Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI Si Boy Anak Mesum (Lanjutan Jurus Melepas Sukma)

Drrtt drrtt.. HP ku bergetar lagi, pasti Emak inspeksi lagi ini.

“Ya Mak..” dan memang benar Ibu ku yang menelepon

“Sudah bangun Boy? Sudah sarapan” prosedur standar pertanyaan ibu-ibu

“Sudah donk, khan Boy rajin sekarang. Abis ini cari sarapan Mak. Masih di Bekasi Mak, keluarga banyak yang datang? Kataku memancing informasi

“Masih ini lagi pada kumpul sarapan, banyak yang dateng. Anak-anak Pak Lik Narto ngumpul semua, ini lagi pada ngobrol kangen-kangenan. Banyak yang nanyain lho Boy, pada titip salam semua” kata Ibu ku

“Ya Mak, salam kangen juga untuk semua. Pulang jam berapa Mak?” kataku lagi

“Agak sorean gak pa-pa ya Boy, mumpung pada ngumpul semua ini” jawaban yang melegakan dari Ibu ku

“Gak pa-pa Mak, santai aja. Udah bisa ditinggal juga, khan Boy udah besar Mak” kataku

“Yaudah kalo gitu Boy, jangan lupa makan lho ya. Pagi mandi juga, mentang-mentang libur jadi lupa mandi nanti ” kata ibu

“He he.. Siap Mak. Salamin buat semua ya” jawabku dan langsung kututup teleponnya sebelum ada pertanyaan aneh-aneh yang muncul.

Pevita tersenyum-senyum mendengarkan omongan saya di telepon.

“Tuu.. jangan lupa mandi Boy.. ha ha..” Pevita menertawakan saya

Aahh.. emang eMak nee kebiasaan kalo ngomong.., gak tau apa ini lagi di depan artis idaman. Bisa jatuh nee harga saham.

“Santai aja, abis ini mandi kok he he…” jawabku tersipu malu. Wahh.. kalau mandinya dimandiin Pevita pasti asyik ya.



Saat pikiran mesum datang, tiba-tiba.. drrt drrt.. HP ku bergetar lagi, ngapain lg sih emak ini.

“Iya Mak..” kataku

“Le..” ternyata kakek Narto yang menelepon dengan HP Ibu

Inggih (iya) Mbah.. “ jawabku

Le.. aku mung pingin ngandani wae (Nak saya hanya ingin memberi tahu saja) kekuwatan sing gedhe nduweni tanggung jawab sing gedhe (di dalam kekuatan yang besar menyimpan tanggung jawab yang besar juga), di eling-eling yo Le (di ingat-ingat ya Nak)” kata kakek Narto. Jangan-jangan kakek Narto ini penggemar Spiderman juga kok kata-katanya mirip Paman Ben nya Peter Parker.

Inggih.. inggih Mbah. Maturnuwun nggih Mbah (Iya Mbah, terima kasih ya)” kataku

Yowis ati-ati yo Le, sekolah sing pinter (Yaudah hati-hati ya Nak, sekolah yang pintar)” kata kakek Narto dan kemudian menutup teleponnya.



Pembicaraan yang singkat tetapi sangat mengena, yang membuat saya langsung berpikir tentang kekuatan yang saya miliki. Untuk apa kekuatan ini nanti dan bagaimana saya bisa menguasainya. Sejenak pikiran saya seperti melayang dan melihat bapak-bapak berbaju putih yang sedang menyirami tanaman, dan saat dia menoleh.

“Hey Boy.. Boy.. Kok malah ngelamun.. apa ada sesuatu saat telepon tadi? Ada yang gawat ya?” kata Pevita mengagetkanku

“Ah enggak enggak.. gak ada apa-apa kok” jawabku sambil gelagapan

“Syukurlah.. kirain ada apa-apa tadi” katanya lega

“He he.. aman kok. Karena capek abis begadangan main game mungkin ya” kataku ngeles



Sekilas saya seperti tau dengan rumah bernuansa Jawa tadi, cm orang yang menyirami tanaman tadi siapa ya. Dan sepertinya dia juga melihat saya tadi. Kayaknya saya pernah melihat rumah itu saat lewat daerah Pejaten, apa coba ke sana saja ya. Karena penasaran langsung saya buka map dan liat lokasi yang mirip-mirip dengan rumah tadi. Dan setelah saya lihat street view nya eng ing eng.., ketemu. Oke.. semangat berpetualangku langsung muncul, jiwa muda ku pun langsung membara. Gw harus kesana!!



“Pevita gw balik dulu ya, gak enak ada saudara jauh datang dari Jogja. Kapan-kapan gw main lagi ya” kataku dengan mantap setelah melewati pertimbangan dan pertarungan dengan jiwa mesumku sendiri. Pevita yang mendengar itu pun tampak terkejut juga.

“Lohh.. kok pulang sih Boy.. jangan-jangan beneran ada yang gawat ya. Tadi sempet denger tapi curang ngomongnya pake bahasa Jawa sih” kata Pevita sambil manyun.

Maafkan aku sayangku, bukannya aku tak mau. Tapi ini tentang panggilan jiwa, ha ha.. sombong.. kataku dalam hati.

“Gampanglah.. tinggal loncat pager dikit udah sampai sini, he he” kataku

“Beneran ya Boy. Sini bagi No WA nya..” kata Pevita.
Wuiii.. artis malah minta no WA gw coyyyy...

“Ya pasti beneran lah.. tenang aja” kataku.
Lagian siapa juga yang gak mau ketemu lagi sama cewek secantik dan semenarik ini. Artis lagi.

Setelah bertukar no WA saya langsung berpamitan untuk pulang. Dan tidak disangka-sangka Pevita langsung mengecup pipi saya dan mengucapkan terima kasih karena telah membebaskannya dari santet yang telah bertahun-tahun menyiksanya. Walaupun Joni terasa berat untuk berpisah, tapi tekadku lebih bulat dari pantat dan toket Pevita. Dengan tegak kepala (dan Joni juga) saya berjalan seperti pasukan baris-berbaris meninggalkan apartemen Pevita.

Setelah pintu apartemen Pevita tertutup, sekarang saatnya menghadapi cobaan berikutnya. Dan tidak perlu waktu lama langsung kelihatan dua cobaan dalam satu kesempatan. Kak Sinta dan kak Rina tampak baru selesai mandi dengan rambut yang masih agak basah dan body seksi berbalut lingerie. Matiiiiii… cobaan apalagi ini. Tahan Joni.. kamu harus tahan Nak.. kataku menguatkan diri. Dan untuk menghindari hal-hal yang diinginkan terjadi, saya pun langsung berpamitan pada kak Sinta dan kak Rina untuk segera pulang karena habis di telepon kakek saya dari Jogja. Dengan berat hati mereka merelakan kepergian saya. Dan setelah dua remasan gemes pada Joni sayapun langsung cabut menuju sasaran.



Sambil mengendarai Honda Bete dan merasakan angin yang menerpa badan, seperti tercium bau-bau anyir dan amis, aroma yang sangat mistis. Oh benar.. ternyata itu bau ketek saya sendiri yang tertiup angin ke arah hidung. Oke lah kalu begitu, walaupun melipir agak jauh saya putuskan untuk pulang dan mandi dulu. Masa belum mandi udah bertamu ke rumah orang, apalagi abis bertempur habis-habisan kemaren.. keramas-keramas dulu lah paling gak.



Setelah mandi dan mengambil uang yang ditinggalkan Ibu saya, saya langsung bergegas. Keburu sore nanti, keburu eMak pulang. Kira-kira 10 menit saya sudah sampai di depan rumah bapak-bapak tadi dalam lamunan saya tadi. Rumahnya berpagar batu dengan pintu dari kayu yang diukir artistik, kental sekali nuansa Jawanya. Begitu saya standarkan motor saya..

“Ha ha ha ha ha…” suara sosok hitam di atas pohon trembesi di seberang jalan mengagetkan saya.

Kurang ajar.. jadi benar kata orang-orang kalau di daerah sini ada genderuwonya. Dengan penuh percaya diri saya samperin dan langsung saya tarik kontolnya yang panjang menggantung sampai hampir menyentuh tanah. Saya tarik dan ikat kontolnya di roda belakang motor.
"Ampuunnn.. ampunnn Tuan.." kata genderuwo memelas
“Lw sih ngagetin gw aja.. udah sini jagain motor gw” kata saya kepada genderuwo itu. Lumayan dapet satpam gratisan. Lagian demit ecek-ecek berani-beraninya ngagetin gw, apes khan lw ketemu gw.



Saya toleh-toleh mencari dimana bell nya dan ternyata gak ketemu. Saya ketok-ketok pintu gerbangnya dan berteriak-teriak mengucapkan permisi tetapi tetap tidak ada yang merespon. Hanya genderuwo saja yang merespon dan memohon ampun untuk dilepaskan, tidak saya gubris. Iseng-iseng saya dorong pintunya dan terbuka begitu saja. Teledor sekali yang punya rumah.

“Permisi.. permisi..” sapaku setengah berteriak

“Iya.. siapa ya?” kata perempuan setengah baya yang terlihat seperti asisten rumah tangga

“Saya Boy Bu, mau cari bapak-bapak yang pakai baju putih. Tadi sih lagi nyiremin taneman.” Kataku

“Owalah.. tamunya Bapak to, sebentar saya panggilkan ya. Silahkan duduk Mas” katanya mempersilahkan saya duduk di teras. Gak salah apa nee orang, gampang bener mempersilahkan orang masuk. Malah lebih enak sih, ha ha..

Sambil menunggu saya amati arsitek rumah dan furniturenya, modelnya joglo dengan hiasan-hiasan khas Jawa. Taman nya tampak asri dan hijau. Benar-benar teduh suasana di sini, terasa adem di hati. Dan sebentar, bapak-bapak yang tadi saya lihat di lamunan saya pun keluar. Benar 100% bapak yang tadi.

“Siapa ya?” tanya nya

“Boy Pak” kataku

“Kamu kok bisa masuk?” kata bapak itu seperti polisi

“Iya maaf Pak, tadi saya panggil-panggil tidak ada yang dengar, iseng-iseng saya dorong ternyata pintunya tidak dikunci, jadi saya langsung masuk saja” kataku

“Bukan-bukan.. Sebentar..” kata bapak itu.Lalu memejamkan matanya. “Maksud saya kamu kok bisa nembus pagar yang satunya? Pagar yang gak kliatan”

Loh.. tadi ada pagar gaibnya ya, seperti tidak kerasa apa-apa tadi. Atau mungkin saya yang terlalu kuat.

“Khan pagarnya cuma satu Pak, itu juga lho gak dikunci” kataku

“Kamu kayaknya yang tadi melihat saya waktu siram-siram ya?” katanya.
Berarti dugaan saya tadi benar, karena dia seperti melihatku.

“Iya Pak. Perkenalkan nama saya Boy Pak. Saya panggil bapak siapa ya?” kataku

“Ha ha.. jaman sekarang masih ada saja orang bertamu tapi gak tau nama tuan rumahnya” katanya sambil tertawa

“Ya maaf.. makanya saya nanya ke bapak” kataku

“Saya Jiwo, Sujiwo. Terus ini ada perlu apa ke sini?” katanya

“Jadi begini ceritanya Pak, tadi setelah kakek saya telepon tiba-tiba saya melamun dan seperti melihat bapak sedang menyirami tanaman. Langsung saya ingat-ingat lokasinya dan sampailah saya di sini, dan memang benar ada bapaknya di sini.” Kataku

“Masih muda gini udah bisa nerawang ternyata, tidak pakai bantuan jin lagi hebat.. hebat... Siapa nama gurumu?” katanya

“Tidak ada Pak.. ini saya sedang mencari guru” kataku

“Loh loh loh.. tapi kok sudah bisa menerawang pakai sukma gitu?” tanyanya keheranan

“Mungkin keturunan dari kakek saya Pak, kakek saya dulu sakti katanya. Pande besi di Jogja, suka bikin keris gitu.” Jawabku

“Iya ya ya.. berarti perasaan ini.., makanya kayak familiar. Sebentar ya..” katanya sambil beranjak masuk ke dalam rumah.

Sebentar lalu keluar lagi membawa bungkusan kain berwarna putih, dengan berhati-hati dia membuka lipatan kain itu dan tampaklah sebilah keris yang sangat bagus bentuknya. Perpaduan warna coklat kayu dan kuning logamnya sangat sempurna. Setelah diangkat di depan kepala dan sedikit dibuka kemudian keris itu diserahkan kepada saya. Karena kelihatannya barang mahal sayapun langsung menerimanya dengan 2 tangan, takut jatuh coyy.. Dan benar saja, begitu saya terima keris itu terasa bergetar di tangan saya, seperti ada vibrasinya (semacam bini menelepon di saat lagi di tempat spa gitu, getar-getar mengejutkan). Entah kenapa saya seperti ada keinginan untuk mengeluarkan keris itu dari sarungnya, dan dengan gerakan yang tidak terduga saya mengeluarkan keris itu dengan elegan (seperti ada yang membimbing tangan saya). Saya amat-amati sangat bagus bilahnya, ada ukiran-ukiran dengan motif seperti pisau damaskus. Yang paling menonjol adalah energi dan vibrasi yang keluar dari keris itu langsung menyelimuti tubuh saya, pikiran sayapun menjadi terasa lebih tenang.

Karena terkagum-kagum saya sampai lupa dengan Pak Jiwo yang terus mengamati. Sambil malu-malu saya letakkan keris itu di meja,dengan sarung dan kerisnya terpisah belum saya masukkan. Setelah lepas, tiba-tiba keris bergetar dan berputar condong ke atas perlahan searah jarum jam dan pada akhirnya berdiri tegak. Kaget bercampur heran saya melihatnya, karena menurut pandangan batin saya tidak ada makhluk halus atau jin yang menggerakkan keris itu. Tapi kenapa kok keris itu bisa berdiri sendiri.

“Wahh.. berarti benar.. kamu cucu nya Mpu Sastro ya?” katanya

“Loh.. kok tau nama kakek saya Pak?” padahal tadi saya belum kasih tau namanya.

“Ha ha ha.. pantas saja vibrasi energinya seperti sering saya rasakan. Itu kerisnya sampai berdiri sendiri, senang sekali itu bisa ketemu cucunya” katanya.

Walah kayak kerisku dong (Joni) kalau ketemu yag disenangi langsung berdiri,apalagi yang seksi-seksi wkkkk…



“Malah lupa belum tawarin minum to.. Mbak.. mbak.. tolong buatin minum buat tamunya ya..” sambil memanggil ART nya

“Mbak Ijah lagi keluar Pah, ke Indromart.. Dinda buatin ya, teh apa kopi Pah?” suara cewek terdengar dari dalam

“Mas Boy suka teh apa kopi?” tanya Pak Jiwo ke saya

“Kopi saja Pak” jawab saya

Kira-kira 5 menit an. Sambil mengobrol dan mengamati gerakan keris yang berdiri dan kadang berputar perlahan tiba-tiba keris itu pun bergerak jatuh secara perlahan dan tanpa suara tergeletak di meja. Lalu muncul lah gadis cantik yang ayu, jalannya anggun walau sedang membawa minuman dengan nampan,khas orang-orang jawa.Auranya putih bercahaya. Kulitnya bersih kuning langsat dengan rambut hitam yang panjang, mimik mukanya seperti tersenyum dengan dihiasi lesung pipit di kedua pipinya. Cantik sekali, jauh lebih cantik daripada Pevita menurut saya. Dan getaran-getaran di dada ini.. mungkinkah saya jatuh cinta pada pandangan pertama.



-Bersambung-
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd