Story of A Submissive Doctor
Part-13
The Bad Wolf Arise
Pasca persenggamaan yang dibalut sisi submisif Bu Dokter, kami masih melanjutkan kembali hubungan badan secara natural sebanyak tiga kali lagi. Saat itu sperma yang keluar dari tubuhku tidak lagi kental, tapi sudah berupa cairan karena seringnya dipaksa untuk keluar.
Saat itu, bagian selangka menuju pahaku sudah mulai merasakan nyeri, ngilu dan pegal secara bersamaan. Rasa sakit sudah tak tertahankan, namun birahi yang kurasakan kepada Bu Dokter masih cukup membumbung tinggi.
Kami masih terbaring lemas, bersebelahan dan berbanjir peluh keringat. Pandangan kami sama-sama menerawang ke langit-langit. Hanya garis gypsum berwarna putih dengan satu lampu dan rumahannya yang tersorot oleh sudut kornea kami. Kupandangi Bu Dokter sebentar, lalu aku berujar, ”Damn, you are so beautiful and very attractive for me. Even when you are sweating a lot like that,”.
Bu Dokter tersipu malu. Tapi aku hanya berusaha jujur pada saat itu. Kekuatan fisik Bu Dokter, Birahi yang tinggi, pikiran yang Open minded untuk mencoba hal dan posisi sex baru serta kecantikan yang sangat setipe sekali dengan gambaran idealku, membuat diriku memaksakan diri untuk mengajak dia bersenggama ketujuh kalinya.
Kaki Bu dokter sudah gemetar karena enam gempuran sebelumnya. Hal tidak berbeda juga kurasakan. Sperma yang keluar sebanyak enam kali dari lubang yang sama, ternyata memberikan efek perih dan belum lagi ketambahan punggung yang harus terus menyangga saat posisi MOT dan DS.
Untuk persenggamaan terakhir ini aku ingin merasakan sensasi yang lain. Aku tidak mau permainan ini hanya dirasakan oleh kami berdua saja. Aku ingin permainan sex kami disaksikan oleh orang lain..secara LIVE!!.
Sebelum mengangkat bu dokter dari perbaringannya, aku bergegas membuka lapisan putih dari gordyn yang sudah kubuka sejak pagi tadi. Fungsi lapisan putih ini sebenarnya untuk memberikan bias atas cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan sehingga tidak ada pandangan dari luar kaca bisa secara langsung melihat apa aktivitas di dalam. Namun apa yang terjadi bila lapisan putih ini dibuka sepenuhnya??
Yap, semua pandangan di luar apabila benar terfokus pada ruangan kamarku, maka akan bisa menyaksikan semua aktivitas tanpa busana kami.
Kami saat itu berada di lantai 7 sebuah hotel yang berada tepat di tengah keramaian gedung-gedung bertingkat. Kami masih dapat melihat aktivitas keramaian di pedestrian dengan banyak pedagang kaki lima sedang berjualan t*h bot*l dan eceran rokok di trotoar. Kalau semua pedagang itu mendongakkan kepala bersamaan, saya yakin sekali lekuk tubuh Bu dokter dan warna puting indahnya akan langsung terlihat.
Kuangkat tubuh Bu dokter yang sintal dengan kedua tanganku memeluk punggungnya bertumpu pada dadaku. Badannya masih tergolek lemas tapi ia masih menurut untuk kugendong. Kupindahkan tanganku ke bagian pantatnya dan mulai memberikan tumpuan pada tubuhnya untuk dapat duduk dilenganku.
Saat berada dalam gendonganku, Joni memilih langsung memasukkan dirinya ke bagian terdalam vagina Bu Dokter. Sembari mengangkat tubuh bu dokter kearah jendela, persenggamaan kami terus berjalan.
Punggung bu dokter kutempelkan ke jendela sehingga menempel penuh pada kacanya. Terlihat pantulan tubuhnya yang terpampang jelas ke bagian luar hotel tempat kami menginap. Selanjutnya kuteruskan intercourse ku pada bagian jendela tersebut, sembari menunggu ada orang yang tanpa sengaja melihat kemolekan tubuh bu dokter yang kini sudah tidak berkonsentrasi lagi pada malunya, tapi lebih pada kenikmatannya melakukan persenggamaan dalam bear hug.
Rasa senang dan excited untuk mempermalukan Bu Dokter Ini teryata mempercepat rasa ingin muntah lahar si Joni. Tak butuh waktu lama hingga sperma ku keluar di bagian perut bu dokter yang masih menempel di kaca hotel. Aku hanya memperhatikan sekilas, bahwa ada beberapa orang di dalam mobil yang sedang terjebak di traffic melihat kearah kami.
Kurebahkan kembali tubuh Bu Dokter ke tempat tidur dan kututup sesegera mungkin kaca tempat kami saling bereksekusi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Berakhir pula aktivitas seksual kami pada hari itu dan kami tutup dengan melakukan candle light dinner di restoran hotel tersebut. Malam itu kami berdua memutuskan untuk sering bertemu di apartemen Bu dokter untuk terus melaksanakan variasi seks lain.
Untuk informasi tambahan pembaca, setelah kejadian ini, saat melakukan hubungan badan dengan Bu Dokter, aku masih sering berimajinasi bahwa suatu saat tiba-tiba saja teman satu apartemen Bu Dokter, Sebut Saja Bunga dan Dita, masuk ke kamar untuk menyaksikan pergulatan bergairah kami. Dan ini menjadi salah satu indikator diriku untuk dapat mengeluarkan sperma ketika permainan kami sudah cukup lama menghabiskan waktu.
End of Part -13
(Bersambung ke Part-14)