Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Siapa yang Tahan (TAMAT)

Post 5

Alvira side Story


Seperti yang kalian udah tahu namaku Alvira. Aku anak pertama dari dua besaudara, adikku namanya Aldi. Kata teman-temanku aku ini cantik, tapi emang benar kok. Udah cantik, pinter, baik hati lagi. Banyak yang naksir tentunya. Aku senang sih banyak cowok-cowok yang memuji dan lirik-lirik kepadaku. Dari teman-teman kuliah yang ganteng dan tajir, sampai satpam kampus dan bapak-bapak ojol yang udah punya istri. Kalau hanya melirik sih biasa, tapi gak tahu deh kalau mereka juga punya pikiran-pikiran mesum juga.

Kadang aku juga ngerasa risih sama tatapan mereka. Tapi aku sih cuek aja, toh mereka cuma bisa ngelihat dan mengagumi aku. Kalau lagi baik hati, aku iseng balas tatapan mesum mereka dengan senyuman manisku. Tentu saja balasanku itu semakin membuat mereka salah tingkah tak karuan. Tapi kadang ada juga yang malah nekat godain aku.

Dari SMA aku udah kenal yang namanya seks. Meskipun begitu aku baru berani ngelakuinnya pas masuk kuliah. Itulah kenapa semakin hari nafsuku seperti tak terkontrol, mungkin juga aku ini gadis Hyper kalau masalah seks. Aku jadi ketagihan dengan yang namanya masturbasi. Kalau lagi ditinggal sendiri di rumah, aku bahkan ngelakukannya gak hanya di kamar mandi atau kamarku, tapi nekat melakukannya di ruang tv, ruang tamu, bahkan di kamar papa mama, dengan telanjang bulat tentunya.

Sebenarnya sih kalau dirunut masalah nafsuku yang tinggi itu tak lepas dari warisan papa mamaku. Mereka sering sekali ngelakuin persetubuhan suami istri di sembarang tempat, meski selalu di dalam rumah. Sepertinya mereka gak ada puasnya. Kalau lagi senggang papa langsung menelanjangi mama lalu dientotnya tanpa ampun. Sampai aku kuliah semester akhir inipun mereka masih sering ngelakuinnya sembarangan. Tapi ada satu rahasia yang bisa aku ceritain tentang mereka.

Waktu itu aku masih semester 2. Masih tergolong mahasiswa baru. Aku udah pernah pacaran beberapa kali dan ngeseks juga tentunya. Kalau masalah perawan sih jangan ditanya, aku udah kehilangan yang katanya mahkota gadis itu setelah lulus SMA.

Nah, ceritanya disuatu malam, rasanya aku horni banget. Aku di kamar sudah telanjang bulat dan mengelus-elus memekku sendiri. Padahal sih tadi sore pas mandi aku sudah masturbasi sampe orgasme juga, tapi memang nafsuku lagi tinggi. Apalagi pas masa-masa suburku aku bisa colmek sampai 5 kali sehari, itu saja rasanya masih kurang. Mau ngeseks sama pacar juga males, paling juga dianya keluar duluan, ga pernah bisa muasin aku. Itulah kenpa aku sering ganti-ganti pacar, coba mencari yang bisa mengimbangi birahiku.

Setelah meraba-raba bibir vaginaku bagian luar, aku terus menggesek bagian sensitif kewanitaanku. Klitoris sebesar biji kacang itu aku pilin dan aku gesek dengan jariku cepat. Rasanya memang nikmat banget, tapi gak bisa ngalahin sensasi dientot sama batang penis laki-laki. Tak lupa jari tanganku yang satunya mengerjai puting susuku dengan memelitir dan sesekali menyentilnya.

“Aahhhhh.. aahhhh.. uuuhhhh...” aku mendesah karena rasa nikmat telah menjalar di sekujur tubuhku.

Aku belingsatan sendiri di dalam kamarku. Tanpa terasa vaginaku basah, aku sedang horny berat. Semakin aku gesek vaginaku semakin kuat pula getaran nafsu di tubuhku. Ugh, pasti sebentar lagi aku orgasme.

Tiba-tiba aku kepikiran gimana kalau aku buka pintu kamarku dan aku masturbasi di sana. Ah, pasti lebih menarik dan nikmat. Langsung saja aku rebahan di depan pintu kamar yang terbuka dan kedua kakiku mengangkang lebar. Sampai di sini aku mulai takut kalau ketahuan papa atau mama yang bangun malam. Kalau Aldi sih gak bakalan bangun, dia kalau tidur udah kayak kebo, susah banget bangunnya. Saat ini aku sampai di titik perasaan takutku kalah oleh rasa horny di belahan vaginaku.

Dalam situasi ketakutan memekku malah kembali banjir. Vaginaku semakin gatal dan semakin menyiksa. Semakin takut aku ketahuan semakin nikmat pula sentuhan pada vagina dan putingku. Tanpa terasa aku sangat menikmati sensasi kebugilanku di depan pintu kamar yang terbuka itu. Ingin rasanya kuperlihatkan vaginaku didepan mereka. Tanpa ragu terus saja kuburu orgasmeku, vagina ini terasa sangat berkedut-kedut, kukocok liang senggamaku dengan jari tanganku dalam tempo cepat.

“Nggggg.. argggghhh… aahhhh..“ sebisa mungkin kutahan desahanku. Namun aku malah menggelinjang, sampai terdengar ketukan di lantai kamarku karena gerakan tubuhku yang kelojotan.

“Awwwww… aku keluaaaarrr…uuuuuhhhhhh..” sekuat tenaga kutahan akhirnya lepas juga jeritanku. Terasa deras cairan orgasmeku, aku tidak memikirkan siapapun lagi dan apapun yang akan terjadi. Aku hanya menikmati vaginaku yang berdenyut kencang karena orgasme. Aku suka sensasi ini, perasaan ini melebihi fantasiku selama ini.

Setelah berhenti aliran cairan dari vaginaku, kubuka mataku, kubersihkan debu dari lantai yang menempel dibadanku dan segera berdiri dari tempatku. Baru beberapa langkah kakiku terdengar suara orang berbicara. Deggg!! Jantungku seperti ingin copot. Papa mama terbangun karena jeritanku tadi. Aduhh, gimana dong?

Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kalau mereka tau anak perempuan mereka yang cantik ini sedang bugil dan masturbasi sampai orgasme di depan pintu kamarnya. Bisa-bisa aku kena hukuman tak boleh keluar rumah sama ga dikasih uang jajan. Belum lagi rasa malu itu, ahh..masa bodo aja.

Namun suara orang bicara itu bukan sedang ngobrol atau bercengkrama. Semakin berusaha kudengar semakin jelas pula kalu itu suara lenguhan dan desahan orang sedang ngentot. Yah.. aku yakin papa mamaku sedang ngentot di ruang tengah. Kuputuskan saja untuk melangkah mendekati asal suara itu tanpa kututupi tubuhku lebih dulu. Rasanya bejalan mendekati papa dan mama yang bersetubuh membuatku kembali horni. Apalagi tubuh telanjangku yang diterpa angin malam yang masuk lewat celah pintu dan jendela membuat getaran nafsu di tubuhku tetap berkobar.

“Aaahhh... papa keluar mam.. aahhh...aahhhh...”

Astaga, kulihat papa tengah berdiri dan memasukkan penisnya dalam mulut mama yang jongkok di depannya. Berarti mama sedang meminum sperma papa. Ah sial, aku jadi kepengen mencobanya juga. Belum pernah aku menelan sperma laki-laki. Kebanyakan pacarku crot duluan sebelum keinginanku terpenuhi.

“Euummphhh... mantab paa.. emmhhh..” dengan tenang mamaku menelan semua cairan sperma dari papa. Kelihatannya sungguh lezat, lain kali aku harus mencobanya.

Aku masih berdiri di balik sudut tembok yang membatasi antara ruang tengah dengan kamarku. Dari tempat ini aku bisa melihat apa yang mereka lakukan dengan jelas. Aku bisa dengan tenang melihat mereka, sampai saat papa melihat bayangan tubuhku.

“Alvira putri mahaswati, jangan cuma berdiri di situ .. kesini kamu...” perintah papa sambil melihat ke arahku.

Degh..!! Jantungku seakan berhenti berdegub saat kedua mata kami bertemu pandang. Sial..sial..siaal.. aku ketahuan. Parahnya lagi aku sedang bugil tanpa busana. Tapi aku tetap melangkah mendekati papa dan mama yang sudah selesai memadu birahi.

“Hahaha.. lihat tuh maa anak perempuanmu.. “ ujar papa dengan nada yang terasa mengejekku.

“Emang napa sih pa? Vira cantik kan? Tubuhnya lho bagus, masih kenceng lagi, hihi..” balas mama.

“Iya ma.. cantik, tubuhnya seksi.. cuma suka colmek sendirian, haha..” ejek papaku lagi.

“Udah ah pa.. Vira sayang.. sini dong, dekat mama sini...” ajak mamaku. Akupun menurutinya.

“Hemm.. kayaknya barusan orgasmenya hebat banget tuh mam.. liat aja memeknya, basah gitu..”

“Eh, iya pa.. hihihi.. buah jatuh gak akan jauh dari pohonnya emang..”

Aku jadi malu saat mendengar ucapan-ucapan mereka. Meski aku tengah telanjang tapi setelah mendengar kata-kata mereka aku serasa semakin ditelanjangi. Meski merasa malu namun entah kenapa mataku malah melihat ke arah penis papa yang masih tegak mengacung. Ukurannya juga lebih besar dari penis pacarku. Ugh, aku semakin merinding membayangkan penis itu melesak masuk dalam liang vaginaku.

“Enak sayang colmeknya?” tanya papa sambil tersenyum genit-genit gimana gitu.

“I.. i-iya pa.. enak..” balasku ragu.

“Pasti enak lah pa.. kalo gak enak mana mungkin Vira sampe katagihan gitu, ups...” balas mama tertahan, sepertinya memang mereka sudah tau kalau aku sering masturbasi.

“Sini sayang dekat papa... beneran kamu udah gak perawan?” ajak papa sambil bertanya sesuatu yang membuat runtuh duniaku. Gawat nih, bisa-bisa aku diusir dari rumah ini kalau papa tahu aku udah gak perawan lagi.

“Iya pa... udah lama..” jawabku tertunduk malu campur takut sama papa yang duduk di depanku. Sambil duduk pun penisnya masih tegak mengacung, ahh.. jadi bingung aku melihatnya.

“Sini, duduk di pangkuan papa.. ayo sini..” ajak papa lagi sambil menepuk pahanya.

“Udah deh.. kamu nurut aja Vir, hihihi...” balas mama, mulai kurasa ada sesuatu yang aneh.

Akupun dengan perlahan mulai naik ke pangkuan papa. Kini kulit tubuh telanjangku mulai bersentuhan dengan kulit papa yang tengah bugil juga. Pahaku sudah tanpa sekat lagi menduduki paha papa. Meski aku sering dipangku papa tapi itu dulu, masa aku kecil dulu. Kalo sekarang sih rasanya jadi aneh, tapi gak tau kenapa aku malah semakin horni juga.

“Jadi kamu udah ga perawan lagi ya sayang?”

“Iya pa..”

“Ohh, gapapa.. mama kamu dulu aja dari smp udah ga perawan kok.. hehe..” ujar papa.

“Eh, papa apaan sih!? jadi bahas masa lalu... yang memang nikmat sih, hihihi..” ucap mama seperti tanpa dosa.

“Nah, sekarang coba kamu liatin sama papa gimana caranya kok kamu bisa hilangin perawan kamu..” ternyata papa gak marah, aku jadi lebih tenang sekarang.

“Gini pa... itunya dimasukin ke sini..” balasku sambil menunjuk celah vaginaku yang ditumbuhi bulu halus itu. Pastinya papa bisa melihatnya dengan jelas, karena sekarang aku ada di pangkuannya saling berhadapan.

“Ohh, jadi ini dimasukin ke situ?” tandas papa sambil memegang penisnya lalu didekatkan pada celah memekku.

“Ahh.. iya paaah..” aku seperti terkena setrum saat ujung penis papa menyentuh bibir vaginaku.

“Trus, dimasukin gini ya Vir?” kedua tangan papa menarik pantatku hingga membuat pangkal pinggulku terdorong ke depan. Dorongan itu ternyata membuat kepala penisnya menyibak celah vaginaku bagian luar. Duh, kalau sudah gini siapa yang tahan.

“I.. i-iya pah.. uhhh.. bener” jawabku mendesah semakin horni.

“Okee.. trus dimasukin tambah dalam gitu?”

“Ummm... iya pah.. aahhhhhhhh....” papa menghentakkan pinggulnya ke depan hingga membuat ujung penisnya masuk ke dalam liang senggamaku.

“Enak ya Vir? Mau terus apa udahan?”

“Ahhh.. ga tau pah...” jawabku ragu karena kulihat mama memperhatikan perbuatan kami.

“Kalau mau terus ya kamu coba gerakin kaya ngelakuinnya sama pacarmu..” ucap papa. Aku semakin yakin kalau ternyata papa ingin menyetubuhiku, anak kandungnya sendiri.

Aku semakin tak percaya kalau papa sudah menusuk memekku dengan kontolnya. Tapi itu sudah terjadi dan sekarang kejantanan itu masih bersarang dalam liang peranakanku. Uhh, mantab memang rasanya.

“Vira gerakin ya pah?”

“Iya sayang.. biar mama istirahat dulu..” balas papa sambil tersenyum melihat mama.

Biarpun pikiranku masih ragu tapi pinggulku secara otomatis mulai bergerak maju-mundur. Rasanya penis papa begitu panjang, sampai menyentuh mulut rahimku di dalam sana. Aduhh.. kenapa enak banget sih rasanya? kalo gini sih jadi pengen dientotin terus sama papa.

“Aaaarrrghhhh… memeeek Vira gatel nih… papaaahh.. Vira kegatelaaannn niihh… kontolnya nakal mengaduk memek Vira paahhh..” tanpa sadar aku mulai meracau cukup keras.

“Iya sayang... papa akan terus aduk-aduk memek kamu biar gak kegatelan.. aahh.. ngentoott..”

“Ohhhh... shhhhh... pahhh.. Vira enak paaahhhh ... ayo digoyang pahh.. ahhhh..” sengaja agak kukeraskan suara desahanku.

Semakin cepat goyanganku semakin gila kata-kata yang keluar dari mulutku. Mulutku meracau, melenguh, mendesah tanpa ada rasa malu. Rasanya aku sudah tak punya lagi rasa malu di depan kedua orang tuaku. Toh mereka juga kini sama-sama telanjang di sampingku. Bahkan papaku malah dengan bernafsu ngentotin memekku, anak kandungnya sendiri.

“Ahhh... paaahh ininya jangan lupa dong, kan mau juga...aahh...” kataku sambil menyodorkan puting susuku kedepan mulut papa.

“Eummmmm.. ehmm.. ehm.. pas banget susu kamuu Vir, enak banget diemutnya” ucap papa memujiku.

“Uuuhh.. iya pahh.. isep teruss... abisin pah.. buat papa semua..” racauku semakin kencang. Aku semakin horni dan birahi dalam diriku serasa meledak-ledak. Akibatnya vaginakupun mulai berkontraksi semakin memeras penis papa.

“Aaahh... maah.. lihat nih maa.. anak perempuan kita binal banget.. aahh.. kontolnya papa dijepit mahh.. “ ujar papa yang merasa keenakan menikmati dinding vaginaku menjepit dan mengocok penisnya.

“Hihihi.. iya dong pah... kayak mamanya kan!?” balas mama sambil terkekeh gembira.

Aku tak habis pikir kenapa mama santai saja melihat anaknya sedang dientot sama papanya sendiri. Sepertinya bukan hal yang penting saat papa mengocok liang senggamaku dengan penisnya. Harusnya sebagai istrinya dia cemburu dong. Bahkan marah karena kami berzina di depan matanya. Aneh banget kalo dipikir.

“Gimana sayang kontolnya papa? Enak kan!?” pertanyaan yang aneh dan gak wajar dilontarkan oleh seorang ayah pada anak perempuannya. Tapi itu terjadi pada kami.

“Ahhhsss.. besarrrr pahhh.. argghhh.. argghhhh.. pahhhhhhhh enn aaakkk pahhh trusss pah” jawabku meracau sambil terus berusaha menggoyangkan pinggul.

Terasa bergetar vaginaku. Tusukan penis papa terasa mengobok-obok lubang kenikmatanku. Aku tak kuasa menahannya, klitorisku bergetar penuh nikmat.

“Aaaahhh.. terussss goyangin... teruuusss pahhh.. ahhhh.. ennnaakkk...” aku semakin blingsatan dan meracau dengan keras.

Aku tak menyangka aku menjadi liar malam ini, tapi aku sangat menikmatinya. Entah bagaimana kelanjutan keluarga kami akupun tak memikirkannya. Yang jelas aku merasa dalam kenikmatan yang teramat sangat saat penis papa keluar masuk liang senggamaku dengan liar dan cepat. Sampai pada akhirnya akupun mencapai klimaks pertama kalinya disetubuhi papa.

“Papahhh... aku keluaaarrrr.. arrrghhhh..” jeritku.

Seketika itu tubuhku seperti tersengat listrik hingga membuat kesadaranku berkurang. Tubuhku yang bergetar dan mengejang langsung ambruk ke depan bersandar pada dada bidang papaku. Sebagai orang tua yang baik dia pasti mengerti apa yang anaknya rasakan. Begitu juga dengan papaku, saat aku mengalami orgasme dia menghentikan kocokan penisnya pada celah memeku, diikuti tangannya yang memeluk badan telanjangku dengan lembut.

“Enak banget ya sayang? Sampe kejang-kejang gitu, hehe..”

“Aahhh.. iya paahh.. uuhmmm.. mantab banget sih kontolnya papa” balasku dengan bahasa yang vulgar.

Papa kemudian mengangkat tubuhku dan mendudukkan pada bekas tempatnya tadi. Kini aku duduk di atas kursi sofa dengan kedua kaki mengangkang memperlihatkan belahan memekku yang belepotan cairan orgasmeku sendiri. Papa kemudian memberi tanda pada mamaku supanya menungging di depannya.

“Biar Vira istirahat sebentar mah..” ujar papaku. Dia langsung mengarahkan ujung penisnya pada vagina mama lalu menggenjotnya dengan cepat.

“Adduuhhh.. paaahh.. pelan.. nafsu banget sih..” protes mama.

“Hehe.. sory mah.. kebawa suasana sih”

Wajah mama kini tepat berada di depan vaginaku, sedangkang pantatnya kini menjadi sasaran tamparan tangan papa. Meski suaranya keras tapi mama sepertinya gak merasa kesakitan, malah menikmatinya.

“Itu tuh.. bersihin punya Vira..” ucap papa. Awalnya aku tak mengerti, namun saat mama mulai menjilati celah memekku aku mulai paham.

“Ahh, mama.. geli maa.. ahh...” protesku, rasanya memang geli kalo habis klimaks trus dijilatin gitu. Namun begitu mama terus menyerang area sekitar vaginaku dan menjilati cairan orgasmeku dengan rakus. Ugh, sepertinya aku harus berguru sama mama kalo masalah jilat-menjilat gini.

“Aduh mah... kenapa sih memek kamu enak banget, padahal tadi habis aku pake juga, ahh..” puji papa sambil terus mempercepat goyangan pinggulnya.

“Uhh.. itu.. udah dari sononya pah.. aahh... teruss...”

Mama terus digempur oleh papa. Dari raut wajah papa dan mama aku bisa tahu kalau yang mereka lakukan pasti nikmat banget. Sambil terus melayani sodokan penis papa tak lupa mama juga terus menjilati lubang kewanitaanku. Kini aku sudah tak lagi protes, karena rasanya sudah enak lagi.

“Paaahhhh ... aku sayang kamu.. aahh.. ayo cepetin pahh... ahhhh.. ahhh..” suara racauan mama semakin keras terdengar.

“Sssstttt... nanti Aldi bangun trus liat kita mah, pelan-pelan aja” ingat papa.

“Gapapa pahhh... biar Aldi juga ikutan sama kita.. ohhhhsss.. pahhh.. ennaaakk... terus pahhh...”

“Oohh mahhh... kamu nakal banget mah.. aku ga kuat klo gini...” papa makin cepat memompa vagina mama yang terlihat becek itu.

“Keluarin paahhh... aahhhhh”

Tiba-tiba papa mencabut penisnya dari liang senggama milik mama. Lobang vagina itu terlihat jadi melongo saat ditinggal sama penis papa. Dengan cepat mama sudah jongkok di depan papa dan menerima kembali semburan sperma dalam mulutnya.

“Aaaahhh... kalian hebat.. kalo gini terus bisa kering nih pejuh papa, hehe..”

Mama tak menjawab, dia melihat ke arahku seperti memberi tanda untuk mendekat. Aku tahu apa yang mama inginkan. Akupun mendekatkan mulutku menuju mulut mama yang tertutup menampung sperma papa.

“Hemmphhh..eemmmhhh..” aku terkejut saat cairan pejuh milik papa mulai mengalir dalam rongga mulutku. Rasanya asin dan agak pahit gimana gitu. Tapi entah kenapa aku jadi suka banget merasakannya. Itulah kenapa aku dengan rakus ikutan menelan cairan sperma itu seperti yang mama lakukan.

Malam itu akhirnya aku mendapatkan penjelasan dari papa dan mama, mungkin lebih ke cerita jaman mereka masih remaja. Ternyata mama dulu kehilangan perawan bukan dengan pacarnya, tapi malah dengan ayahnya sendiri. Sejak saat itulah mama jadi perempuan yang hyper dan jadi petualang seks. Papa juga ternyata sudah sering ngentot dengan wanita-wanita di luar sana. Pacar-pacarnya dulu juga sudah jadi korban kehebatan penis papa. Itulah kenapa papa memilih mama jadi pendamping hidupnya. Mereka dari dulu sudah berjanji boleh main seks dengan siapapun asal rumah tangga dan keluarga tetap terjaga. Menurutku sih itu hak mereka dan sah-sah saja, asal tak ada yang dirugikan.

***

Sudah beberapa hari papa tak pulang karena tugas di luar pulau. Itu sudah wajar terjadi karena memang tuntutan pekerjaan papa yang mengharuskan seperti itu. Namu di sisi lain aku merindukan kehadiran papa. Lebih tepatnya kehadiran penisnya papa dalam liang vaginaku. Aku tak puas kalau hanya colmek dan memainkan klitorisku sampai klimaks dengan tanganku. Aku ingin penis, yang besar dan kuat seperti punya papa.

Suatu ketika aku ada kesempatan melihat penis adik laki-lakiku. Saat itu aku buru-buru mau mandi dan tak sengaja membuka pintu kamar mandi dengan keras. Sungguh diluar perkiraanku ternyata di dalam kamar mandi ada Aldi yang tengah mandi. Malah bukan cuma mandi, tapi coli juga. Saat itulah aku bisa melihat ukuran penis milik adikku yang sesungguhnya. Ukurannya besar dan panjang mirip punya papa, bahkan kalau ga salah sih malah lebih panjang sedikit. Ujung kepala kontolnya bisa sejajar sama pusarnya. Aku jadi kepikiran, gimana caranya aku bisa ikut menikmati penis adikku itu. Mungkin sudah gila ya aku ini, pengen ngerasain penis adiknya sendiri, hihihi.

Setelah beberapa hari tak ada dirumah akhirnya malam ini papa pulang. Aku sangat gembira menyambutnya pulang. Ada segelintir harapan kalu memekku akan terisi lagi dengan hangatnya pejuh papa. Nah, untuk itulah pagi itu aku mencoba masuk ke dalam kamar papa. Kebetulan mama jam 5 pagi sudah keluar rumah untuk senam di rumah bu Atik.

“Pahh...” ucapku sambil menutup pintu kamar papa.

“Eh, kamu Vira.. aku pikir mama kamu yang balik”

“Puasin Vira ya pah.. Vira kangen papa” kataku sambil duduk di tempat tidur.

“Kangen papa atau kangen kontolnya papa? Hehe..”

“Kangen dua-duanya lahh, hihihi...”

“yaudah kalo gitu sini...naik..”

Aku langsung menarik selimut yang dipakai papa. Begitu selimut aku tarik terlihatlah tubuh telanjang papa dengan batang kejantanan yang tegak mengacung. Sepertinya batang penis itu menggodaku untuk mendekat dan menikmatinya.

Setelah menarik selimut yang dipakai papa aku langsung menelanjangi tubuhku sendiri. Tak susah sih, karena yang aku pakai hanya tanktop dan celana pendek ketat tanpa daleman apapun.

“Tubuh kamu indah banget.. papa jadi makin suka”

“Iya dong, siapa dulu papanya, hihi..”

Tanpa pikir panjang akupun naik ke atas tempat tidur. Melihat penis papa yang tegak mengeras itu membuatku tergoda untuk mengoralnya. Itung-itung biar panas dan licin dikit lah. Biar siap langsung masuk memekku.

“Euumppph... emmmmphh.. eemmpphhh...”

“Aahh.. anak papa tambah pinter aja ngisepnya.. udah mirip mulutnya lonte” ucap papa tanpa basa-basi.

“Eeemmphh.. iya pa.. eemmhhpphh..” anehnya aku jadi biasa saja saat papa menyamakanku dengan lonte. Mungkin saja aku memang sama dengan lonte, sama-sama gatel memeknya kalo gak dicoblos kontolnya laki-laki.

"Enak banget Vir.. ga nyangka anak papa satu ini jago nyepong, hehehe.." ucap papa lagi. Aku gak menghiraukan ucapan papa, aku hanya terus mengoral penis besarnya dengan rakus.

“Mama udah berangkat senam?”

“Emmmpphh.. udah pa..”

“Kalo Aldi, udah bangun belum?”

“Eeummhh... aahh.. belumm..”

Tiba-tiba papa menarik pinggangku untuk mendekatinya. Aku tahu maksudnya. Sambil terus mengoral penis papa kuposisikan kedua kakiku mengangkangi badan papa.

“Siniin dong memeknya.. jangan dijauhin gitu” ujar papa yang langsung menarik bongkahan pantatku mendekati wajahnya. Seketika itu juga belahan memekku sudah dalam jangkauan lidah papa yang menari lincah.

“Ahhhh.. papa... diapain sih!? enak paahh...”

Aku menjerit keenakan saat lidah papa menyapu belahan vaginaku dengan lembut. Belum lagi hisapan-hisapan kuat mulutnya membuat klitorisku semakin berdenyut-denyut horni. Aduhh, kalo diginiin bisa ngecrit duluan akunya.

“Ahh... paahh.. udah.. aahh.. udah...” ujarku meminta papa berhenti. Tapi nyatanya pinggangku terus bergerak supaya lidah papa terus menyapu belahan memekku.

“Aaaaaahhh.. Aaaakuu.. Keellluuaaaaarrr..." kataku agak kencang diikuti dengan tubuhku yang kelojotan di atas tubuh kekar papa.

Badanku tidak berhenti mengejang selama beberapa detik. Ini orgasme yang paling nikmat dan panjang bersama papaku. Setelah badanku selesai mengejang aku langsung ambruk di badan papa dengan penisnya yang kaku mengeras itu berada tepat di depan mukaku.

“Geser yuk sayang..” pinta papa kemudian.

Aku yang tadinya berada di atas tubuh papa kini geser turun. Sepertinya papa tak minta aku merubah posisi, jadi aku terus saja menungging di depannya.

"Aaaahhhh.. paahh...!!" teriakku kaget. Tiba-tiba tanpa sepengetahuanku papa mendorong dan memasukkan penisnya ke vaginaku dari belakang. Namun papa tak memperdulikan protesku, dia langsung memaju-mundurkan penisnya.

“Uhhh.. memek kamu udah becek banget Vir.. papa makin suka nihh..” ungkap papa yang terus menggenjot memekku dengan cepat.

"Aahh.. Aahh.. Aahh.. Aahhh.." desahku seirama dengan cepatnya genjotan penis papa di lubang senggamaku.

Tanpa ampun papa terus memompa vaginaku dengan cepat. Sampai-sampai badan dan kepalaku sekarang jatuh ke depan menimpa kasur tempat tidur.

“Ini nih kalo jadi perempuan binal.. bakalan dihajar memeknya pake kontol..” ucap papa disela-sela kocokan penisnya pada liang vagianku.

“Ohh.. iya pahh.. hajar pahh.. hajar memek Vira paahh....aahhh...” balasku meracau.

Aku mendesah-desah seiring genjotan kontol papa di vaginaku. Semakin lama genjotannya semakin cepat. Akupun makin terbuai karenanya. Rasanya begitu nikmat. Aku pengen terus digenjot! Aku yang tadinya hanya pasrah, sekarang ikut memaju-mundurkan pinggulku mengikuti irama genjotan papa.

“Wih... hot banget... nikmat banget ya Vir? Hahaha..” terdengar suara ejekan papa melihatku tengah dikuasai oleh rasa nikmatnya bersetubuh.

“Iya paah... Vira suka... suka banget.... ngghhhh... enak.... nghhh.. ahhhh.... entotin Vira terus ya paa... plis... jangan berhenti..” ucapku memohon-mohon pada papa.

“Hahaha... dasar pecun!! Maunya dientotin terus ya..” ejek papa lagi, tapi entah kenapa kata-kata itu malah membuatku semakin dimabuk birahi. Ahh, kacau nih aku.

“Oohhh.. iya pah... Vira pecun..ahh.. Vira lontenya papa.. teruss paaa... entotin Vira paa...” aku gak bisa bohong kalau ngentot itu emang nikmat. Sangat-sangat nikmat malahan.

Plok.. plokk... plokkk.. plokkk..!! suara peraduan antara bongkahan pantatku dan pangkal paha papa menggema di pagi itu. Aku sudah tak lagi bisa berpikir kalau suara itu akan di dengar oleh adikku, atau juga didengar tetanggaku yang lewat di depan rumah.

“Paa... Vira... asshh.. mau sampeee.....” ucapku manja. Rasa horni yang sedari tadi melanda memang membuatku tidak tahan menahan nikmat ini lama-lama.

Genjotan papa makin cepat mengetahui aku akan segera orgasme. Memekku yang berdenyut-denyut sepertinya membuat dia juga makin nafsu. Hentakan kontolnya makin cepat. Aku semakin gak tahan! Tubuhku kemudian kelojotan tak terkendali. Aku orgasme!

‘Crrr...crrr....crrrr......’ aahhh.. nikmat banget orgasmeku !!

Tubuhku langsung lemas. Ini adalah orgasme terhebat yang pernah aku rasakan! Orgasme karena ngentot nikmatnya jauh berkali-kali lipat dibandingkan hanya mengobel memekku sendiri. Aku ketagihan, aku ketagihan dikontolin sama papaku sendiri. Ahh, aku pengen lagi. Aku pengen papa terus ngentot memekku lagi.

“Enak kan sayang? Nyesel kan gak ngentot sama papa dari dulu?” bisik papa tepat disamping telingaku.

Aku hanya melenguh pelan membalas bisikan papaku tadi. Tubuhku masih lemas tapi vaginaku terus berdenyut minta disodok lagi. Aku betul-betul ketagihan batang penis papa kandungku sendiri. Seharusnya dari dulu aku minta dientotin sama papa kalau tahu batang kontolnya senikmat ini.

Papa yang belum mancapai klimaks terus menggenjot memekku lagi. Akupun berusaha ikut menggoyangkan pinggulku meski merasa lemas. Lagi-lagi aku harus mengalami getaran halus dalam tubuhku. Aduh, kenapa ini? Kenapa aku jadi gampang sekali orgasme disodok kontol papaku sendiri.

“Ahhhhhhhh... sampeeeeeeeeee....!!” teriakku lagi. Kali ini orgasmeku sangat-sangat nikmat dan dalam. Sampai tubuhku jadi bergetar hebat dan kelojotan sendiri.

“Ahh, dasar gadis binal.. bisa-bisanya kamu ngecrit lagi Vir..” ujar papa dengan nada mengejek. Aku tak peduli, asal papa terus menggenjot memekku dengan penisnya.

“Yaudah, kalo gitu papa kasih hadiah buat kamu... aahh...”

Tiba-tiba papa menusukkan penisnya dalam-dalam sampai terasa di mulut rahimku. Setelah itu papa mengejang-kejang dan menyemburkan spermanya dalam rahimku. Beneran enak banget rasanya, hangat dan nikmat.

“Papa titip benihnya papa... moga jadi ya Vir.. hahaha..” ujar papa sambil menandaskan tusukan penisnya lagi.

Aku yang mendengar ucapan itu harusnya merasa takut. Bisa jadi sperma papa berhasil membuahiku. Tapi tidak, aku malah tersenyum bahagia dan bangga saat sperma papa tumpah-ruah dalam rahimku. Aku jadi berpikir, gimana ya rasanya punya anak dari papaku sendiri? hihihi.

Setelah selesai bercinta dengan papaku, aku memakai pakaian lalu pergi keluar kamarnya. Sialnya saat aku keluar kamar tiba-tiba sudah ada Aldi berdiri di situ.

“Lhoh kak.. ngapain dari kamar papa?” tanya Aldi penasaran. Aku lihat dia telanjang dada memperlihatkan dadanya yang bidang dan perutnya yang rata. Malah aku jadi kebayang penisnya yang tak kalah besarnya dengan punya papa.

“Eh, dek.. itu, anu...emm.. disuruh kerokin papa.. katanya masuk angin” balasku beralasan. Pandangannku malah tertuju pada celana pendek yang dipakainya. Ada tonjolan di baliknya yangmenyembunyikan sebuah batang kejantanan muda yang siap dinikmati saat masuk dalam memekku. Ahh, kenapa aku jadi tergila-gila sama kontol gini sih!?

“Masak sih kak..? kan tadi..” kalimat Aldi terhenti, entah apa yang dipikirkannya.

“Yaudah, kakak mau mandi dulu ya dek...” balasku sambil ngeloyor pergi menuju kamar mandi.

End of Alvira side Story part 1



***
Eh, disambung lagi besok ya Gaes ^_^
 
Post 5

Alvira side Story


Seperti yang kalian udah tahu namaku Alvira. Aku anak pertama dari dua besaudara, adikku namanya Aldi. Kata teman-temanku aku ini cantik, tapi emang benar kok. Udah cantik, pinter, baik hati lagi. Banyak yang naksir tentunya. Aku senang sih banyak cowok-cowok yang memuji dan lirik-lirik kepadaku. Dari teman-teman kuliah yang ganteng dan tajir, sampai satpam kampus dan bapak-bapak ojol yang udah punya istri. Kalau hanya melirik sih biasa, tapi gak tahu deh kalau mereka juga punya pikiran-pikiran mesum juga.

Kadang aku juga ngerasa risih sama tatapan mereka. Tapi aku sih cuek aja, toh mereka cuma bisa ngelihat dan mengagumi aku. Kalau lagi baik hati, aku iseng balas tatapan mesum mereka dengan senyuman manisku. Tentu saja balasanku itu semakin membuat mereka salah tingkah tak karuan. Tapi kadang ada juga yang malah nekat godain aku.

Dari SMA aku udah kenal yang namanya seks. Meskipun begitu aku baru berani ngelakuinnya pas masuk kuliah. Itulah kenapa semakin hari nafsuku seperti tak terkontrol, mungkin juga aku ini gadis Hyper kalau masalah seks. Aku jadi ketagihan dengan yang namanya masturbasi. Kalau lagi ditinggal sendiri di rumah, aku bahkan ngelakukannya gak hanya di kamar mandi atau kamarku, tapi nekat melakukannya di ruang tv, ruang tamu, bahkan di kamar papa mama, dengan telanjang bulat tentunya.

Sebenarnya sih kalau dirunut masalah nafsuku yang tinggi itu tak lepas dari warisan papa mamaku. Mereka sering sekali ngelakuin persetubuhan suami istri di sembarang tempat, meski selalu di dalam rumah. Sepertinya mereka gak ada puasnya. Kalau lagi senggang papa langsung menelanjangi mama lalu dientotnya tanpa ampun. Sampai aku kuliah semester akhir inipun mereka masih sering ngelakuinnya sembarangan. Tapi ada satu rahasia yang bisa aku ceritain tentang mereka.

Waktu itu aku masih semester 2. Masih tergolong mahasiswa baru. Aku udah pernah pacaran beberapa kali dan ngeseks juga tentunya. Kalau masalah perawan sih jangan ditanya, aku udah kehilangan yang katanya mahkota gadis itu setelah lulus SMA.

Nah, ceritanya disuatu malam, rasanya aku horni banget. Aku di kamar sudah telanjang bulat dan mengelus-elus memekku sendiri. Padahal sih tadi sore pas mandi aku sudah masturbasi sampe orgasme juga, tapi memang nafsuku lagi tinggi. Apalagi pas masa-masa suburku aku bisa colmek sampai 5 kali sehari, itu saja rasanya masih kurang. Mau ngeseks sama pacar juga males, paling juga dianya keluar duluan, ga pernah bisa muasin aku. Itulah kenpa aku sering ganti-ganti pacar, coba mencari yang bisa mengimbangi birahiku.

Setelah meraba-raba bibir vaginaku bagian luar, aku terus menggesek bagian sensitif kewanitaanku. Klitoris sebesar biji kacang itu aku pilin dan aku gesek dengan jariku cepat. Rasanya memang nikmat banget, tapi gak bisa ngalahin sensasi dientot sama batang penis laki-laki. Tak lupa jari tanganku yang satunya mengerjai puting susuku dengan memelitir dan sesekali menyentilnya.

“Aahhhhh.. aahhhh.. uuuhhhh...” aku mendesah karena rasa nikmat telah menjalar di sekujur tubuhku.

Aku belingsatan sendiri di dalam kamarku. Tanpa terasa vaginaku basah, aku sedang horny berat. Semakin aku gesek vaginaku semakin kuat pula getaran nafsu di tubuhku. Ugh, pasti sebentar lagi aku orgasme.

Tiba-tiba aku kepikiran gimana kalau aku buka pintu kamarku dan aku masturbasi di sana. Ah, pasti lebih menarik dan nikmat. Langsung saja aku rebahan di depan pintu kamar yang terbuka dan kedua kakiku mengangkang lebar. Sampai di sini aku mulai takut kalau ketahuan papa atau mama yang bangun malam. Kalau Aldi sih gak bakalan bangun, dia kalau tidur udah kayak kebo, susah banget bangunnya. Saat ini aku sampai di titik perasaan takutku kalah oleh rasa horny di belahan vaginaku.

Dalam situasi ketakutan memekku malah kembali banjir. Vaginaku semakin gatal dan semakin menyiksa. Semakin takut aku ketahuan semakin nikmat pula sentuhan pada vagina dan putingku. Tanpa terasa aku sangat menikmati sensasi kebugilanku di depan pintu kamar yang terbuka itu. Ingin rasanya kuperlihatkan vaginaku didepan mereka. Tanpa ragu terus saja kuburu orgasmeku, vagina ini terasa sangat berkedut-kedut, kukocok liang senggamaku dengan jari tanganku dalam tempo cepat.

“Nggggg.. argggghhh… aahhhh..“ sebisa mungkin kutahan desahanku. Namun aku malah menggelinjang, sampai terdengar ketukan di lantai kamarku karena gerakan tubuhku yang kelojotan.

“Awwwww… aku keluaaaarrr…uuuuuhhhhhh..” sekuat tenaga kutahan akhirnya lepas juga jeritanku. Terasa deras cairan orgasmeku, aku tidak memikirkan siapapun lagi dan apapun yang akan terjadi. Aku hanya menikmati vaginaku yang berdenyut kencang karena orgasme. Aku suka sensasi ini, perasaan ini melebihi fantasiku selama ini.

Setelah berhenti aliran cairan dari vaginaku, kubuka mataku, kubersihkan debu dari lantai yang menempel dibadanku dan segera berdiri dari tempatku. Baru beberapa langkah kakiku terdengar suara orang berbicara. Deggg!! Jantungku seperti ingin copot. Papa mama terbangun karena jeritanku tadi. Aduhh, gimana dong?

Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kalau mereka tau anak perempuan mereka yang cantik ini sedang bugil dan masturbasi sampai orgasme di depan pintu kamarnya. Bisa-bisa aku kena hukuman tak boleh keluar rumah sama ga dikasih uang jajan. Belum lagi rasa malu itu, ahh..masa bodo aja.

Namun suara orang bicara itu bukan sedang ngobrol atau bercengkrama. Semakin berusaha kudengar semakin jelas pula kalu itu suara lenguhan dan desahan orang sedang ngentot. Yah.. aku yakin papa mamaku sedang ngentot di ruang tengah. Kuputuskan saja untuk melangkah mendekati asal suara itu tanpa kututupi tubuhku lebih dulu. Rasanya bejalan mendekati papa dan mama yang bersetubuh membuatku kembali horni. Apalagi tubuh telanjangku yang diterpa angin malam yang masuk lewat celah pintu dan jendela membuat getaran nafsu di tubuhku tetap berkobar.

“Aaahhh... papa keluar mam.. aahhh...aahhhh...”

Astaga, kulihat papa tengah berdiri dan memasukkan penisnya dalam mulut mama yang jongkok di depannya. Berarti mama sedang meminum sperma papa. Ah sial, aku jadi kepengen mencobanya juga. Belum pernah aku menelan sperma laki-laki. Kebanyakan pacarku crot duluan sebelum keinginanku terpenuhi.

“Euummphhh... mantab paa.. emmhhh..” dengan tenang mamaku menelan semua cairan sperma dari papa. Kelihatannya sungguh lezat, lain kali aku harus mencobanya.

Aku masih berdiri di balik sudut tembok yang membatasi antara ruang tengah dengan kamarku. Dari tempat ini aku bisa melihat apa yang mereka lakukan dengan jelas. Aku bisa dengan tenang melihat mereka, sampai saat papa melihat bayangan tubuhku.

“Alvira putri mahaswati, jangan cuma berdiri di situ .. kesini kamu...” perintah papa sambil melihat ke arahku.

Degh..!! Jantungku seakan berhenti berdegub saat kedua mata kami bertemu pandang. Sial..sial..siaal.. aku ketahuan. Parahnya lagi aku sedang bugil tanpa busana. Tapi aku tetap melangkah mendekati papa dan mama yang sudah selesai memadu birahi.

“Hahaha.. lihat tuh maa anak perempuanmu.. “ ujar papa dengan nada yang terasa mengejekku.

“Emang napa sih pa? Vira cantik kan? Tubuhnya lho bagus, masih kenceng lagi, hihi..” balas mama.

“Iya ma.. cantik, tubuhnya seksi.. cuma suka colmek sendirian, haha..” ejek papaku lagi.

“Udah ah pa.. Vira sayang.. sini dong, dekat mama sini...” ajak mamaku. Akupun menurutinya.

“Hemm.. kayaknya barusan orgasmenya hebat banget tuh mam.. liat aja memeknya, basah gitu..”

“Eh, iya pa.. hihihi.. buah jatuh gak akan jauh dari pohonnya emang..”

Aku jadi malu saat mendengar ucapan-ucapan mereka. Meski aku tengah telanjang tapi setelah mendengar kata-kata mereka aku serasa semakin ditelanjangi. Meski merasa malu namun entah kenapa mataku malah melihat ke arah penis papa yang masih tegak mengacung. Ukurannya juga lebih besar dari penis pacarku. Ugh, aku semakin merinding membayangkan penis itu melesak masuk dalam liang vaginaku.

“Enak sayang colmeknya?” tanya papa sambil tersenyum genit-genit gimana gitu.

“I.. i-iya pa.. enak..” balasku ragu.

“Pasti enak lah pa.. kalo gak enak mana mungkin Vira sampe katagihan gitu, ups...” balas mama tertahan, sepertinya memang mereka sudah tau kalau aku sering masturbasi.

“Sini sayang dekat papa... beneran kamu udah gak perawan?” ajak papa sambil bertanya sesuatu yang membuat runtuh duniaku. Gawat nih, bisa-bisa aku diusir dari rumah ini kalau papa tahu aku udah gak perawan lagi.

“Iya pa... udah lama..” jawabku tertunduk malu campur takut sama papa yang duduk di depanku. Sambil duduk pun penisnya masih tegak mengacung, ahh.. jadi bingung aku melihatnya.

“Sini, duduk di pangkuan papa.. ayo sini..” ajak papa lagi sambil menepuk pahanya.

“Udah deh.. kamu nurut aja Vir, hihihi...” balas mama, mulai kurasa ada sesuatu yang aneh.

Akupun dengan perlahan mulai naik ke pangkuan papa. Kini kulit tubuh telanjangku mulai bersentuhan dengan kulit papa yang tengah bugil juga. Pahaku sudah tanpa sekat lagi menduduki paha papa. Meski aku sering dipangku papa tapi itu dulu, masa aku kecil dulu. Kalo sekarang sih rasanya jadi aneh, tapi gak tau kenapa aku malah semakin horni juga.

“Jadi kamu udah ga perawan lagi ya sayang?”

“Iya pa..”

“Ohh, gapapa.. mama kamu dulu aja dari smp udah ga perawan kok.. hehe..” ujar papa.

“Eh, papa apaan sih!? jadi bahas masa lalu... yang memang nikmat sih, hihihi..” ucap mama seperti tanpa dosa.

“Nah, sekarang coba kamu liatin sama papa gimana caranya kok kamu bisa hilangin perawan kamu..” ternyata papa gak marah, aku jadi lebih tenang sekarang.

“Gini pa... itunya dimasukin ke sini..” balasku sambil menunjuk celah vaginaku yang ditumbuhi bulu halus itu. Pastinya papa bisa melihatnya dengan jelas, karena sekarang aku ada di pangkuannya saling berhadapan.

“Ohh, jadi ini dimasukin ke situ?” tandas papa sambil memegang penisnya lalu didekatkan pada celah memekku.

“Ahh.. iya paaah..” aku seperti terkena setrum saat ujung penis papa menyentuh bibir vaginaku.

“Trus, dimasukin gini ya Vir?” kedua tangan papa menarik pantatku hingga membuat pangkal pinggulku terdorong ke depan. Dorongan itu ternyata membuat kepala penisnya menyibak celah vaginaku bagian luar. Duh, kalau sudah gini siapa yang tahan.

“I.. i-iya pah.. uhhh.. bener” jawabku mendesah semakin horni.

“Okee.. trus dimasukin tambah dalam gitu?”

“Ummm... iya pah.. aahhhhhhhh....” papa menghentakkan pinggulnya ke depan hingga membuat ujung penisnya masuk ke dalam liang senggamaku.

“Enak ya Vir? Mau terus apa udahan?”

“Ahhh.. ga tau pah...” jawabku ragu karena kulihat mama memperhatikan perbuatan kami.

“Kalau mau terus ya kamu coba gerakin kaya ngelakuinnya sama pacarmu..” ucap papa. Aku semakin yakin kalau ternyata papa ingin menyetubuhiku, anak kandungnya sendiri.

Aku semakin tak percaya kalau papa sudah menusuk memekku dengan kontolnya. Tapi itu sudah terjadi dan sekarang kejantanan itu masih bersarang dalam liang peranakanku. Uhh, mantab memang rasanya.

“Vira gerakin ya pah?”

“Iya sayang.. biar mama istirahat dulu..” balas papa sambil tersenyum melihat mama.

Biarpun pikiranku masih ragu tapi pinggulku secara otomatis mulai bergerak maju-mundur. Rasanya penis papa begitu panjang, sampai menyentuh mulut rahimku di dalam sana. Aduhh.. kenapa enak banget sih rasanya? kalo gini sih jadi pengen dientotin terus sama papa.

“Aaaarrrghhhh… memeeek Vira gatel nih… papaaahh.. Vira kegatelaaannn niihh… kontolnya nakal mengaduk memek Vira paahhh..” tanpa sadar aku mulai meracau cukup keras.

“Iya sayang... papa akan terus aduk-aduk memek kamu biar gak kegatelan.. aahh.. ngentoott..”

“Ohhhh... shhhhh... pahhh.. Vira enak paaahhhh ... ayo digoyang pahh.. ahhhh..” sengaja agak kukeraskan suara desahanku.

Semakin cepat goyanganku semakin gila kata-kata yang keluar dari mulutku. Mulutku meracau, melenguh, mendesah tanpa ada rasa malu. Rasanya aku sudah tak punya lagi rasa malu di depan kedua orang tuaku. Toh mereka juga kini sama-sama telanjang di sampingku. Bahkan papaku malah dengan bernafsu ngentotin memekku, anak kandungnya sendiri.

“Ahhh... paaahh ininya jangan lupa dong, kan mau juga...aahh...” kataku sambil menyodorkan puting susuku kedepan mulut papa.

“Eummmmm.. ehmm.. ehm.. pas banget susu kamuu Vir, enak banget diemutnya” ucap papa memujiku.

“Uuuhh.. iya pahh.. isep teruss... abisin pah.. buat papa semua..” racauku semakin kencang. Aku semakin horni dan birahi dalam diriku serasa meledak-ledak. Akibatnya vaginakupun mulai berkontraksi semakin memeras penis papa.

“Aaahh... maah.. lihat nih maa.. anak perempuan kita binal banget.. aahh.. kontolnya papa dijepit mahh.. “ ujar papa yang merasa keenakan menikmati dinding vaginaku menjepit dan mengocok penisnya.

“Hihihi.. iya dong pah... kayak mamanya kan!?” balas mama sambil terkekeh gembira.

Aku tak habis pikir kenapa mama santai saja melihat anaknya sedang dientot sama papanya sendiri. Sepertinya bukan hal yang penting saat papa mengocok liang senggamaku dengan penisnya. Harusnya sebagai istrinya dia cemburu dong. Bahkan marah karena kami berzina di depan matanya. Aneh banget kalo dipikir.

“Gimana sayang kontolnya papa? Enak kan!?” pertanyaan yang aneh dan gak wajar dilontarkan oleh seorang ayah pada anak perempuannya. Tapi itu terjadi pada kami.

“Ahhhsss.. besarrrr pahhh.. argghhh.. argghhhh.. pahhhhhhhh enn aaakkk pahhh trusss pah” jawabku meracau sambil terus berusaha menggoyangkan pinggul.

Terasa bergetar vaginaku. Tusukan penis papa terasa mengobok-obok lubang kenikmatanku. Aku tak kuasa menahannya, klitorisku bergetar penuh nikmat.

“Aaaahhh.. terussss goyangin... teruuusss pahhh.. ahhhh.. ennnaakkk...” aku semakin blingsatan dan meracau dengan keras.

Aku tak menyangka aku menjadi liar malam ini, tapi aku sangat menikmatinya. Entah bagaimana kelanjutan keluarga kami akupun tak memikirkannya. Yang jelas aku merasa dalam kenikmatan yang teramat sangat saat penis papa keluar masuk liang senggamaku dengan liar dan cepat. Sampai pada akhirnya akupun mencapai klimaks pertama kalinya disetubuhi papa.

“Papahhh... aku keluaaarrrr.. arrrghhhh..” jeritku.

Seketika itu tubuhku seperti tersengat listrik hingga membuat kesadaranku berkurang. Tubuhku yang bergetar dan mengejang langsung ambruk ke depan bersandar pada dada bidang papaku. Sebagai orang tua yang baik dia pasti mengerti apa yang anaknya rasakan. Begitu juga dengan papaku, saat aku mengalami orgasme dia menghentikan kocokan penisnya pada celah memeku, diikuti tangannya yang memeluk badan telanjangku dengan lembut.

“Enak banget ya sayang? Sampe kejang-kejang gitu, hehe..”

“Aahhh.. iya paahh.. uuhmmm.. mantab banget sih kontolnya papa” balasku dengan bahasa yang vulgar.

Papa kemudian mengangkat tubuhku dan mendudukkan pada bekas tempatnya tadi. Kini aku duduk di atas kursi sofa dengan kedua kaki mengangkang memperlihatkan belahan memekku yang belepotan cairan orgasmeku sendiri. Papa kemudian memberi tanda pada mamaku supanya menungging di depannya.

“Biar Vira istirahat sebentar mah..” ujar papaku. Dia langsung mengarahkan ujung penisnya pada vagina mama lalu menggenjotnya dengan cepat.

“Adduuhhh.. paaahh.. pelan.. nafsu banget sih..” protes mama.

“Hehe.. sory mah.. kebawa suasana sih”

Wajah mama kini tepat berada di depan vaginaku, sedangkang pantatnya kini menjadi sasaran tamparan tangan papa. Meski suaranya keras tapi mama sepertinya gak merasa kesakitan, malah menikmatinya.

“Itu tuh.. bersihin punya Vira..” ucap papa. Awalnya aku tak mengerti, namun saat mama mulai menjilati celah memekku aku mulai paham.

“Ahh, mama.. geli maa.. ahh...” protesku, rasanya memang geli kalo habis klimaks trus dijilatin gitu. Namun begitu mama terus menyerang area sekitar vaginaku dan menjilati cairan orgasmeku dengan rakus. Ugh, sepertinya aku harus berguru sama mama kalo masalah jilat-menjilat gini.

“Aduh mah... kenapa sih memek kamu enak banget, padahal tadi habis aku pake juga, ahh..” puji papa sambil terus mempercepat goyangan pinggulnya.

“Uhh.. itu.. udah dari sononya pah.. aahh... teruss...”

Mama terus digempur oleh papa. Dari raut wajah papa dan mama aku bisa tahu kalau yang mereka lakukan pasti nikmat banget. Sambil terus melayani sodokan penis papa tak lupa mama juga terus menjilati lubang kewanitaanku. Kini aku sudah tak lagi protes, karena rasanya sudah enak lagi.

“Paaahhhh ... aku sayang kamu.. aahh.. ayo cepetin pahh... ahhhh.. ahhh..” suara racauan mama semakin keras terdengar.

“Sssstttt... nanti Aldi bangun trus liat kita mah, pelan-pelan aja” ingat papa.

“Gapapa pahhh... biar Aldi juga ikutan sama kita.. ohhhhsss.. pahhh.. ennaaakk... terus pahhh...”

“Oohh mahhh... kamu nakal banget mah.. aku ga kuat klo gini...” papa makin cepat memompa vagina mama yang terlihat becek itu.

“Keluarin paahhh... aahhhhh”

Tiba-tiba papa mencabut penisnya dari liang senggama milik mama. Lobang vagina itu terlihat jadi melongo saat ditinggal sama penis papa. Dengan cepat mama sudah jongkok di depan papa dan menerima kembali semburan sperma dalam mulutnya.

“Aaaahhh... kalian hebat.. kalo gini terus bisa kering nih pejuh papa, hehe..”

Mama tak menjawab, dia melihat ke arahku seperti memberi tanda untuk mendekat. Aku tahu apa yang mama inginkan. Akupun mendekatkan mulutku menuju mulut mama yang tertutup menampung sperma papa.

“Hemmphhh..eemmmhhh..” aku terkejut saat cairan pejuh milik papa mulai mengalir dalam rongga mulutku. Rasanya asin dan agak pahit gimana gitu. Tapi entah kenapa aku jadi suka banget merasakannya. Itulah kenapa aku dengan rakus ikutan menelan cairan sperma itu seperti yang mama lakukan.

Malam itu akhirnya aku mendapatkan penjelasan dari papa dan mama, mungkin lebih ke cerita jaman mereka masih remaja. Ternyata mama dulu kehilangan perawan bukan dengan pacarnya, tapi malah dengan ayahnya sendiri. Sejak saat itulah mama jadi perempuan yang hyper dan jadi petualang seks. Papa juga ternyata sudah sering ngentot dengan wanita-wanita di luar sana. Pacar-pacarnya dulu juga sudah jadi korban kehebatan penis papa. Itulah kenapa papa memilih mama jadi pendamping hidupnya. Mereka dari dulu sudah berjanji boleh main seks dengan siapapun asal rumah tangga dan keluarga tetap terjaga. Menurutku sih itu hak mereka dan sah-sah saja, asal tak ada yang dirugikan.

***

Sudah beberapa hari papa tak pulang karena tugas di luar pulau. Itu sudah wajar terjadi karena memang tuntutan pekerjaan papa yang mengharuskan seperti itu. Namu di sisi lain aku merindukan kehadiran papa. Lebih tepatnya kehadiran penisnya papa dalam liang vaginaku. Aku tak puas kalau hanya colmek dan memainkan klitorisku sampai klimaks dengan tanganku. Aku ingin penis, yang besar dan kuat seperti punya papa.

Suatu ketika aku ada kesempatan melihat penis adik laki-lakiku. Saat itu aku buru-buru mau mandi dan tak sengaja membuka pintu kamar mandi dengan keras. Sungguh diluar perkiraanku ternyata di dalam kamar mandi ada Aldi yang tengah mandi. Malah bukan cuma mandi, tapi coli juga. Saat itulah aku bisa melihat ukuran penis milik adikku yang sesungguhnya. Ukurannya besar dan panjang mirip punya papa, bahkan kalau ga salah sih malah lebih panjang sedikit. Ujung kepala kontolnya bisa sejajar sama pusarnya. Aku jadi kepikiran, gimana caranya aku bisa ikut menikmati penis adikku itu. Mungkin sudah gila ya aku ini, pengen ngerasain penis adiknya sendiri, hihihi.

Setelah beberapa hari tak ada dirumah akhirnya malam ini papa pulang. Aku sangat gembira menyambutnya pulang. Ada segelintir harapan kalu memekku akan terisi lagi dengan hangatnya pejuh papa. Nah, untuk itulah pagi itu aku mencoba masuk ke dalam kamar papa. Kebetulan mama jam 5 pagi sudah keluar rumah untuk senam di rumah bu Atik.

“Pahh...” ucapku sambil menutup pintu kamar papa.

“Eh, kamu Vira.. aku pikir mama kamu yang balik”

“Puasin Vira ya pah.. Vira kangen papa” kataku sambil duduk di tempat tidur.

“Kangen papa atau kangen kontolnya papa? Hehe..”

“Kangen dua-duanya lahh, hihihi...”

“yaudah kalo gitu sini...naik..”

Aku langsung menarik selimut yang dipakai papa. Begitu selimut aku tarik terlihatlah tubuh telanjang papa dengan batang kejantanan yang tegak mengacung. Sepertinya batang penis itu menggodaku untuk mendekat dan menikmatinya.

Setelah menarik selimut yang dipakai papa aku langsung menelanjangi tubuhku sendiri. Tak susah sih, karena yang aku pakai hanya tanktop dan celana pendek ketat tanpa daleman apapun.

“Tubuh kamu indah banget.. papa jadi makin suka”

“Iya dong, siapa dulu papanya, hihi..”

Tanpa pikir panjang akupun naik ke atas tempat tidur. Melihat penis papa yang tegak mengeras itu membuatku tergoda untuk mengoralnya. Itung-itung biar panas dan licin dikit lah. Biar siap langsung masuk memekku.

“Euumppph... emmmmphh.. eemmpphhh...”

“Aahh.. anak papa tambah pinter aja ngisepnya.. udah mirip mulutnya lonte” ucap papa tanpa basa-basi.

“Eeemmphh.. iya pa.. eemmhhpphh..” anehnya aku jadi biasa saja saat papa menyamakanku dengan lonte. Mungkin saja aku memang sama dengan lonte, sama-sama gatel memeknya kalo gak dicoblos kontolnya laki-laki.

"Enak banget Vir.. ga nyangka anak papa satu ini jago nyepong, hehehe.." ucap papa lagi. Aku gak menghiraukan ucapan papa, aku hanya terus mengoral penis besarnya dengan rakus.

“Mama udah berangkat senam?”

“Emmmpphh.. udah pa..”

“Kalo Aldi, udah bangun belum?”

“Eeummhh... aahh.. belumm..”

Tiba-tiba papa menarik pinggangku untuk mendekatinya. Aku tahu maksudnya. Sambil terus mengoral penis papa kuposisikan kedua kakiku mengangkangi badan papa.

“Siniin dong memeknya.. jangan dijauhin gitu” ujar papa yang langsung menarik bongkahan pantatku mendekati wajahnya. Seketika itu juga belahan memekku sudah dalam jangkauan lidah papa yang menari lincah.

“Ahhhh.. papa... diapain sih!? enak paahh...”

Aku menjerit keenakan saat lidah papa menyapu belahan vaginaku dengan lembut. Belum lagi hisapan-hisapan kuat mulutnya membuat klitorisku semakin berdenyut-denyut horni. Aduhh, kalo diginiin bisa ngecrit duluan akunya.

“Ahh... paahh.. udah.. aahh.. udah...” ujarku meminta papa berhenti. Tapi nyatanya pinggangku terus bergerak supaya lidah papa terus menyapu belahan memekku.

“Aaaaaahhh.. Aaaakuu.. Keellluuaaaaarrr..." kataku agak kencang diikuti dengan tubuhku yang kelojotan di atas tubuh kekar papa.

Badanku tidak berhenti mengejang selama beberapa detik. Ini orgasme yang paling nikmat dan panjang bersama papaku. Setelah badanku selesai mengejang aku langsung ambruk di badan papa dengan penisnya yang kaku mengeras itu berada tepat di depan mukaku.

“Geser yuk sayang..” pinta papa kemudian.

Aku yang tadinya berada di atas tubuh papa kini geser turun. Sepertinya papa tak minta aku merubah posisi, jadi aku terus saja menungging di depannya.

"Aaaahhhh.. paahh...!!" teriakku kaget. Tiba-tiba tanpa sepengetahuanku papa mendorong dan memasukkan penisnya ke vaginaku dari belakang. Namun papa tak memperdulikan protesku, dia langsung memaju-mundurkan penisnya.

“Uhhh.. memek kamu udah becek banget Vir.. papa makin suka nihh..” ungkap papa yang terus menggenjot memekku dengan cepat.

"Aahh.. Aahh.. Aahh.. Aahhh.." desahku seirama dengan cepatnya genjotan penis papa di lubang senggamaku.

Tanpa ampun papa terus memompa vaginaku dengan cepat. Sampai-sampai badan dan kepalaku sekarang jatuh ke depan menimpa kasur tempat tidur.

“Ini nih kalo jadi perempuan binal.. bakalan dihajar memeknya pake kontol..” ucap papa disela-sela kocokan penisnya pada liang vagianku.

“Ohh.. iya pahh.. hajar pahh.. hajar memek Vira paahh....aahhh...” balasku meracau.

Aku mendesah-desah seiring genjotan kontol papa di vaginaku. Semakin lama genjotannya semakin cepat. Akupun makin terbuai karenanya. Rasanya begitu nikmat. Aku pengen terus digenjot! Aku yang tadinya hanya pasrah, sekarang ikut memaju-mundurkan pinggulku mengikuti irama genjotan papa.

“Wih... hot banget... nikmat banget ya Vir? Hahaha..” terdengar suara ejekan papa melihatku tengah dikuasai oleh rasa nikmatnya bersetubuh.

“Iya paah... Vira suka... suka banget.... ngghhhh... enak.... nghhh.. ahhhh.... entotin Vira terus ya paa... plis... jangan berhenti..” ucapku memohon-mohon pada papa.

“Hahaha... dasar pecun!! Maunya dientotin terus ya..” ejek papa lagi, tapi entah kenapa kata-kata itu malah membuatku semakin dimabuk birahi. Ahh, kacau nih aku.

“Oohhh.. iya pah... Vira pecun..ahh.. Vira lontenya papa.. teruss paaa... entotin Vira paa...” aku gak bisa bohong kalau ngentot itu emang nikmat. Sangat-sangat nikmat malahan.

Plok.. plokk... plokkk.. plokkk..!! suara peraduan antara bongkahan pantatku dan pangkal paha papa menggema di pagi itu. Aku sudah tak lagi bisa berpikir kalau suara itu akan di dengar oleh adikku, atau juga didengar tetanggaku yang lewat di depan rumah.

“Paa... Vira... asshh.. mau sampeee.....” ucapku manja. Rasa horni yang sedari tadi melanda memang membuatku tidak tahan menahan nikmat ini lama-lama.

Genjotan papa makin cepat mengetahui aku akan segera orgasme. Memekku yang berdenyut-denyut sepertinya membuat dia juga makin nafsu. Hentakan kontolnya makin cepat. Aku semakin gak tahan! Tubuhku kemudian kelojotan tak terkendali. Aku orgasme!

‘Crrr...crrr....crrrr......’ aahhh.. nikmat banget orgasmeku !!

Tubuhku langsung lemas. Ini adalah orgasme terhebat yang pernah aku rasakan! Orgasme karena ngentot nikmatnya jauh berkali-kali lipat dibandingkan hanya mengobel memekku sendiri. Aku ketagihan, aku ketagihan dikontolin sama papaku sendiri. Ahh, aku pengen lagi. Aku pengen papa terus ngentot memekku lagi.

“Enak kan sayang? Nyesel kan gak ngentot sama papa dari dulu?” bisik papa tepat disamping telingaku.

Aku hanya melenguh pelan membalas bisikan papaku tadi. Tubuhku masih lemas tapi vaginaku terus berdenyut minta disodok lagi. Aku betul-betul ketagihan batang penis papa kandungku sendiri. Seharusnya dari dulu aku minta dientotin sama papa kalau tahu batang kontolnya senikmat ini.

Papa yang belum mancapai klimaks terus menggenjot memekku lagi. Akupun berusaha ikut menggoyangkan pinggulku meski merasa lemas. Lagi-lagi aku harus mengalami getaran halus dalam tubuhku. Aduh, kenapa ini? Kenapa aku jadi gampang sekali orgasme disodok kontol papaku sendiri.

“Ahhhhhhhh... sampeeeeeeeeee....!!” teriakku lagi. Kali ini orgasmeku sangat-sangat nikmat dan dalam. Sampai tubuhku jadi bergetar hebat dan kelojotan sendiri.

“Ahh, dasar gadis binal.. bisa-bisanya kamu ngecrit lagi Vir..” ujar papa dengan nada mengejek. Aku tak peduli, asal papa terus menggenjot memekku dengan penisnya.

“Yaudah, kalo gitu papa kasih hadiah buat kamu... aahh...”

Tiba-tiba papa menusukkan penisnya dalam-dalam sampai terasa di mulut rahimku. Setelah itu papa mengejang-kejang dan menyemburkan spermanya dalam rahimku. Beneran enak banget rasanya, hangat dan nikmat.

“Papa titip benihnya papa... moga jadi ya Vir.. hahaha..” ujar papa sambil menandaskan tusukan penisnya lagi.

Aku yang mendengar ucapan itu harusnya merasa takut. Bisa jadi sperma papa berhasil membuahiku. Tapi tidak, aku malah tersenyum bahagia dan bangga saat sperma papa tumpah-ruah dalam rahimku. Aku jadi berpikir, gimana ya rasanya punya anak dari papaku sendiri? hihihi.

Setelah selesai bercinta dengan papaku, aku memakai pakaian lalu pergi keluar kamarnya. Sialnya saat aku keluar kamar tiba-tiba sudah ada Aldi berdiri di situ.

“Lhoh kak.. ngapain dari kamar papa?” tanya Aldi penasaran. Aku lihat dia telanjang dada memperlihatkan dadanya yang bidang dan perutnya yang rata. Malah aku jadi kebayang penisnya yang tak kalah besarnya dengan punya papa.

“Eh, dek.. itu, anu...emm.. disuruh kerokin papa.. katanya masuk angin” balasku beralasan. Pandangannku malah tertuju pada celana pendek yang dipakainya. Ada tonjolan di baliknya yangmenyembunyikan sebuah batang kejantanan muda yang siap dinikmati saat masuk dalam memekku. Ahh, kenapa aku jadi tergila-gila sama kontol gini sih!?

“Masak sih kak..? kan tadi..” kalimat Aldi terhenti, entah apa yang dipikirkannya.

“Yaudah, kakak mau mandi dulu ya dek...” balasku sambil ngeloyor pergi menuju kamar mandi.

End of Alvira side Story part 1



***
Eh, disambung lagi besok ya Gaes ^_^
Ajib.ajib.ajibbbbb
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd