Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Siapa yang Tahan (TAMAT)

Post 2

Malam itu aku dan mama tinggal di rumah berdua. Papa lagi ke luar kota beberapa hari, sedangkan kakak perempuanku katanya menginap di rumah kak Vivi untuk mengerjakan tugas kuliah. Kak Vivi itu teman kuliahnya, bahkan teman dari SMA sampai sekarang. Aku dan mama sudah kenal akrab juga dengannya. Bukan malam itu saja kami tinggal di rumah berdua, sudah sering terjadi dan biasa saja.

Pukul 9 malam, aku dan mama duduk berdua nonton tv di ruang keluarga. kami tak banyak mengobrol karena mama sibuk membalas chat yang masuk ke Hpnya. Akupun juga sama, meski tv di depanku menyala tapi mataku lebih sering menatap layar Hp untuk membaca chat yang masuk di grup teman sma ku.

“Di, kamu kenal sama orang ini gak?” tanya mama yang menggeser duduknya dan mendekatiku.

“Hemm.. sepertinya pernah lihat sih mam.. tapi dimananya aku lupa” balasku.

“Ohh.. sepertinya ini teman mama dulu, kok bisa kirim chat ke mama yah?”

“Mungkin saja ada temen mama yang kasih nomor mama ke dia” balasku kemudian.

Sejenak kuperhatikan mamaku malam itu. Mamaku nampak cantik dalam balutan daster kimono berbahan tipis. Pakaian itu sebenarnya sering dipakai mama saat malam sebelum tidur. Leher dan dada depannya yang putih mulus nampak mempesona dengan berhias kalung emas. Aduh, entah kenapa aku jadi memperhatikan kecantikan mamaku. Padahal sebelumnya aku tak pernah menyadarinya, bahkan beberapa kali aku melihat mama tanpa busana juga tak apa-apa.

"Sayang.. kenapa sih liatin mama terus?" katanya padaku sambil matanya melihat kearahku yang sedang asik memperhatikan belahan dadanya.

"Eh, emm... gak ada apa-apa kok mah.. hanya lihat mama yang tambah cantik aja" kataku beralasan.

“yeeee.. anak laki-laki mama udah pinter ngegombalin perempuan yah!?” balasnya.

“Ga kok mam.. emang bener mamanya Aldi cantik banget, hehe..”

"Beneran? Tapi kok liatin dada mama terus sih? Kamu pengen kalungnya mama ya?" kata mama menggodaku.

“Wahh.. mama sembarang aja, gak lah mam.. uang saku Aldi masih banyak kok..”

“Hihihi.. iya mama tahu, mama cuma godain kamu aja kok”

"Ahh.. mama buruk sangka nih, masa Aldi dikira ngincar kalungnya mama sendiri sih, masak anaknya sendiri jadi pencuri" kataku pura-pura ngambek, mamaku tertawa karenanya sehingga dadanya berguncang, bahkan bulatan payudaranya sempat menyembul dibalik daster kimononya.

"Hihi, kamu sih, lagian kamu ngapain sih liatin kearah dada mama?" tanya mamaku lagi.

"Gak ada apa-apa kok mah" jawabku yang masih agak takut ketahuan sedang horni gara-gara melihat bulatan payudara mamaku sendiri .

“iya..iya.. mama juga cuma bercanda kok Di..”

Sejenak kami kembali diam. Mama kembali melihat pesan-pesan yang masuk ke Hpnya, akupun sama.

“Mam, gerah nih.. aku buka kaos gapapa yah?” kataku minta ijin buat telanjang dada, rasanya malam itu memang gerah banget. Ac juga adanya hanya di kamar.

“Iya gapapa.. buka aja” balas mamaku sambil terus memperhatikan layar Hpnya.

Setelah mendengar kata mama aku langsung melepas kaos hitam yang sedari tadi membungkus tubuh bagian atasku. Kini aku duduk di samping mama hanya dengan memakai celana pendek basket saja.

“Aduuhh...” desah mama sambil tangannya memegang payudaranya bagian kiri.

“Eh mam, ada apa sih? mama sakit yah?” tanyaku sambil memperhatikan gerakan tangan mama memijat payudaranya sendiri dari luar daster kimononya.

“Enggak, biasa aja Di.. susunya mama sakit kalo mau datang bulan” jawabnya.

“Lhah, mama masih bisa datang bulan yah?” tanyaku penasaran.

“Busett... ya masih lah Dii.. mama kan masih 42 tahun.. belum nenek-nenek” balas mama mulai nge-gas.

“Hehehe.. iya deh mam.. maap.. maap.. trus kalo udah gitu biasanya diapain mam?”

“Biasanya.. em... dipijit sama papa kamu..” balas mamaku sedikit kebingungan.

“Ohh.. yaudah, kalo gitu biar Aldi yang pijitin aja..” tawarku lancang.

“Sembrono kamu..***k mau lah..” balas mama melotot, tapi tidak marah.

“Hehe.. iya deh.. tapi kalo dimintain bantuan Aldi siap kok..”

Kami berdua kembali menatap layar Hp kami masing-masing tanpa ada rasa canggung yang timbul setelah pembicaraan kami tadi. Mama juga masih memegangi bulatan payudaranya dari luar daster kimononya. Sepertinya memang mama sedang kesakitan. Aktifitas itu tidak berlangsung terlalu lama, mamaku akhirnya merasa mengantuk dan ingin pergi tidur di kamarnya.

"Udah ya sayang.. mama pengen tidur nih" kata mamaku sambil mematikan Tv dengan remotenya.

Mama lalu beranjak dari tempat duduknya dan melangkah menuju ke dalam kamarnya. Aku iseng ikut masuk ke kamarnya, setelah masuk ke kamar mamaku heran melihat aku juga ikut masuk ke kamarnya.

"sayang? Ada apa sih?" tanya mamaku.

“Gak kok mam.. adek cuma pastiin mama baik-baik aja” kilahku.

“Hihihi.. udah jujur aja, kamu penasaran mau mijitin susunya mama kan!?”

“Hehe.. iya mam.. kalo boleh sih, tapi kalo mama gak nyaman ga usah deh..” balasku.

"Kamu ini.. emang seberapa penasarannya sih kamu sama susunya mama?" katanya tenang namun masih dengan senyum manis menghiasi wajahnya. Sebuah senyum yang membuat jantungku semakin berdebar, apalagi mendengar kata-kata mamaku barusan.

“Emm... ya penasaran aja sih, gimana rasanya megang susu perempuan..” ungkapku jujur, selama ini aku dan mamaku selalu bicara apa adanya.

“Wah..wahh... jadi selama ini kamu belum pernah pegang buah dada pacarmu?” balas mama tak kalah apa adanya.

“Ya gak lah mam.. mana aku berani, kalau Aldi pacaran ya sayang-sayangan aja...”

“Ohh.. gitu.. yaudah, mumpung susunya mama juga lagi butuh pijatan.. sini” ucap mama dibarengi dengan tepukan tangannya pada tempat disebelahanya.

Aku yang merasa mendapat lampu hijau langsung mendekati mamaku dan duduk disampingnya. Dadaku terasa semakin berdegub kencang. Entah kenapa aku jadi salam tingkah dan bingung, padahal yang kuhadapi adalah mamaku sendiri. Orang yang sedari aku lahir ada bersamaku.

“Ingat, kamu boleh pegang susunya mama tapi ga boleh nafsu ya dek..” ingat mamaku.

“I-iiya mam... gak kok”

Mama lalu memelorotkan daster kimononya pada bagian pundak, lalu turun sampai sebatas perut. Kini aku bisa dengan leluasa melihat bulatan payudara mamaku yang indah menggelantung. Sungguh buah dada perempuan yang luar biasa, meski mama sudah berumur 42 tahun tapi payudaranya masih terlihat kencang dan berisi. Entah treatment apa yang dilakukannya akupun tak tahu.

“Nih Di.. pegang sama kedua tangan kamu.. dari belakang sampai ke depan, pelan-pelan aja tapi..” ujar mamaku.

“Gini ya mam?” akupun mengikuti gerakan yang dicontohkan mamaku untuk memijat payudaranya. Sungguh terasa luar biasa bisa memegang payudara perempuan, walau itu payudara mamaku sendiri.

“Ahhh.. iya Di.. kamu pintar...” puji mama yang merasa keenakan dengan pijatan tanganku.

“mam, kenapa sih kalo perempuan pas lagi mau datang bulan susunya jadi sakit?”

“Emm.. kalo mama baca sih katanya karena pembesaran kelenjar susu Di.. jadi kayak bengkak gitu, makanya agak sakit” jelas mamaku.

“Ohh.. kalau gitu kak Vira juga sama yah?”

“Iya dong, rata-rata perempuan pasti akan merasakannya..”

Aku terus memijat payudara mama bergantian kiri dan kanan. Rasanya sungguh luar biasa. Empuk, kenyal dan lembut. Mungkin juga karena aku sudah mulai horni jadi rasanya semakin membuat berdesir darah di tubuhku. Kalau sudah begini, Siapa yang Tahan coba!?

“Mam.. boleh gak kalo Aldi ngemut susunya mama?” tanyaku lancang. Aku tak mengharapkan mama membolehkannya tapi untung-untungan saja, siapa tahu aku dapat rejeki nomplok.

“Hehhh.. kamu ini ada-ada aja.. emang gak puas ya bisa mijit susunya mama?" tanya mama balik dengan tatapan yang tajam namun tetap cantik penuh aura keibuan.

“Eh... aaa.. a..anuu" kataku gelagapan.

“Kamu mau beneran?”

“I-iiya mam.. mau...’’ jawabku gugup.

“Hemmm.. yaudah deh, tapi sebentar aja ya Di.. udah gede kok masih mau netek lagi”

Yesss, akhirnya mama mau. Sungguh diluar dugaanku saat mama mengijinkan aku bisa melahap susunya mama. Kesempatan yang mungkin langka bagiku dan tak akan aku sia-siakan begitu saja.

“Sini..” ajak mama.

Akupun mendekatkan mulutku pada puting susu mama, kemudian aku masukkan puting coklat itu kedalam rongga mulutku. Memang dalam posisi duduk seperti itu aku agak kesulitan menikmati puting susu mama. Rasanya punggungku jadi pegel.

“Em.. mam.. bisa gak kita rubah posisinya? Pegel kalo gini terus..” ajakku.

“Iya deh, maunya kamu gimana Di?”

“Biar Aldi tiduran, trus mama yang diatasnya Aldi.. nanti kan susunya mama menggantung pas di atas mulutku”

“Hihihi.. banyak maunya ya kamu ini... yaudah, buat anak mama yang ganteng ini apapun pasti mama lakukan” jawab mama sambil tersenyum.

Aku tahu apa yang kami lakukan ini sudah mulai tak wajar, tapi entah kenapa mama juga mau terus mengikutu ajakanku. Kini mamaku mulai menata posisi tubuhnya di atas tubuhku yang sudah berbaring di tempat tidur. Dia merangkak naik supaya puting susunya pas mengenai mulutku.

“Aahhh....” desah mama saat puting susunya mulai aku jilati.

“Jangan dimainin gitu Di.. yang bener dong..” protes mama kemudian.

Aku langsung memulai hisapan mulutku pada puting susu mama. Kuhiasap dengan kuat seakan mengharapkan keluarnya air susu seperti yang kuminum semasa bayi dulu. Tanganku tak tinggal diam, saat sebelah kiri aku hisap, payudara mama yang sebelah kanan aku remas-remas. Begitu sebaliknya terus menerus.

“Ahhh.. kamu pinter Di... aahh.. tau dari mana sih anak mama ini..” ujar mamaku merasa keenakan dengan perlakuanku padanya.

Aku diam tak membalas ucapan mama. Aku hanya terus fokus menikmati puting susu mama kiri dan kanan bergantian. Kugunakan kesempatan ini sebaik mungkin, karena bisa saja besok-besok mama tak mengijinkan aku lagi.

“Ehh.. bentar Di... burungmu ngaceng yah?” tanya mama yang membuatku kaget bukan kepalang.

“Eh.. anu..itu.. itu..” balasku gelagapan. Aku yakin penisku beberapa kali menekan belahan pantat mama.

"Dasar... mama tahu kok usia seperti kamu saat ini sedang bergejolak hormonnya, tapi masa sama mama kamu sendiri nafsu juga, nakal yah.." kata mamaku.

“Aduhh.. maap mam.. itu gak bisa dikontrol, gabisa lihat wanita cantik, apalagi mau diemut susunya” kataku sedikit kurang ajar, tapi entah kenapa mama tidak marah dan malah balik tersenyum.

"Kalau kamu horny banget, tuh coli aja sana.. mama tahu kok kamu sering nonton bokep trus coli di kamarmu" balas mama vulgar. Aku jadi salah tingkah sendiri dengan ucapan mamaku.

“Trus juga kalo habis coli itu tissunya dibuang ke tempat sampah yang di luar ya sayang.. bau kamar kamu itu jadi bau sperma, tau gakk..!?”

“Jadi selama ini mama tau kalo aku suka nonton bokep sama coli?”

“ya tau dong sayang.. tapi mama gak marah karena memang wajar seumuran kamu itu nafsunya pasti gede, tapi jangan sampai keterusan melakukan yang tidak-tidak.. apalagi samapai hamilin anaknya orang..” tukas mamaku kemudian.

“Iya deh mam.. gak bakalan kok aku ngelakuin yang gituan”

“Mama percaya..” ujar mama yang payudaranya masih menggantung di atas mukaku.

“Berarti gak apa-apa kan mam kalau Aldi coli dan nonton bokep di rumah?" tanyaku pada mama tapi dengan agak malu dan ragu.

"Iya boleh... normal kok untuk laki-laki seusiamu, tapi jangan sampai papa sama kak Vira tahu, trus juga jangan keseringan" kata mamaku mengiayakan.

“Siap mam.. makasih.. trus kali ini gimana?”

Mama lalu turun dari ranjang kemudian membenarkan daster kimononya.

“Udah cukup.. susu mama udah agak mendingan, udah gak terlalu sakit. Kamu cepetan tidur aja, besok kan masih sekolah”

“Iya deh mam..” aku tak mau memaksa peruntunganku lagi meski batang penisku sudah berdenyut-denyut ingin segera memuntahkan isinya.

“Malam dek.. tidur indah ya..” biasanya aku di kecup keningku, tapi kali ini mama mengecup bibirku. Aneh rasanya.

“Iya mam...” akupun segera berjalan keluar dari kamar mama dan segera masuk kedalam kamarku. Rasanya ingin segera kupuasi penisku yang berdenyut-denyut dari tadi ini.

***

Pagi harinya setelah malam tadi aku bisa memegang dan mengemut payudara mama semuanya nampak biasa saja. Tak terlihat adanya rasa canggung diantara aku dan mama. Setelah selesai sarapan akupun langsung berangkat pergi ke sekolah.

Begitu sampai di parkiran sekolah aku segera menuju ruang kelasku karena buru-buru ngumpulin tugas untuk jam pertama mata pelajaran. Tapi belum jauh aku melangkah tiba-tiba ada suara lembut yang memanggil namaku.

“Aldi...!!”

“Eh, iya.. ada apa Syifa? Aku buru-buru nih...” jawabku. Syifa ini adalah salah satu gadis cantik di sekolahku, jadi incaran cowok pastinya, termasuk aku dulu.

“Bentar Di, aku mau ngomong sesuatu..” ucap Syifa mendekatiku.

“Apa sih? kayaknya penting”

“Di.. tolongin aku dong, gimana caranya deketin si Doni..”

“Hah!? Ga salah apa? Masak kamu pengen deketin Doni... yang bener aja Syifa!?” balasku tak percaya apa yang baru saja kudengar. Mana mungkin seorang gadis yang berjilbab kayak dia punya cowok incaran macam Doni yang doyan bokep itu.

“Beneran Di.. kamu tolongin aku dong...” ucapnya lagi memastikan.

“Kamu serius ya Syifa? Jangan-jangan kamu cuma nge-prank aku nih?” balasku masih tak percaya apa yang dikatakannya.

“Iya beneran.. kamu kan temen baik si Doni tuh, pasti gampang deh buat ngomong sama dia”

“Hemm.. yaudah, kita lihat aja ntar yah, ntar aku pikirkan gimana caranya”

“Pokoknya kamu bersedia aja aku udah seneng kok Di.. makasih”

Aku langsung berlari meninggalkan gadis cantik berkerudung itu dengan perasaan masih tak percaya. Namun aku juga berpikir gimana caranya buat ngerayu si Doni supaya mau deket sama Syifa, mengingat kelakuan mereka bertolak belakang. Ibarat iblis dan malaikat.

Selesai sekolah aku langsung pulang ke rumah karena tak ada acara lain yang mengharuskan aku datang. Suasana siang itu masih panas dan gerah meski mendung mulai menggantung di langit. Buru-buru aku berlari masuk ke dalam rumah karena udaranya yang membuatku semakin haus.

“Mam.. adek pulang..” teriakku saat sudah masuk ke dalam rumah, namun tak kudengar jawaban dari mamaku seperti biasanya.

Tanpa mempeduliakan keberadaan mama aku langsung masuk ke dalam kamar untuk meletakkan tas sekolahku dan melepas baju seragamku. Karena suhu udara siang itu gerah jadi aku cuma memakai celana pendek boxer saja. Itupun aku sudah tak memakai celana dalam lagi karena memang saat di rumah aku lebih senang tak memakai celana dalam. Lebih bebas dan sejuk rasanya. Selesai dari kamar aku langsung menuju dapur untuk mengambil minuman pengobat rasa dahaga.

“Eh, anak mama yang paling ganteng ini udah pulang ternyata” ucap mama yang baru keluar dari kamar mandi. Ternyata siang itu mama habis mandi.

“Iya mam.. aku tadi panggil mama ga jawab” balasku sambil melihat ke arah mama yang hanya menutup tubuhnya dengan belitan handuk putih saja.

“Ohh.. ya maap dek, kan mama lagi mandi”

“Tumben mama mandi siang-siang gini?”

“Gerah.. padahal musim hujan lhoo...” jawab mama sambil mendekatiku kemudian mengambil tempat duduk di sebelahku.

Tubuh mama yang hanya terbalut handuk putih itu nampak semakin menarik dilihat. Belahan dadanya dan paha bagian atasnya terlihat dengan jelas. Apalagi kulit mama yang putih cerah semakin membuat aura kecantikannya berlipat-lipat. Orang sering menyangka kalau mamaku itu adalah kakak dari kak Vira, wajar sih, karena wajah mereka mirip dan mama sepertinya memang awet muda. Meski guratan di wajah mama sudah mulai nampak juga.

“Ihh.. anak mama jadi mesum gitu sekarang... enggak, kayaknya memang dari dulu udah mesum..” ucap mama sambil melirik ke arahku.

“Eh, anu.. apasih mama ini!?” balasku gelagapan kaget pada ucapan mama.

“Bener kan!? Tuh dari tadi mata kamu dari tadi ngelihatin dada mama terus, padahal tadi malam kan udah dapat susunya, hihihi...” ucap mama lagi.

“Hehehe.. iya maap deh mam...”

“Apa sih yang menarik dari mama? Kana mama udah ga muda lagi Di?” tanya mama.

“Iya bener sih mama udah ga muda lagi, tapi masih menarik banget buat Aldi.. masih bisa bikin aku konak..” balasku jujur dengan bahasa apa adanya. Mungkin kalau mamaku itu seperti mama yang lain bakal digampar juga mukaku ini.

“Udah sana, kalo ga kuat mending kamu nonton bokep trus coli aja sana..” ujar mamaku lagi dengan bahasa yang vulgar. Aku yang mendengarnya saja jadi semakin horni. Aneh, kenapa jadi kacau gini otakku?

“Beneran? Berarti gapapa kan Aldi coli?” tanyaku iseng.

“Boleh.. kan tadi malam mama udah bilang, asal jangan keseringan” balas mama sambil melihat layar Hp miliknya.

“Ahh, ga enak mam.. kalo bahan buat colinya cuma film bokep aja ga bisa bikin horni” ujarku tanpa aku tutup-tutupi lagi. Kini pembicaraan kami bukan lagi obrolan antara ibu dan anak sewajarnya.

“Lha kan kamu biasa nonton bokep tuh... mama yakin koleksi kamu pasti banyak yah!?”

“Ga enak ma, kurang bikin horni..” ucapku tanpa basa-basi lagi.

“Trus maunya kamu apa bahan colinya?”

“Em.. tubuhnya Mama...” jawabku kurang ajar sambil menatap wajah cantik mama. Aku nekat saja mengatakannya dan bersiap menerima kemarahan mama.

“Udah gila ya kamu Dek? Masak mama kamu jadiin bahan coli? Yang bener aja!?” ucap mama mulai nge-gas lagi. Tapi tak ada tanda-tanda dia marah padaku.

“yahhh, mumpung mama cuma pake handuk gitu.. tapi kalo mama ga mau Aldi ga maksa kok ma.. Aldi udah terimakasih banget mama mau ngobrol bebas kayak gini”

“Duhh.. kenapa sih aku melahirkan anak yang mesum gini? Memang buah ga bakal jatuh terlalu jauh dari pohonnya” ucap mama sambil senyum melihatku.

“Maksudnya mam?” tanyaku penasaran soal kata-kata mama barusan.

“Eh, gak.. gapapa... yaudah, kali ini kamu boleh jadiin mama bahan coli kamu...” kata mama pasrah. Entah kenapa mama jadi penurut gitu yah? Aneh juga sih menurutku.

“Beneran mam?”

“Iyaa.. masak buat anak sendiri ga dikasih.. trus gimana maunya kamu?”

“Umm.. kalo Aldi coli di sini boleh kan?”

“Serah kamu aja dek... trus mama disuruh ngapain?”

“Bukain dikit dong ma handuknya, hehehe...”

“Duh, ngebet banget sih kamu sama susunya mama, hihihi...” balas mama kemudian menarik ujung kain handuk yang menutup bagian dada lalu memelorotkannya.

Meski aku tak percaya apa yang tengah terjadi namun tetap saja aku yakin pada kata-kata mama. Kalau dipikir sih memang aneh saja saat seorang ibu membiarkan dirinya jadi bahan coli anaknya sendiri. Aneh dan gak wajar banget. Tanpa banyak tingkah aku langsung berdiri dan menjatuhkan celana pendek boxer yang kupakai.

“Uhh.. makasih ma..” ujarku yang kini berdiri di hadapan mamaku dalam kondisi telanjang bulat tanpa rasa malu sedikitpun.

“Waahh.. gede juga punya kamu Di.. bisa saingan sama punya papa nih, hihihi...” puji mama saat melihat penisku yang tegak mengacung.

Aku kini berdiri telanjang sambil mengocok batang penisku di hadapan mamaku. Sungguh sangat nikmat dan sensasinya membuat tubuhku menggigil. Pemandangan buah dada mama yang ranum putih menggantung itu membuatku semakin bernafsu.

“Ahh... mama.. enak banget maa... ahhh... ngentoooottt....” racauku tanpa mempedulikan keberadaan mamaku.

“Ayo Di.. semprotin pejuh kamu.. ayoo...hihihi...” ujar mama menggodaku sambil memainkan kedua payudaranya sendiri kiri-kanan bergantian. Ahh, bisa gila karena nafsu kalau begini caranya.

Setelah 10 menit kemudian belum ada tanda-tanda aku mencapai klimas. Tanganku pun sudah pegal rasanya buat ngocok penisku sendiri. Biasanya kalau aku coli 5 menit saja sudah keluar, ini lain. Apa mungkin karena aku ditungguin sama mamaku? Jadi alam bawah sadarku bertekat harus bisa buktikan keperkasaanku.

“Sini Di...” tangan mama memberi tanda supaya aku mendekatinya.

“Kenapa maa? Udah capek nungguin yah?” tanyaku dengan perasaan tak menentu.

“Ssshhh... udah kamu diem aja, jangan bilang siapa-siapa ya Di” ucap mama yang diikuti degan dipegangnya batang penisku lalu diasukkannya ke dalam rongga mulutnya. Ugh, aku dioral mamaku sendiri!

“Aaaahhh.. kok enak sih maaa...”desahku saat kurasakan lembutnya bibir dan lidah mama menyapu permukaan penisku.

“Ehhhmmpphh...mmphhh.. ahhh..” suara mama mengulum penisku.

Sesaat lamanya mamaku fokus mengoral penisku. Rasanya sungguh nikmat dibanding aku coli dengan tanganku sendiri. Kurasakan mama sangat pintar sekali memberi rasa nikmat lewat hisapan dan sapuan bibirnya pada kemaluanku.

“Eemmmmphhh...”

Mama mendesah saat tanganku mulai ikut nakal memilin puting susunya. Mungkin mama kaget dengan kelancanganku berani memilin puting susu mamanya sendiri. Namun mama tetap membiarkan tanganku memilin dan mengelus puting susunya. Akhirnya kelancanganku terus berlanjut, mama yang fokus menggerakkan penisku di mulutnya tak sadar kalau ujung handuk yang mengikat tubuhnya sudah berhasil aku lepaskan.

“Lhaahh.. kok dilepas sih Di? Nakal banget kamu yahh..” ujar mama protes pada kelakuanku, namun begitu dia tak mengambil lagi handuknya yang jatuh di lantai. Kini kami berdua sudah sama-sama bugil.

“Hehe, maap maa.. biar adil...” balasku serasa tanpa bersalah.

Dalam kondisi telanjang bulat mama masih terus meng-oral penis milikku, anak kandungnya sendiri. Kini kami sudah benar-benar terbuka satu sama lain dalam arti sesungguhnya. Tak ada batas kain maupun norma diantara kami. Aku sudah terlalu bernafsu dan mama juga mungkin mulai terpancing birahinya.

“Ahhh.. maam.. mau ngecrot nih...” ujarku memperingatkan mama kalau spermaku sudah mau keluar.

“Iya Di.. emmph.. gapapa...emmmphh....” balas mama. Aku tak mengerti apa artinya, tapi aku tetap saja terus menikmati hisapan dan kuluman mama pada kejantananku.

“Ahhh... ini diaaa.. aahhhh....”

Croootttt.. Croootttt.. Croootttt.. Croootttt..

Penisku yang tercabut dari rongga mulut mama langsung dikocok memakai tangannya yang lembut. Akibatnya beberapa kali semburan spermaku yang hebat mampu membasahi wajah dan sekitar payudara mama sebelah kiri. Sungguh baru kali ini aku bisa menyemburkan maniku dengan sangat nikmat.

“Ahhhh... mamaa... hebattt...” ucapku sambil ngos-ngosan menata ritme nafasku.

“Eehhhmm.. aduhh.. mama jadi mandi lagi nih, dasar cabul..” ucap mama yang kini wajahnya nampak belepotan dengan cairan putih kental.

“Gapapa mam.. atau kalau mau kita mandi bersama aja, gimana?”

“Gak ah.. ntar bukannya mandi malah kamu ngepejuin mama lagi, hihihi...”

Mama kemudian beranjak pergi dari depanku. Handuk yang tadinya lepas dari tubuhnya tak dipakai lagi. Mama dengan santainya berjalan telanjang menuju kamar mandi meninggalkan aku yang masih ngos-ngosan dan penis yang masih terus berkedut-kedut.

***

Bersambung ya Gaes .. ^_^
Sik asiikkkk ajiiib
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd