Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Subarkah

Chapter 14 : Burung Yang Tertukar 1

Satu hari telah berlalu setelah kejadian antara Barkah dan Nyai Darsih. Bu Marsih saat ini telah kembali ke rumahny. Diapun membawa Harni ke rumahnya untuk dirawat lebih intensif. Barkah setiap hari pergi ke rumah Bu Marsih untuk menengok Harni dan mengajaknya bicara agar Harni tidak merasa kesepian.

Pagi itu suasana pasar mulai ramai orang berdagang dan jual beli. Cepi bekerja seperti biasa menarik gerobak airnya dan mengantarkan pesanan para pedagang di pasar. Cepi seorang pemuda desa mirip dengan Barkah. Wajahnya biasa aja, tubuhnya kekar karena setiap hari menarik gerobak air yang berat. Cepi ini sifatnya seperti Barkah. Penakut dan minder karena status ekonomi nya di Desa Banjardowo tidak terlalu baik. Seringkali Barkah mesti menraktir Cepi kalo mereka sedang nongkrong di kedai kopi dan tuak milik Nyai Darsih.

Ketika Cepi lewat di pasar, Prapti mantan pacar cepi sedang duduk termenung di lapak kain miliknya. Prapti saat ini masih menjomblo. Terakhir dia berpacaran dengan Asep pemilik lapak buah yang akhirnya diputuskan oleh Prapti karena merasa burungnya kurang mantap. Prapti memiliki badan yang semok dan kencang, payudaranya tidak terlalu besar tapi kencang menjulang karena usianya masih muda. Pantatnya besar dengan panggul yang besar, jika orang desa bilang, Prapti ini besok akan gampang melahirkan karena ukuran panggulnya itu. Kulitnya putih mulus dengan rambut sebahu. Penampilannya mirip dengan gadis kota yang suka mengenakan celana pendek sepaha dan kaos ketat. Dia bangga memamerkan lekuk tubuhnya supaya dapat dilihat dan dikagumi para pria.

Sambil mendengus gusar karena saat ini sedang jomblo, Prapti melihat Cepi sedang lewat mengangkat air ke salah satu lapak di pasar itu. Tubuh Cepi yang hitam berkeringat tampak mengkilap. Teringat mereka pernah sering berhubungan badan ketika berpacaran. Prapti memutuskan Cepi karena saat itu Cepi tidak bisa menuruti ketika Prapti minta dibelikan gincu dan bedak. Melihat kegagahan Cepi mengangkat ember ember air dari kaleng bekas membuat Prapti mengingat kembali bagaimana pergumulan panas mereka dulu. Seringkali mereka melakukan di alam terbuka ketika malam. Dibalik kebun tebu, di teras rumah Prapti dan tempat lain. Hati Prapti pun mengakui diantara mantan mantan nya hanya Cepi yang rasa burungnya paling enak.

Tersulut oleh birahi, Prapti pun memutar otak. Jam jam segini, ayahnya yang juragan kopi pasti sedang berada di kebun meninjau hasil kebun kopinya. Terbesit ide nakal untuk sesaat mengulang rasa yang telah lalu. Dengan segera dia memanggil Cepi dari seberang "Ceppp......cepiiiii......mau beli aer Ceppp"

Cepi pun terkejut dengan panggilan Prapti. Dia sebenarnya sudah melihat, tapi sengaja menghindar bertemu atau bertatapan dengan Prapti. Hatinya masih pedih akan kisah pilu diputuskan oleh Prapti. Tapi apadaya, kebutuhan cari uang lebih besar daripada gengsi dan rasa sakit hatinya.

Dengan berat hati Cepi melangkah gontai ke arah Prapti.
"Iya Prap, mau beli air berapa?"

"Mau beli satu gerobak Cep, tapi anter ke rumah sekarang bisa? Pompa air di rumah lagi mati" jawab Prapti.

Sebagai orang desa tidak semuanya memiliki pompa air, sebagian besar mesti harus menimba dengan tali. Hanya orang orang kaya seperti Prapti dan keluarganya yang bisa membeli mesin pompa air.

"Yawis, tak anter sekarang ya" Cepi ingin cepat cepat menyudahi transaksi ini agar tak perlu berlama-lama terasikiti hatinya melihat Prapti.

"Sek Cep, tapi di rumah ndak ada orang, kuncine aku bawa, ayo bareng wae" seru prapti yang bergegas menutup lapak kainnya. Ayah Prapti cukup kaya, sehingga dia membuka lapak sebenarnya hanya untuk mencari kesibukan dan menggoda pria pria di sana.

Tak lama mereka berdua telah sampai di rumah. Cepi pun mulai mencantolkan dua ember air disebatang kayu dan memanggulnya.
"Mau diisiin dimana Prap airnya?"

"Di dalem Cep, di bak mandi dalam deket kamar ku" sahut Prapti.

Cepi pun bingung, jika hanya untuk mengisi bak mandi, seharusnya tidak perlu sampai satu gerobak, cukup dua tiga ember saja sudah terisi penuh sampai meluap. Tak ambil pusing dan ingin segera pergi, Cepi pun tak banyak bertanya dan segera masuk menuang air di kamar mandi. Benar saja baru dua ember dituang airnya sudah penuh.

"Prap, ini udah penuh, sisanya mau dikemanain?"
Ketika Cepi keluar dari kamar mandi betapa terkejutnya dia. Di depan kamar tidur, Prapti sudah berdiri telanjang. Pintu kayu tempat dia masuk sudah tertutup rapat.
"Lo...lo...Prap, apa apan ini?"
Sebenarnya Cepi terangsang juga melihat tubuh telanjang Prapti, tapi dia merasa dirinya bukan pria murahan, tidak sembarang wanita yang bisa mencicipi dirinya. Cepi pun berusaha membuang muka tak mau melihat, meskipun burungnya tak bisa berbohong sudah mulai tegang dan mengeras.

Tanpa menjawab Prapti menarik tangan Cepi masuk ke kamarnya, dan menutup pintu kamarnya. Sebagai anak orang kaya kamar Prapti sangat besar. Bahkan di kamarnya ada meja tulis, lemari pakaian dan meja televisi dari kayu halus. Sungguh kemewahan yang jarang dimilik orang orang di Desa Banjardowo.

Prapti mendudukan pantat kencangnya di meja tulis dan menarik Cepi mendekat ke dirinya.
"Cecep.....Prapti lagi jomblo nih, memek Prapti udah lama nggak diisi burung, kamu mau ya Cep enakin Prapti"

"Nggak bisa gini Prap, kita itu udah putus, aku nggak mau kamu anggap pria gampangan yang kalo ada butuhnya saja kamu cari" dengus Cepi jual mahal yang padahal burungnya sudah makin ngaceng berat karena berada sedekat ini dan mencium aroma tubuh Prapti yang wangi karena menggunakan parfum.

Mendengar jawaban Cepi membuat Prapti kesal, dengan kasar Prapti menekan kepala Cepi ke arah selakangannya sambil mulai mengangkang "Ahhhh......berisik ah Cepi, udah nurut aja nanti kamu juga enak kok pasti"

Muka Cepi diarahkan ke selakangan Prapti sambil dia menggesek gesakan selakangannya supaya kena ke bibir dan hidung Cepi.

Diperlakukan seperti itu makin terpancing lah napsu Cepi. Ingin dia menolak agar tak dianggap pria murahan yang gampang ditiduri oleh wanita, tapi birahinya mulai terpancing seraya berkata "Prap.....prappp.....udah prappp...." Tapi tak menolak juga.

Melihat pertahanan Cepi mulai mengendor ditariknya Cepi yang mulai menurut, ditelanjangi cepi dengan mudah, kembali Prapti duduk mengangkang diatas meja, dan ditarik burung Cepi untuk segera masuk ke memeknya.

"Ssssttt.......ahhhh......ceppp....ayo masukin"

Meskipun belum basah, karena udah tidak sabar Prapti memaksakan masuk batang Cepi yang udah mengeras dengan paksa, tidak memperdulikan rasa keset dan perih terus ditarik tarik cepi untuk melakukan penetrasi.

"Blessss......" Akhirnya masuk sudah batang Cepi semua kedalam rongga memek Prapti. Keduanya mendesah keras dan memejamkan mata. Kepalang basah akhirnya Cepi mulai mengikuti mau Prapti, dia menggerakan pinggangnya untuk memompa memek Prapti. Perlahan mulai beceklah memek Prapti.

Keenakan Prapti hanya bisa mendesah dan merem melek digenjot Cepi. Karena sudah lama memeknya tidak terisi batang lelaki. Cepi sudah melupakan harga dirinya. Burungnya keluar masuk dengan cepat. Demikian juga Prapti yang terus merintih rintih menikmat rasa yang dia inginkan. Memeknya berusaha dia empotkan supaya makin dalam meresapi setiap gesekan batang Cepi. Lendir yang melumasi batang Cepi keluar semakin banyak.

Ditengah kenikmatan dan suara peraduan lendir mereka, terdengar suara mobil yang datang dari luar.
"Waduhhhh AYAH PULANG"

Kelakuan Prapti yang binal sebenarnya sudah diketahui banyak orang termasuk Pak Samsul ayahnya. Tapi karena anak semata wayang Pak Samsul tidak tega untuk mendidik dengan keras. Beberapa kali Prapti tertangkap basah sedang berhubungan intim dengan kawan pria nya. Pak Samsul hanya bisa memarahi kawan pria Prapti tapi tidak dengan anak gadisnya.

Jika perbuatannya dengan Cepi ketahuan, paling hanya Cepi yang dibentak ayahnya.

Tapi Prapti merasa gengsi, jika dirinya kedapatan kembali berhubungan intim dengan Cepi yang dulu dia campakkan karena tidak memiliki materi yang cukup.

Dengan terburu buru Prapti mendorong Cepi dan secepat kilat mengenakan pakaian. Cepi yang ikutan panik buru buru menarik ke atas celananya. Tepat ketika Pak Samsul masuk ke rumah mereka berdua sudah berpakaian lengkap dan berdiri di depan pintu kamar mandi lagi.

"Loh Cep.....kamu ngapain di sini?" Selidik Pak Samsul dengan penuh curiga

"Ini Yah, tadi pompa airnya ngadat, jadi si Cepi tak suruh ke sini buat bantuin, sambil bawa air takutnya pompanya kenapa kenapa ya to"

Cepi hamya bisa diam dengan muka bodoh mencoba mengikuti permainan dan alasan Prapti sambil mengangguk.

"Anu....udah bener Pak.....saya pamit ya, mari...."

Cepi pun bergegas keluar rumah sambil diantar Prapti sampai pintu depan. Ketika di pintu depan, Prapti berbisik di deket Cepi,

"Nanti malem, jam 8 tak tunggu di halaman samping, awas nek kamu ndak dateng, tak laporin ayah kalau kamu tadi maksa aku" bisik Prapti penuh ancam, karena dirimya masih kena tanggung belum puas akan burung Cepi.

"Ceglukkkk....." Cepi menelan ludah antara takut, ragu, merasa harga dirinya terinjak injak tapi juga masih ngaceng berat. "Prap....ini uang airnya gimana?"

"Ah udahhh......jangan banyak nanya, udah dikasih enak lo. Nanti malem awas ya, aku mau kentu lagi pokoke"

Cepi tak bisa berkata apa apa mendengarkan perkataan Prapti. Hatinya semakin jengkel akan sikap Prapti yang semau maunya sendiri.
"Duh gusti, aku mesti gimana ini nanti malam, udah gak dapet duit, malah disuruh kentu" gerutu Cepi dalam hati.

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd