Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Subarkah

Chapter 32

Malam itu di rumah Cepi dan Prapti diadakan syukuran sederhana atas kehamilan Prapti. Acara doa pun telah terlaksana dan kini para tamu sedang berbincang bincang sambil menikmati hidangan yang telah disediakan.

Nampak Barkah, Harni dan Bu Marsih hadir. Mereka bertiga sedang berbincang bincang akrab bersama Cepi dan Prapti dan beberapa tamu lain.

Disudut ruangan lainnya Darsih dan Witi sedang ngobrol dengan Warti yang menemani Pak Samsul. Warti saat itu hadir mengenakan busana terusan dengan belahan dada rendah sehingga memperlihatkan belahan payudaranya yang indah dan rok diatas lutut. Selain ditemani oleh Warti, Pak Samsul juga ditemani oleh Pri supir pribadinya dan Kohar pembantu prianya. Semenjak sakit Pak Samsul tidak boleh beraktivitas berat, sehingga terpaksa dia mencari jasa dua orang untuk mengerjakan pekerjaan sehari hari.

Pri yang bekerja sebagai supir pribadi adalah seorang pria dengan perut buncit dan rambut klimis. Usianya sudah mendekati 50th tapi fisiknya masih sangat bugar. Sedangkan Kohar adalah pemuda berumur 27th yang bekerja serabutan untuk bersih bersih rumah. Perawakan nya kurus tinggi dengan rambut botak plontos.

Sarmi juga ikut hadir malam itu menemani Witi majikannya. Mereka ngobrol riang bersama tamu tamu undangan lainnya

Selain Barkah Cepi juga mengundang teman teman lainnya. Adalah Sulistyo dan Wisnu yang turut hadir di sana. Mereka berdua merupakan teman akrab Cepi, tetapi Barkah agak menjaga jarak dengan mereka berdua.

Perilaku Sulis dan Wisnu berbeda jauh dengan Barkah. Mereka berdua pemalas dan suka mabuk mabukan. Barkah enggan terlalu akrab karena menurutnya berteman dengan mereka berdua hanya mendatangkan mudarat.

Ketika sedang bercakap riang, mata Wisnu tak sengaja bertemu dengan Darsih. Seketikan Wisnu langsung mengeluarkan keringat dingin dan diam mematung.

Wisnu ini adalah pemuda mabuk yang dulu pernah dihajar Darsih dan kemudian dicabuli oleh Darsih (Chapter 4 akhir).

Ingatan akan dulu dicabuli hingga penisnya ngilu membekas erat di kepalanya. Rasa takut dan dendam terus menggema di hati Wisnu.

"Wis.....kok malah ngalamun ki lo diajak ngomong" kata Sulis memecah lamunan Wisnu.

"Kui Lis, ada Nyai Darsih, aku masih dendam dulu diperkosa dia" jawab Wisnu.

"Hahahahahahaha Wisnu Wisnu, kok iso ki lo, udah gini aja, mumpung ketemu di sini kamu mau balas dendam ndak?"

"Hah balas dendam pie Lis? Kamu ky ndak tau aja, Nyai Darsih itu udah kayak penguasa desa ini"

"Gini tak bisik i sesuatu"
Sulis pun membisikan sesuatu ketelinga Wisnu, sambil tangan nya mengeluarkan sebotol kecil cairan yang terbungkus rapat.

"Gitu Wis, pokok e setetes wae, nanti Nyai Darsih bakal kelepek kelepek terus minta digenjot terus sama kamu, pie mantep to?" Akhir kalimat Sulis meyakinkan Wisnu sahabatnya.

"Yakin Lis, iso berhasil?" Tanya Wisnu berusaha memastikan rencana itu.

"Uwis coba o sek, tapi nanti sek tunggu tamu tamu ne rodok sepi"

Entah rencana apa yang dipikirkan dua pemuda pengangguran itu. Sulis dan Wisnu memang terkenal pemalas. Mereka sehari hari nya tidak bekerja dan lebih sering mabuk mabukan. Uang yang digunakan untuk membeli tuak berasal dari wanita wanita yang memakai tubuh mereka.

Jika ditempat lain dikenal adanya ani ani. Di desa Banjardowo mereka berdualah ani ani versi prianya.

Ketika malam semakin larut tamu tamu pun sudah banyak yang pulang. Hanya tersisa Barkah, Harni, Bu Marsih, Sarmi, Darsih, Pak Samsul, Warti beserta Cepi dan Prapti sang tuan rumah. Witi pulang terlebih dahulu karena harus menidurkan anaknya. Sementara Sarmi diperintahkan oleh Witi untuk tetap di sana membantu bersih bersih nanti selesai acara dan sekaligus menemani Darsih saudaranya. Pak Pri dan Kohar masih duduk diujung ruangan menunggu majikan mereka.

Melihat situasi sudah semakin kondusif, Sulis pun memberikan kode kepada Wisnu agar segera melancarkan rencana mereka. Wisnu perlahan bergegas ke dapur rumah tanpa diketahui orang yang masih ada di situ. Sedangkan Sulis mencoba terus mengajak Darsih bercakap cakap agar tidak pulang dulu.

Sesampainya di dapur, Wisnu segera mencari botol tuak yang akan jadi sarana untuk melancarkan aksinya.

"Nah ini dia, awas kamu Nyai, tak bales kamu kali ini"

Sedang asyik membuka botol tuak, Wisnu tak sadar bahwa Sarmi masuk ke dapur hendak menaruh piring piring kotor.

"Hayoooo......mau opo kwe Wis, mau nyolong nyolong minum tuak yaaaaa"
Ucap Sarmi mengagetkan Wisnu dari belakang.

Terkaget kaget dengan tepukan Sarmi, tanpa sengaja Wisnu justru menuangkan ramuan botol kecil pemberian Sulis ke dalam botol tuak. Padahal rencananya ramuan itu hanya dituangkan setetes ke dalam gelas yang akan diberikan kepada Darsih.

Alhasil botol ramuan kecil yang sudah terbuka isinya tertuang semua kedalam sebotol besar tuak yang masih utuh.

"Eh mbak Sarmi.....eng....enggak mbak.....nganu....saya...." Jawab Wisnu panik sambil terbata bata.

"Halahhh.....cari alesan, wis sini ayo temeni aku minum juga"

Tanpa menghiraukan jawaban Wisnu, Sarmi langsung menuang tuak kedalam dua gelas, satu diberikan kepada Wisnu dan satu langsung ditenggak nya sampai habis. Ayo to Wis diminum bareng aku

"Glek glek glek glek" Sarmi pun meminum nya sampai habis.

Wisnu yang kebingungan tak tahu harus berbuat apa. Jika dia tidak minum, Sarmi bisa curiga, tapi jika diminum efek yang diharapkan kepada Darsih malah kena ke dirinya sendiri.

Wisnu sendiri pernah melakukan hubungan intim dengan Sarmi. Sebagai wanita paling doyan kontol pria sudah lazim jika Sarmi pernah mencicipi kenikmatan dari Wisnu pria pemuas nafsu bayaran dengan imbalan uang.

Karena terus didesak akhirnya Wisnu terpaksa meminum sedikit tuak ditangan nya. Hanya beberapa teguk saja langsung terasa sengat alkohol dan hangat di tenggorokan nya.

"Nah gitu dong, eh ini tuak e kok enak yo, sek tak bagi bagi ne sama yang masih didepan".

Sarmi bergegas mengambil nampan dan gelas gelas kosong kemudian membawa botol tuak dan membawa kepada seluruh tamu yang masih ada di depan.

"Mampussss......iki pie.....kok malah dibagi bagi"

Wisnu yang ketakutan tidak berani keluar dan memilih tetap berada di dalam dapur.

Sementara itu di ruang tengah tempat para tamu masih ngobrol Sarmi sudah membagikan gelas gelas dan menuangkan tuak untuk semua orang yang ada disitu.

Bu Marsih sebagai orang yang paling dihormati di situ pun berinisiatif untuk mengajak para tamu yang tersisa untuk bersulang atas kehamilan Prapti.

"Bapak bapak, ibu ibu, karena sekarang tinggal kita kita saja yang kenal dekat dan baik, bahasa anak kota nya circle kita sendiri, jadi tidak ada salahnya kita bersulang untuk kehamilan Prapti. Semoga kehamilannya lancar, ibu dan bayinya sehat sampai nanti lahiran"

"Mari diambil gelasnya kita kasih penghormatan dan selamat untuk Pak Samsul yang akan jadi kakek, Cecep yang akan jadi ayah, dan Prapti yang akan jadi Ibu"

Semua orang di situ kecuali Prapti mengambil gelas tuak. Prapti sengaja tidak minum karena dia sedang dalam kondisi hamil dan Bu Marsih melarangnya untuk meminum alkohol.

"Glekkk glekkkk glekkkk......" Seluruh orang yang saat itu masih di situ meminum tuaknya sampai habis.

Kemudian mereka melanjutkan lagi obrolan obrolan ringannya.

Ditengah tamu tamu yang masih riuh bercakap cakap dan bersendau gurau. Tiba tiba Sarmi merasakan ada yang aneh pada dirinya.

"Kok badanku tambah anget ya, biasane ndak gini kalo minum tuak, anget gak selama ini, dan ini kenapa memek ku rasane kayak becek ya"

"Waduh, iki si Wisnu ngasih opo iki ya?"

Sarmi memang binal dan cabul, tapi dia bukan anak lugu yang tidak tahu apa apa. Dia sadar bahwa pasti Wisnu telah memasukkan sesuatu kedalam botol tuak ini. Sarmi pun bergegas ke arah dapur mencari Wisnu.

Sesampainya di dapur ditemukan bahwa Wisnu masih duduk dengan gugup di sana.

"Heh bocah edan, iki tuak e mbok kasih opo? Kok badanku jadi kaya gini???!!!"

"Enggak....enggak kok mbak...." Jawab Wisnu dengan gugup.

Sementara itu di ruang depan para tamu lain pun mulai merasakan ada yang aneh pada diri mereka. Dimulai dari Barkah yang merasa tiba tiba burungnya ngaceng tanpa sebab. Disusul oleh Bu Marsih yang juga mengalami memek becek dan birahi tiba tiba. Bu Marsih pun membisikkan sesuatu kepada Barkah.

"Bar.....ini ada yang aneh, tuaknya pasti ada sesuatunya ini"

"Iya bu, aku ngaceng berat tiba tiba ini"

Harni juga beraksi yang sama, tiba tiba dia menyandarkan kepalanya ke pundak Barkah.

"Bar....aku kok jadi gini ya, rasanya pingin mbok peluk Bar"

Membaca gelagat yang mulai muncul Bu Marsih merasa harus mengambil keputusan. Dengan segera dia memerintahkan Barkah untuk mengamankan Harni.

"Bar, kamu ajak Harni masuk ke salah satu kamar segera, melihat apa yang terjadi sepertinya malam ini kamu harus memuaskan Harni pakai burungmu"

"Baik Bu Marsih" tanpa bertanya lagi Barkah langsung patuh atas perintah Bu Marsih. Baginya semua perkataan Bu Marsih selalu untuk kebaikan dirinya dan harus dipatuhi.

Setelah itu Bu Marsih langsung menghampiri Cepi dan Prapti. Bu Marsih memberikan perintah yang sama kepada Cepi untuk mengamankan Prapti yang sedang mengandung.

"Cep, sudah larut ajak istrimu ke kamar segera dan kunci pintunya"

Cepi menatap padangan Bu Marsih tampak serius dan paham bahwa telah terjadi sesuatu, Cepi pun segera beranjak tanpa berpamitan segera mengajak Prapti masuk ke kamar tidur dan mengunci pintu.

Selepas dari Cepi dan Prapti masuk kamar Bu Marsih segera menuju ke dapur mencari Sarmi untuk menyelidiki tuak yang mereka minum ini. Ketika langkah kaki Bu Marsih semakin mendekati dapur terdengar suara yang sudah tak asing lagi

"Owhhhh.....owhhhh.....terus Wis, ayo tanggung jawab, genjot terus.....owhhh sing kenceng to Wis"

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd