Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Story of Sin

loph_boobies

Semprot Holic
Daftar
2 Sep 2017
Post
388
Like diterima
1.229
Bimabet
mulustrasi said:
[hide]
[/hide]


Perkenalkan namaku Sin (lelaki, 32 tahun), awal pertemuanku dengannya semenjak 3 tahun lalu dari komunitas yang sama, sama sama memiliki hobi dan kebiasaan yang sama membuat chamestry tersendiri diantara kita.

Sebut saja Shinta (perempuan, 22 tahun) salah satu karyawati disalah satu pertokoan dikota kembang, mempunyai seorang adik bernama Shanti (perempuan, 20 tahun) dan masih mencari pekerjaan. Tinggal bersama kedua orang tuanya yang sudah berusia lanjutan, masing masing berusia 53 tahun dan ayah mereka yang berusia 55 tahun, sebut saja mereka ibu S dan ayah M. Dibesarkan dari keluarga yang menjaga sopan dan santunnya, Shinta yang berusia 2 tahun lebih tua harus menjadi contoh untuk adiknya yang masih mencari jati diri, dengan keseharian jilbab, diyakini orang tuanya dapat menjaga hawa nafsu dan segala tindakan buruk dunia luar.

Kala itu disuatu tempat dimana komunitas kita selalu berkumpul, takdir seolah mempertemukan dua insan yang seharusnya tidak bertemu, sore itu, sepulang dari perkumpulan, aku pun mengajaknya pulang bersama. Dengan mobil standar yang kala itu masih dalam cicilan, aku pun melaju menuju rumahnya, diiringi lagu Perfect dari Edd Sheeran kurasa ini saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaan. Sore itu dikala langit gelap berawan menuju hujan, dua insan yang saling dipertemukan pun menemukan jalan hatinya. Minggu itu, 21 oktober kita pun jadian.

Singkat cerita aku pun sampai didepan gang, katanya rumahnya tidak bisa dilalui mobil, hingga dia pun menawarkan ku untuk berkunjung ke rumahnya, aku berkata “belum waktunya.” Ya, hari ini bukan hari yang pas untuk bertemu kedua orang tuanya.



Hari demi hari, hingga minggu bertemu minggu, akhirnya kita putuskan untuk bertemu orang tua Shinta di kala itu, disiang hari yang cerah, dengan makanan sederhana yang kubeli di supermarket dekat rumahku. Setibanya disana, aku pun langsung diperkenalkan dengan kedua orang tuanya. Ah mereka tidak semengerikan yang kupikirkan. Dan ternyata, pacarku ini sudah beberapa kali bercerita tentangku. Disiang itu hingga menuju sore, banyak yang mereka tanyakan dan ku ceritakan, mulai dari karir, keluarga ku, dan lain sebagainya. Ajaibnya, hanya dalam hitungan jam mereka langsung mempercayakan anaknya kepadaku. “bapak percayakan Shinta, tolong dijaga ya?” dengan senang, aku pun menyanggupi tanggung jawab itu.

Tidak lama, datanglah adiknya. Aku terkaget, ternyata perawakannya lebih dari pacarku. Jika pacarku mempunyai tinggi 160cm sedangkan adiknya hanya 150cm tapi jika urusan payu dara dan pantat jelas adiknya lebih besar, dengan perbandingan 34B sedangkan adiknya 36C atau 38C? Entahlah, yang jelas terlalu besar untuk badannya yang kecil, belum lagi lingkar pantatnya yang jauh lebih bulat, bukan, ini terlalu bulat seperti bapao ukuran besar.

Aku pun berkenalan dengan adiknya, entah cuek atau malu malu, adiknya pun langsung menuju kamarnya. Sedikit cerita tentang keluarganya, dikatakan bahwa adiknya dan pacarku tidur sekamar. Meskipun rumah dua lantai tapi mereka bukan dari keluarga berada, kamarpun hanya ada satu dilantai dua, lantai satu hanya ada 1 kamar mandi plus toilet, dapur yang menyatu dengan ruang tamu disekat dengan 1 lemari besar, dan satu tv flat jadul, lantai 2 diisi dengan 1 kamar mandi tanpa toilet, kamar adik dan pacarku, dan satu kasur besar didepannya. Mereka tidur satu kamar sedangkan kedua orang tuanya tidur didepan kamar mereka dengan kasur yang digelar dikala malam. Sebelah kiri rumahnya kebun tidak terawat dengan pohon pohon tinggi, rumput ilalang tinggi, dan dipastikan banyak serangga semut dan serangga aneh lainnya dan disekitarnya ada bangunan lama yang sudah hancur namun masih berbentuk rumah, kadang anak anak kecil disekitaran rumahnya sering menyebut rumah hantu. Tidak ada jalan kemanapun dari sana, semua tertutup tembok tinggi yang menjulang setinggi 2 meter, jika ingin pergi keluar rumah, diharuskan belok kanan menuju warung standar dengan rumah warga lainnya, lalu didepan rumahnya, terdapat rumah yang selalu gelap, entahlah, ada yang bilang dirumah itu ada penghuninya, ada juga yang bilang kalau rumah itu kadang selalu kosong, jarang ditempati karena pemilik aslinya tinggal diluar kota. Sepertinya sekian kuceritakan tentang keluarganya.

Tanpa sadar, akhirnya matahari pun mulai menuju barat, dan dalam hitungan menit akhirnya gelap pun datang, ayahnya izin menuju rapat yang diadakan rutin seminggu sekali dihari minggu dirumah kelurahan yang berjarak 500m lebih, dan seperti mendapatkan angin segar ketika ibunya pun pergi ke atas untuk rebahan, tinggalah aku dan pacarku berdua diruang tamu. Dengan kondisi gelap diluar sana, dan jauh dari keramaian, mungkin tidak perlu dijelaskan lagi setan apa yang datang. Tangan ini mulai saling pegang, hingga tanganku memegang pahanya. Begitu mulus dan lembut. Tanpa menunggu izin, tangan ini sudah makin atas, hingga berdiri diatas selangkangannya, begitu lembut ketika tangan ini mulai meraba gundukan lembut tepat ditengah gamis yang dia pakai. Sementara tangannya pun tidak luput menjelajahi kontolku yang masih tertidur. Lama kelamaan aku mulai mengangkat gamis yang dia pakai, tangan ini lembut menjelajahi setiap jengkal pahanya yang putih dan lembut. Sudah semakin jauh tanganku menjelajahi pahanya hingga ku putuskan untuk mendarat diatas celana dalamnya. Tanpa perlu diberi komando, dia pun mengerti, segera digeser celana dalamnya. Tapi sayang, sekuat apapun mencoba menggesernya sepertinya percuma, dengan bahan yang tidak mudah lentur sekuat apapun kita mencoba tetap tidak menghasilkan apapun, celana dalam itu terlalu ketat dan terbuat dari katun.

Tanpa perlu dipikirkan, langsung saja ku tarik ke bawah hingga lepas sudah dari tempatnya. Jari jari ini langsung sigap bermain diatas memeknya, mulai dari mengusap lembut, mencubit pelan, hingga memasukan satu dua jariku. Basah sekali, tanda dia pun mulai bergairah. “Si ayah kapan pulangnya?” Aku pun coba memecahkan sunyi agar tidak dicurigai ibunya diatas, Shinta pun melihat jam, “jam delapanan.” Ok masih ada waktu sekitar satu jam setengah. Aktivitaspun masih berjalan normal, jariku masih bermain didalam memeknya, sedangkan tangannya masih menggenggam erat, memainkan jarinya, dan menaik turunkan tangannya diatas kontolku. Sambil diselangi beberapa obrolan agar ibunya tidak curiga, terlihat sekali dari raut wajah Shinta, mukanya mulai merah, nafasnya mulai berat, sebisa mungkin dia coba menjawab pertanyaanku senormal mungkin, lalu bagaimana denganku? Aku biasa saja, Shinta tidak terlalu lihai dalam hal permainan tangan, sehingga akupun tidak terlalu merasakan enaknya, atau mungkin karena kocokanku didalam memeknya yang membuat dia tidak konsen memainkan kontolku dengan tangannya.

Lama kita bermain dengan kelamin dan tangan masing masing, aku pun penasaran dengan gundukan yang mulai membesar dihadapanku. Dengan tangan yang satu lagi, aku pun memainkan sebelah kirinya pelan pelan, “mau lihat ya?” aku pun berbisik ditelinganya. Dia menjawab hanya dengan anggukan. Mungkin dia mengira aku akan membuka kancing didepan dadanya, tapi salah. Aku malah melakukan hal yang lain, kunaikan lagi gamis yang tadinya berada dipinggangnya, dia pun seperti terkaget dan mencoba menurukan gamisnya. “koq dikeatasin? Buka kancingnya kan bisa?” dia pun protes diantara nafasnya yg berat. “Biarin dong, tantangan, berani ga?” Aku pun mencoba menantangnya. “dibuka semua?” dia pun bertanya demikian sedangkan niat awalku adalah menganggkat gamisnya sampai diatas dada. Seolah mendapat angin segar aku pun semakin memancingnya. “Berani ga?” dia pun menurunkan gamisnya sampai benar benar rapih lalu langsung naik ke lantai dua. Pikirku semua gagal, ternyata kenyataannya lain.

Cukup lama dia diatas kemudian dia kembali, lalu berkata, “aman.” Aku tidak mengerti apa maksudnya, masih dengan berdiri didepanku, kemudian dia mengangkat gamisnya ke atas dan melemparkan ke belakang entah mendarat dimana, antara kaget dan gembira, aku tidak percaya pacarku bisa seliar ini, hanya tinggal kerudungnya saja yang masih menempel ditubuhnya, selebihnya benar benar bugil. Bayangkan, seorang jilbaber tiba tiba mengangkat dan melepas gamisnya diruang tamu dengan pintu terbuka lebar, dan tirai jendela yang belum ditutup sempurna, siapapun yang kebetulan melewat adalah orang paling beruntung, masih berdiri tersenyum dihadapan lalu dia pun duduk disampingku dan berkata “suka ga?” Tanpa menjawab, tanpa banyak kata, langsung kuserang kedua dadanya, benar benar toket besar dan kenyal, tanpa mau menyianyiakan kesempatan, jari jariku mulai menari didalam memeknya. Terjadilah pertarungan diantara dua insan, seorang perempuan telanjang hanya tinggal kerudung saja dan seorang lelaki yang hanya menurunkan resletingnya, seolah sudah tidak lagi memperdulikan tempat. Sedang enak enaknya kita bercumbu, tiba tiba suara motor dari jauh terdengar, “AYAH!” Aku yang seperti kesetanan tidak mau melepas mulutku dari toketnya dan jariku dari memeknya, cukup lama sampai suara motor itu semakin dekat dan semakin dekat, kemudian akupun didorong dengan kuat oleh Shinta dan dia pun berlari ke dapur.

Ayahnya pun sampai ke rumah setelah memarkirkan motor didepan rumahnya, dia masuk dan berkata kepadaku. “Eh, Belum pulang?” Aku menjawab, “kan nunggu ayah dulu.” Sambil tersenyum penuh arti. Kemudian ayahnya pun duduk didepanku dan mulai bertanya tanya lagi, saat aku melihat ke arah tangga, ternyata gamisnya ada diatas anak tangganya, aku bingung apa yang terjadi kalau kalau ayahnya tiba tiba haus lalu pergi ke dapur dan menemukan anaknya tanpa sehelai benangpun, hanya berbalut kerudung yang masih dia pakai. Tidak ingin sampai perang, akupun memutuskan langsung pulang dengan alasan kemaleman, ayahnya pun memanggil manggil Shinta, tentu saja tidak akan ada jawaban yang keluar, kemudian ayahnya berinisiatif pergi ke kamarnya, sebelum ayahnya keatas dia mengambil gamis yang ada diatas anak tangga, “Ini koq ada disini? Shin? Shinta? Ini Sin mau pulang sini pamitan dulu?” dikarenakan tidak adanya jawaban, ayahnya pun pergi ke atas, dan ketika suara pintu terbuka Shinta pun keluar dari persembunyiannya, “Gamisnya ilang.” Aku menjawab, “tadi diambil ayahmu ke atas.” Shinta pun kaget mendengar jawabanku. Langkah kaki pun mulai terdengar hendak menuruni tangga, Shinta yang kala itu masih telanjang hanya berbalut kerudung langsung panik pergi keluar ke arah kiri dan hilang dalam gelap.

“Aneh, Shinta nya koq ga ada ya.”

“Lagi keluar yah, ada perlu kayanya.”

Kemudian aku pun pamit dan ayahnya mengantarku sampe ke depan rumah, menungguku menyalakan motor kemudian pergi melaju, sudah 5 meter ku melaju dan ku melihat ke arah spion, ayahnya masih melihatku dengan senyumnya. Ya, berhubung sudah pamitan pulang, mau tidak mau akupun harus pergi dari tempat itu.




EPILOG.

Setelah ku sampai dirumah pun, sepertinya percuma menanyakan kabarnya lewat hp, dan dipastikan Shinta sekarang berada diluar rumah, dilapangan kosong, gelap dan dingin, tanpa pakaian sehelaipun, tidur beralaskan rumput, tanah, ditemani serangga aneh. Dan sialnya lagi, malam itu pun turun hujan. Pilihan Shinta ada dua, memaksakan tidur diluar beralaskan rumput dan lumpur atau pergi ke rumah hancur itu. Karena tidak mungkin kalau dia memaksakan pergi ke dalam rumah yang sudah terkunci dalam keadaan bugil seperti itu.




NOTED :
maaf baru belajar bikin cerita, buat sementara segini dulu. kalau emang suka mungkin bisa diupdate


UPDATE :
1. #post-1899712013
2. #post-1899714406
 
Terakhir diubah:
lah kok udah epilog aja bro, belum ena ena....
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Wkwkwkwkh... Belum pengalaman sih, main buang aja gamisnya.... :Ketawa:
 
BAGIAN 2 ::


Sudah sekitar 12 jam dari kejadian semalam, masih belum ada tanda akan kondisi Shinta, jam sudah menunjukan pukul 09:00 dikantorku dan masih ku tunggu kabar darinya. Segala pertanyaan dan ketakutan datang silih bergantian, bagaimana kalau Shinta sampai diketahui warga lalu dilakukan sidang dan menceritakan semuanya? Bagaimana kalau Shinta ketahuan bugil dilapangan kosong oleh orang tuanya dan menceritakan semuanya kemudian melarang berhubungan dengan ku lagi? Segala pertanyaan dan ketakutan datang silih bergantian. Namun tepat sekitar pukul 11 siang hari menuju istirahat, satu pesan muncul dilayar hp ku atas nama Shinta, segera ku baca pesan WA nya. Dia mengabari semuanya baik baik saja, kemudian menceritakan apa yang terjadi kemaren.

SHINTA DIMALAM ITU....

Dimalam itu ketika aku berlari ke lantai atas, segera ku menemukan ibuku yang sedang tertidur, kemudian ku coba cek kamar, ternyata adikku pun sudah tertidur lelap, aku rasa ini saat yang pas, kulepas gamis yang melekat ditubuhku lalu ku lepaskan semua dalaman yang ada, sejenak ku melihat ke arah cermin terlihat sangat menantang, payudara yang bulat, pantat yang lumayan, beserta hutan tipis menyelimuti rawa yang mulai basah. Nampak menggiurkan apalagi dengan kerudung besar yang kupakai, nampak kontras dengan kulitku yang putih. Langsung ku pakai kembali gamis itu tanpa mengancingi bagian atasnya, segera ku berlari ke lantai bawah. Aku pastikan pacarku akan senang.

Dan benar saja, ketika kulepas dan kulempar sembarang, aku melihat matanya begitu menikmati setiap jengkal tubuhku. Aku senang melihatnya gembira, apalagi ketika dia bernafsu menyusu seperti anak bayi yang kehausan dan jari jarinya yang bergeriliya kasar dimemekku, entah kenapa aku suka dikasari seperti ini. Segera ku coba melepas gesper yang melekat di jeansnya, namun sayang, gesper itu terlalu rumit untuk ku buka, aku putuskan saja langsung menurunkan resleting celananya, dengan sekuat tenaga akhirnya ku berhasil menurunkan resleting itu dan mengeluarkan kontol dari sarangnya. Aku suka kontolnya, begitu besar ditanganku, berurat dan kasar, ingin sekali ku kulum tapi dia begitu agresif menyerangku atas dan bawah. Sedang menikmati kuluman dan gesekan ditubuhku, menikmati setiap jengkal jari tanganku diatas kontolnya, tiba tiba aku mendengar suara motor dari kejauhan, ya, suara motor yang sangat ku kenal. “AYAH!” Kontan aku pun reflek berteriak, namun bukannya berhenti, dia pun malah tambah ganas mnyerangku, stimulasinya di putingku dan jarinya yang sengaja bermain kasar diatas klitorisku, membuatku kebingungan antara menikmati rasa yang tidak pernah kurasakan sebelumnya, tapi jika ku biarkan kita bisa mati bersama.

Suara motor itu pun semakin lama semakin terdengar mendekat, memang pelan, namun jelas bisa ku ketahui kalau itu motor ayahku. Aku tinggal diperkampungan yang jarang penduduk sehingga dari jauhpun suara motor bisa gampang terdengar. Semakin lama suara motor mendekat, semakin sering ku ucapkan kata “ayah” kepadanya, semakin kasar pula tindakannya, itu membuatku melayang sejauh mungkin, entah kenapa, adrenalin ini membuat ku gila, entah datang pemikiran dari mana, aku malah ingin terus melanjutkan sampai ayahku datang. Aku tidak peduli dia syok atau marah, atau malah mengusir kita, aku tidak mau melepas serangan brutal yang dia lancarkan terhadap klitoris, memek, dan payudaraku. Tapi kemudian aku ‘dipaksa’ untuk sadar, jika ku teruskan aku tidak bisa meneruskannya dilain hari, kemudian ku paksakan sekuat tenaga mndorongnya kebelakang seraya suara motor yang sudah terlalu dekat, tanpa pikir panjang aku pun berlari ke dapur, dan ku sesali itu ketika ayah ternyata tidak langsung naik ke lantai dua malahan langsung duduk dan mengobrol dengannya. Ah sialnya, batinku mengutuk, kenapa aku tidak berlari ke arah kamar mandi, karena setahuku disana ada handuk yang masih menggantung, atau kenapa tidak langsung ke kamarku dan pura pura tidur atau apalah, kenapa harus dapur yang jelas jelas hanya terhalang satu lemari, ku mencoba mencari gamis yang kulempar, sialnya lagi gamis itu ada diatas anak tangga, aku tidak mungkin langsung berlari mengambilnya lalu kembali ke dapur untuk memakainya. Aku berdoa semoga ayahku tidak haus atau pergi kedapur untuk mengambil sesuatu.

Aku pun sendiri mematung dalam dinginnya dapur, dengan nafas dan nafsu yang masih menggebu, puting ini masih berdiri tegak, memek ini masih banjir oleh cairanku sendiri, aku merasa belum puas, aku ingin lebih. Dan sepertinya aku mulai menggila, saat ayahku masih ada disebrang lemari mengobrol dengan orang yang habis habisan telah mengobel memek anaknya, sepertinya aku ingin masturbasi. Ya, masturbasi sambil mendengarkan ayahku berbicara, aku pun naik ke atas meja dapur lalu melebarkan kedua kakiku ke kiri dan ke kanan, tangan kiriku sudah menggeriliya diatas payudaraku, menekan pentil yang semakin tegak berdiri, mengelusnya pelan, kadang meremasnya kasar dan tangan kananku sudah bermain dengan memekku, sungguh pemandangan yang sangat indah jika ada yang melihatnya, seorang jilbaber mengenakan hanya kerudung dan duduk diatas meja dapur bertelanjang ria sambil masturbasi. entah apa jadinya kalau ayahku berinisiatif pergi ke dapur dan melihat anaknya seperti ini, pasti sangat syok. Namun entah kenapa, aku malah semakin horni jika memikirkan hal itu, dan sepertinya memang itu yang ku harapkan.

Apalagi ketika ayahku memanggil manggil namakuserayapacarkuberpamitan, aku semakin gilaku memainkanmemekdan toketku sendiridengan sangat kasar,ku harap ayahku memeriksa kedapur, namun tidak, ayahku memutuskan memeriksa ke lantai atas. Sejenak aku seperti tersadar dari apa yang ku lakukan, segera ku keluar dari persembunyianku, mencari cari gamis yang kulempar, dan betapa kaget ternyata gamisku pun dibawa ayah kelantai atas, aku bingung dan panik apa yang harus ku lakukan, hingga derap langkah mulai terdengar seperti akan menuju lantai satu, tanpa pikir panjang, aku berlari ke arah lapangan kosong, kebun, hutan, ah apalagi sebutannya. Ku berlari bersembunyi sejauh mungkin dalam gelapnya lapang dan tingginya pepohonan disana, rumput rumput liar tinggi selutut bergiliran menjamah kakiku. Setelah kurasa aman, aku pun duduk direrumputan ini, memikirkan cara bagaimana keluar dari situasi ini, semakin lama badanku semakin mengantuk, sementara dari arah rumahku sudah gelap, lampu ruang tamu nampak sudah dimatikan dan bisa dipastikan juga pintu depan sudah terkunci, aku semakin kebingungan harus berbuat apa. Telanjang didalam lapangan kosong, dipenuhi rerumputan tinggi, pohon yang mnjulang yang akupun tidak tahu apa namanya, dan juga bangunan kosong disampingnya, menambah keangkeran dalam gelap ini. Mataku pun semakin berat dan aku pun ketiduran sejenak disana.

Tanpa sadar aku pun mulai menggaruk kesana dan kesini, aku merasa ada yang berjalan menjelajahi tubuh telanjang ini, mungkin serangga serangga itu pikir kapan lagi bisa mendarat ditubuh perempuan semok sepertiku. Bergiliran serangga serangga itu merayap diatas payudaraku, kadang berjalan dipentilku, berjalan pula diatas paha, selangkangan, dan ini yang kutunggu ketika serangga serangga itu mulai berjalan jalan diatas memekku, kini sekujur tubuhnya dirayapi serangga yang bahkan aku tidak tahu apa,tapi bukannya takut histeris, aku malah terangsang dibuatnya. Ya, terangsang oleh kaki kaki kecil serangga yang menari ditubuhku, aku tidak tahu kenapa aku bisa menikmatinya, bahkan saat serangga kecil itu mulai mencoba memasukin memekku, dan sepertinya akupun mulai gila. Ku lebarkan memekku selebar mungkin, berharap serangga serangga itu masuk dan menari didalam memekku. Satu serangga masuk, dua, tiga, semakin lama semakin banyak yang masuk, bukannya takut atau histeris, yang kulakukan malah semakin melebarkan memekku dan benar saja dugaanku, serangga serangga itu mulai menari didalam memekku, aku pun terus membuka lebar memekku berharap lebih banyak serangga yang masuk. Aku tidak tahu lagi serangga apa yang masuk, besar, kecil, menengah, semua masuk ke dalam memekku, sudah tidak terhitung lagi berapa dan apa yang ada didalamnya, perlahan mereka mulai menari dan mengkonsumsi cairan segar yang keluar.

Setelah dirasa cukup banyak, aku pun menutup rapat memekku, seperti berharap mereka tinggal lama disana, merapatkan kedua pahaku, dan menahannya dengan tanganku. Serangga serangga itu berlarian kesana kemari, sangat liar dan sangat membuatku ketagihan, aku pun mulai memainkan klitorisku dan sensasipun bertambah nikmat. Perlahan hujan pun mulai turun, aku masturbasi dengan banyak serangga aneh diseluruh tubuhku dan di didalam memekku, dan jari jari ku mulai bermain diatas klitoris dan pentilku. Masih tiduran diatas lapangan luas berumput tinggi dan berpohon rindang, aku pun menikmati setiap sentuhan serangga serangga itu, dan menikmati tetes hujan yang mulai memandikanku, perlahan air hujanpun semakin menggenangi sekitaranku, kerudungku sudah tidak jelas bentuknya, langsung kulepas dan kubuang entah dimana, bermandikan air hujan yang menetes diatas tanah dan menjadikannya lumpur aku pun berguling guling menikmati perasaan ini.

Tiba tiba pintu rumahpun terbuka, aku melihat ayahku pergi kesuatu tempat, aku yang sedang terbang jauh serasa terhentak begitu saja jatuh ke bumi. Aku tahu ini kesempatanku satu satunya untuk masuk ke rumah. Ku berlari sekuat tenaga menahan horni dan rangsangan dikemaluanku pergi berlari ke arah pintu, dan beruntungnya atau sialnya, ayah lupa mengunci pintu, segera ku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan segala sisa lumpur dan mengeluarkan serangga didalam memekku, ku arahkan selang yang ada dikamar mandi jauh kedalam memekku, dan ku nyalakan dengan volume full, satu persatu seranggapun keluar, dan tidak ada satupun serangga yang ku kenal. Jatuh jauh menuju lubang dikamar mandiku, diantaranya banyak yang mati. Hingga kurasakan memekku kosong aku memastikan dengan memasukan jariku, setelah diyakini benar benar tidak ada serangga yang tersisa, akupun melanjutkan mandi. Ah segarnya mandi disaat badan sudah dirasa remuk. Setelah selesai mandi aku coba mengambil handuk, dan sialnya ternyata itu bukan handuk mandi, itu handuk olah raga milik ayahku, baunya pun tercium apek habis keringat seharian berolahraga. Ah sial pikirku, bagaimana aku menutup lekuk tubuhku dengan handuk sekecil ini?? Bahkan untuk melingkar pinggulku saja tidak mungkin, setelah kering aku pun keluar kamar mandi dengan membawa handuk itu, sudahlah, ku pikir ayah masih keluar, ibu pasti sudah tidur, begitu pula adikku. Saat aku keluar, pintu depan rumahku pun mendadak terbuka, aku yang masih telanjangpun reflek menutup sebisanya dengan handuk kecil itu

[hide]
[/hide]

Akupun terkaget dan langsung menurunkan badanku seraya menutup payudaraku yang percuma saja karena handuk itu terlalu kecil. Untungnya itu ayahku yang membawa keresek hitam, ayahku heran dari mana saja aku dan kenapa tiba tiba aku keluar dari kamar mandi telanjang dengan handuk kecil miliknya, aku menjawab, kalau tadi malam temanku datang katanya ada perlu terus aku membantunya sebentar kemudian hujan turun dan aku pun hujan hujanan ke rumah, dari pada sakit aku putuskan langsung mandi tapi lupa membawa handuk, ayahku pun percaya, dan langsung menyuruhku langsung pergi ke kamar memakai pakaian.

Aku pun berdiri hendak menuju kamar, menutup badanku sebisanya dan sepertinya sekarang ayah yang terkaget olehku, mungkin ini pertama kalinya semenjak tahun tahun pertama ayahku menikahi ibu, melihat seorang perempuan telanjang, dengan payudara dan pantat besar, wajar saja nafsu lelakinya keluar, namun dengan kesadaran yang masih tersisa, diapun kembali kedunia nyata setelah terbang menikmati tubuh berisiku.

[hide]
[/hide]



Aku mngerti akan kondisi ini, aku pun tidak mau sampai jadi canggung, ku coba memecahkan sunyi, bertanya apa yang ayahku bawa, beliau menjawab kalau dia baru beres membeli nasi goreng, mendengar dan mencium wanginya, perutku pun langsung berbunya keras, kami berdua tertawa, lalu ayahku menawarinya makan berdua, aku mengangguk. Tapi dasar sudah terlalu lapar atau terlalu gila, aku bukannya pergi ke kamar memakai baju, yang kulakukan justru mengambil piring dan dua sendok untuk kita memakan nasi goreng bersama.

Biarpun dia ayah kandungku, namun yang namanya lelaki, sama saja, beliau tampak grogi saat makan berdua di ruang tamu denganku yang masih telanjang bulat hanya memakai handuk yang menutupi bagian sensitifku sebisanya. Aku berpikir, ah sudahlah buat apa ditutupi, toh dia ayahku kandungku yang sudah membesarkanku sedari kecil jangankan melihatku telanjang, pastinya bilaupun sudah pernah memandikanku, menceboki pantat dan dipastikan sudah pernah menyentuh memekku, kenapa sekarang harus malu terhadap ayah sendiri, aku pun mulai relax, dan menurunkan handuk yang menutupi payudaraku, sehingga kini handuk itu hanya berdiam diatas kemaluan dan pahaku.

Kondisi yang kontras dimana orang tua memakai baju lengkap sedang menyuapi anak kandungnya yang sedang bertelanjang bulat, payudara menggantung begitu indah dan bulat, menantang siapa saja yang melihat termasuk ayahku yang sedari tadi menyuapiku tapi matanya sedikit sedikit melirik payudaraku. Ingin sekali ku ambil kedua tangan ayahku dan kuletakan diatas payudaraku tapi aku tahu itu tidak sopan, biarlah seperti ini, biarlah mata ayahku saja yang bermain diatas payu daraku. Setelah makanan itu habis, aku pun pura pura memeluk ayahku sambil berterima kasih, aku sengaja menempelkan dadaku ke badan ayahku. Dan aku pun langsung pergi ke kamarku telanjang bulat meninggalkan handukku diruang tamu. Bisa dilihat dari ekor mataku kalau ayahku memperhatikanku, memperhatikan bongkahan pantat dan payudara bulat menantang. Aku sudah tidak memperdulikannya, aku pun langsung pergi ke lantai dua menuju kamarku.



EPILOG
Cukup panjang pacarku menceritakan semuanya, entah kenapa aku malah horni dengan ceritanya, jika banyak yang tidak percaya akan cerita diatas, menurutku itu wajar saja, aku pun bingung bagian mana yang benar atau tidak, tapi untuk membuktikannya, malam ini akan ku beri dia tantangan. Tunggu saja waktunya,


 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd