loph_boobies
Semprot Holic
- Daftar
- 2 Sep 2017
- Post
- 388
- Like diterima
- 1.229
mulustrasi said:
Perkenalkan namaku Sin (lelaki, 32 tahun), awal pertemuanku dengannya semenjak 3 tahun lalu dari komunitas yang sama, sama sama memiliki hobi dan kebiasaan yang sama membuat chamestry tersendiri diantara kita.
Sebut saja Shinta (perempuan, 22 tahun) salah satu karyawati disalah satu pertokoan dikota kembang, mempunyai seorang adik bernama Shanti (perempuan, 20 tahun) dan masih mencari pekerjaan. Tinggal bersama kedua orang tuanya yang sudah berusia lanjutan, masing masing berusia 53 tahun dan ayah mereka yang berusia 55 tahun, sebut saja mereka ibu S dan ayah M. Dibesarkan dari keluarga yang menjaga sopan dan santunnya, Shinta yang berusia 2 tahun lebih tua harus menjadi contoh untuk adiknya yang masih mencari jati diri, dengan keseharian jilbab, diyakini orang tuanya dapat menjaga hawa nafsu dan segala tindakan buruk dunia luar.
Kala itu disuatu tempat dimana komunitas kita selalu berkumpul, takdir seolah mempertemukan dua insan yang seharusnya tidak bertemu, sore itu, sepulang dari perkumpulan, aku pun mengajaknya pulang bersama. Dengan mobil standar yang kala itu masih dalam cicilan, aku pun melaju menuju rumahnya, diiringi lagu Perfect dari Edd Sheeran kurasa ini saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaan. Sore itu dikala langit gelap berawan menuju hujan, dua insan yang saling dipertemukan pun menemukan jalan hatinya. Minggu itu, 21 oktober kita pun jadian.
Singkat cerita aku pun sampai didepan gang, katanya rumahnya tidak bisa dilalui mobil, hingga dia pun menawarkan ku untuk berkunjung ke rumahnya, aku berkata “belum waktunya.” Ya, hari ini bukan hari yang pas untuk bertemu kedua orang tuanya.
Hari demi hari, hingga minggu bertemu minggu, akhirnya kita putuskan untuk bertemu orang tua Shinta di kala itu, disiang hari yang cerah, dengan makanan sederhana yang kubeli di supermarket dekat rumahku. Setibanya disana, aku pun langsung diperkenalkan dengan kedua orang tuanya. Ah mereka tidak semengerikan yang kupikirkan. Dan ternyata, pacarku ini sudah beberapa kali bercerita tentangku. Disiang itu hingga menuju sore, banyak yang mereka tanyakan dan ku ceritakan, mulai dari karir, keluarga ku, dan lain sebagainya. Ajaibnya, hanya dalam hitungan jam mereka langsung mempercayakan anaknya kepadaku. “bapak percayakan Shinta, tolong dijaga ya?” dengan senang, aku pun menyanggupi tanggung jawab itu.
Tidak lama, datanglah adiknya. Aku terkaget, ternyata perawakannya lebih dari pacarku. Jika pacarku mempunyai tinggi 160cm sedangkan adiknya hanya 150cm tapi jika urusan payu dara dan pantat jelas adiknya lebih besar, dengan perbandingan 34B sedangkan adiknya 36C atau 38C? Entahlah, yang jelas terlalu besar untuk badannya yang kecil, belum lagi lingkar pantatnya yang jauh lebih bulat, bukan, ini terlalu bulat seperti bapao ukuran besar.
Aku pun berkenalan dengan adiknya, entah cuek atau malu malu, adiknya pun langsung menuju kamarnya. Sedikit cerita tentang keluarganya, dikatakan bahwa adiknya dan pacarku tidur sekamar. Meskipun rumah dua lantai tapi mereka bukan dari keluarga berada, kamarpun hanya ada satu dilantai dua, lantai satu hanya ada 1 kamar mandi plus toilet, dapur yang menyatu dengan ruang tamu disekat dengan 1 lemari besar, dan satu tv flat jadul, lantai 2 diisi dengan 1 kamar mandi tanpa toilet, kamar adik dan pacarku, dan satu kasur besar didepannya. Mereka tidur satu kamar sedangkan kedua orang tuanya tidur didepan kamar mereka dengan kasur yang digelar dikala malam. Sebelah kiri rumahnya kebun tidak terawat dengan pohon pohon tinggi, rumput ilalang tinggi, dan dipastikan banyak serangga semut dan serangga aneh lainnya dan disekitarnya ada bangunan lama yang sudah hancur namun masih berbentuk rumah, kadang anak anak kecil disekitaran rumahnya sering menyebut rumah hantu. Tidak ada jalan kemanapun dari sana, semua tertutup tembok tinggi yang menjulang setinggi 2 meter, jika ingin pergi keluar rumah, diharuskan belok kanan menuju warung standar dengan rumah warga lainnya, lalu didepan rumahnya, terdapat rumah yang selalu gelap, entahlah, ada yang bilang dirumah itu ada penghuninya, ada juga yang bilang kalau rumah itu kadang selalu kosong, jarang ditempati karena pemilik aslinya tinggal diluar kota. Sepertinya sekian kuceritakan tentang keluarganya.
Tanpa sadar, akhirnya matahari pun mulai menuju barat, dan dalam hitungan menit akhirnya gelap pun datang, ayahnya izin menuju rapat yang diadakan rutin seminggu sekali dihari minggu dirumah kelurahan yang berjarak 500m lebih, dan seperti mendapatkan angin segar ketika ibunya pun pergi ke atas untuk rebahan, tinggalah aku dan pacarku berdua diruang tamu. Dengan kondisi gelap diluar sana, dan jauh dari keramaian, mungkin tidak perlu dijelaskan lagi setan apa yang datang. Tangan ini mulai saling pegang, hingga tanganku memegang pahanya. Begitu mulus dan lembut. Tanpa menunggu izin, tangan ini sudah makin atas, hingga berdiri diatas selangkangannya, begitu lembut ketika tangan ini mulai meraba gundukan lembut tepat ditengah gamis yang dia pakai. Sementara tangannya pun tidak luput menjelajahi kontolku yang masih tertidur. Lama kelamaan aku mulai mengangkat gamis yang dia pakai, tangan ini lembut menjelajahi setiap jengkal pahanya yang putih dan lembut. Sudah semakin jauh tanganku menjelajahi pahanya hingga ku putuskan untuk mendarat diatas celana dalamnya. Tanpa perlu diberi komando, dia pun mengerti, segera digeser celana dalamnya. Tapi sayang, sekuat apapun mencoba menggesernya sepertinya percuma, dengan bahan yang tidak mudah lentur sekuat apapun kita mencoba tetap tidak menghasilkan apapun, celana dalam itu terlalu ketat dan terbuat dari katun.
Tanpa perlu dipikirkan, langsung saja ku tarik ke bawah hingga lepas sudah dari tempatnya. Jari jari ini langsung sigap bermain diatas memeknya, mulai dari mengusap lembut, mencubit pelan, hingga memasukan satu dua jariku. Basah sekali, tanda dia pun mulai bergairah. “Si ayah kapan pulangnya?” Aku pun coba memecahkan sunyi agar tidak dicurigai ibunya diatas, Shinta pun melihat jam, “jam delapanan.” Ok masih ada waktu sekitar satu jam setengah. Aktivitaspun masih berjalan normal, jariku masih bermain didalam memeknya, sedangkan tangannya masih menggenggam erat, memainkan jarinya, dan menaik turunkan tangannya diatas kontolku. Sambil diselangi beberapa obrolan agar ibunya tidak curiga, terlihat sekali dari raut wajah Shinta, mukanya mulai merah, nafasnya mulai berat, sebisa mungkin dia coba menjawab pertanyaanku senormal mungkin, lalu bagaimana denganku? Aku biasa saja, Shinta tidak terlalu lihai dalam hal permainan tangan, sehingga akupun tidak terlalu merasakan enaknya, atau mungkin karena kocokanku didalam memeknya yang membuat dia tidak konsen memainkan kontolku dengan tangannya.
Lama kita bermain dengan kelamin dan tangan masing masing, aku pun penasaran dengan gundukan yang mulai membesar dihadapanku. Dengan tangan yang satu lagi, aku pun memainkan sebelah kirinya pelan pelan, “mau lihat ya?” aku pun berbisik ditelinganya. Dia menjawab hanya dengan anggukan. Mungkin dia mengira aku akan membuka kancing didepan dadanya, tapi salah. Aku malah melakukan hal yang lain, kunaikan lagi gamis yang tadinya berada dipinggangnya, dia pun seperti terkaget dan mencoba menurukan gamisnya. “koq dikeatasin? Buka kancingnya kan bisa?” dia pun protes diantara nafasnya yg berat. “Biarin dong, tantangan, berani ga?” Aku pun mencoba menantangnya. “dibuka semua?” dia pun bertanya demikian sedangkan niat awalku adalah menganggkat gamisnya sampai diatas dada. Seolah mendapat angin segar aku pun semakin memancingnya. “Berani ga?” dia pun menurunkan gamisnya sampai benar benar rapih lalu langsung naik ke lantai dua. Pikirku semua gagal, ternyata kenyataannya lain.
Cukup lama dia diatas kemudian dia kembali, lalu berkata, “aman.” Aku tidak mengerti apa maksudnya, masih dengan berdiri didepanku, kemudian dia mengangkat gamisnya ke atas dan melemparkan ke belakang entah mendarat dimana, antara kaget dan gembira, aku tidak percaya pacarku bisa seliar ini, hanya tinggal kerudungnya saja yang masih menempel ditubuhnya, selebihnya benar benar bugil. Bayangkan, seorang jilbaber tiba tiba mengangkat dan melepas gamisnya diruang tamu dengan pintu terbuka lebar, dan tirai jendela yang belum ditutup sempurna, siapapun yang kebetulan melewat adalah orang paling beruntung, masih berdiri tersenyum dihadapan lalu dia pun duduk disampingku dan berkata “suka ga?” Tanpa menjawab, tanpa banyak kata, langsung kuserang kedua dadanya, benar benar toket besar dan kenyal, tanpa mau menyianyiakan kesempatan, jari jariku mulai menari didalam memeknya. Terjadilah pertarungan diantara dua insan, seorang perempuan telanjang hanya tinggal kerudung saja dan seorang lelaki yang hanya menurunkan resletingnya, seolah sudah tidak lagi memperdulikan tempat. Sedang enak enaknya kita bercumbu, tiba tiba suara motor dari jauh terdengar, “AYAH!” Aku yang seperti kesetanan tidak mau melepas mulutku dari toketnya dan jariku dari memeknya, cukup lama sampai suara motor itu semakin dekat dan semakin dekat, kemudian akupun didorong dengan kuat oleh Shinta dan dia pun berlari ke dapur.
Ayahnya pun sampai ke rumah setelah memarkirkan motor didepan rumahnya, dia masuk dan berkata kepadaku. “Eh, Belum pulang?” Aku menjawab, “kan nunggu ayah dulu.” Sambil tersenyum penuh arti. Kemudian ayahnya pun duduk didepanku dan mulai bertanya tanya lagi, saat aku melihat ke arah tangga, ternyata gamisnya ada diatas anak tangganya, aku bingung apa yang terjadi kalau kalau ayahnya tiba tiba haus lalu pergi ke dapur dan menemukan anaknya tanpa sehelai benangpun, hanya berbalut kerudung yang masih dia pakai. Tidak ingin sampai perang, akupun memutuskan langsung pulang dengan alasan kemaleman, ayahnya pun memanggil manggil Shinta, tentu saja tidak akan ada jawaban yang keluar, kemudian ayahnya berinisiatif pergi ke kamarnya, sebelum ayahnya keatas dia mengambil gamis yang ada diatas anak tangga, “Ini koq ada disini? Shin? Shinta? Ini Sin mau pulang sini pamitan dulu?” dikarenakan tidak adanya jawaban, ayahnya pun pergi ke atas, dan ketika suara pintu terbuka Shinta pun keluar dari persembunyiannya, “Gamisnya ilang.” Aku menjawab, “tadi diambil ayahmu ke atas.” Shinta pun kaget mendengar jawabanku. Langkah kaki pun mulai terdengar hendak menuruni tangga, Shinta yang kala itu masih telanjang hanya berbalut kerudung langsung panik pergi keluar ke arah kiri dan hilang dalam gelap.
“Aneh, Shinta nya koq ga ada ya.”
“Lagi keluar yah, ada perlu kayanya.”
Kemudian aku pun pamit dan ayahnya mengantarku sampe ke depan rumah, menungguku menyalakan motor kemudian pergi melaju, sudah 5 meter ku melaju dan ku melihat ke arah spion, ayahnya masih melihatku dengan senyumnya. Ya, berhubung sudah pamitan pulang, mau tidak mau akupun harus pergi dari tempat itu.
EPILOG.
Setelah ku sampai dirumah pun, sepertinya percuma menanyakan kabarnya lewat hp, dan dipastikan Shinta sekarang berada diluar rumah, dilapangan kosong, gelap dan dingin, tanpa pakaian sehelaipun, tidur beralaskan rumput, tanah, ditemani serangga aneh. Dan sialnya lagi, malam itu pun turun hujan. Pilihan Shinta ada dua, memaksakan tidur diluar beralaskan rumput dan lumpur atau pergi ke rumah hancur itu. Karena tidak mungkin kalau dia memaksakan pergi ke dalam rumah yang sudah terkunci dalam keadaan bugil seperti itu.
NOTED :
maaf baru belajar bikin cerita, buat sementara segini dulu. kalau emang suka mungkin bisa diupdate
UPDATE :
1. #post-1899712013
2. #post-1899714406
Terakhir diubah: