Frontieres
Semprot Baru
- Daftar
- 22 Jun 2016
- Post
- 41
- Like diterima
- 25
...seakan ingin ku telusuri lagi hingga jejak terdalam kedua matanya. Kami bersitatap cukup lama, dengan posisi ia memunggungiku, ku eratkan lagi dekapku pada tubuhnya. Pancaran matanya yang sayu dengan bibir yang sedikit membuka seiring desah juga desis yang pelan tertahan. Terus ku dekap seraya dengan pelan ku ku tekan penisku lebih dalam. Ah… Dinding-dinding dalam anusnya begitu hangat dan berdenyut, memeras juga mencengkram tiap desir darah yang mengalirinya. Dan ia tetap saja cantik, dan akan selalu cantik di saat apapun, di saat melakukan apapun. Beberapa helai anak rambutnya menyembul keluar dari head scraft bercorak bunga-bunga warna pastel yang sengaja ia kenakan untukku. Bibirnya masih merah, terpulas sempurna merahnya gincu yang kian menegaskan garis bibirya yang memang diciptakan too sexy.
Djanggo.. betapa beruntungnya engkau.
“ssssccchhh.. pelan” Pintanya sembari menahan sejenak satu pahaku dengan tangannya.
Oke, ku jeda sebentar. Dan untuk sesaat, kembali ku sentuh vaginanya yang masih bas, merasakan juga klitorisnya yang masih kaku dan membesar, menandakan jika pemiliknya masih penuh bergairah. Dan tahukah Anda, Saat terangsang jaringan pada klitoris memang membengkak dan kaku. Saat seorang wanita benar-benar terangsang ukuran klitoris bahkan bisa tiga kali lebih besar. Meskipun klitoris/clit/biji kelentit terasa kaku, namun jaringan serviks di dalam vagina malah melembut. Saraf di sekitarnya pun mampu mencengkram penis pasangannya, itu jika memang si wanita merasakan kesenangan seksual. Dan saat orgasme terjadi, perempuan bisa saja mengeluarkan beberapa tetes cairan bening yang keluar dari uretra. Hal ini disebut ejakulasi wanita dan hanya terjadi pada 10 persen populasi wanita. Dan dia, adalah satu dari 10 persen tersebut. Mau tahu seperti apa rasanya??
Seperti jatuh dihempaskan dari bumi lalu mendarat di langit ketujuh belas.
Kuraih pelumas dan memoleskannya sedikit di area sekitaran anusnya yang sedikit ditumbuhi bulu pubik beberapa helai. Ku oles memutar keseluruh permukannya. Sementara Tonny Bennette masih terus
berdendang, melantunkan “Shadow of Your Smile” dari gramophone tua yang terpojok di sudut ruang. Dan tak lupa dengan cahaya temaram dari lampu-lampu yang seakan ikut larut dalam kemesraan ini. Membuatku lupa bahwa dunia masih berputar, dan jarum-jarum waktu terus berdetak. Oh, Langit.. seandainya kau bisa menangguhkan waktu satu jam saja untuk kami.
Tak lama kemudian, tiba-tiba saja ia menabrakan bibirnya tepat di mulutku. “eh..” dipagut dan dilumatnya lagi. Sembari kami bertukar lidah untuk kesekian kalinya, aku pun mulai menjejalkan kembali separuh penisku yang sudah tertanam di anusnya.
“oouufffttttt…. Eeegghhhhh….” Pelan demi pelan hingga akhirnya, berhasil kutambatkan semua mili batang kejantananku di liang pelapasannya.
“jorok” bisiknya pelan. Tanpa menghiraukan candaannya, sedikit demi sedikit ku pacu si Djanggo, sambil sesekali ku goyang ke kanan atau arah sebaliknya. Terus dan terus hingga lamat-lamat kudengar erangannya semakin jelas, pun remasan dinding dalam anusnya yang makin intens. Tapi tiba-tiba..
"The Shadow Of Your Smile"
A Frontieres Story
A Frontieres Story
Tiba-tiba sebuah suara seorang perempuan datang mengejutkanku..
“Bias!” Ujar si pemilik suara tersebut yang ternyata mengenaliku
“eh haii!!” Jawabku sekenanya seraya memandang baik-baik wajah si pemilik suara tersebut, berusaha mengenalinya. Ya, aku memang mengenalinya, tapi siapa? Dimana?
Oh astaga!! Nova?!
“Nova?” Tebakku yakin tak yakin.
“Menurutmu” Tanpa menggubris, ia lantas saja mengambil tempat duduk di depanku yang kebetulan kosong.
“Iya, ini benaran kamu!! I knew you!! Haha” Kini aku yakin. Beneran yakin.
Kupandang lekat-lekat dia, seakan tak percaya bahwa aku bisa bertemu lagi dengannya setelah bertahun-tahun lamanya. Dan ia masih mengenaliku. Thanks God.
“aku kira kau sudah tak mengenaliku lagi..” kusodorkan lenganku mengajaknya berjabat tangan. “Ini aku mimpi ga sih ketemu kamu disini?!”
“mungkin” Garis senyumnya itu, aku begitu ku kenal. Ya, siapa yang bisa melupakan senyuman termanis miliknnya. Garis bibir dan raut senyum dari dia yang dulu –dan hingga saat ini—ku rindu, selalu timbul keinginan sekaligus penyesalan, manakala aku memimpikannya. Mimpi?
Oops, bukankah aku baru saja bermimpi barusan?
Tapi apa yang aku impikan hingga ku rasa ada yang lengket-lengket di sekitar selangkanganku. Mimpi basahkah? Di siang ini? Di tempat seperti ini? Atau ada seseorang yang mem-blow job ku saat aku tertidur tadi? Ah, Gila. But..
But wait. Aku dimana saat ini? Dan akan kemana??
Kusisir pandanganku ke sekitar, ku dapati aku tengah berada di dalam salah satu kabin kereta api. Banyak sekali orang-orang di luar.
“Oh ya, kamu hendak kemana??” Tanya Nova sejurus kemudian. Ia bergeser ke dekat jendela, karena seseorang pria baya yang ikut duduk di sebelahnya.
“aaa.. aakku..” beruntung segera ku rogoh saku jaket denimku dan menemukan dua lembar karcis dengan tujuan.. Djatinegara?
“aku hendak keee… Djatinegara”
“oh ya? Berarti kita bareng dong”
“ooh?? ehh.. iya kita bareng.. hehe..” Sahutku sebisanya.
Tapi mau apa aku ke Djatinegara? Lantas dengan siapa pula aku kesana, dan milik siapa karcis yang satunya ini? Entahlah..
Hingga kereta berangkat, taka ada tanda-tanda ku temui tentang pemilik karcis satunya lagi yang sudah berada dalam sakuku. Aku sibuk dengan diriku sendiri.
Di separuh perjalan kami banyak berbincang. Berbincang tentang keluarga kecilnya yang telah dikaruniai seorang putra setahun lalu, dan bisa kubayangkan betapa bahagianya ia bersama keluarga kecilnya. Sementara aku.. ah, aku bahkan tak cukup mengenal diriku sendiri. Satu-satunya hal yang bisa membuatku masih waras hingga saat ini adalah.. "Ikhlas dan terima saja kenyataan ini" wanti seseorang tempo hari padaku, namun tak akan ku sebut ini kenyataan pahit, meski nyata-nyatanya, perempuan yang selalu ingin aku hidup bersamanya telah membina kehidupan baru dengan pria lain. Fuck! Dan hebatnya lagi, suami Nova adalah seorang militer, Fuck U!! Sebuah profesi sekaligus kebangaan hidup yang amat kuimpikan sejak pertama kali bisa pergi ke sekolah tanpa diantar oleh supir pribadi ayahku. FUCK YOU ALL Shitheaddd!! dan kini, Nova bilang, ia begitu mengkhawatirkan keselamatan suaminya yang kini tengah bertugas di suatu tempat yang jauh. Ah irinya aku..
“Lantas, kapan suamimu pulang?” Tanyaku kemudian.
“mm… dia bilangnya sih dua mingguan”
“dua mingguan dari sekarang atau..”
“dua minggu sejak aku membangunkanmu tadi”
Haha.. Aku mengangguk. Sementara beberapa helai anak rambutnya menyembul keluar dari head scraft yang ia kenakan. Head scraft? Aku seperti pernah melihatnya.. tapi dimana??
...bersambung
Terakhir diubah: