Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tentang Sebuah Rasa

CHAPTER X

Wedding Day


Sore hari ini tepat di hari sabtu, cuaca sangat bersahabat. Cerah dan awan seakan menutupi matahari yang mulai condong ke peraduannya di batas cakrawala. Suasana sumringah dan tawa yang lepas dari beberapa hadirin yang hadir di Gereja sore ini, dan karena banyaknya mobil yang parkir, dipastikan ada acara penting yang sedang dihelat.

Airmata Inka masih menetes dari semenjak turun di hotel, menjemput pengantin wanita di rumahnya, dan hingga kini di gereja. Suaminya Heru tidak henti-hentinya membujuk dan mencoba menenangkan istrinya, dan dia memahami kegalauan sang istri.

Bagaimana tidak, anak yang dia cintai dan sayangi, hari ini harus berubah status secara drastis dari seorang anak kemudian menjadi seorang suami bagi wanita lain, dan celakanya ini merupakan pernikahan akal-akalan. Bukan pernikahan sakral dan diawali dengan semua prosesi sewajarnya yang selama ini dia idamkan buat anaknya.

“ini semua adalah rencana Tuhan sudah...kita yakini itu...” bisik Heru ke istrinya.

Inka bahkan nyaris pingsan saat prosesi pemasangan sarung tangan dan jas ke anaknya. Nafasnya sempat sesak mendadak. Meski dia rela awalnya untk merestui anaknya menikah dengan dalih menolong adiknya, tapi saat momen itu datang pun dia tidak mampu berdiri tegak menerima kenyataan pahit ini.

Ditambah lagi dengan perilaku Laura dan terlebih “menantunya” Hana yang jelas-jelas menunjukan rasa tidak sukanya terhadap dia bahkan ke suaminya, rasanya dia tidak bisa membayangkan jika sudah jadi menantunya secara resmi, lalu nasib anaknya seperti apa?? Ken yang pendiam dan penurut itu akan jadi apa ditangan istri yang model seperti itu?

“pernikahan ini hitungan bulan saja Ma...” hibur suaminya

“hitungan bulan? Pah...mereka nikah resmi di gereja, tercatat secara resmi di negara.... gimana ceritanya hitungan bulan mau cerai?”

“ma...sudahlah kita pandang Irwan saja....ngga usah lihat yang lain”

Inka masih sesunggukan

“ngga bisa aku bayangkan anakku hidup dengan wanita itu...”

“mereka tinggal akan tetap seperti sekarang... ken di rumahnya dan Hana di rumahnya sendiri.”

Hening dan diselingi isak lirih dari Inka

“ kita kok jadi membohongi Tuhan sih Pa?”

Heru hanya bisa terpekur mendengar ucapan istrinya. Semua sudah jadi bubur dan dia tidak bisa tinggal diam saat adiknya Irwan dalam masalah sebesar ini. Meski bisa saja dia mendiamkan itu, tapi rasanya beban adiknya ini juga adalah beban dia sebagai kakak. Meski harus mengorbankan banyak hal, namun dia percaya bahwa tindakannya menolong adiknya ini sudah tepat.

Di lain sisi, Irwan bukannya tidak menyadari kelakuan Hana dan bahkan istrinya Laura. Dia masih menahan diri tadinya, hingga pagi hari dia tidak tahan dengan sikap Hana yang seperti anak kecil mengeluh segala hal yang tidak perlu ke Maminya, hanya karena dia menolak harus ada acara dimana pengantin harus sungkem ke orangtua dan mertua.

Irwan lalu mendekati Laura dan Hana, yang juga ada Gaby sebagai bridesmaid nya yang sedang di kamar menunggu pengantin pria datang.

“kamu jangan bikin keluarga semua malu dengan ulah kamu yah.....” dengan kesal Irwan menegur Hana

“ini sudah hari H... kamu screw up semua ini, jangan salahkan Papi jika aka ada tindakan tegas ke kamu” ancam Irwan

“kamu juga Mami.... mereka itu abang dan kakak aku... kamu harus punya rasa hormat ke mereka...” kali ini Laura yang kena semprot

Hana dan Laura hanya diam, lalu Irwan segera keluar kamar dan disusul Laura.

Gaby yang melihat itu lalu dengan lembut dia menegur Hana.

“Bo... lu kenapa sih ngga jadi anak manis minimal sehari ini?” tanya dia agak kesal

“udah... udah gue ikutin juga maunya dia.....” sembur Hana agak kesal karena diomeli bapaknya

“eh... Papi lu itu nyelematin muka lu tau.... lu masa ngga nyadar-nyadar juga sih....”

“ngga...dia maksain kehendaknya dia....”

Gaby tidak habis pikir melihat gaya Hana

“lu pikir baik-baik... kalo Ken batalin nih acara, siapa yg malu?? Dia? Ngga lah...Papi lu ama keluarga lu...termasuk lu....” suara Gaby agak gemas ke kupingnya Hana “lagipula ini buat selamatin muka kamu... masa kamu malah mau buat ini rusak semua?”

Hana hanya terdiam mendengar sahabatnya berceloteh

“jadi anak manis, setidaknya hari ini....please....” ujar Gaby sambil menggenggam tangan Hana.

Hana hanya diam saja, matanya sedikit berkaca, lalu menganggukan kepalanya.

“habis acara ini selesai, nanti malam lu mo ke club gue temenin sampe pagi... tapi please sampe acara selesai jadi anak manis....” ujar Gaby lagi.

Hana memeluk sahabatnya itu.....

“thanks yah Gabby....”



**************************

Suasana khidmat berlangsung disaat Ibadah Pemberkatan Pernikahan antara Astha Askara Kenzie dengan Hanna Makaira Sutanto. Dua mempelai berjalan dari pintu masuk dan beriringan masuk lewat gang tengah yang kiri dan kanannya para saudara dan teman dekat serta majelis jemaat gereja duduk. Hana menggandengkan tangannya ke lengan Ken.

Mereka masuk ke depan, diiringi oleh orang tua dan juga bridesmaidnya dibelakang, lalu duduk di kursi depan altar yang sduah disediakan. Lalu seorang worship leader mulai memandu acara ibadah tersebut, dan Pendeta yang akan memimpin acara pemberkatan pernikahan ini maju ke altar untuk memulai ibadah.

Hingga tiba saatnya mereka mengucapkan janjinya di altar suci itu...

"Saya Astha Askara Kenzie, mengambil engkau Hana Makaira Sutanto menjadi seorang istriku, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus"

Airmata Inka dan Ayu adiknya seketika tumpah dan sesenggukan mendengar ucapan janji dan sumpah Ken.

Lalu

"Saya Hana Makaira Sutanto, mengambil engkau Askara Kenzie menjadi seorang suamiku, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus"

Tepuk tangan jemaat mengiringi janji suci mereka berdua. Rasa haru terlihat sekali di mata keluarga besar Ken, dan juga di mata Irwan dan Gina, kecuali Laura dan Shuji yang diam tanpa ekspresi

Lalu pendeta kembali bersuara

“cincin ini bulat, tanpa awal dan tanpa akhir, melambangkan kasih Tuhan yang tiada awal dan tiada akhir. Atas dasar itu, maka cincin ini hendaknya membuat kedua mempelai ini hidup meniru seperti kasih Tuhan dalam kehidupan berumah tangga, yang saling mengasihi pasangan tanpa awal dan juga tanpa akhir”

Lalu Ken mengambil cincin untuk Hana

“ Hana Makaira Sutanto, cincin ini merupakan lambang cinta dan kasih setiaku yang tanpa akhir....”

Dia lalu memasangkan cincin ke jari manis Hana.

Lalu giliran Hana mengambil cincin untuk Ken

“Askara Kenzie, cincin ini merupakan lambang cinta dan kasih setiaku yang tanpa akhir....”

Dan kemudian pendeta kembali bersabda

“ hiduplah menurut janjmu kepada Tuhan, dan hayatilah tanggung jawabmu, apa yang sudah dipersatukan oleh Tuhan hendaknya tidak boleh dipisahkan oleh manusia dan terimalah berkat Tuhan, Tuhan yang sudah memanggilmu menjadi satu tubuh, dan mempersatukan kalian dalam ikatan pernikahan, kiranya memberkati hidup dan rumah tangga kalian, dan kiranya imam pengharapan dan kasih hidup di dalam rumah tangga kalian selalu. Amin “

Ibadah pernikahan selesai, suasana haru meski ini dibilang pernikahan settingan, namum nuansa dan kekudusan yang dibangun dalam ibadah tersebut, membuat Inka tidak henti hentinya meneteskan airmata, karena mengingat anaknya harus dipaksa menikah seperti ini.

Hana dan Laura sendiri sebenarnya menahan kekesalan hati melihat mertua dan besannya itu dianggap lebay. Toh ini juga pernikahan settingan, dan juga kalian dapat kompensasi dibalik semua ini, demikian pemikiran mereka berdua, padahal bukan itu yang menjadi dasar persetujuan Heru dan Inka untuk pernikahan gila ini.

Resepsi yang sebenarnya keinginan Ken cukup digelar sederhana, namun kenyataannya mewah juga digelarnya, dan tamu dari Irwan yang banyak hadir, teman-teman Hana yang dekat-dekat saja yang diundang. Keluarga Laura yang keluarga intinya saja yang hadir, sedangkan dari Heru dan Inka juga demikian.

Teman-teman Ken? Tidak ada satupun yang dia undang, bahkan karyawannya di toko dan bengkelnya dia tidak tahu sama sekali jika boss mereka menikah hari ini. Bagi Ken ini hanyalah formalitas yang harus dia lewatin, tanpa harus memberitahu semua orang apalagi teman-teman dia.

Tapi tanpa banyak yang menyadari, ada sepasang mata yang hadir di acara itu, tapi memilih untuk tidak naik ke pelaminan, mata itu hanya memandang dari jauh, dan dia bisa merasakan bahwa inilah resepsi pernikahan teraneh yang pernah dia datangi selama dia sering menghadiri pesat pernikahan.

Wajah yang tegang dan kurang bersahabat meski sering senyum itu ditebar saat tamu datang menyapa mereka. Tapi ketegangan dan rasa asing diantara mereka jelas terbaca, apalagi di mata dia yang mengetahui rencana gila di balik pernikahan ini.



**************************



“hai..”

“hai juga...”

“dikost an?”

“iya, dimana lagi...

“oh...”

“apa kabar? Gimana rasanya jadi suami ?”

“ngaco... ngapain tadi ngga naik nyalamin gue?”

“emang lu tau gue datang?”

“bentuk itil lu aja gue tahu...apalagi badan lu...dari jauh juga kelihatan...”

Mira tertawa

“gila yah.... most ackward wedding ceromony i ever seen.....”

Ken tertawa

“seperti yang dilihatlah....”

“lu dimana?”

“di rumah...”

“ngga malam pertama lu? “

“malam pertama? “

“iya..bantuin jadiin kupingnya kek....”

Kembali gelak tawa terdengar

“mau malam pengantinan ama gue?” tanya Mira

“ngga dulu deh....ada bokap ama nyokap dan Ayu lagi dirumah...ntar pada nanya gue mo kemana..”

“ya sudah.....”

Ada penyesalan di hati Mira saat mendengar nama keluarga Ken disebut. Dia berkali kali diajak Ken bertemu keluarganya, tapi dia selalu menolak dan itu kini disesalinya. Seandainya komitment dia berubah dari garis yang dia tulis selama ini, mungkin keluarganya akan berpikir ulang untuk merestui pernikahan gila ini, dan bisa jadi hubungan dia dengan Ken akan lebih serius kali.

Tapi dia juga bingung, karena memang tidak ada kata cinta diantara mereka, tidak ada kata jadian diantara mereka, dan itu dia yang buat bukan Ken, kenapa justru saat Ken melangkah mengambil jalannya yang berbeda lalu aku yang harus mneyesali? Pikir Mira lagi. Apa gue jatuh cinta yah ama dia? Pening rasanya kepala Mira



****************

Sementara itu di sebuah club papan atas di bilangan selatan Jakarta, nampak Hana dan geby bersama teman-temannya lagi asyik menikmati minuman dan sesekali berjoget di meja VIP mereka yang cuma ada 6 orang yang duduk.

“eh...lu ngga malam pengantenan...” sambil tertawa ngakak mereka meledek Hana

“ dia biar pakai tangannya dia aja....” ujar Hana membalas

Kembali ketawa mereka berderai

“gila lu...malam pertama malah ke club... baru kali ini gue nemu....’

“bodoh amat deh....yang penting sudah ikut apa maunya bokap....”

“iyalah...daripada fasilitas dicabut.....?”

Suara tawa dan canda diantara mereka saling bersahutan, cheering dan tost serta dentingan gelas saling bersentuhan terdengar berkali kali. Sebagai anak-anak kaum The Haves memang tidak ada beban bagi mereka dengan persoalan hidup, kerja keras dan fasilitas dari orang tua, meski mereka sudah banyak yang bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, tapi peran orangtua mereka masih sama-sama kuatnya.

“Han.... btw laki lu keren juga yah...” ujar Tasya temannya yang memiliki toko bunga di kawasan Kemang.

“hmmmm....lu ama Gaby sama tuh....pada kelilipan matanya....” balas Hana

Tertawa kembali berderai

“kenapa ngga lu cobain sih...kali aja lebih garang dari Airlangga...”

“gila lu... manggil gue aja Kakak gimana gue mo cobain...”

Suara kencang tawa mereka kembali terdengar..

“beda berapa tahun ama lu?”

“2-3 tahunan lah....”

Hana menengguk kembali minumannya

“nanti kalo udah cerai ama gue lu boleh lah cobain....” ujar Hana lagi

“khan masih perjaka tuh ngga gue sentuh2....”

Semua temannya yang hadir rasanya ingin ngakak mendengar ocehan Hana tentang suaminya itu. Mereka merasa geli dan lucu melihat pengantin baru yang harusnya ada di ranjang pengantin malam ini malah menghabiskan malam pertamanya di club sambil mabuk dengan kawan-kawannya.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd