Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY SEXFLU 2030

Dari semua episode yang sudah dipublikasikan, episode mana yang jadi favoritmu?


  • Total voters
    143
Story 2: Abdi Negara



Hari pertama pembatasan lalu lintas, ibukota masih ramai. Pasalnya, banyak perkantoran yang belum mengizinkan karyawannya untuk bekerja dari rumah. Tarik menarik antara keselamatan nyawa dan perputaran roda ekonomi kapitalis memang tak bisa dihindarkan.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihak kepolisian terutama polantas terpaksa melakukan pemeriksaan kendaraan di setiap pintu tol dan jalan antarkota. Pemeriksaan dilakukan oleh tenaga medis dan pihak kepolisian secara bersama-sama. Setiap kendaraan yang lewat harus diperiksa jumlah penumpangnya, kemudian setiap pengguna kendaraan akan diperiksa suhu tubuh dan denyut jantungnya. Bila ada pengguna kendaraan yang menunjukkan gejala ringan, maka akan diminta pulang dan melakukan karantina mandiri. Bila ada gejala yang cukup jelas, maka akan dievakuasi ke pusat kesehatan. Bila ada yang menunjukkan gejala genting maka akan dilakukan prosedur B3.

Debby menyeka keringat di pelipisnya. Polwan bermasker dan berambut pendek itu sibuk membantu rekan-rekannya mengatur laju lalu lintas di pos pemeriksaan pintu gerbang tol. Sesekali ia akan menghela napas. Hari ini sangat melelahkan bagi gadis itu. Sejak Subuh, ia dan para polisi lainnya sudah berjaga di pos. Kakinya mulai terasa agak sakit dan punggungnya pegal. Untunglah, kondisi jalanan lumayan kondusif. Sejauh ini, baru ada dua orang yang terpaksa diminta pulang karena gejala ringan. Selebihnya terpantau aman.

"Selamat pagi, Pak? Boleh lihat SIM dan STNK-nya?" tanya Debby kepada seorang pengemudi mobil yang ia berhentikan.

"Boleh, Bu," jawab si pengemudi sambil membuka-buka dompetnya.

"Bapak, pagi ini mau ke mana?" tanya Debby ramah sembari tersenyum. Sayang senyum manisnya itu terhalang masker. Biasanya, senyum itu adalah senjata rahasianya. Siapa pun, mulai dari pimpinannya hingga pelanggar lalu lintas akan luluh bila ia lemparkan senyuman.

"Berangkat kerja, Bu," jawabnya sambil menyerahkan surat-surat lengkap.

"Perusahaannya belum memberlakukan WFH, Pak?" tanya Debby sambil memeriksa surat-surat tersebut.

"Sudah, Bu. Tapi saya dapat giliran masuk hari ini. Ini surat tugas dari kantor saya." Pria itu mengambil sebuah map berwarna putih.

Sambil menyerahkan surat, pria itu mencoba mengamati wajah Debby. Meski wajah sang gadis tertutup masker, tapi ia tahu bahwa polwan itu punya paras yang cantik. Tidak salah, sebab foto-foto Debby memang sudah tersebar di berbagai akun Instagram "koleksi polwan cantik" dan banyak mendapat komentar positif.

"Baik, surat-suratnya lengkap. Silakan melanjutkan perjalanan. Tetap ikuti protokol physical distancing ya, Pak. Pakai masker, cuci tangan dengan sabun, dan bila libido memuncak mohon segera dituntaskan. Selamat siang, selamat jalan," ucap Debby, mengulangi kalimat formalitas yang sudah diajarkan kepadanya. Entah sudah berapa ratus kali ia mengucapkan kalimat itu sejak ikut pelatihan hingga turun ke jalan.

"Siap, Bu Polwan!" jawab si pengemudi.

Mobil itu segera melanjutkan perjalanan. Debby menghela napas. Antrean mobil di belakangnya masih panjang. Rekan-rekannya yang lain pun sama sibuknya.

Ia memang kesal dengan wabah Sexflu ini. Selain membahayakan nyawa manusia dan mengganggu perekonomian, wabah ini juga telah merusak rencana pribadinya. Ia ingat pada tunangannya di luar kota, seorang pengusaha mapan yang sejak lama sudah menyatakan siap untuk meminangnya, tapi tak juga terealisasi.

Debby sebenarnya sudah meminta izin kepada atasannya untuk melangsungkan pernikahan. Tanpa banyak tanya, atasannya sudah memberikan izin. Namun prosedur adalah prosedur. Debby harus mengikuti sidang resmi terlebih dulu sebelum dinyatakan mendapat izin melangsungkan pernikahan. Sialnya, sebelum hal itu sempat dilaksanakan, wabah Sexflu muncul. Mau tak mau, ia terpaksa menunda lagi rencana pernikahannya.

Tiba-tiba Debby mendengar seorang polisi memanggil namanya. Ia menoleh. Ada sebuah mobil minibus yang berhenti di bahu jalan dengan kondisi pintu terbuka. Tiga orang polisi tampak sibuk di depan mobil itu, seperti sedang memeriksa sesuatu. Debby segera berlari mendekat.

"Ada apa?" tanyanya.

"Ada kondisi darurat!" ucap seorang polisi.

Debby melongok ke dalam mobil. Di atas kursi kemudi, tampak seorang pria berumur sekitar 40 tahun sedang mendesah sambil mengeluarkan penisnya dari dalam celana. Pria itu tak mengenakan masker. Mulutnya terbuka, matanya sayu, napasnya tersengal-sengal.

"Ini pasti Sexflu!" ucap salah seorang polisi.

"Panggil tenaga medis!" ujar Debby.

"Medis sedang menangani kasus lain di ruas seberang!" ucap rekannya.

Benar saja, di ruas seberang memang ada mobil lain yang diberhentikan. Debby tidak menyadari hal itu tadi. Di seberang sana, tim medis tampak sibuk menangani seorang pengguna jalan. Apa yang harus ia lakukan?

"Deb!"

Debby menahan napas. Ia baru sadar bahwa ia adalah satu-satunya polwan yang bertugas di pos ini. Berdasarkan prosedur, setiap aparat negara, termasuk anggota kepolisian, harus siap menjalankan protokol B3 bila tak ada tenaga medis di sekitarnya.

Ia menoleh kepada rekan-rekannya, semuanya laki-laki. Mereka mengangguk. Debby ikut mengangguk, meski hatinya terasa berat. Ini adalah tugas negara. Ini adalah pengabdian.

Rekan-rekannya segera mundur dan menjaga jarak. Debby masuk ke dalam mobil, duduk di samping si pengemudi yang sedang berusaha mengocok penisnya sendiri.

"Tenang, Pak. Biar saya bantu," ucap Debby seramah mungkin meski suaranya terdengar agak bergetar.

Perlahan, tangannya menyentuh penis pria itu. Besar dan berurat. Ia menahan napas, sedikit merasa ngeri. Ini memang bukan pertama kalinya dia menyentuh kelamin pria, tapi penis tunangannya terlihat jauh lebih indah dan bersahabat baginya.

Pria itu memasrahkan penisnya kepada Debby, kemudian bersandar ke kursi sambil memejamkan mata. "Tolong … Mbak … Polwan…" lenguhnya.

"Iya, Pak. Tarik napas dalam ya, biar tenang."

Debby mulai menggerakkan tangannya naik turun. Tubuhnya terasa merinding, tapi ia berusaha menguatkan diri. Ia teringat saat-saat ia diterima di kepolisian. Ia bercita-cita menjadi polisi yang jujur, penuh dedikasi, dan setia pada negara---seperti almarhum ayahnnya. Ia sudah muak dengan citra polisi yang dikenal korup dan inkompeten. Ia ingin mengubah dari dalam dengan pengabdiannya, dan ini adalah bagian dari pengabdian.

"Aaaaah…. Oooh…." Desahan pria itu semakin keras. Ia tampak menikmati kocokan tangan Debby di penisnya.

Dalam hatinya, pria itu tidak menyangka bahwa tangan polwan itu terasa sangat halus dan lembut. Ketika tangan lembut Debby menggenggam dan meremas batang penisnya, ia merasakan jepitan yang nikmat. Apalagi ketika kulit telapak tangan yang halus itu terus bergesekan dengan tonjolan urat penisnya yang semakin keras, ia tak bisa menahan erangannya.

Sambil menikmati sensasi itu, sang pria pun menggerakkan tangannya perlahan, berusaha meraih payudara Debby yang tertutup oleh rompi hijau dan seragam polisi.

Debby menyadari hal itu. Sebenarnya ia tidak suka digerayangi oleh orang yang tidak ia kenal, tapi ia juga memahami bahwa pria malang di hadapannya itu sedang sangat membutuhkan stimulus untuk mempercepat proses ejakulasinya. Meremas dan memainkan payudara perempuan adalah salah satu stimulus terbaik bagi pria. Ia tidak bisa menolak permintaan itu.

"Sebentar ya Pak. Susah kalau ada rompinya," kata Debby.

Debby kemudian melepaskan rompi hijaunya, membuat seragam polisinya yang berwarna coklat dapat terlihat lebih jelas. Di bagian dada, terdapat sepasang tonjolan yang terbungkus seragam lumayan ketat. Tangan pria itu berusaha meremas payudara kanan Debby dari luar seragam. Ia agak terkejut merasakan betapa padat dan kencangnya gumpalan daging itu, meskipun masih terhalang bra dan seragam.

Remasan di payudaranya itu membuat Debby merasa agak geli, tapi tidak begitu nyaman. Ia pun membuka kancing kemejanya satu persatu, sehingga terlihatlah belahan dadanya yang mulus dan sempit. Diambilnya tangan pria itu, kemudian dimasukkan lewat bagian bawah cup branya, sehingga tangan itu kini dapat bebas meremas dan memijat buah dadanya secara langsung, bahkan memainkan puting susunya dengan dua jari. Debby berusaha menahan diri agar tidak meringis menahan geli yang ia rasakan di putingnya yang semakin menonjol.

Meski berusaha bersikap seramah mungkin, Debby tetap tak sanggup menatap wajah pria itu. Pertama, pria itu tidak begitu tampan dan bukan seleranya. Kedua, ia masih merasa gugup. Ia berharap agar pria itu segera memuncratkan spermanya sehingga tugasnya bisa cepat selesai. Dengan tujuan itu, ia pun mempercepat irama kocokannya. Sementara itu, tangan kirinya ia gunakan untuk meremas dan memijat biji testis sang pria.

"Sudah mau keluar, Pak?" tanya Debby.

"Belum… terus …" Hanya itu yang keluar dari mulutnya. Tangannya masih aktif memijat payudara Debby.

Tampaknya gejala virus itu memang tak mudah diredam. Tangan Debby mulai pegal mengocok, tapi pria itu tak juga mengalami ejakulasi. Sementara itu, di belakang sana, antrian mobil semakin panjang. Meski sudah dibawa ke bahu jalan, tampaknya keberadaan mereka tetap menghambat laju lalu lintas.

Klakson mobil mulai berbunyi sahut-menyahut. Sebagian orang tampaknya mulai kehabisan kesabaran. Debby merasa khawatir, ia tidak ingin sampai ada bentrok atau keributan dengan warga.

Akhirnya ia memutuskan untuk mendobrak rasa malu dan gugupnya. Ia tahu bahwa virus Sexflu tidak dapat menular lewat cairan kelamin. Debby pun melepas maskernya. Saat itu juga, wajah cantiknya dapat terlihat dan membuat sang pria terpesona. Ereksinya semakin kerasa. Ia tidak menyangka bahwa polwan yang sejak tadi mengocok penisnya ternyata secantik itu.

Dengan sigap, Debby segera memasukkan batang itu ke mulutnya. Ia sempat menahan napas, tapi kemudian berhasil membiasakan dirinya. Rasanya tidak jauh beda dengan penis tunangannya, pikirnya.

Sang pria mendesah semakin keras. Merasakan batangya dibalut, dijepit, dan dilumat bibir merah muda yang indah itu membuatnya melayang hingga ke surga. Apalagi ketika hisapan Debby terasa semakin kuat, ia merasa seolah seluruh tulang di tubuhnya menjadi lumer.

"Mmmggmna pa?" suara Debby tidak terdengar jelas. Mulutnya penuh tersumpal batang penis pria itu.

"Iya... iya... aaaah... ahh"

Debby semakin cepat menggerakkan kepalanya. Kepalanya naik turun, bibirnya terus menjepit, mulutnya terus menghisap. Finalnya adalah ketika pada akhirnya Debby memberanikan diri menatap wajah sang pria.

Ditatap oleh perempuan cantik berambut pendek berseragam polisi, pria itu nyaris meledak. Apalagi perempuan itu kini sedang menyedot dan mengeyot kelaminnya. Debby berusaha tersenyum, berusaha sebaik mungkin untuk tampil menggoda. Pada saat itulah sebuah hentakan dahsyat terjadi pada pinggul dan batang penis sang pria.

Sperma menyemprot deras, masuk ke dalam mulut Debby, memenuhi langit-langit mulutnya, lalu lumer di lidahnya. Pria itu merasakan pelepasan yang luar biasa. Rohnya seperti terlepas dari tubuhnya. Setelah ledakan itu, ia biarkan penisnya masih bersarang di mulut Debby. Yang tersisa adalah kenikmatan yang mengalir dan rasa hangat di seluruh batang penisnya yang kemudian menjalar ke sekujur tubuh.

Tak lama kemudian, batang keras itu mulai berangsur-angsur menjadi lunak kembali, napasnya mulai kembali stabil, wajahnya mulai kembali cerah. Melihat sang pria sudah mulai pulih, Debby perlahan-lahan melepaskan penis itu dari mulutnya.

"Sudah ya, Pak," ujar Debby sambil mengelap sisa-sisa sperma yang sempat menetes dari sudut bibirnya. Setelah itu ia langsung kembali memasang maskernya dan merapikan baju seragamnya.

Pria itu hanya mengangguk lemah. Kesadarannya entah sudah terbang ke mana.

Debby segera keluar dari mobil, lalu memberikan laporan bahwa protokol B3 telah selesai dilaksanakan dan suspek dalam kondisi stabil. Langkah selanjutnya adalah menunggu suspek tersebut dibawa ke tempat karantina dan mendapatkan penanganan lebih lanjut oleh petugas medis.

Ia dapat merasakan kakinya yang lemas. Ia ingin minta izin untuk istirahat sebentar. Lagipula, bukankah ia harus membersihkan diri? Pria yang ia blowjob tadi tidak mengenakan masker, sehingga ada kemungkinan pakaiannya telah terpapar virus. Ia harus mandi dan berganti pakaian.

Namun harapannya sirna ketika ia membalikkan badan, ia melihat banyak mobil-mobil lainnya yang dihentikan di bahu jalan. Ia melihat seorang rekannya sedang melakukan fingering kepada seorang perempuan di pintu mobil, sementara rekannya yang satu lagi malah sedang menggenjot penumpang perempuan dengan posisi doggy style di depan kap mobil.

Debby menahan napas dan menelan ludah. Kondisi ini ternyata lebih buruk dari yang ia bayangkan.

===


DISCLAIMER:
  1. Kisah ini adalah fiksi belaka. Semua nama tokoh, tempat, atau institusi adalah bersifat fiktif. Apabila terdapat kesamaan nama tokoh, tempat, atau institusi maka tidak bermaksud merujuk pada entitas yang ada di dunia nyata;
  2. Fiksi ini dibuat tanpa mengurangi rasa hormat dan simpati kepada para penderita Covid-19, keluarga penderita, serta para tenaga medis dan relawan yang saat ini sedang berjuang.
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Ini bukan wabah biasa,pasti ada sesuatu dibaliknya.
Kita harus mencari kejelasan bahwa wabah ini benar-benar by accident atau by human.
Karena bisa jadi wabah ini hanyalah buatan manusia bukan alami terjadi
Benar-benar KONSPIRASI WAHYUDI
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd