SERULING BAMBU
BAB 21
BENCI DAN RINDU
Bima masih tak percaya akan kejadian dia bisa memeluk Kirana…
Benar2 kehangatan cinta Kirana dirasakannya…
"Sudah meluknya sayang? Hi hi hi….
Sekarang kamu berlatih jurus yang aku baru ajarkan ya….
Gelatik bermain Angin…
Saat kau bergerak sebisa mungkin kau sandarkan semuanya pada perasaanmu ya sayang…
Lepas sajalah…
Yakinlah pada ketajaman perasaanmu dalam bergerak dan memainkannya…"
"Haaash… baru juga peluk sudah disuruh berlatih…
Ha ha ha…
Ok ok nona manis…
Lihat abang berlatih ya…"
Kemudian Bima memulai latihannya…
Awalnya gerakan2annya ringan dan lambat…
Tapi semakin lama semakin cepat dan bertenaga…
"Matamu tolong dipejamkan ya sayang…..
Gunakan suara serulingmu dan gemanya untuk mengenali keadaan sekitar…
Kuatkan semua indera pendengaranmu dan rasa mu"
Entah kenapa, bisikan Kirana sebenarnya pelan namun nampak jelas di telinga Bima…
Kemudian Bima mulai memejamkan matanya…
Entah kenapa seolah semua rasa yang ada pada dirinya kini begitu kuat untuk bisa mengenali sekitarnya, seolah dirinya tak sedang memejamkan matanya…
Tiba2…
BUUK…
Tubuhnya terkena lemparan batu…
"Sayang konsentrasi yang kuat…
Aku masih bisa melakukan serangan dan masuk…."
Rupanya Kirana melontarkan jentikan2 batu yang seolah serangan pada tubuh Bima…
Swiinggg….
Swiinggg…. Buuk..
Beberapa kali masih saja lontaran batu Kirana masuk mengenai tubuh Bima…
"Sayang masih kurang cepat reaksinya….
Ayo dong…
Ntar dikasih cium deh sama Kirana….
Hi hi hi"
Bima ternyata masih bisa lebih cepat lagi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Kirana…
Swiiinggg
Swiiinggg
Swiiinggg
Lontaran2 baru mendesing2 menuju titik kelemahan Bima, namun semuanya bisa dielakkan oleh bima…
"Hi hi hi menghindarinya sih mudah…
Ok sekarang sambutlah batu2 ini dengan seruling bambu mu…."
***
Sekali lagi Bima mempercepat gerakannya hingga serulingnya bersuara dengan lengkingan khasnya…
Membentuk nada2 yang sungguh sangat magis, seolah tangisan seorang anak gadis…
Kadang seolah raungan macan…
Apa saja…
Semua nada2 seram muncul dari serulingnya dan itu bagi orang biasa akan nampak menakutkan dan sebenarnya bagi lawannya akan menggetarkan hatinya…
Swiiingg
Swiiingg
Swiingg
"Hi hi hi mas, masih lolos batu2nya….
Masih kurang cepat gerakannya mas….
Suara serulingnya kurang membetot sukma…
Ingat mas, jurus ini adalah jurus raungan pembetot sukma…
Satu rangkaian paling gila dalam burung gelatik bermain angin…."
Swiiingg…..
Swingg… pletak…
Swiinggg….
Swiinggg…
Swiingg pletak…
"Hi hi hi….
Masih 2 dari lima batu yang kena mas…..
Lebih konesntrasi mas….
Ayoo jangan lemas…."
Bima lebih mempercepat lagi gerakannya, matanya sekarang benar2 terpejam, tadi Bima masih takut2 menabrak sesuatu sehingga langkah2nya dia buat sangat hati2…
Tapi lemparan2 batu Kirana semakin membahana…
Kecepatannya semakin tinggi…
Dua konsentrasi bagi Bima…
Menjaga langkahnya agar tudak menabrak pohon atau batu atau bangunan…
Satu lagi merabai ke arah mana batu2 terlempar…
Kirana masih ber hi hi hi sambil melempar atau menjentik batu semakin cepat…
Semuanya mengarah ke sela2 pepohonan dan semakin sulit dijangkau…
Suara tertawa Kirana merupakan gangguan tersendiri sebenarnya, karena dilakukan dengan menggunakan tenaga dalam nya juga guna memecah konsentrasi…
Entah kenapa akhirnya Bima menutup segala indranya terutama telinganya agar tak terganggu oleh suara2 tertawa Kirana yang memang sengaja menganggu…
Digunakan semua rasanya….
Energi bathinnya….
Lebih tepatnya getaran bathinnya untuk mendeteksi keberadaan semua hal yang ada disekelilingnya…
Akhirnya dengan semua kemampuan yang ada dan dengan energi bathinnya Bima bergerak…
Semakin lama semakin cepat 2x 3x hingga akhirnya tubuhnya lenyap saking cepatnya yang nampak hanyalah gelungan kabut sisa gerakannya…
Kecepatan Bima sungguh sudah menyamai kecepatan Kirana tadi…
***
Kirana menjentik batu2nya lebih gila lagi, lwbih banyak dan lebih cepat dan mengarah pada kerimbunan pepohonan atau tempat2 yang sempit…
Dan entah kenapa tak ada suara desingan sama sekali dari batu2 itu…
Rupanya Kirana memang sengaja meredam kecepatannya dengan menjentik dengan cara tertentu sehingga desingannya tak teraba sama sekali…
Tak tak tok tok..
Tak tak tok tok…
Ramai suara batu2 kena pukul jatuh oleh Bima….
Sekalipun semakin banyak, sekalipun semakin cepat dan sekalipun tak terdengar tapak desingan lajunya batu…
Bima seolah bisa menjangkaunya….
Lama2 batu2 yang dijentik oleh Kirana berkurang dan tak lagi ada batu yang dijentik oleh Kirana…
Bimapun memperlambat kecepatannya dan kemudian berhenti….
Plok plok plok…
"Cihuiii mas Bima sekarang luar biasa….
Sini Kirana kasih hadiah cium…
Muuuaaaachhhh"
Karina memeluk Bima dengan erat dan wajahnya sangat bahagia melihat kemajuan kemampuan Bima…
Gelagapan akibat dipeluk Kirana akhirnya Bima sekaligus menggendongnya dan membawanya duduk di saung2an di kebun belakang tersebut...
***
"Mas tahu tidak kalau yang Kirana ajarkan adalah ilmu puncak dari Gelatik Neba mas…?
Dan itu tak diajarkan selama beratus tahun ?"
"Eh….
Iya gitu kenapa ?
Bapak dan paman apa ga bisa juga ?"
"Hi hi hi….
Nanyanya kaya tembakan pak tentara iih…
Namanya ratusan tahun tak diajarkan ya pasti lah bapak dan paman Winoto mu tak bisa juga lah…
Itu ada hubungannya dengan suling ini mas…
Karena yang bisa mempelajarinya ya pemilik suling ini…"
"Lha kamu kok bisa ilmu itu sayang…?"
"Emmmmm….. Gimana ya bilangnya…."
"Mmmm ?"
"Sepertinya aku harus cerita soal ilmu ini deh…"
"Apapun lah itu…."
"Mmm dulu kala ada raja yang bijaksana mas…
Namanya Airlangga…
Beliau sangat sakti mandraguna dan sangat bijaksana…
Ilmu beliau yang paling hebat adalah Banyumili, atau air mengalir…
Entah itu seperti apa ilmunya aku tak paham mas ..
Cuma ilmu itu memang luarbiasa dan sangat bisa diandalkan…"
"Banyu mili, rasanya pernah dengar aku ya….
Gerakannya kaya orang menari kalau ga salah…
Apa hebatnya itu ?"
"Hi hi hi ilmumu sendiri apa bukan kaya orang menari sayang….? Kira2 hebat ngga..? Jangan pandang remeh kelembutan ya…."
"Eeeh iya ya… gerakan ilmu yang pamungkas kayaknya mirip2 gerakan banyu mili ya…? Dulu ada pekerjanya Bapak yang mempelajari itu sebagai ilmu leluhurnya soalnya"
"Mmmm gitu ya…..
Aku lanjut ceritanya ya sayang…?"
"Mmm silahkan sayang…. Maaf ya tadi interupsi"
"Hi hi hi muaach ga papa kok…
Nah Raja Airlangga ini kemudian menjadi seorang pertapa setelah membagi kerajaannya menjadi 2, masing2 bagian buat 2 orang anaknya.
Selama bertapa, Airlangga ditemani anak perempuannya yang nanti akhirnya menjadi pertapa juga…
Juga ditemani seorang pemuda gagah yang menjadi muridnya…
Keduanya belajar dari Airlangga…
Cuma si murid lelaki ini mempunyai kecenderungan pamer tenaga yang besar…
Dia belajar banyu mili khususnya bagian2 yang menggerakkan tenaga besar..
Sehingga melupakan hal2 yang lembut dan mengalir…
Serangan2 nya luar biasa ganas…
Airlangga melihat itu sebagai salah satu wujud air yang memang bisa menggilas habis, laksana air bah dan banjir bandang…
Namun semakin lama semakin keras wujud ilmu yang diperagakan oleh sang murid, sehingga hilang watak airnya yang lembut dan kadang juga melenakan…
Watak air yang bijaksana dan mengalir memberi kehidupan...
Oleh sang guru, si murid tadi di peringatkan sifat kebijaksanaan namun apalah daya sang murid tak mau mendengarkan sama sekali…
Hingga akhirnya sang murid pergi meninggalkan gurunya dan mencari ilmu lainnya yang mendukung wataknya tang telengas dan suka melibas habis dalam pertempuran…
Itulah akhirnya sang guru sedih dan nelangsa akan nasib ilmunya…
Yang akhirnya entah bagaimana ceritanya lenyap tak karuan….
Sementara sang anak perempuannya suka dengan gerakan2 lembut dan kelincahan juga seolah tenggelam dalam kesukaannya dalam berlatih dua hal tadi…
Sang anak akhirnya membuat satu jenis aliran tersendiri karena kesukaannya, yaitu Gelatik Neba…
Karena terinspirasi dengan gerakan2 burung gelatik yang bergerombol dan sedang menyerbu sawah yang penuh padi...
Air adalah air…
Ada kalanya lembut lincah mengalir dari celah2 bebatuan dan kadang dia ganas melibas…
Kedua muridnya ternyata memilih jalan yang sesuai dengan kharakternya…
Satu sangat keras dan telengas dan penuh kekuatan melibas…
Satu sangat lincah dan seolah menari penuh kelembutan dan keriangan…
Oleh sang ayah, sebagai penutup ilmu yang kemudian dinamai gelatik neba dibuatkannya penutup yang sangatbluar biasa yakni gelatik bermain angin…
Wujud kasih sayang ayah pada puterinya….
Angin yang diambil ini juga mempunyai watak sama sebenarnya dengan air…
Kalau air yang dipelajari oleh Raja Ailangga yang kemudian menjadi pertapa adalah watak airnya…
Dalam pembuatan ilmu gelatik bermain angin, sedikit berbeda…
Yang diambil oleh sang resi atau sang Resi Aji Paduka Mpungku Sang Pinaka Catraning Bhuwana nama julukan kebesarannya adalah bagaimana menghadapi air justru…
Menghadapi angin…
Seolah ilmu yang bisa menaklukkan ilmunya sendiri…
Tapi sebenarnya bukan, inilah ilmu yang bisa berpasangan dengan ilmu airnya...
Dan kala senggang sang ayah kadang suka berlatih bersama dengan sang anak guna menyelaraskan kedua ilmu tersebut…
Tahukah kamu kenapa sang ayah mengajarkan ilmu ini ?"
"Ya mana tahu aku ?
Mmm rasanya ada hubungannya dengan sang murid deh"
"Hi hi hi hi….
100…. Sang murid ini kemudian ternyata termasyur sebagai ahli ilmu keras…
Dirada Meta…
Gajah yang mengamuk…
Kesaktiannya luar biasa, kebal senjata dan sangat ganas…
Dalam palagan atau pertempuran tak pernah ada kata maaf…
Semua dilibasnya habis…
Tanpa belas kasih…"
"Bisa begitu ya….?
Sang Airlangga atauResi Aji Paduka Mpungku Sang Pinaka Catraning Bhuwana tentunya sedih hati ya…?"
"Hi hi hi tidak lah…
Karena sang murid bagaimanapun telah membaktikan kemampuannya di salah satu kerajaan anaknya di kerajaan Jenggala sebagai patih perang…
Dan menurunkan ilmunya pada cucunya, pangeran di Jenggala…
Makin lama kerajaan Jenggala ini makin kuat saja karena kehadiran patih yang memang gemar perang ini…"
"Mmmm….
Sepertinya sang Resi Aji Paduka Mpungku Sang Pinaka Catraning Bhuwana akan mengutus sang puteri ke kerajaan Kediri ya…"
"Hi hi hi tepat, sebagai penyeimbang kedudukan Kediri terhadap Jenggala…
Bagaimanapun juga harus ada yang bisa dan mampu menghadapi keganasan ilmu Dirada Meta ini dan memang kehendak sang resi untuk menurunkan segenap kemampuannya melalui murid2nya…
Akhirnya ilmu Gelatik Neba ini dipelajari luas dikalangan putra putri keraton Kediri sama dengan dipelajarinya Dirada Meta di Jenggala…"
"Mmmm jadi sering ya kedua ilmu tersebut berhadapan ?"
"Ya iyalah, tapi selalu dalam keadaan persahabatan sih…
Masing2 bergantian saling mengalahkan tergantung sampai dimana keuletan mereka belajar…
Keduanya sangat luar biasa kala bertempur bersama sama seolah berpasangan antara keras dan lembut..
Akhirnya putra putri keturunan Airlangga ini karena kesatuan ilmunya bisa juga tertarik atau saling tertarik dan menikah…
Itulah yang membuat kedua kerajaan pecahan kerajaan Raja Airlangga…
Ilmu itulah sumber bersatunya kedua kerajaan…"
"Waaaah…. Bagus betul ya….
Roman klasik…"
"Hi hi hi…
Iya sih mas….
Tapi… ada tapinya….
Itu karena sang pewaris ilmu glatik neba tak diajarkan ilmu gelatik bermain angin oleh sang resi putri…"
"Maksudnya ?"
"Ilmu yang mas pelajari barusan khusus dibuat untuk mengalahkan pewaris Dirada Meta, bukan untuk mendampingi…
Selama di kerajaan Kediri itu sang resi putri tidak menemukan atau belum menemukan pangeran atau putri yang sesuai dengan hatinya untuk diajarkan ilmu gelatik bermain angin tersebut…
Sementara kondisi aman tenteram selalu sampai menikahnya putra mahkota dari Jenggala dengan putri dari Kediri…"
"Oowww begitu….
Setelah itu pasti bakal diturunkan dong….
Soalnya Banyu Mili, Dirada Meta dan Glatik Neba sudah menjadi ilmu yang tersebar luas khan ?"
"Mmmm ketiga nya malah justru jarang dipelajari lagi waktu itu…
Hi hi hi…
Karena sulitnya Banyu Mili jarang dipelajari…
Apalagi sifatnya yang welas asih membuat yang mempelajarinya sulit menggunakan di medan perang…
Dirada Meta terlalu telengas, seolah buta ijo grusa grusu juga sulit berkembang, hanya satu dua orang yang belajar itupun lama2 hilang…
Hanya satu pangeran yang belajar itu…
Sang Pangeran yang juga patih perang…
Senopati Perang...
Glatik Neba memang akhirnya menjadi ilmu yang banyak dipelajari di kalangan luas terutama para prajurit. Karena sifatnya khas dan bisa digunakan secara bersama2 atau beregu…
Namun makin lama makin hilang juga wataknya karena penyesuaian sana sini untuk tujuan praktis peperangan…
Hanya satu Pangeran yang mempelajarinya hingga tuntas…
Yakni leluhurmu itu…
Yang menjadi Patih Bidang Perdagangan dan Kebudayaan…
Hi hi hi
Aku tak tahu gelar jabatannya, pokoknya ga ngurusi perang saja…"
"Oww gitu…..
Lantas bagaimana hilang dong itu ilmu ?"
"Hi hi hi…
Disitulah watak manusia yang akhirnya berubah…
Rakyat gemar membanding2kan keduanya sebab sama2 sakti sama2 prajurit sejati, sekalipun leluhurmu itu bukan senopati perang, tapi latihan ilmu silat tetap dia yang paling benyak mengajar para prajurit…
Rupanya sang patih perang ini gemar tersinggung dan marah2…
Suatu ketika orang2 berbincang soal kehebatan sang patih leluhurmu itu…
Panaslah dirinya…
Mungkin lagi stress…
Ditantanglah leluhurmu perang tanding di alun2…
Awalnya leluhurmu menolak dan menghindar, tetapi karena diolok2 dan dipermalukan di depan orang banyak marahlah dia…
Maka diladeninya tantangan tersebut…
Kala itu menjelang sore…
Mereka bertempur tak ada yang bisa melerai…
Raja pun tidak…
Ratu pun tidak…
Pertarungan itu begitu sengitnya…
Patih perang merangsek terus…
Patih leluhurmu rupanya sadar akan kesalahannya menerima tantangan tidak meladeni sungguh2 hanya menghindar saja...
Hingga malam lewat sampai pagi nya…
Kondisinya masih sama2 kuat tak ada yang roboh…
Namun tak bisa disangkal, sang patih perang kelihatan sangat kelelahan…
Sepanjang pertempuran itu dirinya mengeluarkan seluruh kekuatannya tanpa ditahan2 agar cepat selesai, namun sang lawan tak meladeni dengan cara yang sama…
Kelincahan meredam kekuatan…
Keuletan adalah jawaban…
Lambat laun akhirnya tampak kalau sang patih perang akan kalah saking kelelahannya…
Dan memang akhirnya pertempuran berakhir kala sang patih leluhurmu mengalah dengan meloncat jauh dan mengaku kalah…
Luar biasa…
Mengaku kalah dalam kondisi menang…
Semua orang melihat itu dan mengagumi leluhurmu…
Juga semua punggawa kerajaan dampaipun Raja dan Ratu juga ikut memahami...
Dan itulah yang dianggap penghinaan bagi patih perang…
Sejak saat itu dia memiliki dendam tak berujung pada keluargamu…"
Beberapakali bahkan kemarahannya dilampiaskan pada sang Raja dan Ratu dengan memberontak…
Pemberontakan pertama di Kediri atau Daha...
Melihat itu…
Sang resi puteri terpaksa menurunkan ilmunya pada salah satu pangeran leluhurmu hingga akhirnya kondisi membaik…
Dan ilmu itu menghilang lagi dalam suling bulu merak yang kamu pegang itu"
"Lantas kenapa sekarang kamu ajarkan kepadaku?"
"Hi hi hi…..
Soalnya Hero itu adalah keturunan langsung dari pewaris Dirada Meta, tapi dia tak becus saja belajarnya….
Hingga bisa kamu jadikan bulan2an sayang…
Kalau kakeknya mendengar dirinya dipermalukan…
Boleh jadi dia akan minta bayar denda sampai ke bunganya sekalipun…."
"Mmmmm Hero ya………"
Tiba2 muncullah suara tawa yang bergema begitu kuat…
Gaungnya luar biasa menggetarkan saung tempat Bima dan Kirana duduk….
"Ha ha ha …..
Gadis nakal…
Rupanya kamu belum mati ya…..
Malam2 kamu berduaan dengan kekasihmu membicarakanku ya…
Ha ha ha…
Sayang yang aku hadapi masih muda, mmmmm…
Begini saja….
Seminggu lagi aku temui kamu semua untuk memberikan hukuman….
Ha ha ha
Tunggulah seminggu lagi…
Latihan yang benar…
Biar kalahpun ga menyesal….
Ha ha ha"
***
Lho kok jadi begini….?
Kok jadi cerita silat lagi…
Waduh….
Mumet ini jari2nya ga jelas kemana arahnya….
Waduh….
Salam Edan E