- Daftar
- 8 Jun 2011
- Post
- 49
- Like diterima
- 3.399
Cerita ini adalah karya saya yang pertama. 100% Fiksi, jika ada kesamaan nama dan lokasi maka itu hanyalah kebetulan saja. Semoga berkenan.
Prologue:
Alkisah di sebuah desa, di daerah yang cukup terpencil di Pulau Jawa, desa bernama Desa Banjardowo. Mayoritas masyarakat di desa tersebut memiliki profesi sebagai petani dan peternak. Sebagian kecil lagi berprofesi sebagai pengrajin tembikar dan pedagang makanan tradisional.
Tokoh utama kita dalam cerita ini bernama Subarkah seorang pemuda lugu yang sehari harinya bekerja sebagai pembuat kerajinan tembikar. Barkah begitu dia dipanggil, tinggal di sebuah rumah sederhana warisan orang tuanya yang telah lama meninggal. Sebagai seorang pemuda Barkah tidak memiliki perilaku yang negatif. Setiap harinya diisi dengan membuat tembikar di malam hari, dan berjualan di pasar pagi hingga sore. Barkah bukan pemuda yang terlalu tampan. Penampilannya biasa saja, tubuhnya cukup kekar karena pekerjaan kasar yang dia kerjakan setiap hari seorang diri. Barkah juga bukan merupakan pemuda yang populer di kalangan wanita dan gadis desa.
Ada satu hal yang sedikit berbeda di desa Banjardowo ini. Sistem keluarga di desa ini adala Matriarki. Yang artinya pemimpin keluarga di desa ini justru pihak perempuan. Demikian juga dalam hal menjalin asmara, seorang wanita justru akan berinisiatif terlebih dahulu daripada sang pria. Sehingga jika ada perselingkuhan di Desa Banjardowo justru lebih sering dilakukan oleh pihak wanita. Tak jarang justru wanita yang bekerja di pasar dan para pria yang bertugas menjaga rumah dan melakukan pekerjaan rumahan. Hal ini telah berlangsung sejak jaman para pendiri desa dan tidak berubah hingga era modern. Karena desa ini cukup tertutup dan faktor geografis desa ini yang berada di kaki gunung di Jawa Timur sehingga peradaban modern dan pendatang sangat jarang menghampiri Desa Banjardowo.
Chapter 1
"Hadeh, sudah selarut ini kok ya baru laku sedikit dagangan ku to yo yo"
"Terpaksa besok ngirit lagi dah ini"
Gerutu Barkah yang baru pulang ketika gelap sambil membawa barang dagangan nya yang masih banyak. Dalam perjalanan pulang Barkah melewati rumah penduduk desa yang masing masing telah sibuk dengan aktivitas malam di rumahnya masing masing.
Langkah gontai pun diayunkan Barkah sembari melihat lihat cahaya temaram dari rumah ke rumah. Langkah kaki Barkah pun sampai melewati rumah Bu Marsih, seorang janda yang berusia 58 tahun. Bu Marsih telah menjadi janda selama 20 tahun. Suaminya meninggal karena sakit stroke. Maklum jarak usia Bu Marsih dan suaminya terpaut 18 tahun lebih.
Ketika melewati rumah Bu Marsih tiba tiba hidung Barkah mencium aroma wangi yang semerbak,
"Waduh, bau apa ini kok wangi banget"
"Mampus, jangan jangan ada demit lewat"
Karena hari telah gelap Barkah pun mulai khawatir, Desa Banjardowo memang desa yang masih banyak terjadi hal hal mistis sehingga terbesit sedikit rasa takut di hati Barkah. Akan tetapi rasa penasaran muncul lebih kuat dibenak barkah.
"Bentar bentar, kok baunya dari rumah Bu Marsih ya" ucap Barkah dalam hati. Dengan penasaran dan berhati hati Barkah berbelok ke arah rumah Bu Marsih sambil masih menggendong dagangannya. Dilongokan kepalanya sambil terus mencari sumber aroma wangi tersebut. Barkah pun menemukan sumber wangi tersebut berasal dari arah kamar mandi. Seperti halnya rumah rumah di desa, kamar mandi di Desa Banjardowo ini biasanya terpisah dari bangunan utama rumah. Sehingga siapapun warga desa di situ jika sedang membutuhkan bisa saja meminjam kamar mandi tetangganya.
Barkah makin mendekat ke kamar mandi Bu Marsih, menyadari bahwa pintu kamar mandi tertutup dan lampu menyala, Barkah pun berpikir, "wah ini Bu Marsih pasti yang sedang mandi malam malam, apa nggak takut masuk angin kali ya" Sebagai seorang pemuda yang beranjak dewasa tentu saja Barkah memiliki rasa ingin tahu dan libido seperti pemuda pada umumnya. Barkah pun makin mendekat dan mencoba mengintip dari celah pintu. Meskipun hanya sedikit Barkah bisa melihat bahwa Bu Marsih janda di desa tersebu sedang berendam air panas yang ditampung dalam sebuah ember kayu besar dan ditaruh di tengah kamar mandi. Air di ember kayu tersebut tampak beruap yang menandakan air tersebut bersuhu hangat dan penuh dengan kelopak bunga serta air sabun yang telah dicampur sehingga membuat aroma wangi begitu semerbak.
Sambil memicingkan mata Barkah berusaha melihat lebih jelas sosok Bu Marsih, sekejap Barkah berhasil menemukan sosok yang dicari. Nampak tubuh telanjang yang telah basah di dalam air. Mengusap usap dua bongkahan payudara berukuran besar berkulit putih. Guratan usia tak bisa berbohong, tapi bagi Barkah yang masih perjaka, melihat payudara Bu Marsih sudah cukup untuk membuat batang kelelakiannya bereaksi.
Sesekali tangan Bu Marsih merayap turun dan mengusap kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Sambil mendesah Bu Marsih mengucap "duh Gusti, udah lama aku menjanda, dan udah lama nggak ada pria yang mau main sama hamba, memek ini gatelnya nggak ketulungan ya gusti"
Melihat aksi Bu Marsih tersebut membuat Barkah menelan ludah, ditengah keasyikannya tersebut tanpa sengaja kaki Barkah menyenggol barang dagangannya sendiri sehingga sebuah tembikar jatuh dan terpecah menimbulkan suara gaduh.
"krompyannnggg....!!!!"
"Siapa di luar?" Pekik Bu Marsih yang terkejut dengan suara pecah.
Dengan cepat Bu Marsih bangkit sambil membalutkan handuk sekenanya dan segera membuka pintu kamar mandi. Barkah yang sedang terkejut dan panik tak sigap menghadapi situasi tersebut. Tertangkap basah lah Barkah oleh Bu Marsih sedang mengintip dirinya sedang mandi.
Bersambung.
Chapter 2 : hal 1
Chapter 3 - 5 : hal 2
Chapter 6 - 7 : hal 3
Chapter 8 - 9 : hal 4
Chapter 10 : hal 5
Chapter 11 - 12 : hal 6
Chapter 13 : hal 7
Chapter 14 : hal 8
Chapter 15 : hal 9
Chapter 16 : hal 10
Chapter 17 : hal 11
Chapter 18 : hal 14
Chapter 19 : hal 15
Chapter 20 : hal 17
Chapter 21 : hal 18
Chapter 22 : hal 19
Chapter 23 : hal 20
Chapter 24 : hal 22
Chapter 25 : hal 23
Chapter 26 : hal 25
Chapter 27 : hal 26
Chapter 28 : hal 28
Chapter 29 : hal 30
Chapter 30 : hal 33
Chapter 31 : hal 36
Chapter 32 : hal 37
Chapter 33 : hal 39
Chapter 34 : hal 40
Chapter 35 : -
Prologue:
Alkisah di sebuah desa, di daerah yang cukup terpencil di Pulau Jawa, desa bernama Desa Banjardowo. Mayoritas masyarakat di desa tersebut memiliki profesi sebagai petani dan peternak. Sebagian kecil lagi berprofesi sebagai pengrajin tembikar dan pedagang makanan tradisional.
Tokoh utama kita dalam cerita ini bernama Subarkah seorang pemuda lugu yang sehari harinya bekerja sebagai pembuat kerajinan tembikar. Barkah begitu dia dipanggil, tinggal di sebuah rumah sederhana warisan orang tuanya yang telah lama meninggal. Sebagai seorang pemuda Barkah tidak memiliki perilaku yang negatif. Setiap harinya diisi dengan membuat tembikar di malam hari, dan berjualan di pasar pagi hingga sore. Barkah bukan pemuda yang terlalu tampan. Penampilannya biasa saja, tubuhnya cukup kekar karena pekerjaan kasar yang dia kerjakan setiap hari seorang diri. Barkah juga bukan merupakan pemuda yang populer di kalangan wanita dan gadis desa.
Ada satu hal yang sedikit berbeda di desa Banjardowo ini. Sistem keluarga di desa ini adala Matriarki. Yang artinya pemimpin keluarga di desa ini justru pihak perempuan. Demikian juga dalam hal menjalin asmara, seorang wanita justru akan berinisiatif terlebih dahulu daripada sang pria. Sehingga jika ada perselingkuhan di Desa Banjardowo justru lebih sering dilakukan oleh pihak wanita. Tak jarang justru wanita yang bekerja di pasar dan para pria yang bertugas menjaga rumah dan melakukan pekerjaan rumahan. Hal ini telah berlangsung sejak jaman para pendiri desa dan tidak berubah hingga era modern. Karena desa ini cukup tertutup dan faktor geografis desa ini yang berada di kaki gunung di Jawa Timur sehingga peradaban modern dan pendatang sangat jarang menghampiri Desa Banjardowo.
Chapter 1
"Hadeh, sudah selarut ini kok ya baru laku sedikit dagangan ku to yo yo"
"Terpaksa besok ngirit lagi dah ini"
Gerutu Barkah yang baru pulang ketika gelap sambil membawa barang dagangan nya yang masih banyak. Dalam perjalanan pulang Barkah melewati rumah penduduk desa yang masing masing telah sibuk dengan aktivitas malam di rumahnya masing masing.
Langkah gontai pun diayunkan Barkah sembari melihat lihat cahaya temaram dari rumah ke rumah. Langkah kaki Barkah pun sampai melewati rumah Bu Marsih, seorang janda yang berusia 58 tahun. Bu Marsih telah menjadi janda selama 20 tahun. Suaminya meninggal karena sakit stroke. Maklum jarak usia Bu Marsih dan suaminya terpaut 18 tahun lebih.
Ketika melewati rumah Bu Marsih tiba tiba hidung Barkah mencium aroma wangi yang semerbak,
"Waduh, bau apa ini kok wangi banget"
"Mampus, jangan jangan ada demit lewat"
Karena hari telah gelap Barkah pun mulai khawatir, Desa Banjardowo memang desa yang masih banyak terjadi hal hal mistis sehingga terbesit sedikit rasa takut di hati Barkah. Akan tetapi rasa penasaran muncul lebih kuat dibenak barkah.
"Bentar bentar, kok baunya dari rumah Bu Marsih ya" ucap Barkah dalam hati. Dengan penasaran dan berhati hati Barkah berbelok ke arah rumah Bu Marsih sambil masih menggendong dagangannya. Dilongokan kepalanya sambil terus mencari sumber aroma wangi tersebut. Barkah pun menemukan sumber wangi tersebut berasal dari arah kamar mandi. Seperti halnya rumah rumah di desa, kamar mandi di Desa Banjardowo ini biasanya terpisah dari bangunan utama rumah. Sehingga siapapun warga desa di situ jika sedang membutuhkan bisa saja meminjam kamar mandi tetangganya.
Barkah makin mendekat ke kamar mandi Bu Marsih, menyadari bahwa pintu kamar mandi tertutup dan lampu menyala, Barkah pun berpikir, "wah ini Bu Marsih pasti yang sedang mandi malam malam, apa nggak takut masuk angin kali ya" Sebagai seorang pemuda yang beranjak dewasa tentu saja Barkah memiliki rasa ingin tahu dan libido seperti pemuda pada umumnya. Barkah pun makin mendekat dan mencoba mengintip dari celah pintu. Meskipun hanya sedikit Barkah bisa melihat bahwa Bu Marsih janda di desa tersebu sedang berendam air panas yang ditampung dalam sebuah ember kayu besar dan ditaruh di tengah kamar mandi. Air di ember kayu tersebut tampak beruap yang menandakan air tersebut bersuhu hangat dan penuh dengan kelopak bunga serta air sabun yang telah dicampur sehingga membuat aroma wangi begitu semerbak.
Sambil memicingkan mata Barkah berusaha melihat lebih jelas sosok Bu Marsih, sekejap Barkah berhasil menemukan sosok yang dicari. Nampak tubuh telanjang yang telah basah di dalam air. Mengusap usap dua bongkahan payudara berukuran besar berkulit putih. Guratan usia tak bisa berbohong, tapi bagi Barkah yang masih perjaka, melihat payudara Bu Marsih sudah cukup untuk membuat batang kelelakiannya bereaksi.
Sesekali tangan Bu Marsih merayap turun dan mengusap kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Sambil mendesah Bu Marsih mengucap "duh Gusti, udah lama aku menjanda, dan udah lama nggak ada pria yang mau main sama hamba, memek ini gatelnya nggak ketulungan ya gusti"
Melihat aksi Bu Marsih tersebut membuat Barkah menelan ludah, ditengah keasyikannya tersebut tanpa sengaja kaki Barkah menyenggol barang dagangannya sendiri sehingga sebuah tembikar jatuh dan terpecah menimbulkan suara gaduh.
"krompyannnggg....!!!!"
"Siapa di luar?" Pekik Bu Marsih yang terkejut dengan suara pecah.
Dengan cepat Bu Marsih bangkit sambil membalutkan handuk sekenanya dan segera membuka pintu kamar mandi. Barkah yang sedang terkejut dan panik tak sigap menghadapi situasi tersebut. Tertangkap basah lah Barkah oleh Bu Marsih sedang mengintip dirinya sedang mandi.
Bersambung.
Chapter 2 : hal 1
Chapter 3 - 5 : hal 2
Chapter 6 - 7 : hal 3
Chapter 8 - 9 : hal 4
Chapter 10 : hal 5
Chapter 11 - 12 : hal 6
Chapter 13 : hal 7
Chapter 14 : hal 8
Chapter 15 : hal 9
Chapter 16 : hal 10
Chapter 17 : hal 11
Chapter 18 : hal 14
Chapter 19 : hal 15
Chapter 20 : hal 17
Chapter 21 : hal 18
Chapter 22 : hal 19
Chapter 23 : hal 20
Chapter 24 : hal 22
Chapter 25 : hal 23
Chapter 26 : hal 25
Chapter 27 : hal 26
Chapter 28 : hal 28
Chapter 29 : hal 30
Chapter 30 : hal 33
Chapter 31 : hal 36
Chapter 32 : hal 37
Chapter 33 : hal 39
Chapter 34 : hal 40
Chapter 35 : -
Terakhir diubah: