Loh, kenapa kek? Kan biar bersih harus semua dibersihin?”, ucap Anastasya dan lalu mulai menarik sarung si kakek.

Si kakek yang tadinya ragu akhirnya mengalah dan membiarkan saat sarungnya dicopot Anastasya. Wow, betapa kagetnya kami saat sarung itu dilepas. Bukan karena si kakek tidak memakai celana dalam tapi karena benda yang menggantung di selangkangan kakek itu yang membuat kami terperangah. Kami takjub akan ukuran batang kejantanan si kakek ini yang sangat panjang dan besar. Warna penisnya jauh lebih gelap dari tubuh si kakek. Selain itu juga penuh urat-urat yang membuat penisnya makin terlihat kekar.

Bagaimana bisa kakek setua ini bisa memiliki penis yang gagah seperti ini. Jujur melihat batang kemaluan kakek Wagiman ini membuat darahku berdesir. Kuyakin teman-temanku yang lain juga merasakan hal yang sama denganku.

Kemudian aku mengambil air di ember dan mulai menyirami tubuh kakek Wagiman. Diana, Agatha dan Anastasya juga mulai mengelap tubuh si kakek dengan kain. Bergantian kami mengelap tubuh si kakek bagian atas hingga bawah.

Saat sedang asyik membersihkan tubuh si kakek ini, tiba-tiba Diana melepaskan pakaiannya sambil bilang, “aku ikutan mandi ya kek. Hehe.”. Huff, pastinya ia ingin menggoda kakek Wagiman. Memang Diana ini sangatlah binal.

Si kakek hanya terdiam dengan mata yang tidak berkedip sedikitpun melihat kemulusan tubuh bugil Diana. Belum cukup keliaran yang ditunjukkan oleh Diana, ia lalu juga yang paling pertama curi start untuk memegangi “senjata” milik si kakek. Terlihat si kakek melenguh saat tangan mungil temanku menggenggam batang kejantanan si kakek itu.

Kakek Wagiman terlihat begitu meresapi kenikmatan rangsangan jari-jari tangan Diana yang sedang memanjakan “perkakas”nya itu. Mungkin wajar karena kakek ini sudah lama hidup sendiri. Pastilah ia begitu merindukan kehangatan tubuh wanita.

Agatha dan Anastasya tidak mau kalah dan mereka juga menanggalkan pakaian yang melekat di tubuh mereka hingga sama-sama telanjang bulat. Aku pun ikutan melepaskan pakaianku hingga kini kami, empat gadis muda sudah bugil polos bersama seorang kakek tua di area belakang gubuk ini.

Mata si kakek tidak pernah lepas menatap buah dada dan area kewanitaan kami. Saking bersemangatnya, matanya sampai melotot seakan mau copot saat sedang menjelajahi kepolosan tubuh muda kami berempat. Ia pasti tidak menyangka hari ini akan jadi hari keberuntungannya, hihi.

“Uh kek.. koq ininya jadi makin keras dan panjang ya?”, tanya Agatha pura-pura bodoh untuk menggoda si kakek Wagiman.

“Ah a anu neng.. biasa lah.. punya lelaki kalo dirangsang..”, ucap kakek Wagiman dengan wajah yang masih terlihat canggung. Ternyata masih jaga image ni si kakek, hehe.

“Enak ga kek bijinya kupijat-pijat gini?”,giliran Anastasya yang menggoda saat tangannya memainkan buah pelir si kakek.

“Ohh..”, kakek Wagiman hanya berceracau tanpa menjawab pertanyaan Anastasya.

Ini membuat Anastasya makin menggodanya dengan menghentikan pijatan jari-jari di buah pelirnya sambil bilang, “Gak enak ya kek? Ya uda aku hentikan ya..”.

“Eh eh anu ee enak neng.. terusin ya pijitnya..”, ucap si kakek buru-buru takut kehilangan kenikmatan ini.

Anastasya pun kembali melanjutkan servis nya di kedua testis si kakek, membuat si kakek kembali melenguh keenakan. Apalagi kini kami juga menggunakan payudara kami untuk memijat tubuh si kakek. Dari dada hingga punggung si kakek semua dimanjakan oleh empuknya buah dada kami berempat.

“Ohh makasih neng semua..”, ucap si kakek yang merem melek menikmati servis kami.

“Iya kek, hitung-hitung balas budi buat kakek yang baik. Hehe.”, ucap Agatha yang kini sedang mengocok penis si kakek.

Kini batang kejantanan si kakek sudah tegang maksimal dan ukurannya makin mencengangkan. Belum pernah aku melihat penis sepanjang ini sebelumnya. Dari raut wajah Diana, Agatha dan Anastasya aku juga yakin mereka belum pernah bertemu kejantanan dengan ukuran seperti punya kakek Wagiman ini.

“Nah kek, mandinya udahan ya. Nanti masuk angin, hihi.”, ucap Diana dengan senyum nakalnya. Kami pun mengelap tubuh si kakek dan kami dengan kain yang ada walaupun tidak bisa terlalu kering karena kainnya hanya ada dua.

Setelah itu Diana pun menuntun si kakek dengan menggenggam penisnya untuk mengikutinya masuk ke dalam gubuk. Si kakek hanya menurut saja karena ia sepertinya sudah tahu kira-kira apa yang akan diperbuat oleh kami berempat.

Sesampainya di dalam Diana mempersilakan si kakek untuk duduk. Lalu Diana bertanya pada si kakek, “Kek, Diana boleh minta tolong gak?”

“Eh bo boleh neng. Mau minta tolong apa ya?”, tanya si kakek tapi matanya terfokus ke buntalan susu Diana yang terpampang di depannya.

“Diana mau cobain naikin kontol kakek nih..”, ucap Diana dengan binalnya sambil matanya mengerling nakal menatap si kakek Wagiman lalu sambil menunjuk kontol kakek yang mengacung itu.

Mendengar pertanyaan Diana itu tentu saja si kakek sumringah dan langsung menggangguk tanda setuju, “Wah serius neng? Kakek mah boleh boleh aja atuh kalo nengnya mau.”.

“Asyik! Aku duluan ya gengs! Dah becek ni memek dari tadi gak sabar. Hihihi.”, ucap Diana sebelum kami sempat protes.

“Aku yang berikutnya ya.”,ucap Anastasya seolah antri untuk merasakan diobok oleh penis kakek Wagiman.

“Aku yang ketiga ya.”,ucapku tidak mau kalah.

Lalu Diana memposisikan tubuh si kakek berbaring telentang di lantai gubuk yang beralaskan tikar ini. Si kakek hanya pasrah karena sebentar lagi akan merasakan surga dunia yang pastinya sudah sangat lama tidak ia rasakan.

Kulihat bagaimana Diana mulai mengatur posisi tubuhnya di atas selangkangan si kakek. Digenggamnya kontol jumbo si kakek dan mulai diarahkan ke lubang memeknya yang masih agak basah oleh air dan cairan cintanya.

Sungguh kontras melihat warna kulit Diana yang putih dan si kakek Wagiman yang berkulit coklat kehitaman itu. Benar-benar seperti kopi dan susu karena warna kulit mereka yang begitu berbeda itu.

“Sssshhhhhh.. gilakk kontol kakek tebel, keras dan panjangg… ahhh memekku berasa sesak nih.. ngghhhh..”, rintih Diana di sela proses penetrasi penis si kakek di liang senggamanya.

“Uhhh.. makasih neng dah kasi kakek cobain memek neng.. memek neng sempit.. ahh enak..”, ceracau si kakek yang merasakan jepitan memek gadis muda seperti Diana.

Tidak lama Diana sudah naik turun dengan tempo cepat mengejar kenikmatan birahi bersama seorang kakek berusia 76 tahun itu. Si kakek juga tidak mau kalah dan ikut menggerakkan pinggulnya menghunjam kontolnya ke atas.

Terdengar suara kulit paha yang beradu saat Diana dan kakek Wagiman sedang bercinta dengan liar. Uhhh, terasa memekku berdenyut menonton liveshow interracial yang sangat hot ini.

Buah dada Diana yang ikut naik turun mengikuti irama tubuhnya yang terlonjak-lonjak itu pun membuat kakek Wagiman tidak tahan untuk tidak menjamahnya. Kedua tangan keriput dan berurat si kakek terlihat sibuk meremas-remas payudara sekal milik temanku itu.



"Sshhhh suka sama tetekku kek?", tanya Diana dengan nakalnya.

"Ohh iya neng.. tetek neng sekel.. kenyal.. enak buat diremes..", ceracau kakek Wagiman yang keenakan dengan seks ini.

Anastasya yang sepertinya tidak tahan lalu mendekati si kakek Wagiman dan ia lalu menduduki wajah si kakek sambil berkata, “Kek, bantuin aku ya.. jilatin memekku..”.

Si kakek hanya menjawab singkat, “baik neng..”. Lalu ia pun mulai bekerja menjilati liang kewanitaan Anastasya yang sudah berada persis diatas mulutnya itu.

“Ohh iyahhh disitu kek.. jilat terus.. ahhh enakk.. sshhhh..”, Terdengar Anastasya yang merintih keenakan oleh aksi lidah pemilik gubuk ini di lubang vaginanya.

Ah aku juga ingin merasakan kenikmatan yang sedang dirasakan Diana dan Anastasya. Tanpa sadar aku pun memainkan memekku dengan jari-jari tangan kananku. Kuraba-raba bibir vaginaku dengan cepat membuatku merasakan nikmat. Tangan kiriku kugunakan untuk meremas-remas payudaraku sambil sesekali juga memilin puting susuku.

Kurang puas hanya dengan jari, maka kuputuskan untuk mencari terong yang tadi kugunakan untuk masturbasi. Tapi saat sedang melihat sekeliling aku dikejutkan saat ada adegan seks lain yang sedang berlangsung. Adegan seks doggystyle seorang gadis dengan seekor anjing hitam.



Terlihat tubuh Agatha yang putih sedang menungging pasrah dan dibelakangnya ada Poek, si anjing hitam yang menggenjot memeknya dengan cepat. Lidah merah dan basah si anjing menjulur keluar di sela pompaan penisnya di lubang memek Agatha.

“Wah ci, jadi cobain juga ni kontol Poek? Gimana? Enak?”, godaku sambil mendekati Agatha yang sedang merasakan menjadi betina bagi si anjing hitam ini.

“Ahh ahh iyahh Sel.. dah gak tahan nonton doang jadi kontol ni anjing juga boleh dah.. mayan juga ni kontol Poek.. ahh ahhh..”, jawab Agatha sambil melenguh nikmat.

“Haha, enjoy ci. Jangan sampe ketagihan ya. Hihi.”, godaku lagi sambil lanjut mencari “dildo sayuran” untuk memuaskan nafsu birahiku.

Tiba-tiba terdengar jeritan penuh kenikmatan dari Diana. Kulihat tubuh Diana mengejang-ngejang beberapa kali hingga akhirnya ambruk ke tubuh keriput kakek Wagiman. Diana sudah orgasme rupanya.

Anastasya yang sudah tidak sabar lalu segera meminta jatah kontol kakek Wagiman. Diana yang baru saja klimaks pun menurutinya dan melepaskan diri dari si kakek dan duduk tidak jauh dari mereka.

Terlihat kontol super si kakek yang basah oleh lendir orgasme Diana masih tegak berdiri dengan gagahnya. Anastasya dengan liar menjilati kontol yang akan memberinya kenikmatan itu. Ia juga mengulum-ngulum batang kejantanan si kakek seperti sedang menikmati es krim batangan.



Dua menit kemudian Anastasya pun sudah menyiapkan posisi WOTnya. Ia menggenggam kontol perkasa kakek Wagiman dan ketika sudah pas ia pun mulai menduduki kontol itu.

“Ssshhh ahhh mantep kontol kakek.. i like it..”, lenguh Anastasya yang memeknya mulai terisi oleh kontol milik si kakek tua ini.

“Ohhhh memek neng juga enak.. sempit.. kakek suka..”, ujar si kakek menimpali pujian Anastasya.

Tidak perlu waktu lama, Anastasya sudah menggoyang pinggulnya naik turun memompa kontol hitam si kakek. Terdengar suara kulit yang khas saat adegan persetubuhan si mahasiswi dan kakek tua di atas lantai gubuk ini.

Melihat mulut si kakek yang sudah nganggur maka aku pun segera memposisikan memekku di atas mulut si kakek.

“Wah memek neng ga ada jembutnya.. hehe..”, ucap kakek Wagiman yang melihat mulusnya area vaginaku.

“Iyahh kek.. sengaja dicukur biar mudah kakek nyari lubang memekku.. nah makanya buat Selina enak yahhh pake mulut kakek..sshhh..”, ucapku sambil agak mendesah.

Mendengar itu si kakek pun menggunakan lidahnya mulai mengais bibir memekku dengan bersemangat. Lidahnya yang awalnya hanya di area bibir memekku kini segera menjelajahi ke rongga dalam memekku yang sudah basah ini.

“Ssshhh kakek pinter juga jilmeknya.. ahhh enak kek.. terus.. jilatin itil Selina juga..”, pujiku yang bercampur dengan desahan nikmatku yang sedang merasakan oral seks dari si kakek.

Saat sedang keenakan ini aku mendengar Agatha mendesah keras. Sepertinya ia mendapatkan orgasme dari Poek. Dan saat kulihat ke arah Agatha benar saja terlihat Agatha yang bergetar-getar dengan wajah yang puas.

Diana yang sepertinya masih ingin digenjot itu lalu melepaskan Poek dari tubuh Agatha. Lalu ia pun berbaring telentang sambil menarik si anjing hitam untuk berada di atasnya. Lalu Diana mengarahkan kontol si anjing hitam itu untuk mengenai liang senggamanya. Setelah pas masuk ke liang memeknya, Poek lalu terlihat segera mulai menggerakkan pinggulnya memompa memek temanku.

Sungguh gila apa yang terjadi di gubuk ini. Hanya nafsu birahi yang mengalahkan akal sehat kami, empat gadis muda yang mau bercinta dengan kakek tua dan seekor anjing.

“Aahhhhh fuckk.. i’m cumming!”, jeritan Anastasya yang sudah mendapatkan orgasmenya.

Tidak lama kurasakan juga vaginaku berdenyut kuat. “Ngghhh kek! Selina keluar! Aaahhhhh!”, lenguhku yang juga berhasil diantar orgasme hanya oleh permainan mulut kakek Wagiman.

Agatha yang melihat Anastasya sudah keluar tidak mau menyia-nyiakan momen. Ia pun lalu segera mengambil posisi berbaring telentang sambil mengangkang memamerkan vaginanya yang kemerahan dengan rambut kemaluan yang tertata rapi.

“Kek, posisi ini ya. Entot aku kek. Bikin aku keenakan juga ya..”, pinta Agatha dengan wajah sayu menatap kakek Wagiman.

“Siap neng. Kakek bakal bikin neng enak.”, jawab si kakek sambil mulai mengarahkan batang kejantanannya yang panjang ke memek Agatha.

“Aahhh kontol kakek gede banget.. berasa gak muat memekku kek..”, rintih Agatha yang memeknya sedang dimasuki oleh kontol kakek Wagiman.

“Tahan ya neng. Pasti bisa masuk koq.”, ujar kakek yang dengan sabar terus mendorong penisnya agar bisa masuk ke memek Agatha.

Tidak lama penis si kakek pun berhasil tenggelam di liang kemaluan Agatha. Lalu kakek Wagiman pun mulai menyodok-nyodokkan kontolnya ke vagina si mahasiswi ini. Tempo genjotannya termasuk cukup cepat untuk seseorang di usia kakek Wagiman.

“Ngghh ahh ahhh terus kek.. ahh ahhh ahhh!”, desah Agatha yang keenakan oleh sodokan si kakek pemilik gubuk ini.

Kulihat Diana yang masih disetubuhi oleh Poek di posisi konvensional. Terlihat kedua kaki depan anjing hitam itu berada di payudara Diana dan seolah sedang meremas payudara temanku itu. Diana terus mendesah-desah melampiaskan rasa nikmat seks yang tidak biasa antara dirinya dengan seekor anjing itu.

“Hi bitch. Gimana kontol anjing? Hihihi.”, tanyaku pada temanku yang sedang disetubuhi si anjing hitam ini.

“Ahh ahhh not bad.. dog dick can make me feel good too.. ohh ohhh..”, jawab Diana sambil tersenyum nakal.

Si Poek terdengar menggeram seolah sedang melenguh keenakan dengan lidah yang menjulur keluar. Bahkan air liurnya sampai menetes keluar dan jatuh ke perut Diana yang rata.

Bahkan anjing hitam ini kini menjilati perut hingga ke buah dada Diana. Sesekali lidah panjang si anjing ini mengenai puting susu Diana yang berwarna coklat muda itu. Ini membuat Diana makin mendesah-desah, “Ssshh ahhh damn.. enak banget jilatan ni anjing..”.

Kembali kuarahkan pandangan ke Agatha dan kakek Wagiman yang sedang berpacu dalam birahi. Terlihat buah dada Agatha tersentak-sentak seiring irama sodokan “rudal” si kakek tua di memeknya. Melihat susu si mahasiswi yang bergoyang-goyang itu membuat kakek Wagiman gemas dan ia pun meraih payudara kiri Agatha dan lalu diremas-remasnya. Payudara kanannya juga ikut diremas-remas dengan penuh nafsu.



“Susu neng putih banget.. kenyal gini.. kakek suka..”, puji kakek Wagiman sambil terus menikmati kekenyalan dan kehalusan buah dada Agatha.

“Sshh.. kalo mau kenyot susuku silakan kek.. ahh ahh..”, ucap Agatha mempersilakan si kakek untuk menikmati susunya.

“Baik neng kalo gitu kakek netek ya..”, jawab kakek Wagiman dan lalu mulutnya pun menyosor mendekati pucuk payudara Agatha dan segera mencaplok pentil yang menggoda itu.

Puting susu Agatha yang berwarna merah muda itu pun segera jadi bulan-bulanan bibir tebal kakek Wagiman. Tanpa ampun mulut si kakek menyedot-nyedot seolah ingin meminum air susu dari pentil Agatha.

‘Slrrrppppp… slllrrrrppppppppp..’, suara sedotan rakus bibir si kakek pemilik gubuk di puting susu Agatha.

Mendapat rangsangan seperti itu membuat pertahanan Agatha akhirnya jebol. Terlihat badan Agatha yang melengkung ke depan hingga dadanya membusung. Dari bibir Agatha yang tipis terdengar rintihan keras, “Ahhh aku nyampe… Ooohhhhhhhhhhh!!!!”.

Beberapa kali tubuh putih mulus Agatha bergetar-getar saat badai orgasme sedang melandanya, membuat si kakek agak kewalahan dan menghentikan genjotannya sesaat. Tidak lama Agatha pun berbaring dengan terengah-engah akibat mencapai puncak kenikmatannya.

Aku yang melihat sudah tiba giliranku pun tidak menunggu lagi untuk segera menagih “jatah” dari si kakek Wagiman. Sungguh perkasa kakek ini. Penisnya masih tetap tegak menantang walau sudah menghadapi 3 lubang sebelumnya. Harus diakui stamina kakek Wagiman memang luar biasa.

“Masih kuat kan kek? Hihi.”, tanyaku sambil mendekatinya. Agatha yang terlihat lelah tapi puas lalu pindah dari tempatnya.

“Masih koq neng. Kapan lagi bisa main sama gadis secantik neng-neng pada.”, ujarnya.

“Stamina kakek kuat juga ya. Selina salut.”, ucapku memujinya.

“Hehe, kakek kan dah biasa angkut air sama ambil kayu buat jadi bahan bakar di gubuk. Dan kakek juga sering minum jamu biar badan tetap kuat.”, jelas si kakek Wagiman.

Karena aku sudah tidak sabar lagi maka akupun mendorong si kakek untuk berbaring telentang. Lalu segera kugenggam batang kejantanan si kakek yang sangat panjang ini. Segera kukocok-kocok batang kontolnya sebelum mulai kujilati dengan bernafsu.

Saat sedang asyik menyepong si kakek lalu memintaku untuk memposisikan memekku di wajahnya. “Sini neng memek mulusnya biar kakek jilat lagi..”.



Aku tentu saja dengan senang hati memberikannya kesempatan menjilati memekku itu. Kini posisi kami pun menjadi seperti angka 69 dimana aku berada di atas sedang memberikan servis oral di kontol si kakek ini. Si kakek juga dengan semangat menjilati semua rongga vaginaku yang sudah basah itu. Terdengar suara kecipak air saat mulut dan lidah si kakek bermain-main di organ kewanitaanku itu.

Sekitar 3 menit kemudian kami pun menyudahi foreplay ini dan aku pun segera bersiap untuk menunggangi penis perkasa milik kakek Wagiman. Penisnya yang memang tebal ini tidak mudah untuk masuk ke liang memekku yang mungil ini. Walaupun memekku sudah sangat basah tapi tetap harus kubantu dengan merentangkan bibir memekku dengan dua jari. Lalu sambil kugenggam kontol si kakek untuk menancap di bibir memekku, aku pun mulai di posisi menduduki penisnya itu. Setelah kepala kontolnya mulai membelah bibir vaginaku maka aku pun mulai menurunkan tubuhku hingga kontol si kakek pelan-pelan mulai tertelan oleh liang senggamaku.



‘Bles’, akhirnya kontol super si kakek pun amblas ke dalam memekku walaupun memang tidak seluruhnya karena saking panjangnya. Ini saja sudah mentok hingga hampir mengenai rahimku.

“Ohhh nghhhhhh memekku jadi penuh banget kek.. kontol kakek luar biasa.. sshhhhhh..”, ceracauku menikmati sensasi memekku yang terisi hingga sesak ini.

“Ahhh memek neng ngejepit banget.. kontol bapak berasa dipijat gini.. enak tenan..”, kakek Wagiman yang keenakan memuji jepitan memekku.

Aku yang sudah beradaptasi dengan ukuran penis si kakek pun mulai menggerakkan pinggulku memacu kenikmatan. Libidoku yang tinggi menuntut pemuasan dan saat ini kontol super si kakek berumur 76 tahun ini lah yang bisa menuntaskan birahiku ini.

‘Plak Plok Plak Plok Plak’, begitu kuatnya tumbukan antara pahaku dengan paha si kakek hingga menimbulkan suara khas yang cukup keras.

“Ssshh ahh ahhh ahhh damn ahh ahhh ahhh!”, lenguhku yang sedang dimabuk birahi.

Aku yang sudah begitu terangsang ini pun meraih kedua tangan si kakek dan kuarahkan ke buah dadaku yang sedang berayun naik turun ini. Tanpa perlu disuruh, kedua tangan si kakek pun sudah memerah-merah buntalan susuku itu dengan gemas.

Kakek Wagiman terlihat begitu menikmati sensasi bercinta denganku ini. Kami saling bertatap mata dan sesaat kemudian kami sudah berciuman dengan panas. Lidah kami saling membelit di dalam mulutku bagai pasangan kekasih yang lama tidak bertemu.

Cukup lama kami saling bersilat lidah dengan panas sampai beberapa menit kemudian kurasakan aku sudah akan mendapat orgasmeku. Tubuhku pun mengejang-ngejang saat aku mencapai klimaks dari persenggamaan ini.

“Mmmmhhh… ohhh Selina nyampe kek.. aaahhhh!!!”, kulepas pagutan bibir kami dan melepaskan lenguhan keras.

Aku pun berbaring menelungkup di atas tubuh keriput si kakek untuk beristirahat. Tapi tiba-tiba kurasakan ada sebuah benda hangat dan basah menyentuh lubang pantatku. Lalu kulihat ke belakang ternyata Poek sedang bersiap di pantatku!

Tidak lama penis anjing hitam itu pun sudah memasuki liang pantatku lagi. Si kakek entah tahu atau tidak tapi ia kembali menggerakkan kontolnya untuk menghunjam memekku. Jadilah kini aku pun sedang disandwich oleh seorang kakek tua dan seekor anjing hitam! Sungguh gila dan liar!

Tapi sensasi nikmat dari dua penis di dua lubangku itu mengalahkan rasa maluku. Kuakui memang double penetration begini memberikan kenikmatan yang luar biasa. Terasa bagaimana penis-penis yang menggesek rongga-rongga di anus dan vaginaku.

“Ahhh ahhhh enak.. terus.. entot Selina.. ahh ahhh fuck me.. ahh ahh ahhh!!”, rintihku yang sudah dikuasai birahi ini.

"Ohh enak neng.. memek neng makin ngejepit..", lenguh si kakek yang ternyata juga merasakan nikmat dari seks bertiga ini.

Sambil menggenjot, kedua tangan si kakek pun meremas-remas buah dadaku dan ia juga memilin puting susuku seolah sedang memutar tombol radio. Aku yang ingin pentil sensitifku mendapat rangsangan lebih pun agak mengarahkan buah dadaku ke mulut si kakek. Tahu yang aku mau, kakek Wagiman pun segera mencaplok puting susuku ini. Mulutnya segera mengenyot pucuk payudaraku ini dengan kuat, membuatku makin menggelinjang kenikmatan di tengah seks double penetration ini. Terasa geli buah dada dan puting susuku yang terkena kumis tebal si kakek Wagiman. Apalagi giginya ada yang ompong memberikan sensasi lebih saat mulutnya menghisap pentilku itu. Sungguh sensasi yang memabukkan untukku.

Si anjing hitam bernama Poek ini pun dengan tempo cepat terus menghentakkan kontolnya keluar masuk liang pantatku. Terasa gesekan daging kontol anjing ini di dinding anusku menimbulkan sensasi aneh antara geli dan nikmat. Belum lagi kontol panjang kakek Wagiman yang seolah tidak ada capeknya terus disodokkan ke memekku ini.

Tidak lama aku mulai dibawa lagi menuju puncak kenikmatan. Sodokan-sodokan kontol di anus dan memekku ditambah hisapan mulut di puting susuku memang memberikan rangsangan yang sangat nikmat padaku. Kedua pejantan beda spesies ini tanpa kenal lelah terus memompa lubang anus dan vaginaku dengan sangat cepat. Aku hanya bisa merem melek dan terus mendesah-desah melampiaskan rasa enak ini.

"Aahh ahhh ahhh fuck me harder ahh ahh oohhh!", desahan-desahanku yang makin lama makin lemah karena sudah tidak ada tenaga.

Akhirnya kurang dari 2 menit kemudian vaginaku pun berkedut dengan kuat. Dari memekku menyemburlah cairan orgasmeku hingga membasahi kontol si kakek yang sedang keluar masuk di memekku. Kulepas jeritan nikmat melampiaskan orgasme yang dashyat ini, “Oohhhhh… fuckkk Aaaahhhhhhhhhhh!!”. Oh hebatnya klimaks kali ini. Aku mengejang-ngejang hebat sampai si kakek yang sedang memacu tubuhku agak kewalahan akibat kontraksi di vaginaku. Si anjing hitam yang sedang menyodomiku ini pun seketika langsung menggeram dengan kuat dan kurasakan semprotan spermanya beberapa kali di dalam lubang anusku.

“Neng, kakek udah mau keluar nih..”, ucap si kakek yang sebentar lagi akan orgasme.

Tiba-tiba terdengar Anastasya nyeletuk, “Eh keluarin di mulutku aja kek sini.”. Lalu si kakek pun menggeser tubuhku dan ia lalu mendekati Anastasya yang langsung menggunakan buah dada jumbonya untuk menjepit kontol si kakek. Lalu ujung penis si kakek segera dikulumnya. Anastasya menyepong penis si kakek pemilik gubuk ini dengan begitu nafsu.



Terlihat pipi Anastasya sampai menggembung saat kontol panjang si kakek sedang bersarang di mulutnya. Anastasya menaik turunkan tubuhnya sehingga seolah penis itu sedang menyetubuhi mulutnya dari bawah ke atas. Buah dadanya yang juga sedang mensandwich kontol itu juga naik turun dengan cepat. Sungguh hebat servis titfuck yang diberikan oleh Anastasya. Tidak lama si kakek pun melolong saat mendapatkan orgasmenya.

“Oohhhhhhhhh edan neng enaknya!!”, lenguh si kakek.

Kontol si kakek menembakkan begitu banyak sperma dan begitu deras semburan spermanya. Sungguh luar biasa bagaimana kakek setua ini bisa memiliki sperma yang sebanyak itu. Mungkinkah karena sudah lama tidak dikeluarkan? Yang jelas kini kami berempat malah rebutan untuk mencicipi sperma si kakek yang perkasa ini.

Berakhirlah seks gila dengan si kakek Wagiman di gubuk ini. Setelah itu si kakek pun memasakkan kami makan malam yaitu ikan yang ia pancing di sungai. Kami mengobrol seru dengan kakek Wagiman mengenai tempat-tempat di hutan ini.

Malam ini kami pun memutuskan menginap di gubuk si kakek karena kondisi hutan yang gelap tidak memungkinkan untuk berjalan pulang ke villa. Malamnya seperti dapat ditebak kami kembali bercinta dengan liar dengan si kakek dan si anjing hitam hingga 3 jam. Setelah lelah kami pun tertidur dengan pulas.

Esok paginya kami pun berangkat karena si kakek ingin mengajak kami mandi di air terjun yang memang searah dengan perjalanan pulang ke villa nanti.

Di air terjun kembali kami ngeseks dengan liar di atas bebatuan. Bahkan saat kontol si kakek sedang mengisi lubang memek salah satu dari kami, maka kami saling memuaskan satu sama lain dengan saling menjilat lubang vagina atau menggunakan pisang dan terong sebagai dildo. Memang hutan ini menambah sensasi erotis yang kami rasakan.

Akhirnya setelah puas bercinta di air terjun ini kami melanjutkan perjalanan. Kami sempat tiba di kamp penebang pohon dan bertemu para penebang pohon itu. Ternyata disana sedang ada bos penebang pohon itu sehingga mereka tidak berani macam-macam. Anjing pak Wanto akhirnya juga kembali ke dirinya.

Setelah itu kami kembali melanjutkan perjalanan hingga sampai di dekat villa si kakek Wagiman pun pamit. Ia bilang tidak akan pernah melupakan kami dan berharap suatu saat dapat kembali bertemu kami. Kami juga berterimakasih karena sudah dibantu saat tersesat di hutan dan tentunya karena sudah diberikan kenikmatan oleh keperkasaan kontolnya, hihi.

Sesampainya di villa, pak Somad pun menyambut kami. Ia bilang ia menerima SMS dari Diana yang bilang kami nginap di kamp penebang pohon. Lalu pak Somad ingin minta jatah seks dengan kami tapi kami semua kompak menolak karena memang sangat lelah setelah berpetualang di hutan. Pak Somad pun tahu diri dan tidak memaksa karena takut jika ia malah dilaporkan ke orang tua Diana. Tapi malam harinya kami pun kembali berpesta seks dengan si penjaga villa ini. Kembali pak Somad kewalahan harus meladeni kebinalan kami, hihi.

Keesokan harinya kami pun kembali ke jakarta. Sungguh petualangan yang begitu membekas. Banyak pengalaman seks baru yang kudapatkan dari jalan-jalan kami di bandung ini.


Seperti biasa sekolah pun kembali dimulai. Aku harus fokus jika ingin segera lulus SMA karena sudah pernah tinggal kelas. Untungnya nilai-nilai pelajaranku hampir semua cukup bagus kecuali untuk satu mata pelajaran yang memang aku sangat lemah, yaitu Fisika. Nilai ujianku waktu itu memang merah ditambah lagi quiz dan PRku juga selalu jelek.

Ini membuatku dipanggil oleh guru Fisikaku yang bernama pak Maliq. Ia sudah cukup tua, sekitar 60 tahun. Dari perawakannya sepertinya ia ada keturunan Arab. Dari gosip yang beredar bahwa ia adalah seorang duda yang ditinggal mati oleh istrinya. Perawakannya kurus dan tinggi dengan kulit coklat gelap. Hari ini aku pun dipanggil ke kantor guru untuk menghadap pak Maliq yang tentu saja untuk membahas nilai Fisikaku yang jeblok..










~ BERSAMBUNG ~


NB : Dilarang Mengcopy Cerita Ini Ke Blog / Website Manapun Tanpa Seizin TS.
 
Terakhir diubah:
Selina, selina dasar ngga mau kalah....
Yang lain cuma sama pak Wagiman atau Poek, eh ini malah sama dua duanya, DP lagi...🤣🤣🤣
Pak Malik.... Be ready.... You're next🤣🤣🤣
 
Terakhir diubah:
Part 23

Kami berempat kembali berjalan dan mencoba mencari arah balik ke villa atau setidaknya ke camp penebang pohon tadi. Sekitar 20 menit berjalan tiba-tiba Agatha menunjuk dan berkata, “Eh itu disana sepertinya disana ada gubuk tuh.”.

Kami pun menoleh ke arah yang Agatha tunjuk itu. Memang di kejauhan terlihat ada gubuk. Semoga disana ada orang yang bisa menolong kami. Dengan buru-buru kami pun segera berjalan ke arah gubuk itu.

Sesampainya di tujuan kami, di depan kami terlihat gubuk yang sudah amat tua, tapi cukup besar dan terbuat dari kayu. Terdapat sebuah ladang kebun yang tidak terlalu besar dengan ditumbuhi beberapa pohon pisang, mangga dan apel. Pohon-pohon itu terlihat sedang berbuah.

Kami pun mengetuk pintu gubuk tersebut dan menunggu penghuninya membuka pintu. Tapi setelah menunggu 5 menit, tidak ada yang membuka pintu. Dari jendela kulihat memang tidak ada tanda-tanda penghuni gubuk itu sedang berada di tempat tinggalnya
Agatha lalu membuka pintu gubuk itu yang memang tidak terkunci. Setelah masuk, kami pun melihat-lihat gubuk itu dan ternyata memang tidak ada orang. Gubuk itu cukup luas dengan ada dua kasur lipat, satu meja persegi, satu lemari dapur dan satu lemari baju. Diana lalu menyalakan lampu minyak yang terletak di meja itu.

“Jadi gimana nih. Udah mau gelap. Apa kita bermalam di gubuk ini?”, tanya Diana.

“Iya sepertinya lebih baik di gubuk ini sampai pagi.”, timpalku.

“Setuju. Kalo malam juga gak bisa kelihatan jalan di hutan.”, ucap Anastasya yang diikuti anggukan Agatha.

Akhirnya kami putuskan untuk stay di gubuk itu sampai pagi tiba. Tetapi kami juga perlu makan karena bekal tadi hanya sedikit dan tidak cukup. Diana pun memberi ide untuk makan buah-buahan di kebun gubuk ini.

Kami yang memang sudah lapar pun dengan segera memetik buah-buah di kebun samping gubuk ini. Lalu kami bawa ke dalam gubuk untuk kami makan.

Sekitar 20 menit kemudian kami sudah kenyang setelah makan buah-buahan yang dipetik langsung dari pohonnya. Kulihat di luar kondisi langit sudah gelap dan cukup berangin. Mungkin akan hujan lagi malam ini seperti kemarin pikirku.

“Eh tu pak Somad cariin kita gak kalo malam ini gak balik ke villa?”, ucapku.

“Iya nih. Tapi tadi aku udah SMS ke pak Somad pas kita lagi di camp penebang pohon itu. Aku bilang kalo kemalaman kita nginap di camp penebang hutan gitu.”, ucap Diana.

Kini kami sedang duduk dan mengobrol dalam gubuk yang belum jelas apakah berpenghuni atau tidak. Tapi melihat barang-barang di gubuk ini mungkin ada penghuninya. Walaupun barang-barangnya tidak banyak. Mungkin hanya ada sendirian penghuni gubuk tua ini.

Anastasya bercerita mengenai kenakalan-kenakalannya di kampus. Persis seperti kenakalan yang Agatha ceritakan. Mereka suka menggoda pria-pria yang secara status sosial jauh dari mereka, seperti OB dan Satpam. Sungguh gila apa yang kudengar ini, gadis cantik seperti mereka dengan sukarela mau bercinta dengan para pria jelek dan dari kalangan bawah seperti itu.

Agatha juga menceritakan pengalaman binal yang ia lakukan di kampus dan di luar. Cerita-cerita nakal dan liar dari Anastasya dan Agatha ini sungguh membuat darahku berdesir. Terasa vaginaku agak berdenyut-denyut. Oh, aku begitu mudah terangsang..

Tapi ternyata Diana juga horny sepertiku. Kulihat ia meraba-raba bagian selangkangannya. Terlihat wajah Diana yang kelihatan terangsang itu. Tidak lama Diana pun melepaskan celana dan CDnya sambil bilang, “Duh, aku jadi horny lagi nih denger cerita kalian.”.

“Iya aku juga Na.”, ucapku.

“Hmm, ini ada pisang nih lumayan besar.”, ucap Diana dan segera mengambil pisang yang tadi kami petik di kebun.

Tidak lama Diana memasukkan pisang itu ke memeknya yang berjembut sangat lebat itu. Kulihat pisang itu pelan-pelan makin tertelan masuk ke dalam memek temanku itu.

Segera Diana pun mulai menggerakkan pisang itu keluar masuk seolah dildo untuk menyodok vaginanya. “Ngghhh.. ahhh enak juga pake pisang.. ahh..”, Diana mendesah-desah menikmati sesi masturbasi menggunakan pisang itu.

Melihat aksi Diana itu, Anastasya lalu kulihat juga menelanjangi dirinya dan segera mengambil pisang di meja. Lalu ia pun juga menghunjamkan ke memeknya dan mengocok-ngocok pisang itu keluar masuk. “Ohh fuck.. enak.. untung pisangnya keras.. nghhh…”, rintih Anastasya sambil merem melek.

Agatha yang pastinya juga sudah sangat horny segera meraih pisang terakhir yang ada di meja. Langsung dipelorotkannya celana hotpantsnya berikut celana dalamnya dan ia pun segera duduk mengangkang sambil menggunakan pisang itu untuk mencoblos memeknya yang merah merekah itu. Tangannya segera bekerja menyodokkan pisang itu seolah penis yang menyetubuhi dirinya. “Shh ahhh enak.. sayang gak gitu besar pisangnya.. ahh ahhh..”, ceracaunya.

Aku yang juga ingin melampiaskan nafsu birahiku segera melihat ke sekeliling mencari objek yang bisa digunakan sebagai pengganti dildo. Kubuka lemari dapur dan akhirnya mataku tertuju pada sebuah terong yang ada di dalam laci. Oh, ukurannya cukup tebal.

Segera kutanggalkan pakaianku hingga bugil dan duduk mengangkang membuat vaginaku terkuak. Lalu kudorongkan terong itu masuk ke liang senggamaku. Ah, begitu penuh terong ini mengisi rongga vaginaku. Aku pun mulai menggerakkan terong ini keluar masuk dengan cepat. Mataku merem melek menikmati gesekan-gesekan terong ini di dinding memekku.



Kami berempat mendesah-desah dengan erotis akibat aksi self-service menggunakan pisang dan sayur ini. Desahan kami saling sahut menyahut di dalam gubuk tua di tengah hutan ini.

Saat kami sedang asyik bermasturbasi berempat ini tiba-tiba terdengar suara gonggongan dari arah luar gubuk. Si Poek menggonggong ke arah sesuatu atau seseorang. Kami yang terkaget dengan suara gonggongan si anjing itu pun buru-buru segera memakai pakaian kami.

Diana yang pertama menengok ke arah jendela gubuk ini dan ia bilang ada seorang kakek di luar. Mungkinkah ia adalah pemilik gubuk ini?

Kami berempat segera keluar dari gubuk ini untuk menemui sang kakek tersebut. Kakek itu sedang memegang kepala si anjing hitam milik pak Wanto dan seketika anjing yang tadinya terus menggonggong itu jadi tenang.

Perawakan si kakek ini termasuk kurus dengan badan yang sudah keriput. Ia hanya mengenakan kaos tanpa lengan berwarna putih kusam dan lusuh serta celana pendek yang juga tidak kalah lusuh. Badannya coklat kehitaman terbakar matahari dengan rambut lumayan panjang yang sudah memutih. Kumis dan jenggotnya yang tidak terurus itu juga berwarna putih.

Mendengar langkah kaki kami yang mendekat, ia pun menatap ke arah kami berempat. Matanya melotot terkaget melihat pemandangan empat gadis berkulit putih dan berpakaian minim di hadapannya ini. Mungkin kakek ini tidak menyangka akan bertemu dengan gadis seperti kami di tengah hutan begini. Atau ia kaget akan kemulusan kami yang seolah-olah bidadari yang turun dari kahyangan? Hihihi, yang jelas wajah si kakek yang antara kaget dan terpesona itu sungguh membuat kami geli.

Sempat ada keheningan sejenak sebelum akhirnya Anastasya yang berinisiatif membuka percakapan, mewakili kami. Anastasya menjelaskan keadaan kami yang tersesat di hutan ini, tapi tentu saja ia sama sekali tidak menceritakan kegilaan kami dari awal ke dalam hutan hingga sesi masturbasi di gubuk barusan. Ia juga memperkenalkan diri kami pada si kakek yang setelah berkenalan kami ketahui bernama Wagiman.

Si kakek ini hanya mangut-mangut mendengar cerita Anastasya sambil kedua matanya itu sesekali mencuri pandang ke buah dada temanku yang berukuran besar itu. Gila juga kakek ini, sudah sangat tua tapi masih genit saja. Tidak lupa kami meminta maaf karena sudah memakan buah-buahan yang ada di kebun gubuk ini. Serta karena telah membuat berantakan gubuk si kakek.

Si kakek untungnya tidak marah dan memaafkan kelancangan kami yang sudah seenaknya di gubuk miliknya itu. Ia lalu menawarkan kami semua untuk masuk ke dalam gubuk karena memang hujan yang sudah kembali turun di hutan ini.

Tidak lupa aku bilang ke kakek itu bahwa kami perlu bantuan agar bisa dituntun untuk arah jalan pulang ke villa. Si kakek pun menjawab jika mudah baginya karena memang ia sudah sangat mengenal wilayah hutan ini.

Ia bercerita bahwa ia sudah tinggal selama 20 tahun di hutan ini. Ia diusir dari kampung karena dianggap dukun sesat, padahal ia hanyalah seorang dukun biasa. Istrinya sudah lama meninggal dan ia belum sempat memiliki keturunan karena istrinya mandul. Sedih juga mendengar ceritanya itu. Jadi ia hanya hidup sebatang kara saja di tengah hutan ini.

“Memang umur kakek berapa sekarang?”, tanya Agatha pada si kakek.

“Umur kakek sudah 76 tahun nak.”, ucap si kakek sambil tersenyum tapi sudut matanya curi-curi pandang ke arah dada Agatha.

“Apa kakek gak kesepian tinggal sendiri di gubuk seperti ini?”, tanya Agatha lagi.

“Ya, kakek memang kesepian tapi apa boleh buat. Gak ada yang mau dengan kakek yang sudah tua begini.”, jawabnya dengan senyum getir yang membuat kami makin iba.

Lalu Diana menatap kami sambil berkata, “Gimana kalo kita balas budi ke kakek yang uda bantuin kami? Kita mandiin tubuh kakek biar bersih dan segar lagi gimana?”. Kami bertiga pun setuju dengan ide Diana yang tentu saja ada maksud tersembunyi, hihi.

Kakek yang mendengar ucapan Diana jadi kaget dan berkata, “Hah? Mandiin tubuh kakek? Serius neng?”.

“Iya pak, kami bersedia koq.”, ucapku sambil tersenyum pada si kakek.

Tidak lama kami pun pergi ke belakang gubuk yang ada meja kecil dan ember kayu berisi air. Jadi ini merupakan tempat si kakek membasuh dirinya dengan air yang ia ambil dari air terjun atau dari hujan.

Kami berempat pun membantu si kakek melepaskan pakaian lusuhnya. Saat tersisa sarungnya si kakek tampak ragu dan ia memegangi sarungnya itu sambil berkata, “eh nak, sarungnya biarin aja ya.”.

“Loh, kenapa kek? Kan biar bersih harus semua dibersihin?”, ucap Anastasya dan lalu mulai menarik sarung si kakek.

Si kakek yang tadinya ragu akhirnya mengalah dan membiarkan saat sarungnya dicopot Anastasya. Wow, betapa kagetnya kami saat sarung itu dilepas. Bukan karena si kakek tidak memakai celana dalam tapi karena benda yang menggantung di selangkangan kakek itu yang membuat kami terperangah. Kami takjub akan ukuran batang kejantanan si kakek ini yang sangat panjang dan besar. Warna penisnya jauh lebih gelap dari tubuh si kakek. Selain itu juga penuh urat-urat yang membuat penisnya makin terlihat kekar.

Bagaimana bisa kakek setua ini bisa memiliki penis yang gagah seperti ini. Jujur melihat batang kemaluan kakek Wagiman ini membuat darahku berdesir. Kuyakin teman-temanku yang lain juga merasakan hal yang sama denganku.

Kemudian aku mengambil air di ember dan mulai menyirami tubuh kakek Wagiman. Diana, Agatha dan Anastasya juga mulai mengelap tubuh si kakek dengan kain. Bergantian kami mengelap tubuh si kakek bagian atas hingga bawah.

Saat sedang asyik membersihkan tubuh si kakek ini, tiba-tiba Diana melepaskan pakaiannya sambil bilang, “aku ikutan mandi ya kek. Hehe.”. Huff, pastinya ia ingin menggoda kakek Wagiman. Memang Diana ini sangatlah binal.

Si kakek hanya terdiam dengan mata yang tidak berkedip sedikitpun melihat kemulusan tubuh bugil Diana. Belum cukup keliaran yang ditunjukkan oleh Diana, ia lalu juga yang paling pertama curi start untuk memegangi “senjata” milik si kakek. Terlihat si kakek melenguh saat tangan mungil temanku menggenggam batang kejantanan si kakek itu.

Kakek Wagiman terlihat begitu meresapi kenikmatan rangsangan jari-jari tangan Diana yang sedang memanjakan “perkakas”nya itu. Mungkin wajar karena kakek ini sudah lama hidup sendiri. Pastilah ia begitu merindukan kehangatan tubuh wanita.

Agatha dan Anastasya tidak mau kalah dan mereka juga menanggalkan pakaian yang melekat di tubuh mereka hingga sama-sama telanjang bulat. Aku pun ikutan melepaskan pakaianku hingga kini kami, empat gadis muda sudah bugil polos bersama seorang kakek tua di area belakang gubuk ini.

Mata si kakek tidak pernah lepas menatap buah dada dan area kewanitaan kami. Saking bersemangatnya, matanya sampai melotot seakan mau copot saat sedang menjelajahi kepolosan tubuh muda kami berempat. Ia pasti tidak menyangka hari ini akan jadi hari keberuntungannya, hihi.

“Uh kek.. koq ininya jadi makin keras dan panjang ya?”, tanya Agatha pura-pura bodoh untuk menggoda si kakek Wagiman.

“Ah a anu neng.. biasa lah.. punya lelaki kalo dirangsang..”, ucap kakek Wagiman dengan wajah yang masih terlihat canggung. Ternyata masih jaga image ni si kakek, hehe.

“Enak ga kek bijinya kupijat-pijat gini?”,giliran Anastasya yang menggoda saat tangannya memainkan buah pelir si kakek.

“Ohh..”, kakek Wagiman hanya berceracau tanpa menjawab pertanyaan Anastasya.

Ini membuat Anastasya makin menggodanya dengan menghentikan pijatan jari-jari di buah pelirnya sambil bilang, “Gak enak ya kek? Ya uda aku hentikan ya..”.

“Eh eh anu ee enak neng.. terusin ya pijitnya..”, ucap si kakek buru-buru takut kehilangan kenikmatan ini.

Anastasya pun kembali melanjutkan servis nya di kedua testis si kakek, membuat si kakek kembali melenguh keenakan. Apalagi kini kami juga menggunakan payudara kami untuk memijat tubuh si kakek. Dari dada hingga punggung si kakek semua dimanjakan oleh empuknya buah dada kami berempat.

“Ohh makasih neng semua..”, ucap si kakek yang merem melek menikmati servis kami.

“Iya kek, hitung-hitung balas budi buat kakek yang baik. Hehe.”, ucap Agatha yang kini sedang mengocok penis si kakek.

Kini batang kejantanan si kakek sudah tegang maksimal dan ukurannya makin mencengangkan. Belum pernah aku melihat penis sepanjang ini sebelumnya. Dari raut wajah Diana, Agatha dan Anastasya aku juga yakin mereka belum pernah bertemu kejantanan dengan ukuran seperti punya kakek Wagiman ini.

“Nah kek, mandinya udahan ya. Nanti masuk angin, hihi.”, ucap Diana dengan senyum nakalnya. Kami pun mengelap tubuh si kakek dan kami dengan kain yang ada walaupun tidak bisa terlalu kering karena kainnya hanya ada dua.

Setelah itu Diana pun menuntun si kakek dengan menggenggam penisnya untuk mengikutinya masuk ke dalam gubuk. Si kakek hanya menurut saja karena ia sepertinya sudah tahu kira-kira apa yang akan diperbuat oleh kami berempat.

Sesampainya di dalam Diana mempersilakan si kakek untuk duduk. Lalu Diana bertanya pada si kakek, “Kek, Diana boleh minta tolong gak?”

“Eh bo boleh neng. Mau minta tolong apa ya?”, tanya si kakek tapi matanya terfokus ke buntalan susu Diana yang terpampang di depannya.

“Diana mau cobain naikin kontol kakek nih..”, ucap Diana dengan binalnya sambil matanya mengerling nakal menatap si kakek Wagiman lalu sambil menunjuk kontol kakek yang mengacung itu.

Mendengar pertanyaan Diana itu tentu saja si kakek sumringah dan langsung menggangguk tanda setuju, “Wah serius neng? Kakek mah boleh boleh aja atuh kalo nengnya mau.”.

“Asyik! Aku duluan ya gengs! Dah becek ni memek dari tadi gak sabar. Hihihi.”, ucap Diana sebelum kami sempat protes.

“Aku yang berikutnya ya.”,ucap Anastasya seolah antri untuk merasakan diobok oleh penis kakek Wagiman.

“Aku yang ketiga ya.”,ucapku tidak mau kalah.

Lalu Diana memposisikan tubuh si kakek berbaring telentang di lantai gubuk yang beralaskan tikar ini. Si kakek hanya pasrah karena sebentar lagi akan merasakan surga dunia yang pastinya sudah sangat lama tidak ia rasakan.

Kulihat bagaimana Diana mulai mengatur posisi tubuhnya di atas selangkangan si kakek. Digenggamnya kontol jumbo si kakek dan mulai diarahkan ke lubang memeknya yang masih agak basah oleh air dan cairan cintanya.

Sungguh kontras melihat warna kulit Diana yang putih dan si kakek Wagiman yang berkulit coklat kehitaman itu. Benar-benar seperti kopi dan susu karena warna kulit mereka yang begitu berbeda itu.

“Sssshhhhhh.. gilakk kontol kakek tebel, keras dan panjangg… ahhh memekku berasa sesak nih.. ngghhhh..”, rintih Diana di sela proses penetrasi penis si kakek di liang senggamanya.

“Uhhh.. makasih neng dah kasi kakek cobain memek neng.. memek neng sempit.. ahh enak..”, ceracau si kakek yang merasakan jepitan memek gadis muda seperti Diana.

Tidak lama Diana sudah naik turun dengan tempo cepat mengejar kenikmatan birahi bersama seorang kakek berusia 76 tahun itu. Si kakek juga tidak mau kalah dan ikut menggerakkan pinggulnya menghunjam kontolnya ke atas.

Terdengar suara kulit paha yang beradu saat Diana dan kakek Wagiman sedang bercinta dengan liar. Uhhh, terasa memekku berdenyut menonton liveshow interracial yang sangat hot ini.

Buah dada Diana yang ikut naik turun mengikuti irama tubuhnya yang terlonjak-lonjak itu pun membuat kakek Wagiman tidak tahan untuk tidam menjamahnya. Kedua tangan keriput dan berurat si kakek terlihat sibuk meremas-remas payudara temanku itu.



"Sshhhh suka sama tetekku kek?", tanya Diana dengan nakalnya.

"Ohh iya neng.. tetek neng sekel.. kenyal.. enak buat diremes..", ceracau kakek Wagiman yang keenakan dengan seks ini.

Anastasya yang sepertinya tidak tahan lalu mendekati si kakek Wagiman dan ia lalu menduduki wajah si kakek sambil berkata, “Kek, bantuin aku ya.. jilatin memekku..”.

Si kakek hanya menjawab singkat, “baik neng..”. Lalu ia pun mulai bekerja menjilati liang kewanitaan Anastasya yang sudah berada persis diatas mulutnya itu.

“Ohh iyahhh disitu kek.. jilat terus.. ahhh enakk.. sshhhh..”, Terdengar Anastasya yang merintih keenakan oleh aksi lidah pemilik gubuk ini di lubang vaginanya.

Ah aku juga ingin merasakan kenikmatan yang sedang dirasakan Diana dan Anastasya. Tanpa sadar aku pun memainkan memekku dengan jari-jari tangan kananku. Kuraba-raba bibir vaginaku dengan cepat membuatku merasakan nikmat. Tangan kiriku kugunakan untuk meremas-remas payudaraku sambil sesekali juga memilin puting susuku.

Kurang puas hanya dengan jari, maka kuputuskan untuk mencari terong yang tadi kugunakan untuk masturbasi. Tapi saat sedang melihat sekeliling aku dikejutkan saat ada adegan seks lain yang sedang berlangsung. Adegan seks doggystyle seorang gadis dengan seekor anjing hitam.



Terlihat tubuh Agatha yang putih sedang menungging pasrah dan dibelakangnya ada Poek, si anjing hitam yang menggenjot memeknya dengan cepat. Lidah merah dan basah si anjing menjulur keluar di sela pompaan penisnya di lubang memek Agatha.

“Wah ci, jadi cobain juga ni kontol Poek? Gimana? Enak?”, godaku sambil mendekati Agatha yang sedang merasakan menjadi betina bagi si anjing hitam ini.

“Ahh ahh iyahh Sel.. dah gak tahan nonton doang jadi kontol ni anjing juga boleh dah.. mayan juga ni kontol Poek.. ahh ahhh..”, jawab Agatha sambil melenguh nikmat.

“Haha, enjoy ci. Jangan sampe ketagihan ya. Hihi.”, godaku lagi sambil lanjut mencari “dildo sayuran” untuk memuaskan nafsu birahiku.

Tiba-tiba terdengar jeritan penuh kenikmatan dari Diana. Kulihat tubuh Diana mengejang-ngejang beberapa kali hingga akhirnya ambruk ke tubuh keriput kakek Wagiman. Diana sudah orgasme rupanya.

Anastasya yang sudah tidak sabar lalu segera meminta jatah kontol kakek Wagiman. Diana yang baru saja klimaks pun menurutinya dan melepaskan diri dari si kakek dan duduk tidak jauh dari mereka.

Terlihat kontol super si kakek yang basah oleh lendir orgasme Diana masih tegak berdiri dengan gagahnya. Anastasya dengan liar menjilati kontol yang akan memberinya kenikmatan itu. Ia juga mengulum-ngulum batang kejantanan si kakek seperti sedang menikmati es krim batangan.



Dua menit kemudian Anastasya pun sudah menyiapkan posisi WOTnya. Ia menggenggam kontol perkasa kakek Wagiman dan ketika sudah pas ia pun mulai menduduki kontol itu.

“Ssshhh ahhh mantep kontol kakek.. i like it..”, lenguh Anastasya yang memeknya mulai terisi oleh kontol milik si kakek tua ini.

“Ohhhh memek neng juga enak.. sempit.. kakek suka..”, ujar si kakek menimpali pujian Anastasya.

Tidak perlu waktu lama, Anastasya sudah menggoyang pinggulnya naik turun memompa kontol hitam si kakek. Terdengar suara kulit yang khas saat adegan persetubuhan si mahasiswi dan kakek tua di atas lantai gubuk ini.

Melihat mulut si kakek yang sudah nganggur maka aku pun segera memposisikan memekku di atas mulut si kakek.

“Wah memek neng ga ada jembutnya.. hehe..”, ucap kakek Wagiman yang melihat mulusnya area vaginaku.

“Iyahh kek.. sengaja dicukur biar mudah kakek nyari lubang memekku.. nah makanya buat Selina enak yahhh pake mulut kakek..sshhh..”, ucapku sambil agak mendesah.

Mendengar itu si kakek pun menggunakan lidahnya mulai mengais bibir memekku dengan bersemangat. Lidahnya yang awalnya hanya di area bibir memekku kini segera menjelajahi ke rongga dalam memekku yang sudah basah ini.

“Ssshhh kakek pinter juga jilmeknya.. ahhh enak kek.. terus.. jilatin itil Selina juga..”, pujiku yang bercampur dengan desahan nikmatku yang sedang merasakan oral seks dari si kakek.

Saat sedang keenakan ini aku mendengar Agatha mendesah keras. Sepertinya ia mendapatkan orgasme dari Poek. Dan saat kulihat ke arah Agatha benar saja terlihat Agatha yang bergetar-getar dengan wajah yang puas.

Diana yang sepertinya masih ingin digenjot itu lalu melepaskan Poek dari tubuh Agatha. Lalu ia pun berbaring telentang sambil menarik si anjing hitam untuk berada di atasnya. Lalu Diana mengarahkan kontol si anjing hitam itu untuk mengenai liang senggamanya. Setelah pas masuk ke liang memeknya, Poek lalu terlihat segera mulai menggerakkan pinggulnya memompa memek temanku.

Sungguh gila apa yang terjadi di gubuk ini. Hanya nafsu birahi yang mengalahkan akal sehat kami, empat gadis muda yang mau bercinta dengan kakek tua dan seekor anjing.

“Aahhhhh fuckk.. i’m cumming!”, jeritan Anastasya yang sudah mendapatkan orgasmenya.

Tidak lama kurasakan juga vaginaku berdenyut kuat. “Ngghhh kek! Selina keluar! Aaahhhhh!”, lenguhku yang juga berhasil diantar orgasme hanya oleh permainan mulut kakek Wagiman.

Agatha yang melihat Anastasya sudah keluar tidak mau menyia-nyiakan momen. Ia pun lalu segera mengambil posisi berbaring telentang sambil mengangkang memamerkan vaginanya yang kemerahan dengan rambut kemaluan yang tertata rapi.

“Kek, posisi ini ya. Entot aku kek. Bikin aku keenakan juga ya..”, pinta Agatha dengan wajah sayu menatap kakek Wagiman.

“Siap neng. Kakek bakal bikin neng enak.”, jawab si kakek sambil mulai mengarahkan batang kejantanannya yang panjang ke memek Agatha.

“Aahhh kontol kakek gede banget.. berasa gak muat memekku kek..”, rintih Agatha yang memeknya sedang dimasuki oleh kontol kakek Wagiman.

“Tahan ya neng. Pasti bisa masuk koq.”, ujar kakek yang dengan sabar terus mendorong penisnya agar bisa masuk ke memek Agatha.

Tidak lama penis si kakek pun berhasil tenggelam di liang kemaluan Agatha. Lalu kakek Wagiman pun mulai menyodok-nyodokkan kontolnya ke vagina si mahasiswi ini. Tempo genjotannya termasuk cukup cepat untuk seseorang di usia kakek Wagiman.

“Ngghh ahh ahhh terus kek.. ahh ahhh ahhh!”, desah Agatha yang keenakan oleh sodokan si kakek pemilik gubuk ini.

Kulihat Diana yang masih disetubuhi oleh Poek di posisi konvensional. Terlihat kedua kaki depan anjing hitam itu berada di payudara Diana dan seolah sedang meremas payudara temanku itu. Diana terus mendesah-desah melampiaskan rasa nikmat seks yang tidak biasa antara dirinya dengan seekor anjing itu.

“Hi bitch. Gimana kontol anjing? Hihihi.”, tanyaku pada temanku yang sedang disetubuhi si anjing hitam ini.

“Ahh ahhh not bad.. dog dick can make me feel good too.. ohh ohhh..”, jawab Diana sambil tersenyum nakal.

Si Poek terdengar menggeram seolah sedang melenguh keenakan dengan lidah yang menjulur keluar. Bahkan air liurnya sampai menetes keluar dan jatuh ke perut Diana yang rata.

Bahkan anjing hitam ini kini menjilati perut hingga ke buah dada Diana. Sesekali lidah panjang si anjing ini mengenai puting susu Diana yang berwarna coklat muda itu. Ini membuat Diana makin mendesah-desah, “Ssshh ahhh damn.. enak banget jilatan ni anjing..”.

Kembali kuarahkan pandangan ke Agatha dan kakek Wagiman yang sedang berpacu dalam birahi. Terlihat buah dada Agatha tersentak-sentak seiring irama sodokan “rudal” si kakek tua di memeknya. Melihat susu si mahasiswi yang bergoyang-goyang itu membuat kakek Wagiman gemas dan ia pun meraih payudara kiri Agatha dan lalu diremas-remasnya. Payudara kanannya juga ikut diremas-remas dengan penuh nafsu.



“Susu neng putih banget.. kenyal gini.. kakek suka..”, puji kakek Wagiman sambil terus menikmati kekenyalan dan kehalusan buah dada Agatha.

“Sshh.. kalo mau kenyot susuku silakan kek.. ahh ahh..”, ucap Agatha mempersilakan si kakek untuk menikmati susunya.

“Baik neng kalo gitu kakek netek ya..”, jawab kakek Wagiman dan lalu mulutnya pun menyosor mendekati pucuk payudara Agatha dan segera mencaplok pentil yang menggoda itu.

Puting susu Agatha yang berwarna merah muda itu pun segera jadi bulan-bulanan bibir tebal kakek Wagiman. Tanpa ampun mulut si kakek menyedot-nyedot seolah ingin meminum air susu dari pentil Agatha.

‘Slrrrppppp… slllrrrrppppppppp..’, suara sedotan rakus bibir si kakek pemilik gubuk di puting susu Agatha.

Mendapat rangsangan seperti itu membuat pertahanan Agatha akhirnya jebol. Terlihat badan Agatha yang melengkung ke depan hingga dadanya membusung. Dari bibir Agatha yang tipis terdengar rintihan keras, “Ahhh aku nyampe… Ooohhhhhhhhhhh!!!!”.

Beberapa kali tubuh putih mulus Agatha bergetar-getar saat badai orgasme sedang melandanya, membuat si kakek agak kewalahan dan menghentikan genjotannya sesaat. Tidak lama Agatha pun berbaring dengan terengah-engah akibat mencapai puncak kenikmatannya.

Aku yang melihat sudah tiba giliranku pun tidak menunggu lagi untuk segera menagih “jatah” dari si kakek Wagiman. Sungguh perkasa kakek ini. Penisnya masih tetap tegak menantang walau sudah menghadapi 3 lubang sebelumnya. Harus diakui stamina kakek Wagiman memang luar biasa.

“Masih kuat kan kek? Hihi.”, tanyaku sambil mendekatinya. Agatha yang terlihat lelah tapi puas lalu pindah dari tempatnya.

“Masih koq neng. Kapan lagi bisa main sama gadis secantik neng-neng pada.”, ujarnya.

“Stamina kakek kuat juga ya. Selina salut.”, ucapku memujinya.

“Hehe, kakek kan dah biasa angkut air sama ambil kayu buat jadi bahan bakar di gubuk. Dan kakek juga sering minum jamu biar badan tetap kuat.”, jelas si kakek Wagiman.

Karena aku sudah tidak sabar lagi maka akupun mendorong si kakek untuk berbaring telentang. Lalu segera kugenggam batang kejantanan si kakek yang sangat panjang ini. Segera kukocok-kocok batang kontolnya sebelum mulai kujilati dengan bernafsu.

Saat sedang asyik menyepong si kakek lalu memintaku untuk memposisikan memekku di wajahnya. “Sini neng memek mulusnya biar kakek jilat lagi..”.



Aku tentu saja dengan senang hati memberikannya kesempatan menjilati memekku itu. Kini posisi kami pun menjadi seperti angka 69 dimana aku berada di atas sedang memberikan servis oral di kontol si kakek ini. Si kakek juga dengan semangat menjilati semua rongga vaginaku yang sudah basah itu. Terdengar suara kecipak air saat mulut dan lidah si kakek bermain-main di organ kewanitaanku itu.

Sekitar 3 menit kemudian kami pun menyudahi foreplay ini dan aku pun segera bersiap untuk menunggangi penis perkasa milik kakek Wagiman. Penisnya yang memang tebal ini tidak mudah untuk masuk ke liang memekku yang mungil ini. Walaupun memekku sudah sangat basah tapi tetap harus kubantu dengan merentangkan bibir memekku dengan dua jari. Lalu sambil kugenggam kontol si kakek untuk menancap di bibir memekku, aku pun mulai di posisi menduduki penisnya itu. Setelah kepala kontolnya mulai membelah bibir vaginaku maka aku pun mulai menurunkan tubuhku hingga kontol si kakek pelan-pelan mulai tertelan oleh liang senggamaku.



‘Bles’, akhirnya kontol super si kakek pun amblas ke dalam memekku walaupun memang tidak seluruhnya karena saking panjangnya. Ini saja sudah mentok hingga hampir mengenai rahimku.

“Ohhh nghhhhhh memekku jadi penuh banget kek.. kontol kakek luar biasa.. sshhhhhh..”, ceracauku menikmati sensasi memekku yang terisi hingga sesak ini.

“Ahhh memek neng ngejepit banget.. kontol bapak berasa dipijat gini.. enak tenan..”, kakek Wagiman yang keenakan memuji jepitan memekku.

Aku yang sudah beradaptasi dengan ukuran penis si kakek pun mulai menggerakkan pinggulku memacu kenikmatan. Libidoku yang tinggi menuntut pemuasan dan saat ini kontol super si kakek berumur 76 tahun ini lah yang bisa menuntaskan birahiku ini.

‘Plak Plok Plak Plok Plak’, begitu kuatnya tumbukan antara pahaku dengan paha si kakek hingga menimbulkan suara khas yang cukup keras.

“Ssshh ahh ahhh ahhh damn ahh ahhh ahhh!”, lenguhku yang sedang dimabuk birahi.

Aku yang sudah begitu terangsang ini pun meraih kedua tangan si kakek dan kuarahkan ke buah dadaku yang sedang berayun naik turun ini. Tanpa perlu disuruh, kedua tangan si kakek pun sudah memerah-merah buntalan susuku itu dengan gemas.

Kakek Wagiman terlihat begitu menikmati sensasi bercinta denganku ini. Kami saling bertatap mata dan sesaat kemudian kami sudah berciuman dengan panas. Lidah kami saling membelit di dalam mulutku bagai pasangan kekasih yang lama tidak bertemu.

Cukup lama kami saling bersilat lidah dengan panas sampai beberapa menit kemudian kurasakan aku sudah akan mendapat orgasmeku. Tubuhku pun mengejang-ngejang saat aku mencapai klimaks dari persenggamaan ini.

“Mmmmhhh… ohhh Selina nyampe kek.. aaahhhh!!!”, kulepas pagutan bibir kami dan melepaskan lenguhan keras.

Aku pun berbaring menelungkup di atas tubuh keriput si kakek untuk beristirahat. Tapi tiba-tiba kurasakan ada sebuah benda hangat dan basah menyentuh lubang pantatku. Lalu kulihat ke belakang ternyata Poek sedang bersiap di pantatku!

Tidak lama penis anjing hitam itu pun sudah memasuki liang pantatku lagi. Si kakek entah tahu atau tidak tapi ia kembali menggerakkan kontolnya untuk menghunjam memekku. Jadilah kini aku pun sedang disandwich oleh seorang kakek tua dan seekor anjing hitam! Sungguh gila dan liar!

Tapi sensasi nikmat dari dua penis di dua lubangku itu mengalahkan rasa maluku. Kuakui memang double penetration begini memberikan kenikmatan yang luar biasa. Terasa bagaimana penis-penis yang menggesek rongga-rongga di anus dan vaginaku.

“Ahhh ahhhh enak.. terus.. entot Selina.. ahh ahhh fuck me.. ahh ahh ahhh!!”, rintihku yang sudah dikuasai birahi ini.

"Ohh enak neng.. memek neng makin ngejepit..", lenguh si kakek yang ternyata juga merasakan nikmat dari seks bertiga ini.

Sambil menggenjot, kedua tangan si kakek pun meremas-remas buah dadaku dan ia juga memilin puting susuku seolah sedang memutar tombol radio. Aku yang ingin pentil sensitifku mendapat rangsangan lebih pun agak mengarahkan buah dadaku ke mulut si kakek. Tahu yang aku mau, kakek Wagiman pun segera mencaplok puting susuku ini. Mulutnya segera mengenyot pucuk payudaraku ini dengan kuat, membuatku makin menggelinjang kenikmatan di tengah seks double penetration ini. Terasa geli buah dada dan puting susuku yang terkena kumis tebal si kakek Wagiman. Apalagi giginya ada yang ompong memberikan sensasi lebih saat mulutnya menghisap pentilku itu. Sungguh sensasi yang memabukkan untukku.

Si anjing hitam bernama Poek ini pun dengan tempo cepat terus menghentakkan kontolnya keluar masuk liang pantatku. Terasa gesekan daging kontol anjing ini di dinding anusku menimbulkan sensasi aneh antara geli dan nikmat. Belum lagi kontol panjang kakek Wagiman yang seolah tidak ada capeknya terus disodokkan ke memekku ini.

Tidak lama aku mulai dibawa lagi menuju puncak kenikmatan. Sodokan-sodokan kontol di anus dan memekku ditambah hisapan mulut di puting susuku memang memberikan rangsangan yang sangat nikmat padaku. Kedua pejantan beda spesies ini tanpa kenal lelah terus memompa lubang anus dan vaginaku dengan sangat cepat. Aku hanya bisa merem melek dan terus mendesah-desah melampiaskan rasa enak ini.

"Aahh ahhh ahhh fuck me harder ahh ahh oohhh!", desahan-desahanku yang makin lama makin lemah karena sudah tidak ada tenaga.

Akhirnya kurang dari 2 menit kemudian vaginaku pun berkedut dengan kuat. Dari memekku menyemburlah cairan orgasmeku hingga membasahi kontol si kakek yang sedang keluar masuk di memekku. Kulepas jeritan nikmat melampiaskan orgasme yang dashyat ini, “Oohhhhh… fuckkk Aaaahhhhhhhhhhh!!”. Oh hebatnya klimaks kali ini. Aku mengejang-ngejang hebat sampai si kakek yang sedang memacu tubuhku agak kewalahan akibat kontraksi di vaginaku. Si anjing hitam yang sedang menyodomiku ini pun seketika langsung menggeram dengan kuat dan kurasakan semprotan spermanya beberapa kali di dalam lubang anusku.

“Neng, kakek udah mau keluar nih..”, ucap si kakek yang sebentar lagi akan orgasme.

Tiba-tiba terdengar Anastasya nyeletuk, “Eh keluarin di mulutku aja kek sini.”. Lalu si kakek pun menggeser tubuhku dan ia lalu mendekati Anastasya yang langsung menggunakan buah dada jumbonya untuk menjepit kontol si kakek. Lalu ujung penis si kakek segera dikulumnya. Anastasya menyepong penis si kakek pemilik gubuk ini dengan begitu nafsu.



Terlihat pipi Anastasya sampai menggembung saat kontol panjang si kakek sedang bersarang di mulutnya. Anastasya menaik turunkan tubuhnya sehingga seolah penis itu sedang menyetubuhi mulutnya dari bawah ke atas. Buah dadanya yang juga sedang mensandwich kontol itu juga naik turun dengan cepat. Sungguh hebat servis titfuck yang diberikan oleh Anastasya. Tidak lama si kakek pun melolong saat mendapatkan orgasmenya.

“Oohhhhhhhhh edan neng enaknya!!”, lenguh si kakek.

Kontol si kakek menembakkan begitu banyak sperma dan begitu deras semburan spermanya. Sungguh luar biasa bagaimana kakek setua ini bisa memiliki sperma yang sebanyak itu. Mungkinkah karena sudah lama tidak dikeluarkan? Yang jelas kini kami berempat malah rebutan untuk mencicipi sperma si kakek yang perkasa ini.

Berakhirlah seks gila dengan si kakek Wagiman di gubuk ini. Setelah itu si kakek pun memasakkan kami makan malam yaitu ikan yang ia pancing di sungai. Kami mengobrol seru dengan kakek Wagiman mengenai tempat-tempat di hutan ini.

Malam ini kami pun memutuskan menginap di gubuk si kakek karena kondisi hutan yang gelap tidak memungkinkan untuk berjalan pulang ke villa. Malamnya seperti dapat ditebak kami kembali bercinta dengan liar dengan si kakek dan si anjing hitam hingga 3 jam. Setelah lelah kami pun tertidur dengan pulas.

Esok paginya kami pun berangkat karena si kakek ingin mengajak kami mandi di air terjun yang memang searah dengan perjalanan pulang ke villa nanti.

Di air terjun kembali kami ngeseks dengan liar di atas bebatuan. Bahkan saat kontol si kakek sedang mengisi lubang memek salah satu dari kami, maka kami saling memuaskan satu sama lain dengan saling menjilat lubang vagina atau menggunakan pisang dan terong sebagai dildo. Memang hutan ini menambah sensasi erotis yang kami rasakan.

Akhirnya setelah puas bercinta di air terjun ini kami melanjutkan perjalanan. Kami sempat tiba di kamp penebang pohon dan bertemu para penebang pohon itu. Ternyata disana sedang ada bos penebang pohon itu sehingga mereka tidak berani macam-macam. Anjing pak Wanto akhirnya juga kembali ke dirinya.

Setelah itu kami kembali melanjutkan perjalanan hingga sampai di dekat villa si kakek Wagiman pun pamit. Ia bilang tidak akan pernah melupakan kami dan berharap suatu saat dapat kembali bertemu kami. Kami juga berterimakasih karena sudah dibantu saat tersesat di hutan dan tentunya karena sudah diberikan kenikmatan oleh keperkasaan kontolnya, hihi.

Sesampainya di villa, pak Somad pun menyambut kami. Ia bilang ia menerima SMS dari Diana yang bilang kami nginap di kamp penebang pohon. Lalu pak Somad ingin minta jatah seks dengan kami tapi kami semua kompak menolak karena memang sangat lelah setelah berpetualang di hutan. Pak Somad pun tahu diri dan tidak memaksa karena takut jika ia malah dilaporkan ke orang tua Diana. Tapi malam harinya kami pun kembali berpesta seks dengan si penjaga villa ini. Kembali pak Somad kewalahan harus meladeni kebinalan kami, hihi.

Keesokan harinya kami pun kembali ke jakarta. Sungguh petualangan yang begitu membekas. Banyak pengalaman seks baru yang kudapatkan dari jalan-jalan kami di bandung ini.


Seperti biasa sekolah pun kembali dimulai. Aku harus fokus jika ingin segera lulus SMA karena sudah pernah tinggal kelas. Untungnya nilai-nilai pelajaranku hampir semua cukup bagus kecuali untuk satu mata pelajaran yang memang aku sangat lemah, yaitu Fisika. Nilai ujianku waktu itu memang merah ditambah lagi quiz dan PRku juga selalu jelek.

Ini membuatku dipanggil oleh guru Fisikaku yang bernama pak Maliq. Ia sudah cukup tua, sekitar 60 tahun. Dari perawakannya sepertinya ia ada keturunan Arab. Dari gosip yang beredar bahwa ia adalah seorang duda yang ditinggal mati oleh istrinya. Perawakannya kurus dan tinggi dengan kulit coklat gelap. Hari ini aku pun dipanggil ke kantor guru untuk menghadap pak Maliq yang tentu saja untuk membahas nilai Fisikaku yang jeblok..










~ BERSAMBUNG ~


NB : Dilarang Mengcopy Cerita Ini Ke Blog / Website Manapun Tanpa Seizin TS.
Dp ama anjing ..sadhaaaappp suhuu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd