Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Syam : Reborn

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Ngikuti tread ini mesti sabar
Ini bener bener ujian
 
Cuma nengokin om @DemitKembar, siapa tau jreeng jreeng, masih sibuk ya.
Tetap semangat Om dalam berkarya, sukses selalu RLnya. :semangat:
 
Si intel melayu kemana nih, masak gagal lg misinya bikin story?
 
Selamat Pagi, Selamat Bersantai Ria di Pagi yang cerah ini dan Tetap Semangat.:semangat:
 
Wah asli keren alur ceritanya.. Walaupun lbh suka yg versi sblm tp yg ini jg keren!! Lanjut suhuuu..
 
ceritanya menarik penuh trik n mistery.... berharap ga tenggelam nie cerita... mantaapp suhu lanjutkan
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Haloo suhu semua, salam jumpa kembali, mohon maaf lama gak update, saya mesti bertapa sementara waktu kemaren...

Ijin melanjutkan yaaaa....

Syam : Home Base

Meninggalkan hotel pada saat hujan mulai mereda dan langit kembali terang menjadikan mood Syam membaik memperkuat energinya untuk menuju tempat yang rencana akan dia jadikan sebagai rumah tinggal.

Sopir Taxi berlambang burung biru bernama Pak Ahmadi sepanjang jalan mengajak Syam ngobrol dengan berbagai isu, Syam menanggapi dengan ala kadarnya tidak antusias namun juga tidak pasif.

Melewati jalan-jalan Jakarta yang tersendat di beberapa titik, akibat volume kendaraan maupun pembangunan infrastruktur yang sepertinya dikebut untuk segera dituntaskan. Melewati jalan Gatot Subroto, perjalanan kembali tersendat akibat ada rombongan pendemo yang sedang menuju kantor Facebook. Pak Ahmadi mengomentari,

"Ini lah pak contoh nyata, orang-orang mempermainkan agamanya sendiri, dahulu menghujat Facebook, sekarang dia diblokir sama Facebook, eeeh meradang lah dia, lalu atas nama agama dia demo tuh Facebook bikinan Yahudi, katanya menghalangi dakwah, hadeuuh bikin malu aja"

"Waduh, sabar pak, mungkin pemahaman mereka dan bapak memang berbeda, doakan saja menurut keyakinan bapak agar mereka mendapat limpahan Rahmat Tuhan kemampuan akal budi yang baik, tidak perlu kita ikutan sewot, aura kita negatif nanti pak, gak baik"

"Tapi emang ngeselin kok! Iya sih benar juga ya, bodo amat deh sana! Ha ha ha ha"

Syam menjadi tertarik melanjutkan obrolan dengan Pak Ahmadi, untuk menggali pendapat dia atas berbagai isu di Jakarta. Taxi memasuki tol Jagorawi, mengarah ke JORR lalu keluar di pintu keluar Bambu Apus. Syam minta berhenti di sebuah rumah makan Padang kecil, Syam turun di situ, perjalanannya bersama Pak Ahmadi berakhir.

Syam kemudian berjalan kaki, memasuki halaman sebuah bengkel mobil yang luas namun dengan bangunan sederhana. Tampak 2 mobil terbuka kap mesinnya, beberapa mekanik bekerja di sana. Ada 3 mobil lagi yang tampak berdebu tak terurus. Syam menuju ke kantor Bengkel menemui Mas Jarot sang pengelola bengkel.

Tertegun Mas Jarot melihat sosokku, pria legam berotot dan berbaju dekil khas bengkel itu serta merta berdiri ketika kemudian ia mengenaliku, "Syam!?"

Aku mengiyakan, sambil mendekat, aku mencium tangannya kemudian memeluk Mas Jarot, pria 53 tahun yang 7 tahun lalu kupasrahkan untuk mengelola sebidang tanah seluas 750 meter persegi milikku, yang kudapat dari bayaran seorang jenderal atas jasaku kala itu.

Setelah bercerita panjang lebar tentang keberadaanku selama ini, yang tentu saja fiktif, aku mengutarakan niatku untuk tinggal di bengkel. Aku akan memulai kehidupan baruku di sini. Mas Jarot tidak banyak bertanya, menyambut gembira.

Mas Jarot ini dahulu adalah sopir bis antar kota antar provinsi, mengalami kecelakaan yang menewaskan banyak korban, melarikan diri menghilang. Pertemuan pertama dengan diriku adalah di sebuah kota kecil bernama Sampit Kalimantan Tengah, di Pelabuhan Sampit, dia duduk termenung di kursi ruang tunggu, tidak membawa tas bawaan, tampak sekali bahwa dia sedang dalam masalah. Aku kebetulan sedang mencari seseorang yang bukan siapa-siapa untuk pekerjaanku di sana. Dia aku ajak bekerja, berganti nama, berganti identitas menghilang dari kehidupan lamanya.

Hingga kemudian aku mengarahkannya untuk menghilang di keramaian Jakarta. Menjalani kehidupan baru menjadi Jarot Subroto, montir mobil spesialis diesel yang handal.

Mas Jarot kini adalah seorang bapak dari 1 anak laki-laki berusia 5 tahun, panggilannya Kiki. Ibu Kiki, bernama Ais dulu adalah pekerja di Warteg dekat bengkel yang akhirnya dinikahi Mas Jarot. Ais masih sangat muda, usianya kini berkisar 26 tahun, anak desa dengan wajah manis dan rajin bekerja. Walau Mas Jarot sekarang sudah lumayan mapan, Ais tetap bekerja membuka warung makan di dekat Taman Mini Indonesia Indah.

Salah satu cerita yang aku kenang dari Mas Jarot adalah betapa mesumnya dia ketika masih menjadi sopir bis antar kota antar provinsi, dosa mesum inilah yang membuat dia mesti melarikan diri kemudian. Waktu itu dia menceritakan pengalamannya membawa 2 orang pengamen perempuan Indramayu ke atas ranjang penginapan di Jogjakarta. Dia menceritakannya waktu itu ketika kami dalam perjalanan kembali dari Sampit menuju Semarang naik kapal. Mengisi kebosanan di tengah laut dia cerita pengalaman-pengalaman hidupnya.

***

Mas Jarot, waktu itu masih menggunakan nama asli pemberian orang tuanya yakni Suyanto. Cerita berawal dari sebuah rumah makan pemberhentian bus di Patrol, jalur Pantura. Biasanya memang bis berhenti di situ untuk memberikan kesempatan kepada para penumpang untuk istirahat makan malam dan beribadah. Selesai makan, Suyanto sang sopir menuju kasir untuk mendapatkan jatah rokok dan bercanda dengan pengemudi lain, lalu dia memasuki bus untuk memeriksa sekring audio yang diduganya putus karena audio mati total.

Ketika serius mengganti sekring, tiba-tiba datang dua orang perempuan muda, membawa kotak musik karaoke yang lazim dipergunakan untuk mengamen di atas bus.

"Pak Sopir, bus menyang ngendi kiye?"

"Nang Jogja nok"

"Kita ulih melu ngamen beli?"

"Oleh, nanti naik setelah penumpang pada naik ya"

"Ya wis, makasih Pak Sopir"

Bus pun sudah kembali siap, penumpang sudah lengkap, kedua artis karaoke tadi pun naik ke atas bis. Keluar dari rumah makan, lagu-lagu dangdut klasik berkumandang di dalam bis, lengkap dengan goyang heboh. Mereka berganti-ganti menyanyi, sepertinya satu pengamen senior sedang melatih yuniornya. Penumpang sebagian besar terhibur, hingga menjelang daerah bernama Haur Geulis, mereka menyudahi lagu-lagunya, pindah mendekat pintu depan. Mas Yanto menyuruh duduk di kursi cadangan samping sopir, dan satu lagi duduk di dekat kernet di dekat pintu.

"Mas Sopir, ini jurusan Jogja ya?" Pengamen senior yang kemudian diketahui bernama Titin mengajak bicara Mas Yanto.

"Iya, ikut aja yuk, belum pernah ke Jogja kan?"

Akhirnya dengan berbagai bujuk rayu Mas Yanto berhasil membawa kedua artis Pantura itu mengikuti Bis Malam jurusan Jogja yang dia kemudikan, salah satu momen penentu adalah ketika Mas Yanto dengan sengaja tidak berhenti di Haur Geulis dimana kedua artis ini minta turun.

Bercanda dalam perjalanan sambil menebar janji-janji membuat perjalanan serasa singkat. Mereka memasuki Jogja menjelang subuh. Mas Yanto turun di seberang terminal Jombor diikuti kedua artis Pantura lengkap dengan kotak karaoke. Perjalanan bis menuju Wonosari digantikan sopir tembak yang memang bertugas membawa sampai Wonosari dan sore hari nanti kembali ke Terminal Jombor untuk menyerahkan kemudi kepada sopir utama menuju Jakarta kembali.

Mas Yanto membawa Titin dan Warni ke tempat penitipan motor di Terminal Jombor, mengambil GL 100 miliknya sekaligus menitipkan alat konser portable milik sang artis. Lalu mereka berboncengan tiga menuju penginapan murah di kawasan Sosrowijayan.

Mas Yanto berjanji akan membawa mereka jalan-jalan ke Malioboro dan Kraton, namu minta waktu untuk istirahat tidur barang sejenak, toh mereka bertiga nyaris tidak tidur semalaman.

Mas Yanto alias Mas Jarot, Titin dan Warni memasuki sebuah losmen kecil seharga 35 ribu per malam. Sebuah tempat tidur, satu meja, satu kursi dan sebuah kipas angin menjadi pelengkap kamar. Mereka bertiga tidur berjejer, Mas Yanto berada di tengah diapit dua artis Pantura.

Tidak bisa langsung terlelap, tanpa memperdulikan badan yang bau asap solar dan keringat, Mas Yanto mulai meraba-raba Titin dan Warni sambil tertawa-tawa. Sentuhan tangannya tidaklah bersifat romantis sebagaimana layaknya sentuhan para kekasih, namun cenderung kasar, langsung dan vulgar. Serangan tangan Mas Yanto langsung ke susu dan memek, straight tanpa basa-basi.

Kedua artis Pantura menolak pada awalnya tentu saja, namun serangan tangan Mas Yanto ke memek Titin akhirnya berhasil menembus pertahanan sang penyanyi, akhirnya Titin menyerah membiarkan tubuhnya dieksploitasi oleh Sopir Bis Malam yang baru dikenalnya itu. Memeknya yang entah baunya seperti apa itu dikobel-kobel oleh tangan hitam kotor milik sang sopir bis, menghangat dan basah oleh cairan pelumas. Dia siap disetubuhi oleh Mas Yanto yang bau keringat dekil dan kasar itu.

Warni terkantuk-kantuk namun sesekali membuka matanya melihat pergumulan dua orang dewasa bau solar yang semakin memanas. Dia pun mulai terpengaruh, aroma feromon yang menyeruak memenuhi ruangan sempit berkipas angin kecil itu membuatnya terbakar birahi juga, namun Mas Yanto belum menyeretnya dalam pergumulan itu.

Dua orang dewasa dekil itu kini telanjang bulat, Mas Yanto dengan kasar melucuti baju Titin dan kemudian bajunya, Warni merasa sangat tidak nyaman, dia membelakangi kedua orang bejat itu, menghadap pintu, pura-pura terpejam. Badannya tersenggol-senggol gerakan Mas Yanto dan Titin, semakin tidak nyaman dan dia memutuskan untuk minta ijin keluar ruangan, namun ditolak oleh Mas Yanto, katanya bahaya di luar, bisa diperkosa orang mabok nanti katanya, udah sini aja. Malah Mas Yanto kini menggarapnya juga kemudian, kaos yang dipakai Warni dipaksanya untuk dibuka, lalu celananya lalu seluruh pakaian dalamnya. Warni pun akhirnya terlibat dalam persekongkolan mesum antara sopir bis malam dan artis Pantura.

Mulut bau rokok dan bau jigong mereka beradu dalam ciuman-ciuman kasar, nyaris brutal dan tak beradab. Jangan samakan dengan ciuman romantis di film-film, ini lebih seperti ritual makhluk tak berbudaya untuk memenuhi basic insting, kopulasi untuk regenerasi.

Tiga sosok homo sapiens ini telanjang bulat, Titin yang sudah terbakar birahi sehingga memeknya yang hitam menjadi menghangat dan mengkilat. Warni pun sama, dalam posisi canggung tidak leluasa ia meraba-raba sendiri bibir kelaminnya, mencoba mencari titik sensasi kenikmatan sensual sambil matanya mengawasi Mas Yanto menunggangi Titin sambil menyodokkan kelamin kelamnya ke dalam memek Titin.

Seakan sedang memacu mesin Mercedes OH 1518 yang biasa ia kendarai, perlahan namun semakin dalam dia membenamkan berulang-ulang batang kelaminnya selayaknya ritme piston dalam putaran mesin rendah. Hingga pada saat Mas Yanto kemudian sampai puncak kemampuannya menahan muncratnya mani, dia menghujamkan dalam-dalam kelaminnya menyodokkan ujung kontolnya semakin dekat dengan pangkal liang memek Titin untuk mempermudah sperma bertemu dengan sel telor. Titinpun menyambutnya dengan erangan panjang tanda dia dipuaskan.

Ketika hening, hanya terdengar nafas memburu Mas Yanto dan Titin yang terengah-engah, sayup-sayup suara berkecipak semakin keras terdengar, Warni mengacak-acak permukaan kemaluannya sendiri dengan tangannya, menimbulkan sensasi gairah kedua bagi Mas Yanto. Perlahan kelaminnya kembali mengeras, dia cabut dari liang vagina Titin, kali ini dia bergeser berganti menancapkannya ke dalam memek Warni. Kali ini Mas Yanto bertahan lebih lama, sehingga Warni pun mendesah-desah keenakan karena mendapatkan dua kali orgasme.

Mereka akhirnya tertidur, terbangun ketika waktu menunjukkan pukul 9:30, Titin yang belum sepenuhnya terpuaskan kali ini dia mengambil inisiatif, mengocok kontol Mas Yanto yang legam itu dan ketika sudah mengeras, ia memasukkannya ke dalam memeknya dalam posisi WOT. Goyangan keras ia lakukan, penuh tenaga seperti orang yang tidak akan mengalami sex lagi nanti.

Tuntas menyalurkan birahi, mereka mandi lalu keluar untuk makan dan dilanjutkan pergi ke Terminal untuk menunggu kedatangan Bis Malam yang akan disopiri Mas Yanto menuju Jakarta sore nanti.

Bis yang kemudian di Cirebon menabrak sebuah mobil parkir karena pecah ban, ketika Mas Yanto ngeblong dari sisi kiri dengan kecepatan tinggi. Seluruh penumpang minibus yang ada di dalamnya tewas, Titin dan Warni yang berada di bangku kernet terlempar dan juga mati karena patah leher.
Mas Yanto melarikan diri merubah identitasnya menjadi Mas Jarot kini.

***

Itulah kisah masa lalu Mas Jarot alias Mas Yanto, kini aku kembali ke tempat yang memang sudah direncanakan menjadi home base.

Kisah-kisah berikutnya akan bermula dari sini.









 
Terima Kasih Updatenya Om @DemitKembar, Tetap Semangat Om.
Sukses selalu menyertaimu dan sehat selalu, :top:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd