Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tania, Anak Buah Kesayanganku (kisah nyata)

Update saat liburan:

“Tania, kamu tau kan bulan ini aku terakhir nemenin kamu disini?”, kataku disaat break makan siang.

“Uhmm iya tau, tenang aja kok pak, semua pasti beres tepat waktu”, katanya santai sambil mengunyah makan siangnya.

Hal yang membuatku kadang gregetan dari Tania adalah sikap cueknya, aku tak tahu apakah dia memang berpura-pura tak peduli dengan apa yang terjadi selama ini atau memang berusaha untuk tidak melibatkan perasaan terlalu dalam.

“Bukan itu maksudku, masak kamu gatau sih?”, kataku yang mulai gregetan dengan sikapnya.

“Uhmm iya tau, tapi kan ga bisa berharap banyak juga, mau gamau hal ini akan terjadi…”, ucapnya tegas dan berusaha tak mau membahasnya lebih dalam lagi.

Aku tak mau Tania merasa kesepian saat kutinggal, dan jujur begitu berat buatku meninggalkannya, tapi mau tak mau ini harus terjadi seperti apa yang dikatakannya. Memang aku masih bisa mengunjunginya sebulan sekali, namun hari-hari dimana kita biasa makan malam bersama, bercengkrama dan mengantarnya ke kos, akan sangat kurindukan setelah kembali ke Jakarta.

Bulan pertama meninggalkan Tania di luar pulau membuatku sedikit agak tersiksa, rasa ingin bersamanya dan tentunya hasrat untuk menyetubuhinya begitu besar, memang kami masih saling berhubungan membahas pekerjaan yang diselingi kata-kata kangen tanda saling merindukan.

“Kangen boobsnya…”, tulisku dipesan WA setelah membahas pekerjaan, biasanya beberapa pesan yang beresiko seperti ini akan kuhapus setelah selesai.

“Ihh kok tiba-tiba kangen boobsnya aja sih 😢”, balas Tania yang diakhiri emoticon sedih.

“Iyaa boobsnya gemesin, tapi orangnya lebih gemesin lagi…kangen”, balasku lagi sambil mengutarakan rasa rinduku padanya.

“Minggu depan kan mau visit, nanti ketemu puas2in kangennya”, balasnya yang membuatku membayangkan arti ‘puas2in’ dengan pikiran lain yang membuat penisku berdiri.

Kunjungan pertama kali ini aku sengaja datang di tengah minggu, dan akan kembali di awal minggu dengan alasan menyesuaikan jadwal meeting beberapa vendor, padahal alasan sebenarnya adalah menghabiskan weekend bersama Tania. Aku tak sabar untuk bertemu dengannya, kupesan hotel yang cukup bagus di kota itu walau jauh dari proyek, aku ingin Tania menemaniku.

“Hi pak, apa kabar?”, sapa Tania yang langsung kutemui setelah tiba di proyek.

“Ehh halo, baik kok, lancar ya? On schedule?”, kataku agak salah tingkah bertemu dengannya.

“On schedule donk, nanti ketemu sama vendor tinggal pastikan beberapa hal saja”, katanya bersemangat dan menunjukkan bahwa dia mampu bekerja tanpa pengawasanku terus-menerus.

“Nanti kamu jd stay bareng?”, bisikku takut kedengaran para pekerja proyek lainnya.

“Uhmm besok aja gpp? Hari ini baru selesai dapet…”, katanya pelan, aku agak kecewa karena walau tak dapat bersetubuh dengannya, aku tetap ingin bersamanya.

“Kan ga harus begituan..”, kataku pelan.

“Besok Jumat aja pak, jadi pulang Selasa?”, kata Tania lagi dan menanyakan kepulanganku.

“Iyaa jadi, ya udah gpp..”, jawabku yang harus tidur sendiri malam ini di hotel.

Sepanjang hari kami disibukkan dengan pekerjaan dan tidak sempat membahas apapun di luar masalah pekerjaan, aku sendiri harus bertemu beberapa owner dari vendor untuk memastikan support mereka untuk tiga bulan ke depan.

“Pak, saya pulang duluan…”, kata Tania saat aku baru saja selesai meeting.

“Loh ga bawa mobil?”, tanyaku, Tania sudah lancar membawa mobil sesuai saranku untuk memberanikan diri, dia sebenarnya bisa membawa matic tapi masih takut-takut.

“Enggak pak, kan lain arah dan kebetulan ada janji sama teman, Balak aja yang bawa mobilnya”, katanya terlihat buru-buru.

Sejenak aku langsung curiga, apa mungkin dia sudah dekat dengan seseorang selama kutinggal, dan apa mungkin itu alasan dia tidak mau langsung menemaniku malam ini…tiba-tiba hatiku gundah gulana, namun aku tak mau terlihat cemburu atau curiga, “Uhm okay, besok perlu dijemput ga?”, tanyaku kepada Tania.

“Kalo ga ngerepotin boleh, sampe besok ya”, katanya langsung segera menghilang naik taksi yang sudah dipesannya.

Aku hanya tertegun dan penasaran, teman yang dimaksud apakah memang seseorang yang dekat dengannya atau hanya teman biasa saja, tak mau terlalu memikirkannya, aku bersiap untuk ke hotel dan beristirahat, pesawat pagi membuatku harus bangun subuh sekali dan membuatku lelah setelah seharian bekerja.

Keesokan hari kujemput Tania di kos, “Kirain lupa jalannya hehe, pagii”, sapa Tania sambil menggodaku.

“Enggaklah, pasti inget…udh ga janjian sama temenmu lagi kan hari ini?”, kataku datar, tak sepatutnya aku cemburu kalau dia menjalani hubungan dengan seseorang, namun ada rasa tak rela membayangkan dia dekat dengan seseorang untuk saat ini.

“Enggak, paling Senin sore..oh ya, lupa bilang, Senin mau ijin pulang cepet ya pak”, katanya polos dan membuatku terhenyak sesaat, berarti dia tak bisa stay bersamaku hingga Selasa.

“Ehmm berarti Senin ga bisa nemenin malamnya?”, spontan aku bertanya langsung kepadanya.

“Iya sorry lupa bilang, ini tuh temen kuliah pak, dia kesini sama pacarnya, mau merit, nah wekend mereka mau kemana gitu, ketemu keluarga besar cowoknya…Senin udah balik lagi dan minta ketemuan”, kata Tania disambung dengan cerita mengenai temannya, aku tiba-tiba merasa lega, ternyata hanya teman kuliahnya saja dan walau sebenarnya ingin terus ditemaninya sampe Selasa check-out, namun tak masalah buatku.

“Oh gitu gpp, kamu yakin weekend ini mau stay bareng? Kali aja temanmu butuh ditemani?”, tanyaku kepadanya, walau sebenarnya hanya ingin kelihatan peduli dan berwibawa saja.

“Enggak kok, dia ada acara sama keluarga cowoknya, ngapain aku ikut-ikut…”, jawabnya sambil tersenyum kepadaku, secara spontan aku menggenggam tangannya dan mengelusnya, “Kangen…”, ucapku singkat sambil menyetir menuju lokasi proyek.

Sepanjang hari aku fokus kepada pekerjaan dan ada beberapa saat aku sempat menegur Tania saat kurang dalam pengawasan suatu hal, namun hubungan kami memang cukup unik, lepas dari office hours sebisa mungkin kita tidak membahas seputar pekerjaan dan lebih banyak membahas hal yang ringan-ringan saja.

“Akhirnya…selesai juga”, kataku pada Tania di sore hari, wajahnya agak manyun karena sempat aku tegur tadi siang.

“Iyah, akhirnya lepas dari atasan yang galak…”, katanya sambil berlalu dan agak cemberut, namun membuatku gemas dan malah terangsang untuk menyetubuhinya.

Di dalam mobil kusapa Tania untuk memastikan dia sudah tak sampai sakit hati karena teguranku tadi, “Kita fine dinning yuk malam ini, ada paket weekend di hotel”, ajakku sambil menyalakan mobil.

“Hmm tapi ga bawa dress, mesti mampir kos dulu, besok aja kali ya…agak kemaleman”, katanya sambil mengecek hp-nya.

“Uhm bener juga, jam 7 soalnya, ini hampir jam 6, takut ga keburu, tp gpp kita ke kos dulu aja ya”, kataku sambil memundurkan kendaraan siap untuk keluar dari parkiran.

Aku harus bisa mengembalikan mood Tania karena teguranku siang hari tadi, mungkin aku juga salah karena tidak menegur secara empat mata dan ada pihak lain di situ. Beberapa saat Tania kembali ke mobil setelah turun mengambil baju di kos, “Yukk, mau makan dimana kita?”, katanya santai dan tampaknya mulai melupakan kejadian siang tadi.

“Whatever you want deh sayang…kamu yang pilih…hehehe”, kataku mencoba merayu dan membuat hatinya senang.

“Hmmm steak kalo gitu, di dekat hotel ada kok…biarin yg mahal, buat bayar siang tadi hehehe”, katanya sambil tertawa kecil dan menggodaku.

“Iya dehh okay, let’s go!”, aku langsung memacu kendaraan menuju resto steak tak jauh dari hotel.

Selama makan malam kita berbincang mengenai kondisi Jakarta selama beberapa bulan terakhir, dan beberapa event yang Tania lewatkan karena berada di luar kota. Dari apa yang disampaikan Tania, sepertinya terbesit keinginan untuk dia segera kembali ke Jakarta, namun buatku agak sulit, karena butuh alasan apa untuk bisa bermalam dengannya, aku harus atur sesuatu.

“Luas juga ya kamarnya, ga segede apartemen tapi lumayan luasnya”, kata Tania saat baru masuk kamar.

Aku yang sudah sangat merindukannya langsung memeluk pinggangnya dan mencium bibirnya, “Uffhmm mandi dulu mending, seharian dari proyek…aku duluan ya”, katanya sambil mendorong pelan tubuhku saat ingin melumat bibirnya lebih lagi, dia berlalu ke kamar mandi dan menutup pintunya.

Aku hendak menyusulnya untuk mandi bersama, namun kubiarkan dia menikmati waktu mandinya sendiri dan lagi aku perlu mengkonsumsi obat kuat herbal yang sudah kusiapkan sebelumnya.

“Ga mandi?”, katanya mengagetkanku yang sedang asyik merokok sambil duduk menatap keluar jendela.

“Ohh sudah ya, lama bener…hampir ketiduran hehe”, kataku sambil memandang Tania dalam balutan handuk dan rambutnya yang basah, seperti binatang liar, aku benar-benar ingin menerkamnya langsung.

“Iya, enak showernya, ada mode waterfall-nya…mandi dulu gih, biar bersih”, katanya sambil mengambil hair dryer untuk mengeringkan rambutnya, hanya saat di kamar berdua begini saja Tania sebagai bawahanku dapat memerintahku.

Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, aku menuruti perkataan Tania sambil menahan ereksi efek obat kuat yang aku minum 30 menit lalu, aku memilih bersabar sebelum menikmati tubuhnya. Selesai mandi dan membersihkan alat vitalku yang mulai tegang, kusemprotkan parfum agar menambah gairah saat bercinta, keluar dari kamar mandi kulihat Tania dalam posisi menggairahkan sambil menonton tv, aku tak tahu yang dia kenakan, tapi sepertinya baby doll atau lingerie hitam yang tak dapat menutupi seluruh payudaranya yang montok.

Mulustrasi:


“Ehmm cantik banget sih…”, pujiku sambil berjalan ke arah ranjang dan menyelinap masuk ke dalam selimut, Tania mengenakan lingerie hitam terusan berbahan halus yang menampakkan belahan payudaranya tanpa bra.

Aku tak dapat melawan lagi birahiku, saat dia sedang menatap ke layar tv, kuusap belahan dadanya yang padat dan hangat, kuturunkan kedua tali lingerie-nya menampakkan bongkahan payudara terindah yang pernah kulihat, kuremas bergantian sambil kupilin puting susunya, “Shhh ahh kangennya sama boobsnya aja yahh…”, kata Tania sambil mendesah dan menatapku sambil tersenyum.

Mulustrasi posisi:


“Enggak, sama orangnya juga kok”, kulumat bibirnya sambil meremas-remas payudaranya bergantian, Tania memegang tanganku dan menyingkirkannya dari payudaranya.

“Sorry…kenapa? Ga boleh ya?”, kataku yang kaget dengan sikapnya.

“Hmm gpp, mau gantian aja…”, katanya tersenyum manis sambil menyibak selimut yang menutupiku, dia memintaku membuka celana pendek tanpa daleman yang kukenakan, penisku tegak mencuat tepat di hadapan wajahnya, Tania langsung menggenggamnya dan mengocokinya perlahan sambil ibu jarinya sesekali mengusap lubang kencingku.

“Uhmm kok tambah gede kayaknya…”, katanya sambil kepalanya berada di dadaku dan melihat ke arah penisku.

“Hah? Masak? Sshhh ahh…sama kok”, kataku apa adanya tak bisa berkonsentrasi saat tangan halusnya mengocoki penisku.

Mulustrasi posisi saat itu kurang lebih begini:


“Jangan diliatin terus donk…maluu”, kataku yang melihat Tania asyik mengocok penisku sambil dipandangnya.

Mulustrasi posisi saat itu, tapi belum sepenuhnya telanjang sebenernya:


“Ihhhh gemesss”, katanya sambil mencengkram kuat penisku, agak ngilu tapi tetap saja enak, “Enak ya diginiin?”, lanjutnya lagi.

“Iyaahh enakk sayang…kamu..ah kamu…”, belum sempat kujawab tiba-tiba bibirnya melumat bibirku dengan kuat, kita saling bercumbu berpagutan bibir seperti sepasang kekasih yang lama berpisah, tangannya masih mengocoki penisku sambil kita berciuman bibir.

Mulustrasi posisi saat itu yang ane ingat:


“Mau hisapp…”, pintanya dengan muka manja, siapapun lelaki tentu tak dapat menolak permintaan dari gadis seperti Tania.

“Mmm…buka dulu bajunya…”, kataku yang langsung diturutinya dengan membuka lingerie-nya, dia juga memintaku membuka kaosku sehingga kita berdua dalam keadaan telanjang sepenuhnya.

Aku mengambil posisi duduk bersandar di kepala ranjang dan Tania, yang sepertinya lapar dengan penisku, langsung melumatnya dengan hisapan kencang membuatku mabuk kenikmatan.

Mulustrasi posisi saat itu:


“Sshhh ahhh sayang, arghh pelann…enakkk”, kataku yang bingung mau bilang sakit, ngilu atau enak, yang pasti Tania selalu berhasil memberikan blowjob terbaik dari antara wanita yang pernah kutiduri, bahkan istriku sendiri.

Aku memegang kepalanya sambil sesekali mengusap atau menjambaknya, sambil memberi kode jika harus memperlambat tempo atau mempercepatnya, mulutnya tak kalah nikmat dengan liang vagina sempitnya.

“Ssshh ahhh sudahhh, arghhhh Taniaa”, aku mengerang menahan ejakulasi dan dia malah sengaja menghisapnya lebih kencang lagi, Tania akhirnya berhenti dan melihat kepadaku sambil tersenyum.

“Hmm gpp keluarin aja padahal”, katanya polos dengan senyum menggodaku.

“Ahhh kamu ini sengaja, sini gantian…”, kataku yang meminta dia duduk di ranjang, “Jangan liat”, perintahku kepadanya, aku membawa handcuffs yang kubeli dari toko online saat di Jakarta, kuambil dari tas-ku dan duduk di belakang Tania yang duduk telanjang bulat di ranjang.

Bentuk handcuffs yang ane beli di toko ijo kayak gini:


“Ehmm apa ini?”, kata Tania yang agak khawatir juga tampaknya.

“Gpp, ga sakit kok, nurut ya…”, kataku yang memasangkan handcuffs itu di kedua pergelangan tangannya, jujur saja aksiku kali ini terinspirasi dari cerita istriku yang pernah dikurung si Om waktu nge-kos dulu dan diikat di ranjang untuk disetubuhi sepuasnya, namun aku belum berani segila aksi si Om itu dan hanya membeli handcuffs saja.

Setelah kupasangkan handcuffs, kucium tengkuk Tania dan pundaknya sambil tanganku mengusap kemaluannya. Harum rambutnya membuat nafsu birahiku semakin tinggi, jariku membelai belahan kemaluannya dan menekan klitorisnya.

Mulustrasi posisi saat itu:


“Arghhh…shhh enakk…iyahh disitu”, ucap Tania dalam desahannya, kemaluannya kini benar-benar bersih tanpa bulu dan tentunya membuatku semakin terangsang dan bersemangat mengusapi kemaluannya.

Tak hanya kemaluannya, dari belakang aku juga puas meremas kedua payudaranya dan bahkan mencubiti puting susunya, sambil sesekali membelai kemaluannya, tanganku mengusap perut mulusnya dan merambah ke kedua payudaranya dan meremasnya dengan kencang.

“Mau dijilat memeknya?..Tania mau?”, kataku menggodanya, dia pasti sangat ingin diberikan oral seks dan dari di Jakarta aku sudah membayangkan posisi apa yang akan kulakukan besama Tania.

“Iyahh mauu…mauu pakkk, Tania mau”, jawabnya yang tak bisa berkonsentrasi menikmati belaian lembut di kemaluannya.

Kurebahkan Tania dan mengangkat tangannya yang terikat keatas, kubuka lebar-lebar pahanya dan melihat pemandangan yang kurindukan, kemaluan tanpa bulu gadis yang usianya berbeda lebih dari 15 tahun dariku, kemaluan yang walau sudah coba kubuka lebar pahanya, namun masih terlihat rapat dengan merah klitoris dan bagian bibir vaginanya.

Tak mau melewati sajian kemaluan indah di depanku lama-lama, kujilati kemaluannya dengan rakus sambil mengecupi selangkangannya.

Mulustrasi posisi:


Klitoris Tania begitu imut kemerahan dan membuatku tak tahan untuk menghisap atau mengigitinya perlahan, sementara bibir vaginanya juga masih terlihat tipis seperti jarang dinikmati mantan-mantannya dulu. Sesekali kucolok jari tengahku ke dalam liang vaginanya sambil menikmati klitoris dan bibir vaginanya, Tania bergerak kesana kemari sambil mengerang dan mendesah kenikmatan.

“Argghhh pakkk…shhh ahh gelii bangettt..arggghh iyahh enak itu”, racau Tania dalam posisi pergelangan terikat, jari tengahku terus mengocoki liang vaginanya sambil lidahku menjilat area depan liang vaginanya yang terasa gurih.

“Auwwww arhhhh pakkk, sshhh keluarr”, tubuh Tania menggelinjang dan kedua pahanya mengapit kepalaku, jari tengahku merasakan liang vaginanya berkedut-kedut dan semakin basah, dia akhirnya mendapatkan orgasme pertamanya.

“Udah sayang? Mau lagi?”, kataku menantangnya sambil mencabut jari tengahku yang basah.

“Iyahh mau, bentar dulu pakk”, pintanya sambil mengatur nafas, kubiarkan dia istirahat sebentar, hanya sebentar dan kugesekkan penisku ke belahan kemaluannya.

“Hffmm pelan-pelan yahh, lama ga dimasuki soalnya…”, pinta Tania yang khawatir vaginanya sakit karena hampir sebulan katanya tidak disetubuhi, ada rasa lega mendengarnya, entah benar atau tidak, namun setidaknya perkataannya membuatku merasa spesial.

“Iyahh sayang, pelan-pelan, kalo sakit bilang ya..”, kataku sambil mengusap kedua pahanya yang terbuka lebar lalu rebah diatas tubuhnya untuk mengulum bibirnya, aku hanya ingin dia merasa nyaman.

Setelah mencumbu bibirnya, dalam posisi misionaris, kutopang kedua tanganku ke permukaan ranjang dan mulai mendorong kepala penisku untuk masuk, begitu sempit hingga Tania mengernyitkan dahi seperti saat awal menyetubuhinya.

“Auww auww pelann”, kata Tania

“Masih sakit? Shhh ahhh udah masuk kepalanya ini”, kataku sambil menatap wajahnya yang mengisyaratkan rasa perih di liang vaginanya.

“Hmm udah ga terlalu, pelan-pelan dorongnya…”, pintanya dengan wajah manisnya.

Pelan-pelan kudorong penisku yang tegak dan keras ke dalam liang vaginanya, tak seperti vagina istriku saat ini, liang vagina Tania seperti gadis perawan yang baru saja bercinta. Dengan penuh perasaan akhirnya batang penisku amblas seluruhnya dalam liang vagina Tania, kudiamkan sesaat seperti biasa supaya anak buahku itu merasa nyaman.

“Udahh? Enakan?”, tanyaku sebelum kugoyang penisku keluar masuk menggeseki dinding liang vaginanya.

“Iyahh udah, penuhh bangett”, katanya dengan wajah penuh birahi.

Kutarik penisku agak jauh hingga batas leher kepala penis, dan kutancapkan lagi dalam-dalam, terus kulakukan itu dengan ritme perlahan sampai Tania memintaku untuk mempercepat ritmenya.

“Shhh ahhh enakkk, gelii…memeknya penuh bangett, lebih cepet pakkk”, erangnya sambil memintaku mempercepat kocokan penisku dalam liang vaginanya.

“Argghhh Tania..sempit bangettt, kayak dipijatt…aku sayang kamu…sshh ahh”, racauku dalam desah penuh kenikmatan.

Semakin kupercepat kocokan penisku, semakin basah dan hangat liang vagina Tania, dan tentunya semakin kencang juga dia mengerang kenikmatan.

Entah berapa kali aku harus menahan ejakulasi, aku hanya ingin membuatnya kembali orgasme, ingin memberikan kepuasan yang dia tak pernah dapatkan dari lelaki manapun terutama mantan-mantan berondongnya.

“Tania mau keluar lagi ini…sshhh ahh pakk, belum mau keluar?”, erangnya dengan wajah memelas penuh birahi, dan tentunya membuatku makin terangsang.

“Kamu dulu sayang, aku mau puasin kamu dulu…”, jawabku sambil mempercepat ritme kocokan penisku.

“Argghhh iyahhh shhh ahhh hfmmm enakkkk, aku keluar lagiii pakk…argghhh”, tubuhnya menggelinjang tak karuan dan menjepit tubuhku lebih kuat dari sebelumnya, penisku kutancapkan dalam-dalam merasakan tiap kedutan dalam liang vaginanya.

“Pakkk…kok belum keluarrr, lemesss”, katanya dengan wajah yang tampak kelelahan karena sudah dua kali orgasme.

“Sini…buka dulu, dari belakang yaaa”, kataku mengangkat tubuhnya hingga terduduk, melepas handcuffs yang kupasang, kubalik tubuhnya dan kupasangkan kembali handcuffs itu namun dengan posisi tangannya ke belakang.

“Nungging sayang…pgn liat pantat montokmu…”, pintaku yang diikuti Tania dengan pasrah dan lemas.

Dengan posisi Tania seperti itu, kedua lobangnya tampak menggiurkan, kuludahi lubang analnya dan kutusuk dengan jari tengah hanya masuk seperempat, “Jangan yang itu, memeknya aja…”, tiba-tiba Tania berkata kepadaku.

Aku yang tadinya ingin menganalnya terlebih dahulu, mau tidak mau mengikuti permintaannya, kulesakkan penisku ke dalam liang vaginanya dan kuatur ritme keluar masuk sesuai keinginanku. Kucengkram kedua pantat montoknya, ingin kutampar dengan kencang tapi khawatir Tania akan merasa tak nyaman, sekali lagi, nyaliku tidak sebesar si Om yang menyetubuhi istriku saat masih pacaran dulu dengan kasar.

“Hmmm mentok bangettt”, kata Tania yang merasakan dinding rahimnya ditumbuk kencang kepala penisku.

Mulustrasi posisi saat itu:


“Tania sayang, aku mau keluar…kamu mau lagi? Shhh ahhh”, kataku terengah-engah menikmati persetubuhan dari belakang itu.

“Keluarin aja…mau spermanyaa…arghhh ahhh”, kata Tania sambil mendesah nikmat.

“Argghhh iyah sayangg, enak banget ngentot kamu dari belakang giniii”, kataku sambil mengerang, posisi favoritku memang doggy style, dengan posisi itu aku seperti merasa berkuasa dan dan menjamahi seluruh tubuh wanita yang kusetubuhi dengan mudah.

“Argghhh keluarrr”, kataku tiba-tiba sambil menggenggam penisku kuat-kuat, spermaku muncrat di punggung Tania, jujur saja, hampir saja aku keluar di dalam tapi aku takmau merusak masa depan bawahan kesayanganku itu.

“Hmmm mauuu”, kata Tania yang meminta spermaku untuk ditelan.

Kuberdiri di samping ranjang dan menyorongkan kepala penisku yang masih mengeluarkan sedikit sperma, Tania yang ambruk telungkup di ranjang segera menyedot kencang-kencang kepala penisku dan memastikan tidak ada lagi sperma yang menetes, “Argghh ngiluuu sayangg…”, kataku yang tak tahan dengan hisapan kencang Tania pada kepala penisku yang baru saja ejakulasi.

Kucabut penisku dari dalam mulut Tania, dia tidur telungkup dengan wajah sayu namun tetap terlihat cantik, kukecup pipinya sambil melepaskan handcuffs yang terpasang, kubisikkan ke telinganya…”Sayang banget sama kamu….”

Mulutrasi posisi Tania saat itu:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd