Introduction
Tapéngsor berasal dari bahasa madura, dengan arti sangat dalam. Ia biasanya digunakan untuk menjelaskan keadaan hati seseorang yang sedang terjatuh dalam kubangan cinta. Namun bukan cinta biasa, melainkan cinta yang sukar dilukiskan. Cinta yang susah diwujudkan, cinta yang penuh tantangan, dan cinta yang penuh resiko.
Mungkin, dalam bahasa kita, Tapéngsor bisa diterjemahkan "tersungkur dalam ketidakberdayaan"
Setelah sekian lama pasif di forum ini, meski sebelumnya sempat membuat thread dengan judul "Jilbab Hitam Pacar Kakakku" yang tak pernah bisa diselesaikan, kini nubie yang hina ini mencoba lagi untuk berbagi tulisan. Semoga kali ini bisa berlabel "Tamat". Semoga kali ini tidak rawan macet.
Satu hal lagi yang ingin nubie sampaikan sebagai permohonan, penulis tidak bertanggung jawab atas segala bentuk konsekwensi negatif sebagai akibat dari tulisan ini. Misalnya, ada pihak yang meniru atau memeragakan kronologis sebagian atau keseluruhan isi cerita ini, lalu menimbulkan efek tidak nyaman, atau malah menimbulkan resiko berkelanjutan. Penulis tidak ingin "kecipratan" dosa tambahan, hehehehe...
Rasanya sudah cukup dosa ane sendiri (semoga tobat kita semua diterima)
Maka dari itu, bagi reader yang nantinya; bila ada, terinspirasi cerita ini untuk melakukan petualangan serupa, sekali lagi, penulis tidak bertanggung jawab. Resiko, dalam bentuk apapun ditanggung sendiri.
Tidak ada maksud lain dari nubie dalam tulisan ini, kecuali hanya ingin berbagi kenangan, fantasy, dan pengalaman. So, selamat menikmati persembahan dari Nubie yang awam ini.
Indeks:
1. Pengantar Cerita
2. Aku dan Jilbab Kakak Iparku
3. Perjalanan ke Bukit Arjuna
4. Mengantar Adek Ipar
5. Malam terpanjang
Tapéngsor berasal dari bahasa madura, dengan arti sangat dalam. Ia biasanya digunakan untuk menjelaskan keadaan hati seseorang yang sedang terjatuh dalam kubangan cinta. Namun bukan cinta biasa, melainkan cinta yang sukar dilukiskan. Cinta yang susah diwujudkan, cinta yang penuh tantangan, dan cinta yang penuh resiko.
Mungkin, dalam bahasa kita, Tapéngsor bisa diterjemahkan "tersungkur dalam ketidakberdayaan"
Setelah sekian lama pasif di forum ini, meski sebelumnya sempat membuat thread dengan judul "Jilbab Hitam Pacar Kakakku" yang tak pernah bisa diselesaikan, kini nubie yang hina ini mencoba lagi untuk berbagi tulisan. Semoga kali ini bisa berlabel "Tamat". Semoga kali ini tidak rawan macet.
Satu hal lagi yang ingin nubie sampaikan sebagai permohonan, penulis tidak bertanggung jawab atas segala bentuk konsekwensi negatif sebagai akibat dari tulisan ini. Misalnya, ada pihak yang meniru atau memeragakan kronologis sebagian atau keseluruhan isi cerita ini, lalu menimbulkan efek tidak nyaman, atau malah menimbulkan resiko berkelanjutan. Penulis tidak ingin "kecipratan" dosa tambahan, hehehehe...
Rasanya sudah cukup dosa ane sendiri (semoga tobat kita semua diterima)
Maka dari itu, bagi reader yang nantinya; bila ada, terinspirasi cerita ini untuk melakukan petualangan serupa, sekali lagi, penulis tidak bertanggung jawab. Resiko, dalam bentuk apapun ditanggung sendiri.
Tidak ada maksud lain dari nubie dalam tulisan ini, kecuali hanya ingin berbagi kenangan, fantasy, dan pengalaman. So, selamat menikmati persembahan dari Nubie yang awam ini.
Indeks:
1. Pengantar Cerita
2. Aku dan Jilbab Kakak Iparku
3. Perjalanan ke Bukit Arjuna
4. Mengantar Adek Ipar
5. Malam terpanjang