Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Sentuhan Bidadari (Angel’s Touch)

Episode 17

Seseorang mendobrak pintu. Pintu itu terhempas. Seseorang masuk dengan senapan shotgun. Beberapa orang dibelakangnya. Mereka mencari ke seluruh sudut ruangan sempit itu, namun tidak ada siapa-siapa di sana. Kami telah menghilang

“ THEY’RE GONE!” (Mereka menghilang)

“ IMPOSSIBLE!” ( tidak mungkin!)

Aku memeluk Dokter Sari tepat sebelum pintu itu terbuka. Aku memejamkan mata dan saat itu juga kami berpindah ke telaga mimpi. Dokter Sari melihat ke sekelilingnya. Ia seketika bingung. Saking bingungnya ia lupa kalau ada pria yang memeluknya. Aku melepas pelukanku.

“ aku di mana? Apa aku sudah mati?”

Dokter Sari lalu berbalik dan menatapku heran

“ siapa kau sebenarnya?”

Ia menatapku tenang meski aku berdiri bugil dengan kontol berdiri di depannya. Ia tidak menganggapku ancaman. Aku mendekat dan ia juga mendekat sambil masih menatapku heran

“ aku teman Billy”

Ia perlahan mundur. Ia kembali ketakutan

“ Bi…ly? Jangan… ampun”

Lirihnya pelan. Ia memegangi kemaluannya. Aku mengambil sesuatu dan menutupi tubuhku. Ia melirik kontolku dengan penuh rasa takut. Kenapa ia takut ketika mendengar nama Billy?

“ aku tidak berniat jahat. Aku datang menyelamatkan kamu”

Ia semakin bingung. Ia lalu diam namun ia masih takut aku semakin mendekat

“ bukankah Billy yang membuang ku ke rumah sakit jiwa itu?”

Billy membuangnya ke rumah sakit jiwa? Ini pasti ulah Eros.

“ ia bosan denganku, dan membuang ku begitu saja. Merebut harta orang tuaku.”

Ucapnya pelan. Aku sangat yakin itu Eros

“ pria yang kau kenal itu bukan Billy. Ia iblis yang menjelma menjadi orang lain”

Jawabku. Ia diam sejenak

“ itu tidak masuk akal. Tapi, entah kenapa aku percaya. Aku seperti tidak mengenal Billy. Ia berubah. Hari itu, dari cara kami bercinta lalu cara bicara sampai cara menatapku, ia terasa seperti orang lain. Lalu ia membuangku begitu saja”

Jawabnya. Dokter Sari lalu menunduk dan membasuh wajahnya dengan air telaga. Luka di wajahnya menghilang. Ia diam sejenak. Ia merasa sesuatu yang berbeda. Wajahnya menjadi lebih bersinar dan umurnya seperti menjadi lebih muda. Ia menceburkan dirinya ke dalam telaga itu dan ketika ia keluar, ia menjadi jauh lebih muda dan manis dari kami pertama bertemu dahulu

“ sihir apa ini?”

Teriaknya terkejut. Ia lalu tertawa. Ia lalu berenang-renang di telaga itu. Rambutnya menjadi merah. Aku pun terkejut dengan apa yang aku lihat. Cincin dan cermin keramat ku tergeletak di lantai. Aku meraih cincin itu lalu mengenakannya. Saat itu juga aku berubah menjadi Billy.

“ Sari”

Ia lalu menoleh. Senyumnya seketika menghilang. Ia menatapku dengan takut. Badannya gemetar. Ia perlahan mendekat namun ia justru perlahan mundur

“ ini aku. Percayalah”

Ucapku. Ia masih menatapku dengan takut

“ Bi…..Billy?”

Tanyanya pelan. Aku mengangguk

“ Maafkan aku.”

Sari berlari keluar telaga, membuka seluruh pakaiannya, lalu ia memelukku. Ia pejamkan matanya lalu menangis

“ aku tahu siang itu ketika kau menjamahku, kau seperti orang lain. Ternyata ia memang bukan kau”

Bisiknya sambil terus menangis. Aku memeluknya erat

“ aku tidak mungkin menyakitimu Sari. Ingat itu. Kau menyelamatkan hidupku”

Sari pun mengangguk. Ia rangkul leherku dengan kedua tangannya, mendongakkan kepalanya, lalu ia cumbu bibirku dengan nafsu. Tangannya lalu menahan kepalaku dan ia terus mencumbuku dengan nafsu. Aku dekap ia erat sehingga kontolku menghimpit selangkangannya dan terus mencumbunya liar

Sari mendesah liar. Ia pejamkan mata, melahap bibirku tanpa ampun. Aku angkat kedua kakinya dan menggendongnya. Ia dengan reflek mendekapku lebih erat. Lidahnya melilit-lilit lidahku, bibirnya menghisap nafsu, Sari meluapkan seluruh nafsu di dalam dirinya, mengecup bibirku tanpa ampun. Ia tiba-tiba melepaskan cumbuannya, lalu berbisik

“ Billy….. rupanya ini memang kamu”

Aku menusukkan kontolku ke memeknya. Sari memekik panjang. Darah segar mengucur. Kontol besar dan berurat itu masuk ke memeknya yang kembali perawan. Dinding memeknya seperti menggigit dan meremas kuat kontolku. Tubuhku seketika terasa segar. Ototku makin kuat. Aku seperti sedang menggenjot memek Jessika. Wajah Sari memerah, ia mendesah lemas dan hampir orgasme

Aku menggenjotnya kasar. Aku sudah lama tidak menikmati memek senikmat itu. Sari memekik keras. Toket mungilnya berguncang-guncang. Aku dekap ia kuat dipelukanku dan menggenjot memek perawannya kuat dan tanpa ampun. Sari melahap leherku nafsu dan tidak lama, memeknya menyemburkan cairan hangat dengan kuat. Ia orgasme hebat

Cairan orgasme menetes hingga ke lantai. Aku masuk menggenjotnya kasar. Ia lahap leherku, lalu lidahnya naik ke telingaku. Ia kecup telingaku sambil berbisik lirih menyebutkan namaku.

“ Billy…… “

Ia meremas tubuhku kuat. Ia menghentikan kecupannya dan menatap wajahku lemas. Ia tertawa lemas, menatapku dengan wajah mupengnya. Ia memekik lemas dan tidak lama, ia mencapai orgasme untuk kedua kalinya

“ ahhhah ahh ahhhh ahhhh ahhh”

Sari bahkan tak kuat menyebut namaku lagi. Orgasme keduanya lebih deras dan hebat dari sebelumnya. Aku mencabut kontolku dan cairan orgasmenya menyembur deras membasahi tubuhku. Aku dekap dia erat, lalu membaringkan tubuhnya di lantai

Sari lalu mencolok memeknya dengan jarinya. Ia pun mastrubasi. Aku menindih wajahnya dengan kontolku, memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Ia melahap kontol besar itu dan hampir tersedak. Aku julurkan lidahku, melahap memeknya dengan liar

Aku menggenjot bibirnya dengan nafsu. Ia sedikit mendorongku. Aku membalikkan badan sehingga ia kini di atas dan aku di bawah. Ia kini menggenggam kontolku, dan lebih leluasa melahapnya dengan bibirnya.

Ia mengocok kontolku dengan kedua tangannya. Mulutnya melahap kepala kontolku, mengecupnya nafsu dan memompa dengan liar. Sari mengerahkan sisa-sisa tenaganya memuaskan kontolku besarku. Aku menangkap paha mungilnya, meremasnya nafsu, dan terus menjilati memeknya.

Sari melepas kontolku dari bibirnya. Nafasnya terengah-engah. Kocokannya semakin kuat. Ia terus mendesah dan tubuhnya semakin menggeliat. Ia lahap kembali kontolku dan memompanya kencang tanpa ampun.

Sari duduk membelakangi wajahku. Ia menunggangi kontolku, memekik panjang dan mendongakkan kepalanya. Ia mendesah panjang hingga kontol 30 cm lebih itu tenggelam seluruhnya di dalam memeknya. Ia menggigit bibir bawahnya dan dengan sekuat tenaga, ia mulai menggenjot kontol besar itu dari atas dengan kencang

Pekikannya semakin kuat. Aku menahan pinggulnya dan menggenjot dari bawah. Wajahnya memerah. Pekikannya semakin kencang dan kuat. Kedua selangkangan kami bertepuk hebat. Aku genjot memeknya makin ganas, dan tubuhnya semakin menggeliat hebat di atas tubuhku

Aku pun bangkit sehingga kini aku duduk memangkunya. Aku remas buah dadanya dari belakang. Aku lahap lehernya dari belakang dan melahapnya nafsu. Kontolku mulai berkedut. Suara tepukan selangkangan kami semakin kuat. Memeknya semakin becek. Suara gesekan kedua kemaluan kami semakin memancing nafsuku hingga tak lama penisku berkedut dan aku pun ejakulasi hebat

Sari memekik panjang. Ia juga mencapai orgasmenya. Kami keluar bersama-sama. Ia menengok kebelakang, dan dengan nafas terengah-engah ia bersandar di pelukanku. Kontolku berkedut-kedut memuntahkan sperma. Cairan kami bercampur aduk. Kami sangat puas. Aku memeluknya mesra dari belakang, menikmati sensasi crot dalam yang luar biasa.

Pagi itu aku terbangun di pelukan Suster Siska. Aku sempat memindahkan Dokter Sari ke rumahku dan ia tidur di sana. Aku kembali sebagai Santo lalu tidur dipelukan Suster Siska. Ia tidak sadar aku berpindah pergi. Ia tidur sangat nyenyak

“ langsung sarapan? Ga minta jatah dulu?”

Tanya Suster Siska. Aku tertawa geli. Suster Siska membuka pakaiannya dengan pasrah, lalu mulai menunggangi tubuhku. Kami pun melakukan sex di pagi itu sebelum sarapan

Aku mengantar Siska ke tempat kerja. Aku mengenakan seragam namun aku tidak kerja hari itu. Siska melambaikan tangan lalu berjalan masuk ke rumah sakit. Aku sudah izin dan saat itu juga aku menepi ke jalan sepi, lalu berubah menjadi Billy dan berganti pakaian. Aku memakai hoody dan masker agar orang tidak mengenaliku

“ Billy!”

Aku kembali ke rumah. Sari sudah terbangun dan terduduk bingung. Ia bangun ketika melihatku dan langsung memelukku

“ apa yang terjadi selama ini? Siapa kau sebenarnya? Apa arti semua ini?”

Ia masih bingung dengan apa yang terjadi. Aku pun bingung bagaimana menjelaskannya. Semua ini asing dan mustahil bagi manusia biasa

“ paling tidak jelaskan, ke mana kau selama ini? Bagaimana bisa ada dua dirimu? Apa kau kembar? Siapa laki-laki yang menyelamatkan aku itu?”

Aku semakin bingung bagaimana menjelaskannya. Aku peluk dia dan aku masih takut memperlihatkan wujudku yang sebenarnya

“ ingatlah kalau aku tidak mungkin menyakitimu, Sari”

Sari lalu memelukku. Aku membawakan pakaian baru untuknya. Ia berganti pakaian lalu menutupi wajahnya dengan masker. Ia mengenakan helm dan kami berkendara keluar gang.

Aku mengantar Sari ke rumah orang tuanya. Ia turun dari motor itu. Ia membuka pagar namun rumah seorang satpam segera menghalanginya.

“ mbak! Mbak! Bentar! Mau ketemu siapa?”

Sari lalu menyebut nama ayah dan ibunya. Satpam itu bingung. Mereka tidak tinggal di sana lagi. Sari terdiam. Ia baru ingat Billy yang satunya merebut hampir semua harta keluarga dan menjadi sangat kaya. Seseorang mulai memperhatikannya. Aku sadar ia mengenaliku dan juga Sari

“ Sari, kita harus pergi”

Bisikku dari belakang. Sari mengangguk. Ia mengenakan helm serta maskernya dan kami segera pergi.

Kami berhenti di sebuah gang. Sari tertunduk lesu. Ia berdiri menghadap dinding, dan diam di sana cukup lama. Ia sangat putus asa

“ aku ga tahu ke mana mau cari Mama Papa aku”

Ucapnya menahan tangis. Aku merogoh tas dan melirik cermin bidadari itu. Cermin ini tidak berfungsi padaku. Tapi karena cermin ini aku dapat kembali ke telaga mimpi. Apa cermin ini dapat membantu Sari

“ Billy!”

Sari berteriak memanggilku. Sebuah mobil berhenti menghalangi jalan masuk gang. Empat orang turun dari mobil. Mereka semua mengeluarkan tongkat. Aku naik motor dan hendak lari berlawanan arah, namun dua motor brimob muncul dari arah berlawanan. Empat orang brimob turun dan menodongkan senapan AK mereka. Sari mengangkat tangan sambil melepas helm dan maskernya

Sari berjalan menghampiri ke empat brimob itu, berpikir kalau ia mungkin aman dengan mereka. Namun aku melihat tatap mata mereka dari balik topeng itu. Mereka bukan dipihak kami. Jemari mereka sudah siaga dipelatuk. Mereka siap menembak kami entah dengan peluru karet atau bahkan peluru tajam.

“ Sari!”

“ RTTTT!”

Aku memejamkan mata. Aku memeluk Sari dari belakang dan suara tembakan terdengar. Kami berpindah ke telaga mimpi. Aku menyelamatkannya dari tembakan itu. Sari menatap sekelilingnya dengan bingung

“ kenapa ini?”

Tanyanya bingung.

“ Aku menyelamatkanmu. Mereka hendak menembak kita”

Jawabku. Sari menatapku heran

“ tembak? Kenapa? Bukannya mereka polisi”

Aku pun menggeleng kepala

“ Aku juga bingung. Sepertinya tidak ada yang bisa dipercaya di saat seperti ini”

Semua terjadi begitu cepat. Aku tidak tahu ada orang yang akan mengejar kami, bahkan sampai ada oknum bayaran yang hendak menembak kami. Aku hampir membuat Sari terbunuh. Eros bukan lawan biasa. Ia sangat berbahaya.

“ apa ia mempengaruhi mereka? Atau membayar mereka?”

Gumamku bingung. Semuanya mungkin. Sari masih menatapku heran

“ kenapa? Kenapa?”

Tanyanya heran. Aku menggeleng kepala

“ Tidak apa-apa. Kita harus pergi”

Seperti biasa semua gadis yang pernah aku tiduri muncul di telaga mimpi. Aku dapat berpindah ke dekat mereka dengan meraba tubuh mereka. Saat itu pagi dan hampir semua orang sedang bekerja. Aku melihat Suster Caca terbaring di kasur dengan selimut dan aku segera memegang tubuhnya sambil menggandeng Sari

“ astaga! Kok bisa?”

Sari terkejut ketika suasana sekitar tiba-tiba berubah menjadi kamar Suster Caca

“ ngggghhhh”

Suster Caca mengingau pelan. Ia sangat mengantuk sampai-sampai suara keras Sari tidak membangunkannya

“ Caca?”

Sari kembali kaget waktu ia melihat Caca. Ia menatap sekitar dan meraih foto Caca di dekat kasur. Caca terbangun dan membuka matanya pelan

“ Billy!”

Ia seketika bangun dari selimutnya, terkejut melihatku berdiri di dekat kasurnya.

“ um hai?”

Jawabku santai. Caca menengok ke sebelahku dan ia pun melihat Dokter Sari

“ eh Dokter Sari?”

Tanyanya heran lagi

“ ga lagi Ca, sekarang aku bukan dokter lagi”

Sahut Sari

“ duh, kebiasaan. Mangga kak, duduk dulu. Gimana kalian masuk?”

Pintu kamar itu terkunci rapat. Tentu saja ia bingung bagaimana kami masuk. Tapi Caca tidak terlalu mempermasalahkannya. Ia menarik handuk untuk menutupi selangkangannya karena gaun piyamanya yang pendek. Ia lalu berganti pakaian saat kami keluar, lalu ia keluar kamar dan menyiapkan teh untuk kami berdua

“ Kak Sari bukannya di Amerika sama Billy? Kaloan dah married?”

Sari tertawa kecil.

“ kamu ga tahu apa yang terjadi di Amerika?”
Caca menggeleng kepala

“ aku jarang kepo sih. Sibuk terus soalnya. Kerjaan numpuk tapi gaji umr doang”

Sahutnya sambil tertawa kecil. Sari ikut tertawa

“ baguslah”

Sahutnya singkat.

“ kak Sari makin cantik sekarang. Makin kelihatan muda. Kalian pasti Happy banget”

Ucap Caca polos saat melihat Sari. Sari makin tertawa. Caca benar-benar tidak tahu apa yang terjadi

“ di minum dulu kak, Billy,”

Kami mengambil teh itu dan meminumnya. Teh itu hangat dan segar. Jam menunjukkan pukul 10 dan ia baru bangun. Caca mungkin baru pulang dari shift malam dan akan kerja sore nanti.

“ nah, hari ini aku off. Jadi santai. Besok baru masuk jam 5”

Jawabnya santai. Ia masih satu rumah sakit dengan Suster Dewi. Aku ingat ia enggan merawatku dan menatapku jijik ketika aku menjadi Santo. Tapi aku tidak terkejut. Ia berusaha menempel tapi aku terus menghindari dengan duduk di dekat Sari

“ kita ga aman di luar sana, gimana kalau kamu di sini dulu?”

Sari mengangguk. Eros punya banyak orang di bawah sana, atau bisa jadi ia bisa mempengaruhi siapa saja. Tidak ada yang aman. Namun ia tidak mengenali Caca jadi kurasa kami aman di sini daripada di jalanan yang banyak mata dan cctv.

“ aku nginep di rumah kamu, gapapa kan?”

Tanya Sari kepada Caca. Caca dengan semangat mengangguk

“ boleh kok kak. Santai aja! Billy juga mau nginep?”

Aku menggeleng kepala. Aku berbisik mungkin lebih aman jika Sari berjalan di luar sana dengan Santo, karena wujudku terlalu mencolok dan di kenali banyak orang. Sari hanya diam dan mulanya ragu. Namun ia mengangguk pasrah dan menerima saranku

“ aku takut. Kamu ga ninggalin aku lagi kan?”

Aku menggeleng kepala dan memeluknya. Andai dia tahu siapa Billy yang sebenarnya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd