Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tania, Anak Buah Kesayanganku (kisah nyata)

Selama beberapa hari berikutnya kita disibukkan dengan pekerjaan, Tania masih berusaha mengalihkan pembicaraan yang bersifat personal dan lebih banyak bertanya atau membahas seputar pekerjaan.

“Tania…kamu gpp kan?”, tanyaku pda suatu hari di tengah minggu, aku plan untuk kembali ke Jakarta weekend ini sebentar untuk bertemu keluarga, dan aku takmau Tania masih memendam rasa tidak nyaman karena kejadian di resort kemarin.

“Hmm sehat kok Pak, itu vendor X info bakal kirim spec barang yang berbeda karen supply terbatas, kalo begitu biasanya harus gimana Pak?”, jawabnya singkat dan lanjut mengalihkan pembicaraan seputar pekerjaan.

“Soal itu gampang nanti saya yg atur, yang penting kamu! saya perlu tahu apa kamu merasa ga nyaman dengan kejadian di resort kemarin?”, kataku yang sudah tak bisa memendam lagi dengan apa yang ingin kuketahui.

Tania menunduk sebentar, menghela nafas dan berkata, “Saya cuma takut, takut Bapak memanfaatkan saya…dan saya belum siap berbuat lebih lanjut lagi”, katanya pelan dengan mimik wajah sendu.

“Hmm maafin saya ya kalo gitu, saya terbawa perasaan, soal memanfaatkan kamu seharusnya sama sekali enggak, kamu berhak untuk berkata enggak juga kok”, kataku berhati-hati dan tidak ingin melukai perasaannya.

“Hmm terbawa perasaan? Maksudnya terbawa suasana kali ya? Kalo perasaan maksudnya gimana?”, tanyanya menyelidik dan aku sadar sudah keceplosan bicara.

“Ehh iyaa maksudnya suasana..hmm tp enggak juga, saya kok merasa…sayang sama kamu…”, kataku gugup dan akhirnya memberanikan diri untuk mengungkapkan apa yang kurasakan.

Tania terdiam sejenak dan salah tingkah, lalu dia berkata, “Saya kagum sama Bapak, terkenal galak tapi sebenarnya pintar dan banyak ngajarin orang…waktu di resort saya juga agak terbawa…perasaan…hmm”, Tania menunduk malu dan perkataannya tiba-tiba membuatku berbunga-bunga, perasaan yang sama sekitar 20 tahunan lalu saat menyatakan cinta ke kekasihku yang kini menjadi istriku.

“Uhmm jujur aja saya merasa sedang jenuh di rumah, tapi saya dan istri membebaskan diri masing-masing selama kembali ke rumah…dan bertemu kamu, membuat saya seperti remaja lagi…”, kataku dengan tidak sepenuhnya jujur dan tidak sepenuhnya berbohong juga.

“Feel sorry for that ya pak, hhmm kalo saya memang niatnya one day kalo sblm merit mau tinggal bareng dulu biar tau bakal cocok dan bisa terus ke depan atau tidak, tapi ya susah juga…kita kan di Indonesia, mana boleh begitu…”, kata Tania yang tampaknya mulai merasa nyaman dan kembali ke setelan awal.

“Waduh ya berat kalo gitu, ya jalani saja nikmati hiduplah…oh ya, saya next weekend pulang dulu yaa, kamu gpp kan?”, kataku memastikan Tania akan baik-baik saja saat kutinggal.

“Iya gpp, paling saya ke mall nonton sama kulineran…”, jawabnya sambil menyeruput es teh manisnya.

Aku lega kejadian di resort kemarin tidak membuat Tania menjadi berbeda dan tidak nyaman, bahkan pembicaraan kami mulai terbuka, salah satunya soal mantan pacar di masa lalu. Tania cerita saat kuliah dia kos, walau asli Bandung tapi jaraknya cukup jauh dan memilih untuk kos, dia cerita suka tidur dipeluk dari belakang kayak waktu di resort, mantannya sering melakukan hal itu saat senggang dan ingin istirahat di kosnya, sayangnya dia takmau bercerita sejauh mana hubungan dia dengan mantan-mantannya dulu.

Dalam perjalanan pulang setelah mengantar Tania, rasa penasaran menyelimutiku, apakah Tania pernah disetubuhi sebelumnya, dengan dia cerita suka tidur dipeluk dari belakang oleh mantannya seharusnya sudah, tapi sepertinya dia menutup informasi mengenai hal itu. Kulalui malam itu dengan membayangkan kembali kejadian di resort, penisku mengeras dan kutuntaskan dengan masturbasi sambil membayangkan Tania.

Minggu ini aku harus kembali ke rumah sejenak, setidak setor muka ke istri dan anak, saat sedang asik ngopi ada WA dari Tania, apakah dia merindukanku? “Pak, maaf ganggu, Jumat depan boleh ke Bandung sampe Minggu? Ada nikahan sepupu, lupa info kemarin”, ternyata tidak sesuai harapanku isi WA-nya.

“Yah ga ketemu lagi donk weekend nanti, ya mau gimana, gpp kan cuma sehari aja ijin ga kerjanya”, jawabku dengan penuh kekecewaan.

“Kan senin sampe kamis ketemu pak, di kerjaan hehe”, jawabnya diakhiri smile face icon.

“Ya minggunya pesawat pagi aja biar siangnya udah sampe”, isi pesan WA-ku berikutnya.

“Iya nanti coba dicari jadwal pesawatnya pak, terima kasih”, jawabnya dalam pesan WA.

Senin pagi aku begitu bersemangat ke airport, entah kenapa selama dua hari terasa ada yang hilang. Setiba di lokasi proyek, Tania sedang sibuk mengatur beberapa vendor agar bisa berjalan sesuai rencana, aku begitu bangga bisa mendidik dia begitu cepat dan mandiri.

“Sudah dapat jadwal pesawatnya?”, tanyaku saat makan malam bersama Tania sepulang kerja.

“Sudah, Jumat jam 9an, Minggu landing jam 12an kalo ga delay pak”, katanya sambil mengunyah makan malamnya.

“Okay saya antar ke bandara dan jemput nanti”, kataku sambil menyeruput teh hangat tawar.

“Gpp naik taksi aja pak, kan Bapak mesti ke proyek, ngerepotin malah…”, katanya sambil mengambil es teh manis.

“Pokoknya diantar, nanti kalo anak buah kesayangan saya hilang gimana hahaha”, kataku sambil bercanda dan menyalakan rokok.

Aku senang dapat bersenda gurau lagi dengan Tania, walau penat hari itu, namun terbalaskan melihat senyum manisnya, namun setiap melihat senyumnya, selalu terbayang bibirnya yang kulumat lebih dari semingguan lalu.

Hari Jumat kutepati janji dengan menjemputnya di kos untuk diantar ke bandara, “Kamu pake kebaya donk nanti?”, tanyaku sambil menyetir.

“Haha iya Pak, males sebenarnya ribet”, jawabnya.

“Fotoin ya?”, kataku sambil tersenyum dan melirik padanya.

“Hah? Buat apa pak?”, tanyanya sambil menoleh kepadaku.

“Buat ngobatin kangen ditinggal hahaha”, jawabku diakhiri tawa kecil, dia tersenyum malu dan berjanji akan mengirimkan foto.

Sibuk dengan proyek di hari terakhir sebelum weekend, aku tak sempat mengecek hp, saat hendak pulang kubuka hp dan melihat ada pesan dari Tania, sebuah foto, foto dirinya menggunakan kebaya.

Mulustrasi, foto aslinya masih ane simpan dan gara-gara foto pake kebaya ini ane jadi mikir dia mirip Nikita Willy:


“Ini ya fotonya, jadi malu hehe, istirahat pak weekend ini”, pesan WA-nya dibawah foto yang dikirim.

Dia begitu cantik dan anggun dengan kebaya itu, aku tak menyangka gadis tomboy yang masuk sebagai management trainee di awal dulu ternyata begitu molek dan anggun dalam balutan kebaya. Ada rasa sepi malam itu kuhabiskan dengab makan malam sendiri, menjelang tidur, kubuka foto Tania yang menggunakan kebaya dan kujadikan bahan masturbasi, kumuncratkan spermaku sambil merintih menyebutkan namanya, entah sampai kapan aku harus terus tersiksa begini. Sebelum tidur kuketik pesan WA, “Kangen, cepet kembali ya…take care”, aku tak peduli lagi, kuungkapkan dengan lugas yang kurasakan dan kutertidur pulas.

Minggu pagi aku begitu bersemangat menjemput Tania, kemarin Sabtu benar-benar membosankan, kuhabiskan waktu dengan menonton film di laptop dan keluar sebentar ke mall.

“Hi Pak! Udah lama?”, kata Tania saat keluar dari pintu kedatangan dan melihatku.

“Baru aja kok, capek ya?”, kataku berbohong, padahal sudah sejam aku menunggu saking bersemangatnya.

“Hmm maaf ga info”, kataku saat baru masuk mobil.

“Kenapa pak?”, tanyanya penasaran.

“Saya ada sewa apartemen di tengah kota, hmm dua kamar kok…saya cuma mau deket sama kamu aja hari ini”, jawabku dengan pelan, aku khawatir dia menolak. Kos kita ada di pinggiran kota mendekati proyek dan butuh waktu sekitar sejaman menuju kota, kupilih apartemen ini karena berdekatan dengan mall walau harga sewa hariannya cukup mahal.

“Hmm tapi boleh mampir kos bentar? Besok kerja dari apartemen kan?”, katanya tanpa kuduga, tak ada penolakan dan basa basi yang tak perlu.

Kuantar Tania ke kos menaruh koper kecilnya dan menggantinya dengan tas yang diisi baju santai, baju tidur, baju kerja dan perlengkapan mandinya. Aku hanya menunggu di luar gerbang sambil merokok, tidak pernah sekalipun aku masuk kos-nya, karena memang dilarang untuk lawan jenis dan kantor yang atur pemesanannya.

Tiba di apartemen Tania langsung melihat ke jendela, “Lumayan juga ya walau ga terlalu tinggi, keliatan sebagian kota..keren..”, katanya dengan takjub.

“Kita makan dulu yuk…jalan ke mall bentar”, ajakku yang sudah kelaparan.

Selesai makan siang yang agak telat, kami sempatkan take away kopi sebelum kembali ke apartemen. Baru saja masuk kamar apartemen, kutarik Tania dan kupeluk sambil melumat bibirnya, tak ada perlawanan, dia balik memelukku dan menyambut pagutan bibirku dengan turut memainkan lidahnya juga. Tubuhku agak menunduk karena Tania memang terbilang pendek dan mungil, penisku mengeras di balik celana jeansku, kutekan-tekan ke perutnya sambil terus kudekap erat. Lupa kuinfo, tinggi sekitar 1.75 meter, memang jauh sekali dengan Tania yang hanya sekitar 1.52 meter.

“Pelan-pelan Pak, bibirnya biru loh waktu di resort itu…”, gumamnya pelan saat kujilati cuping telinganya.

“Serius?”, kataku sambil menatap wajahnya, “Iyah ga merhatiin sihh, saya tutupi lipstik juga sih waktu itu”, jawabnya melepas pelukanku.

“Bersih-bersih dulu pak mau ganti baju, kotor dari Bandung tadi pagi”, katanya sambil membongkar tasnya mengambil baju santainya dan perlengkapan mandi. Keluar dari kamar mandi jantungku seperti mau copot, Tania menggunakan baju tanpa lengan terusan dengan wajah polos tanpa make up yang justru keliatan natural dan imut.

Mulustrasi:


“Ihh kok bengong pak?”, katanya menyadarkanku.

“Hmm enggak, kamu…kamu kok cakep banget ya…”, cuma itu yang keluar dari mulutku tanpa bisa mendeskripsikan lebih lanjut apa yang kulihat.

“Dihhh mulai ngerayu belum apa-apa haha”, dia malah tertawa melihatku kikuk seperti itu.

Aku berlalu ke kamar mandi mengganti celana pendek dan kaos, belum apa-apa penisku sudah tegang, padahal aku tak tahu apakah bisa menyetubuhi Tania atau tidak. Keluar dari kamar mandi, Tania duduk di sofa sambil menonton tv dan memeluk bantal.

“Ngantuk?”, tanyaku melihat Tania yang matanya tampak lelah.

“Iyaah, tadi bangun pagi-pagi”, jawabnya sambil tersenyum manis.

Kuhenyakkan diriku ke sofa telat di samping Mita, kucium pipinya sambil kubelai lengannya, aku suka sekali membelai lengannya yang penuh bulu-bulu halus. “Sini…”, kataku singkat sambil melempar bantal yang dipeluknya, kuminta Tania duduk menghadapku sambil kupangku di sofa, dengan tubuh mungilnya tentu posisi itu tidaklah sulit.

Kupandangi wajahnya sambil membelai pipinya dan tengkuknya, kutarik wajahnya mendekatiku dan kulumat bibirnya, bibir kami saling berpagutan, saling menghisap, menggigit dan mengulum lidah masing-masing bergantian. Tanganku mencengkram pantatnya sambil kuremas, penisku mengeras dan kugeseki dengan belahan kemaluannya yang masih ditutupi baju dan celana dalam, “Shhh ahhh, Tania…mau ini…boleh?”, kataku setelah mendesah nikmat dan meminta ijin untuk menikmati payudaranya dengan memegangnya pelan.

“Iyaahh pelan-pelan…sshhh ahh”, katanya sambil mendesis kenikmatan.

Kancing baju tanpa lengan Tania yang hanya sampai bagian perut pelan-pelan kubuka satu per satu sambil menatap wajahnya, dia tampak malu dan sesekali melihat ke kanan dan kiri. “Maluu…”, ujarnya pelan.

“Kenapa malu?”, tanyaku sambil terus membuka kancingnya satu per satu.

“Gatau, boobsnya kecil ya…”, katanya polos dan membuatku tersenyum.

“Enggak, bagus kok boobsnya, besar dan montok ini…”, kataku sambil meloloskan kedua tali bajunya dan menampakkan pemandangan indah bulatan sempurna, payudara sekel yang belum pernah menyusui itu.

Kugenggam kedua payudaranya dengan kedua tanganku, kuremas-remas pelan sambil menatap wajahnya, Tania mendesis kenikmatan. Kupilin-pilin kedua puting susunya yang berwarna coklat muda dengan ujungnya yang pink itu, puting susunya mengeras dan kenyal, Tania mendesah-desah dan segera kulahap bergantian kedua puting susunya dengan lembut, nikmat sekali puting susu gadis 22 tahun ini, tidak seperti milik istriku yang sudah menghitam dan besar karena sudah pernah menyusui.

Mulustrasi posisi kayak begini kurang lebih tapi tetek Tania lebih gede aslinya:




Ukuran tetek Tania kurang lebih segini:


“Sshhh ahh Pak…geliii”, desah Tania sambil mengusap kepalaku.

Penisku yang mengeras terasa sesak diduduki oleh Tania, walau masih belum puas menikmati kedua payudara Tania, kuajak dia ke kamar, “Kita ke kamar aja yuk..”, tanpa banyak basa-basi Tania beranjak dari pangkuanku dan menggandeng tanganku ke kamar yang dia pilih.

Kuhempaskan tubuhnya ke ranjang dan kutindih Tania sambil melumat bibirnya, menjilati lehernya dan kembali melumati payudaranya. “Buka bajunya ya”, pintaku mencoba meloloskan bajunya.

“Jangan Pak, saya malu…biarin aja”, katanya mencegahku. Pakaian Tania memang terbuka sebatas perutnya, menampakkan kedua payudara indahnya, namun aku penasaran melihatnya telanjang bulat.

“Kalo ini boleh dibuka?”, kataku sambil mengusap celana dalamnya.

Tania mengangguk malu-malu, kusingkap sedikit pakaiannya (lihat mulustrasi pakaian Tania), dan membuka celana dalamnya dan kulempar ke lantai. Pahanya mengatup mencoba menutup belahan kemaluannya, dengan sabar kuusap dan kuminta untuk dibuka, dadaku berdegup kencang dengan nafas tak beraturan, kemaluan Tania terbilang gundul walau ada sedikit bulu kemaluan di bagian atasnya.

“Hmmm maluu jangan diliatin terusss…”, ujarnya pelan mencoba mengatupkan pahanya kembali.

Aku tak berkata apapun, kupegang kedua pahanya dan mengusapnya, aku suka sekali dengan bulu-bulu halus di tubuh Tania, kudekatkan wajahku ke arah kemaluannya, lidahku menjilat pelan kemaluannya yang masih sangat rapat itu.

“Arghh geliii..”, desahnya.

Kujilati kemaluannya berulangkali hingga basah dan mulai kukuak mencari klitorisnya yang tersembunyi, dia menggelinjang saat klitorisnya kuemut pelan, kuusap bibir vaginanya dengan jari….”Arghhh jangan dimasukin jarinya….”, sergahnya saat jariku ingin menusuk liang vaginanya, dia mengatupkan pahanya dan duduk di ranjang, aku cukup kesal karena belum puas menikmati kemaluannya.

Rasa kesalku terbalaskan saat dia memintaku berlutut dan membuka celana pendek dan dalemannya, penisku mengacung tegak tepat di hadapan wajahnya, “Ihhhh gedeee”, ujarnya polos, entah apakah ini pertama kali dia melihat penis atau memang penisku lebih besar dari mantan-mantan brondongnya.

Tanpa minta persetujuanku, dia menggenggam penisku kuat-kuat dan mengocokinya, belum reda rasa kagetku melihat dia yang begitu lihai mengocoki penis, Tania membuka mulutnya dan mengulum penisku dengan sangat kuat…benar-benar kuat, lidahnya sesekali menari-nari di lubang kencingku, dia berusaha memasukkan seluruh batang penisku ke mulut mungilnya namun hanya tiga perempat yang masuk, jujur kuakui, ini adalah blowjob terbaik yang aku pernah rasakan sepanjang hidup.

“Arghh..sshh duhh pinternya Tania…”, kataku memujinya sambil menjambak pelan rambutnya.

Beberapa saat dia mengocoki penisku, memijat buah pelirnya dan mengulum kuat-kuat dengan sedotan yang begitu nikmat, lalu dia mengeluarkan penisku dan memandangku, “Kok ga keluar-keluar Pak? Biasanya cowok diginiin langsung cepet keluar…”, katanya polos.

“Hmm belum mau keluar, masih mau masuk ke sini…”, kataku sambil membelai kemaluannya.

“Ehmm jangan disitu Pak, yang belakang aja ya…”, katanya sambil menatapku, aku kaget karena jujur saja aku belum pernah diminta melakukan anak secara terang-terangan, bahkan istriku pun tidak mau.

“Kamu serius? Ga sakit?”, kataku meyakinkan permintaannya.

“Iyahhh pelan-pelan aja, jangan dalem-dalem juga…”, jawabnya pelan, dia menelungkupkan tubuhnya sambil menyibak pakaiannya hingga terlihat kedua bulatan pantat putih yang mulus tanpa cela.

Aku agak bingung saat itu, langsung kubuka pantatnya dan kucoba menusuk lubang analnya dengan penisku, “Aww basahin dulu donk Pak..”, jeritnya pelan, aku sungguh terlihat seperti amatir.

Kuludahi lubang analnya dan juga kepala penisku, kupastikan sudah cukup basah dan kudorong pelan-pelan, sempittt sekali, cukup sulit namun akhirnya kepala penisku masuk dalam lubang analnya diiringi jeritan Tania, “Auwww ahhhh…sshh, pelannn”.

Kepala penisku berkedut-kedut dan seperti dipijat dalam lubang analnya, kudorong sekali lagi dengan susah payah, kulihat Tania meremas bantal sambil menahan sakit dan karena aku tak tega, hanya seperempat yang masuk dan kutusuk keluar masuk pelan-pelan.

Mulustrasi posisi anal dengan Tania waktu itu:m, ane masih pake kaos juga:


Mendengar desahan dan jeritan pelan Tania membuatku tak tahan lagi, entah apakah Tania sudah orgasme atau belum, “Argghh Tania, saya mau keluarrr”, erangku sudah tak tertahankan.

Tania justru membalikan tubuhnya, penisku otomatis tercabut dari lubang analnya, kugenggam dan kukocok kencang-kencang, “Keluarin disini Pak…”, makin kaget lagi aku karena dia membuka mulutnya lebar-lebar, karena sudah tak tahan lagi, kusemprotkan spermaku kuat-kuat mengarah ke dalam mulutnya, sebagian mengenai bibir dan pipinya, “Taniaaa…argghhhh”, aku mengerang sambil mengeluarkan tetesan terakhir spermaku yang dijilatnya. Dia menelan semua sperma yang masuk dalam mulutnya, bahkan istriku pun tidak mau melakukannya, ini adalah kali kedua spermaku ditelan oleh wanita, yang pertama adalah selingkuhanku saat LDR dengan istriku saat masih pacaran, dan saat itu istriku disetubuhi berulangkali oleh Om-Om yang satu kos dengannya.

Mulustrasi:


Aku hanya terpaku melihat Tania yang pipinya blepotan sperma, dia sepertinya sudah terbiasa menelan sperma seperti itu, aku semakin penasaran sejauh mana dia sudah berhubungan dengan mantan-mantannya yang lebih muda darinya.
 
Lumayanlah udah dapet nete Tania plus tidur juga ada yang di peluk....semangat terus pak boss
Iya itu staycation kedua sebenarnya kalo kisah nyatanya, yang pertama itu kita bertiga sama anak proyek 1 orang yg mandu, dia sekamar sendiri, ane sama anak proyek sekamar. Pas udh molor anak proyek, ane ngobrol berdua ama Tania di sofa dan ngerasa makin dekat, tp ga ngapai2in wkwkwk, cuma foto berdua, sama sekali ga nyentuh. Pas dia masuk kamar rada subuh, ane sempet mau masuk kamarnya cuma masih takut, ntar si anak proyek tahu bisa dilaporin ke pusat wkwkwkwk

Staycation kedua baru cuma berdua sesuai yang ane tuliskan kejadiannya, cuma netek dan tidur doank pelukan
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd