Bella Septiawati
PART 7
Pov Bella
Suasana di kamar hotel menjadi hening setelah kak ricky menceritakan semua kisah masa lalu nya bersama nika kekasih nya yang telah meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat, aku seakan ikut merasakan kesedihan kak ricky tanpa aku bisa tahan air mata kesedihan ku pecah.
Aku terus membenamkan kepala ku di dada bidang nya yang ditumbuhi oleh bulu-bulu tipis dan kedua tangan ku memeluk erat tubuh nya yang kekar dan sixpack.
"Kak, bella sedih mendengar cerita kakak, selama ini bella merasa curiga kakak hanya ingin tubuh bella tetapi setelah tau betapa besar nya cinta kak ricky pada kak nika bella sadar bahwa kakak butuh waktu dan bella bersedia menjadi cahaya buat kakak".
"Makasih bella sayang, jujur kakak belum sepenuh nya bisa mencintai kamu, tetapi pasti kakak akan berusaha menjadikan kamu cahaya hati kakak buat menerangi kegelapan hati kakak selama ini, kamu itu mengingatkan kakak sama nika walaupun kakak tau itu bukan sesuatu
yang baik untuk membanding-bandingkan kamu dengan alm.nika".
"Iya kak, bella sepenuh nya percaya pada kak ricky".
Aku kemudian menatap tajam mata nya memahami apa yang sedang ia rasakan saat itu, kedua tangan nya mengelus pipi ku seolah ingin menyampaikan perasaan nya disetiap sentuhan tangan nya di pipi ku.
"Kak, boleh bella cerita masa lalu ku, bella harap kakak mau mendengarkan nya, berat rasa nya menanggung ini semua sendiri kak".
Kepala ku kembali ku rebahkan di dada nya yang membuat nyaman bila aku berada di sisi nya. Kak ricky membelai rambut ku seolah ingin menghibur dan membuat ku kuat.
"Ayo dik! kita sambil santai aja ya, ceritakan semua nya, biar berkurang beban hidup mu, percayalah kakak akan tetap sayang padamu".
Di sebuah panti asuhan terlihat seorang gadis cilik bermain dengan riang dengan teman-teman sebaya nya, umur mereka masih belia tidak lebih dari 7 tahun rata-rata usia penghuni panti asuhan khusus diperuntukan untuk anak perempuan.
Terlihat keceriaan mereka kala itu, walaupun sebetulnya hampir semua penghuni panti asuhan ini merasakan kepahitan hidup tanpa kasih sayang orang tua atau bahkan kami semua disini sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua kandung kami.
"Rin, capek akh lari-lari".
Seorang gadis cilik tersebut terengah-engah dengan nafas yang ngos-ngosan mencoba mengajak berhenti bermain kucing-kucingan.
"Ya, gitu aja capek bell". Seru rina gadis sebaya yang menemani nya bermain kucing-kucingan.
"Gimana kalau kita bantu ibu panti masak?".
Gadis cilik yang bernama lengkap BELLA SEPTIAWATI yang saat itu baru berusia 6 tahun itu adalah aku.
"Eh iya ya bell, bentar lagi kan makan siang, yuk kita bantu ibu panti!".
Gadis cilik yang berkulit coklat bernama Rina Apriliani mengiyakan ajakan ku.
Kami berdua masuk ke dalam rumah panti menuju arah dapur dimana ibu panti yang bernama ibu yanti sedang sibuk mempersiapkan masakan buat anak-anak panti makan siang.
"Bu. Boleh kami berdua ikut bantu-bantu ibu", kataku saat sudah berada di dapur dan melihat kesibukan ibu yanti dalam mempersiapkan masakan buat seluruh anak panti asuhan.
"Boleh, kalian berdua bantu ibu siapin piring dan gelas nanti taruh diatas meja makan", ucap ibu yanti dengan ramah.
"Siap bu". Jawab kami kompak.
"Nak bella, kalau sudah nanti tolong aduk-aduk ya sop ini".
"Sementara nak rina, bantu iris tempe, potong kecil-kecil biar gampang di goreng dan mudah meresap nanti bumbu nya".
Ibu yanti memberikan perintah kepada kami berdua dengan lugas dan cepat.
"Kapan bik hindun pulang ke panti bu"?.
Aku mempertanyakan kepulangan bik hindun yang sedang pulang kampung mengurusi anak nya yang sedang sakit.
"1 minggu lagi nak, kalau sudah sembuh bik hindun pasti balik ke panti". Jawab ibu yanti saat aku menanyakan soal bik hindun.
Sekitar 30 menit semua telah tersaji rapi di ruang tengah untuk makan siang penghuni panti asuhan yang berjumlah hampir 100 orang tersebut.
Suara riuh penghuni panti asuhan mulai terdengar saat semua sudah berkumpul di ruang tengah tempat biasa kami gunakan buat kumpul dan makan bareng, ruangan yang termasuk luas bisa menampung sekitar 100 orang dan kami semua anak-anak panti duduk lesehan membentuk lingkaran walaupun sedikit berdempetan satu sama lain.
Keakraban saat sedang kumpul bersama ini lah yang selalu membuat ku kuat dan bahagia melihat teman-teman semangat menyantap menu makan siang kami yang sangat sederhana.
Nasi, tempe goreng, sop ayam, sambal terasi dan ikan asin serta lalapan kol dan kemangi adalah menu makan siang saat itu terasa nikmat bila dimakan dalam suasana hangat penuh kekeluargaan.
Diselingi senda gurau teman-teman kebersamaan itu membuat hati ku terharu ada tetesan air mata bahagia yang tidak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata.
Selesai makan siang yang riuh oleh celotehan, bahkan ketawa dan candaan kami semua tidak lupa membersihkan piring makan kami masing-masing tanpa diperintah karena sudah mengerti sendiri dengan tugas dan tanggung jawab selama si panti asuhan.
Setelah makan, ibu yanti mengumpulkan kami terlebih dahulu, ada beberapa hal yang ingin dia sampaikan kepada anak-anak panti.
"Kalian semua sudah pada kumpul, ada yang ingin ibu sampaikan kepada kalian".
Kami semua diam menyimak dan mendengarkan apa yang ingin disampaikan ibu yanti saat itu.
"Pertama-tama, berhubung bik hindun sekarang pulang kampung, maka ibu akan buat daftar piket buat anak-anak panti biar semua bisa membantu ibu masak, mengerjakan pekerjaan membersihkan seluruh ruangan, berbelanja untuk keperluan dapur, semua itu akan ibu bagi tugas dengan kalian dengan menjadwal nya setiap hari biar semua kebagian dan ikut membantu demi panti ini dan kalian sendiri biar nanti nya bisa mandiri".
"Kedua, ini buat nak bella, seminggu lagi ibu kandung mu akan menjemput mu dan ibu berharap kamu mau menerima nya dan jangan membenci ibu mu, biar bagaimanapun ia adalah tetaplah seorang ibu yang telah melahirkan mu".
Aku kaget mendengar omongan ibu yanti barusan, kerinduan ku kepada orang tuaku selama ini akhirnya terkabulkan, walaupun masih ada kekhawatiran ku untuk bisa menerima ibu ku, karena sejak aku dilahirkan belum pernah ia menemuiku bahkan foto nya pun aku tidak punya.
Semua anak-anak panti melihat ke arahku, ada senyum bahagia dari mereka tetapi tidak sedikit ada diantara mereka yang merasa iri karena aku akan ketemu ibu ku.
Mereka iri dalam artian aku masih beruntung mempunyai ibu kandung yang masih hidup dan masih mangakui ku sebagai anak kandung nya walaupun sebenar nya aku tidaklah tahu alasan kuat ibu ku sampai menelantarkan ku di sebuah panti asuhan ini.
Ada sebagian anak-anak panti asuhan yang bersimpati padaku memberikan pelukan bahagia nya, memberi ucapan selamat bahkan juga mamberikan ku dukungan dan semangat untuk menjalani hidup dengan ibu kandung ku yang belum aku ketahui sejak aku dilahirkan.
Tetapi di satu sisi, aku merasa sedih harus meninggalkan panti asuhan ini, meninggalkan sahabat dan teman-teman panti yang nasib nya tidak seberuntung aku yang masih memiliki ibu kandung.
Rina yang merupakan teman sekamar dan sekaligus sahabat ku merasa terpukul akan perpisahan ini, dia menundukkkan wajah nya dan seperti tidak mau melihat dan menatap ku.
"Nah, anak-anak sekarang kalian boleh bubar, silahkan kalian mau bermain ataupun mau belajar nanti malam ibu tempel pengumuman buat jadwal piket buat kalian semua".
Anak-anak panti satu persatu beranjak dari ruangan tersebut, hingga menyisahkan aku, rina dan ibu yanti.
"Nak rina dan bella, sini nak..!".
Ibu yanti dengan ramah memanggil aku dan rina dan kami berdua segera bergeser mendekati beliau.
"Ibu tau perasaan rina dan bella, pasti kalian sedih dan berat mendengarkan berita yang ibu sampaikan tadi". Ucap beliau memulai omongan nya.
"Nak rina! Kamu jangan sedih atas kepergian bella, kita malah mesti bersyukur karena Allah SWT membukakan hati dan pikiran ibu kandung nya bella, biar bagaimanapun ibu kandung nya lah yang berhak membesarkan bella sebagai tanggung jawab nya sebagai ibu, nak rina mesti melepas bella dengan ikhlas dan ibu yakin bella anak nya saleh dan baik, ibu yakin dia tidak akan melupakan kita dan tetap menjadi sahabat kamu walaupun kalian berdua tinggal dan hidup terpisah.
Rina merebahkan kepala nya di bahu ibu yanti dan menangis sesegukan, membuat aku pun sedih dan ikut menangis.
Ibu yanti menarik pelan tubuh ku agar aku ikut mendekat pada nya, kami bertiga menangis mengeluarkan semua kesedihan yang ada di hati karena sebentar lagi akan ada perpisahan aku dengan panti asuhan ini yang telah berjasa mengurus dan membesarkan ku selama kurang lebih 5 tahun dari aku masih bayi berumur 6 bulan hingga saat sekarang ini usia ku memasuki 6 tahun.
Lanjutan nya dibawah