Bella Septiawati (Bella)
PART 9
Selama di dalam pesawat aku teringat dengan cerita ibu yanti saat aku masih berada di panti asuhan as-salam, usia ku 6 tahun saat itu.
Aku seperti sengaja dipertemukan dengan beliau oleh sang khalik dan entah skenario apa beliau dengan yakin nya menceritakan peristiwa yang menurut ku sulit bagi siapapun untuk kembali membuka kisah lama yang begitu pahit sampai aku dan rina saat itu ikut menangis tersedu-sedu.
Aku masih mengingat nya saat kemaren sewaktu melayat meninggal nya pak kyai. Ibu yanti seperti merindukan kehadiran kedua anak nya yang di culik 20 tahun yang lalu, keberadaan anak ibu yanti yang saat ini entah ada dimana, masih hidup atau sudah meninggal tetapi beliau tetap yakin suatu hari nanti dia akan bisa menemukan anak nya, saat ia bermimpi suami nya meyakinkan untuk terus bersabar dan banyak lah mengasuh dan merawat anak-anak panti asuhan dengan baik.
Aku dalam hati berdoa semoga sang pencipta bisa memberikan bantuan nya menemukan kedua anak nya dan mengembalikan penderitaan ibu yanti dengan mempertemukan mereka suatu saat nanti.
Hingga tak terasa aku telah sampai di bandara soeta, Tangerang.
Aku naik taksi bandara untuk diantarkan ke alamat yang di tuliskan mama sebagai tempat kost ku selama kuliah S2 di UI depok.
Saat dalam perjalanan dari bandara ke tempat kost, aku menghubungi mama melalui telepon seluler ku.
"Assalamualikum, ma".
"Waalaikum salam, bell, kamu sudah sampai dimana sayang".
"Di bandara ma, sekarang sedang menuju ke alamat yang mama tuliskan di depok".
"Oiya nak, kalau nanti sampai kamu telpon mama lagi ya, mama mau ngomong sama ibu Yulli pemilik kost buat nitipin kamu disana".
"Iya ma, nanti bella telpon lagi, titip salam buat papa, rina, fajar dan nenek ya ma, jaga diri kalian, bella sayang sama kalian semua".
"Ok sayang, nanti mama sampaikan salam kamu sama mereka, hati-hati, jaga diri dan kesehatan, mama sayang kamu bell".
Aku memutuskan sambungan telpon, sambil duduk bersantai dibelakang melemaskan otot-otot yang terasa kaku, aku berusaha kuat untuk hidup mandiri dan jauh dari orang tua ku di Palembang.
Pemandangan gedung-gedung tinggi saat mobil taksi yang ku tumpangi sedikit membuatku kagum, aku merasa tidak percaya saat ini berada di ibukota yang sedari kecil hanya tau dan melihat nya dari tv.
Saat merasakan macet dan panas nya ibukota menjadi sesuatu yang lain kurasakan dan ini pengalaman hidup buat ku saat ini dan di masa depan.
Aku sempat terkagum-kagum melihat gedung DPR/MPR yang saat itu terlihat jelas di hadapan ku saat mobil taksi mulai bergerak dan melaju setelah terjadi kemacetan tadi.
Setelah beberapa lama berada di dalam mobil taksi hingga akhirnya sampai juga aku di alamat yang di tuliskan mama.
Sebuah bangunan berlantai 3 yang memiliki banyak kamar. Di depan pagar tertulis KOST KHUSUS PUTRI aku lalu membayar dengan 2 lembar uang berwarna merah bergambar tokoh proklamator RI, sesuai yang tertera di argo taksi, karena di awal aku naik taksi aku meminta pake argo dibandingkan harus tawar menawar.
Setelah barang-barang bawaan ku di keluarkan dari bagasi oleh supir taksu dan semua lengkap tanpa ada yang tertinggal, aku kemudian mulai memasuki bangunan tersebut dengan terlebih dahulu melapor ke pos keamanan yang berada persis di depan pintu masuk ke dalam rumah kost.
"Selamat siang bu, ini benar kost-an putri bu yulli". Ucap ku menanyakan tempat ini pada seorang ibu yang memakai seragam putih lengkap dengan atribut security.
Di baju nya tertulis nama WATI dan disamping nya tertulis SATPAM.
"Eh iya betul non, mau kost disini ya, sebentar aku panggil bu yulli dulu". Ucap nya sambil berlalu meninggalkan ku masuk ke dalam bangunan itu.
Aku menunggu di depan sambil memperhatikan sekitar nya, "suasana nya nyaman dan adem", gumam ku dalam hati menilai tempat ini.
Tidak berapa lama datang seorang ibu yang hampir sebaya dengan mama menghampiri dan mendekati ku.
"Nak bella ya, kapan nyampe nya?". Ucap ibu itu setelah ia melihat ku dengan seksama.
"Iya bu, barusan tadi dari bandara langsung minta diantarkan ke sini". Balas ku dengan ramah.
"Eiya, saya yulli panggil bu yulli saja, kamu pasti anak nya widya kan". Ucap beliau memperkenalkan diri.
"Iya bu, eh sebentar aku hubungin mama dulu tadi beliau mau ngomong sama ibu". ucap ku sembari mengeluarkan hp iphone.
Aku lantas menghubungi mama dan setelah tersambung dan bilang sekarang sudah berada di kost-an ibu yulli kemudian menyerahkan hp itu ke ibu yulli.
Aku hanya melihat ibu yulli seperti lepas bicara dengan mama, terkadang terdengar suara ketawa dan senda gurau dalam percakapan mereka, aku sudah menilai pasti mama dan ibu yulli ini sudah kenal atau mungkin kedua nya bersahabat sejak lama.
5 menit kemudian barulah percakapan antara ibu yulli dan mama berakhir dan ibu yulli menyerahkan hp ku tadi pada ku dan aku melanjutkan sebentar ngobrol dengan mama sebelum akhirnya aku tutup dengan ucapan salam.
Ibu yulli segera mengajak ku masuk ke dalam, barang bawaan ku yang tidak terlalu banyak dibantu oleh bu WATI satpam kost yang ternyata bertugas berdua dengan bu TATI setelah aku menempati kost beberapa hari kemudian mengenal mereka berdua.
Peraturan kost putri sangat ketat, diantara nya tidak boleh membawa laki-laki, jam malam diberlakukan, pagar kost ditutup sampai jam 11 malam. Aku yang memang tidak terlalu dekat dengan sosok lelaki tidak terlalu terkekang bahkan merasakan aman dan nyaman berada di kost-an.
Kegiatan perkuliahan dimulai, aku bisa mengikuti semua materi perkuliahan dengan semangat berharap dapat menyelesaikan dalam waktu yang di tentukan, kebanyakan yang mengikuti program pasca sarjana istilah ilmiah dan kampus adalah para dosen muda, eksekutif muda, pegawai negeri eselon yang ingin promosi naik kepangkatan dan golongan nya, dan ada sebagian juga praktisi akuntan yang ingin menambah ilmu dan wawasan nya.
Dosen yang mengajar pun kebanyakan dosen terbang dari berbagai universitas negeri terkemuka di Indonesia yang mengajar sesuai spesialisasi mata kuliah nya dan tidak jarang kami melakukan kuliah melalui video call dari kampus ke tempat dosen mengajar di daerah lain.
Memasuki tahun kedua kuliah, aku mendadak pingsan karena tidak kuat menahan sakit kepala, hingga begitu sadar aku telah berada di klinik kampus di bantu oleh mahasiswi lain sekelas ku saat itu.
Setelah mengalami pingsan tersebut aku lebih mengatur pola makan dan kebiasaan ku yang kurang sehat sambil sesekali aku jogging di sela hari libur kuliah. Mama ku sempat khawatir dan beliau langsung terbang dari Palembang bersama rina dia mendatangi kost-an putri tempat ku tinggal.
Kami berpelukan saat mama dan rina telah tiba di kost-an ku, rasa kangen meliputi ku karena tahun lalu aku tidak bisa pulang karena padat nya perkuliahan dan kegiatan praktik yang diadakan kampus.
Rina sekarang menggunakan hijab dan dia kelihatan makin dewasa dan cantik, usia kami saat itu sudah memasuki 21 dan 22 tahun aku dan rina hanya berbeda 6 bulan.
2 hari kemudian mama dan rina pulang kembali ke palembang dan selalu memberiku nasehat dan saran terutama mama selalu mewanti-wanti untuk selalu menjaga kesehatan, makan yang teratur, jangan biasakan makan-makanan instants dan fast food, dijadwalkan untuk jogging atau olahraga yang bisa membakar kalori semua itu dikatakan nya karena beliau seorang dokter dan setidak nya secara medis beliau khawatir dengan kondisi ku yang jauh dari nya.
Mama dan ibu yulli ternyata dua orang sahabat sewaktu mereka sama-sama di bangku SMA, setelah ibu yulli menikah dia tinggal di depok dan mendirikan usaha kost-an yang di modali oleh suami nya.
Usaha dan kegigihan ku dalam mengejar cita-cita meraih gelar S-2, akhirnya terbayarkan dengan dinyatakan nya aku lulus dalam sidang Tesis. Pembuatan tesis menyita waktu dan tenaga ku hingga hampir beberapa kali mesti bergadang mengejar dead line buat dosen pembimbing yang ternyata lebih sulit untuk ditemui dan mesti dijadwalkan dahulu setiap mau bimbingan, bahkan tidak jarang banyak teman-teman ku mengeluh mendapat dosen yang berasal dari yogyakarta, surabaya bahkan ada yang mendapatkan dosen pembimbing yang sedang mengambil kuliah S-3 di malaysia, singapura dan negara-negara lain nya.
Mama, papa dan adikku fajar menghadiri yudisium dan wisuda ku satu bulan kemudian hanya rina tidak bisa hadir karena dia sekarang sudah menjadi guru pns di kabupaten muaro bungo, prov. Jambi dan hanya menitipkan surat untuk ku.
Setelah acara seremonial selesai aku, mama, papa dan fajar di jemput oleh bu yulli dan suami nya dan mereka memaksa kami sekeluarga untuk menginap malam ini di kediaman mereka di perumahan elite di kelapa gading.
Malam itu keakraban mama dan bu yulli sangat terlihat mereka bercerita tentang masa lalu, persahabatan dan teman-teman nya, acara kangen-kangenan mama dan bu yulli selesai saat kami semua merasa letih dan mengantuk dan akhir nya kami menuju kamar yang telah mereka persiapkan.
Aku sebelum tidur sempat teringat surat yang dititipkan oleh rina, lalu aku membuka dan membaca surat rina saudara angkat ku.
to : bella saudara ku yang cantik.
"Assalamualaikum wr.wb".
Pa kabar nya? semoga selalu sehat, rina terlebih dahulu ucapin selamat ya sekarang sudah S-2. Maaf rina tidak bisa datang bareng mama, papa dan fajar, soalnya rina sudah ditempatkan di daerah muaro bungo jambi, sedih dan kecewa rasa nya tidak bisa hadir langsung melihat malaikat rina wisuda, tapi rina hanya bisa berdoa dan berharap bella bahagia dan suatu saat mendapatkan jodoh yang baik, seiman dan bisa menjadi imam buat bella.
Rina ingin curhat, sekarang rina mengikuti ta'aruf dengan pria yang berasal dari jawa, nama nya Septya Hadi Gunawan, dia bekerja di perusahaan garment PT.IGL di Tangerang, rina selipin juga photo dia untuk kamu nilai, rina belum menjawab iya dan tidak, sebelum bella, mama dan ibu yanti menyetujui atau tidak taaruf ini.
Dah dulu bella sayang nanti kita lanjut lagi, rina sudah ganti no.hp kemaren hp rina jatuh dan hilang nih no.hp rina. 08xx xxxx xxxx kamu save dan call rina soalnya no. kalian ilang dan rina lupa semua no.nya.
Wassalam dari saudara mu rina.
Setelah membaca surat rina, aku memperhatikan foto yang ia kirimkan, apakah mungkin ini ada kaitan nya sama ibu yanti, wajah nya tidak begitu mirip sama ibu yanti tapi perasaan ku berkata ini seperti anak nya yang beliau cari selama ini, nanti pas di Palembang akan ku tunjukkan foto ini sama ibu yanti.
Keesokan hari nya kami sekeluarga pulang ke Palembang, diantar oleh bu yulli dengan supir pribadi nya, suami nya tidak bisa ikut mengantar karena ada pertemuan dengan relasi bisnis terkait penandatanganan MOU perusahaan nya dengan perusahaan asal Korea Selatan.
Setibanya di kota ku Palembang, keesokan hari nya aku menemui ibu yanti setelah menelpon beliau supaya bisa ketemu dan setelah tiba di panti asuhan beliau menyambut ku dengan hangat, cipika cipiki sambil berpelukan melepas kangen.
"Po kabar bu?". (Apa kabar bu?)
"Alhamdulillah sehat, nak bella makmano kabar kau dan keluargo?"(gimana kabar kamu dan keluarga?)
"Alhamdulillah sehat galo kami sekeluargo". (Alhamdulillah sehat semua kami sekeluarga).
Setelah berbasa-basi dengan ibu yanti, aku lalu menyerahkan surat rina kepada beliau beserta foto lelaki yang akan menjalani taaruf dengan rina.
Ibu yanti dengan hikmat membaca surat rina dan setelah selesai baca surat tersebut beliau lalu melihat foto tersebut.
Ibu yanti tertegun sambil meneteskan air mata beliau mengucapkan "Allahu Akbar", dan beliau lari ke kamar.
Aku terpaku dan terdiam, bingung melihat sikap beliau barusan, ingin rasa nya aku mengejar nya, tetapi tak lama kemudian beliau keluar dari kamar nya dengan memeluk sebingkai foto kemudian beliau duduk kembali sambil mendekatkan foto calon lelaki taaruf rina dengan sebingkai foto tersebut yang ternyata foto terakhir almarhum suami nya.
"Kok ini mirip sekali bu".
Aku kaget dan bengong sesaat melihat kedua foto tersebut, saat aku memperhatikan dengan seksama terlihat kemiripan diantara kedua foto dihadapan kami. Ibu yanti kemudian seperti mengetahui kekagetan ku.
"Ini foto terakhir dari almarhum suami ku", Ucap beliau sambil menyentuh foto yang berbimgkai tersebut.
"Jadi ini, kemumgkinan anak lelaki ibu yang hilang 20 tahun yang lalu", ucap ku menyimpulkan kedua foto ini.
"Iya nak, hati seorang ibu bisa mengenali nya hanya dengan melihat sebuah foto". Ucap beliau dengan penuh keyakinan.
"Jadi ibu merestui rina bertaaruf dengan lelaki di foto ini yang kemungkinan adalah anak ibu yang lama hilang". Ucap ku menanyakan perihal kedatangan ku.
"Insya allah nak, ibu senang punya calon menantu seperti kalian berdua, semoga ini jalan dari Allah untuk mempertemukan ibu dengan anak lelaki ku".
"Baiklah bu, bella faham dan doakan bella biar bisa bantu ibu".
Setelah ngobrol panjang lebar dengan ibu yanti mengenai rencanaku ke depan maka aku mohon pamit untuk pulang dan memulai rencana yang sudah ku pikirkan dengan matang.
Sampai dirumah setelah menjalankan sholat dzuhur, aku segera membuka laptop untuk browsing dan mencari nama PT. IGL, setelah menemukan nya aku membaca profil perusahaan, kantor cabang Tangerang, nama-nama karyawan yang berada di Tangerang.
Akhirnya aku menemukan biodata Septya Hadi Gunawan yang saat itu berusia 30 tahun dan sudah menduduki jabatan sebagai manajer produksi kantor cabang tangerang.
Aku mengklik informasi lowongan pekerjaan di PT. IGL dan ternyata Allah memberikan jalan-Nya, saat itu sedang dibutuhkan beberapa manajer untuk beberapa posisi dan salah satu nya adalah manajer keuangan persyaratan minimal lulusan S-1 Akuntansi Ipk minimal 3,5 dan beberapa syarat lain nya yang bisa semua kupenuhi.
Aku berpikir untuk membicarakan ini sama mama dan papa biar mereka bisa mengizinkan ku untuk mengikuti tes di perusahaan garmen terbesar di Indonesia.
Lajutan nya dibawah...
Terakhir diubah: