Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Terbukanya Wawasan Setelah 15 Tahun Menduda

Tania si Ratu Kegelapan

Seperti biasa, sebulan sekali saya harus menyetor Dena ke rumah ibu saya. Saya lakukan biasanya pada hari Jumat agar Dena bisa menginap di rumah eyangnya sampai senin pagi sebelum saya jemput untuk sekolah.

Momen ini terkadang saya gunakan untuk menenangkan diri di rumah dan tidur seharian. Memang terkadang, Dena meminta saya untuk menginap di rumah ibu. Tetapi kejenuhan dunia kantor membuat saya lebih sering bersemedi di rumah.

Tetapi untuk kali ini saya akan gunakan untuk menghabiskan waktu bersama Ilona. Wanita cantik nan muda yang sangat lengket dengan saya. Saking lengketnya, kami harus waspada jika ada orang kantor yang mulai mencium gelagat kami. Akhirnya kami selalu menghabiskan waktu di apartemennya untuk menghindari kecurigaan.

Pintu ruangan saya ada yang mengetuk, ketika itu waktunya makan siang di hari jumat. Ternyata Tania yang masuk. Ia mengenakan dress mini berwarna hitam dengan kardigan di atas. Terlihat sekali bagaimana paha mulusnya berusaha memanggil tangan saya untuk dielus.. meski atasnya tertutup, namun bentuk dada Tania tetap terlihat dan menantang.

“Mas kamu jadi jemput Dena? Habis itu balik lagi ke kantor nggak?” tanya Tania menghampiri saya dan duduk di paha saya.

“iya dong...bukannya masih banyak dokumen yang harus aku review?” jawab saya dengan balasan berupa tanyaa. Saya rapikan rambut Tania yang sempat menutup sebelah matanya. Mendapat perlakuan manis seperti itu Tania tersenyum dam mengalungkan kedua lenganya ke leher saya..

“yaudah nanti aku bantuin review deh, jadi kamu tinggal tanda tangan...muachh..” bales Tania yang kemudian mengecup bibir saya manja.

“serius...asik pulang cepet nih...muacchh” balas saya.

“enak aja pulang cepet. Udah dibantuin kerja masa aku gak di kasih apa-apa?” respon Tania sambil mengadu hidungnya dengan hidung ku...

“di sini ya? Pleasee....” mohon Tania

“okeh siapa takut. ...eh tapi ntar suami kamu jemput gimana?” tanya saya sedikit cemas.

“duh...aku tuh sekretaris kamu...masa ngatur hal sesepele gitu gak bisa...ntar dia jemput jam sembilan aja,” balas Tania disakhiri dengan ciuman panas kami berdua... saya memeluknya dengan erat dan mengangkatnya ke atas meja.

Tania juga semakin semangat bertarung lidah dengan saya sampai akhirnya napasnya terengah-engah...saya kemudian berusaha untuk membuka kardigannya sembari tetap berciuman. Namun Tania langsung menampik tangan saya dan turun dari meja. Ia berlari kecil ke arah pintu sambil menengok ke belakang ke arah saya...

“sisanya buat nanti ya...” ujar Tania sambil membuka pintu dan sedikit mengangkat rok bagian belakangnya. Terlihat bongkahan pantat yang ranum dan tak berbalut celana dalam. Saya hanya bisa termenung bercampur kesal karena di ubun-ubun saya tadi sudah terbayang nikmat tubuh Tania.

Singkat cerita saya sudah kembali dari rumah ibu saya pada pukul tujuh malam. Suasana kantor bagian saya sudah sangat sepi. Sementara di redaksi masih terdapat belasan wartawan yang masih menggarap berita. Serta terdapa juga beberapa wartawan yang baru datang untuk shift malam. Saya memutuskan untuk masuk ke daerah saya di mana orang-orang hrd, finance, legal, dan ae, sudah pulang. Saya memutuskan untuk mematikan lampu dan mengarah ke ruangan saya. Terlihat jendela sudah tertutup rapat beserta tirainya. Saya penasaran dengan keberadaan Tania yang tak ada di mejanya, sebagai informasi, meja Tania tepat berada di depan ruangan saya.

Sambil terus melaju ke ruangan, saya sebenarnya merasa lapar. Tadi tak sempat makan di rumah ibu saya karena tertidur sebentar di ruang tamu. Namun Tania tadi sudah berjanji untuk membelikan makan dan merencakan makan bersama di ruangan saya.

Ketika saya bermaksud membuka pintu, saya terkaget karena pintu tak bisa dibuka. Saya akhirnya mengetuk pintu sambil memanggil Tania.

“Tania! Kamu di dalem?” teriak saya...

“Oh iya bentar..” bales Tania dari dalam ruangan.

Terdengar Tania membuka kunci dari dalam ruangan,“ kenapa pakai dikunci sih?” tanya saya.

“biar ga ada yang masuk...nanti masuknya kalau udah aku suruh masuk ya...” balas Tania. Saya terheran namun tetap menurut karena sudah menjadi bagian dari alam bawah sadar saya bahwa menurut kepada Tania adalah kebijakan yang tepat. Dalam berbagai hal kalau saya nurut sama Tania pasti hasilnya bagus.

“Oke Masuk!” teriak Tania.

Saya membuka pintu secara perlahan, hanya kegelapan yang saya dapat. Ketika pupil saya berusaha menyesuaikan diafragma dengan kegelapan yang ada, pandangan saya terlempar kepada meja kerja saya. Disana terdapat beberapa makanan dengan dua piring kosong. Di antara makanan dan wine yang tersedia terdapat lilin yang bersinar. Melewati itu semua, tepatnya di kursi saya biasa duduk terdapat bidadari kegelapan yang sangat indah. Senyumnya, gelombang rambutnya menandakan kekuasaan dan kebesaran atas ruangan kerja saya.

Semakin menganga saya dibuat ketika sang bidadari terlihat tak mengenakan apa pun di bagian atas. Ya, meski cahaya remang, namun dengan jelas saya bisa melihat dua buah gunung yang menjulang dan menantang. Gunung yang pernah membuat saya mabuk kepalang dan kehilangan akal sehat.

Dengan senyum kemudian bidadari tersebut bangkit dari singgasananya, ia menghampiri saya yang benar-benar mematung tak tahu harus berbuat apa. Urat2 saya semakin memaku ketika mengetahui sang ratu kegelapan tak mengenakan sehelai benang pun untuk menutupi keindahan tubuhnya. Hanya sepatu high heels yang ia kenakan. Ia berjalan ke arah saya dengan anggun. Setiap langkahnya menyilangkan kaki-kaki jenjang nan ranum. Di pangkalnya terlihat pula sebuah gundukan duniawi yang beberapa kali mengintip mengajak saya melupakan pekerjaan yang ada.

Ratu kegelapan itu kemudian memeluk saya, ia kalungkan kedua lengannya ke leher saya daan mengecup saya dengan kecupan hangat dan lama meski tidak agresif. Saya pun hanya bisa memegang pinggulnya sambil merasakan kehangatan kecupanya. Seolah-olah malaikat telah mencabut semua beban saya sejak lahir.


b42dd8530104127.jpg
[/URL] [/IMG]​
“Bosku laper kan? Udah aku siapin makanan lho...tetapi peraturan makan di sini cuman satu, nggak boleh pake baju dan celana,” ujar ratu kegelapan yang belakangan ku ketahui ia adalah Tania. Dengan perlahan dan lembut Tania melucuti semua kain yang ada di tubuh saya. Itu membuat rudal yang sudah tegang dari tadi berhasil menghirup udara bebas. Tania hanya bisa tersenyum gemas ketika melihat rudal saya.

Tania kemudian menggandeng saya ke arah meja kerja saya. Namun ia tak menggandeng tangan saya melainkan menggandeng rudal saya. Saya hanya bisa terdiam mendapat perlakuan yang sangat istemewa tersebut.

Singkat cerita. Tania terlihat cuek memakan sajian italia yang ia pesan. Sementara saya hanya bisa menikmati setengah-setengah karena masih terkagum-kagum dengan ratu kegelapan yang bertelanjang ria... selesai makan Tania memutuskan untuk membereskan semua piring ke meja kecil yang terdapat di sudut ruangan. Saya masih termenung sambil menikmati wine yang saya prediksi berasal dari tahun 1970-an.

Tania kemudian kembali menarik rudal saya dan mengajak berdiri. Ia membimbing saya untuk duduk di kursi singgasana saya yang untuk beberapa saat ia rebut tadi, Tania kemudian kembali menuangkan wine ke dalam gelas yang masih saya genggam.

Setelah itu Tania mundurr, ia berdiri di depan meja saya dan menaiki meja dari jati tersebut. Tubuh tania bertumpu pada kedua tangan dan kedua lututnya. Ia condongkan wajahnya untuk meraih bibir saya. Kemudian ia kecup hangat bibir saya, manisnya serta tipisnya bibir Tania membuat saya tenang dan semakin rileks. Namun tidak dengan rudal saya, sepintas saya melihat payudara favorit saya menggantung. Saya berusaha menyapanya namun Tania dengan sigap membanting tangan saya. Ia kemudian berdiri di atas meja, menggeliat, brjoget dengan erotisnya. Ia goyangkan pantatnya seolah-olah tengah menancapkan sesuau ke dalam vaginanya. Sungguh erotis. Suatu hal yang tak pernah saya sangka akan dilakukan oleh Tania. Ia berjongkok dan membuka lebar-lebar pahanya.

Gerak itu membuat saya secara refleks untuk memajukan tangan. Namun lagi-lagi Tania menampik tangan saya untuk ketiga kalinya hari ini. Ia kemudian kembali berdiri tegak dan bergoyang dengan erotis. Ia remas payudaranya sendiri dan ia lekatkan satu sama lain..15 menit Tania berjoget ia duduk tepat di hadapan saya dan membuka lebar-lebar pahanya. Saya hanya bisa terkagum kagum dengan keindahan vaginya yang untuk kali ini benar-benar rapi tanpa bulu. Tania kemudian menarik kepala saya dengan kasar dan membenamkannya di depan vagina indahnya. Kepala saya terkunci oleh kepalanya dan hanya terbuka jika sang empunya terkulai lemas.

“Waktunya pencuci mulut bos...” ujar Tania.

Tania kemudian mengarahkan kedua tanganya ke belakang untuk menjaga keseimbangan. Sementara dua kakinya melingkari leher saya membuat kuncian semakin menjadi-jadi. Untuk sesaat saya menarik napas menikmati aroma harum yang sangat familiar. Saya kemudian memberikan kecupan hangat beberapa kali ke bibir kemaluannya. Saya menganggap itu seperti bibir manis tania yang tipis. Sehingga dapat dikatakan saya melakukan french kiss dengan vagina Tania.
Tania sang ratu kegelapan hanya bisa mengerang. Saya kemudian mengeluarkan jurus andalan. Saya julurkan lidah saya dan menyapu bagian pinggir bibir vaginanya. Beberapa kali saya berusaha menekan bibir vagina tersebut sehingga terdapat bagian dari lidah saya yang sedikit menyelinap masuk. Ketika bagian itu menyelinap masuk, maka dapat saya rasakan kuncian pahanya semakin menegang dan Tania terus mematung kaku.

Setelah puas dengan bibir vaginanya, saya cari klitoris Tania. Saya mainkan dengan lidah maju mundur membentur-benturkan daging lembut berlendir saya ke daging lembut penuh dengan rangsangan nya. Tania semakin menggila ia berteriak dan tak peduli bahwa ia masih berada di kantor.

“Arggggghh...masssssssssssss...enak bos hhhhhhhhfhhh” ujar Tania terbata-bata.

Kini jambakan Tania semakin menyakitkan. Terlebih saya sambil memasu-keluarkan lidah saya ke dalam vaginanya sambil terus menyentuh daerah klitorisnya.

“yes di situ boss....ahhhhh ampun bosss...enak hmpfff”

“Arghhhhh” teriak Tania lagi.

Tak hanya itu saya juga mementokan lidah saya dari bagian atas hingga bagian bawah bibir vaginanya. Tania tak bertahan lama karena sesaat kemudian ia orgasme...

“Woaaaaaaaaaaaaahhhhhhh hah hah hah hah” teriak Tania kencang ditutup dengan napasnya yang tersengal-sengal.

“Mas ampun mas...enak banget...” ujar Tania memuji ku sambil melepaskan kunciannya...kini saya mulai terbebas dan bisa mengangkat kepala. Saya kecup tania dengan ganas..tania kewalahan dengan kecupan saya..

“ampun mas... bentar dulu ya... please...” ujar Tania memohon dengan memelas.

“tiada ampun bagimu sayang...kamu udah nampik aku, setidaknya aku akan bikin kamu orgasme tiga kali...” jawab saya sambil terus menciumi leher jenjangnya.

Rupanya rangsangan yang saya lakukan di leher Tania membuatnya tak sempat beristirahat. Terbukti tubuh rampingnya kembali menegang. Kali ini saya bopong badannya ke atas sofa dan saya tidurkan di sana. Sofa yang sama tempat pertama kali saya bermain dengan Marin di kantor.

Setelah memberikan serangkaian serangan di leher, saya lancarkan serangan di daerah payudaranya yang semakin mengencang. Saya sadari setelah setahun bermain dengan Tania, tampaknya ukuran payudaranya membesar. Saya pernah bertanya mengenai perubahan itu tetapi Tania selalu menjawab bahwa saya biang kerok dari perubahan positif tersebut.

Seperti biasa daerah sensitif Tania adalah di putingnya, saya kemudian menjilati puting sebelah kiri dan beberapa kali menghisap putingnya disertai dengan gigitan-gigitan kecil..

“hmpfff enak mas... ” respon Tania.



Kemudian saya julurkan lidah saya untuk memutari daerah putingnya, mendadak puting tersebut kembali membesar dan mengacung tegak bagai mencari sinyal. Lembutnya payudara Tania sungguh tak terelakan. Bagaikan kue keju yang sangat lembut karena proses penguapan yang berjam-jam. Sungguh ranum dan tak tega saya meninggalkan bekas. Akhirnya saya hanya menjilati seluruh payudaranya, senti demi senti saya tekan menggunakan lidah dan terus membuat Tania menggelinjang keenakan.

Setelah puas dengan sisi kiri saya arahkan manuver ke payudara sebelah kanan. Sama-sama saya perlakukan dengan lembut. Namun kali ini tangan kiri saya sambil meremas-remas payudara sebelah kiri yang tadi basah. Sementara tangan saya sudah berada di depan bibir vaginanya...

Saya tekan-tekan bibir vaginanya yang masih kuyup karena serangan oral saya tadi. Tangan tania meraih tangan kanan saya sambil berusaha untuk memasukan jari saya ke dalam vaginanya. Namun saya menahan rencananya sambil terus mengusap2 bibir vaginanya..

“hmpfff....masukin dong mas..***tel nih...”erang Tania memohon...

“Gempur aku mas... malam ini aku milikmu selalu...puaskan aku mas....beeri aku kenikmatan yang tak kudapat dari suami ku...hhhh” lanjut Tania.

Luluh dengan kata-kata memelasnya,, saya memasukan jari saya ke dalam vaginanya. Tapi tak terlalu dalam karena saya hanya ingin mencari klitorisnya. Saya pilin-pilin dan kemudian saya tekan klitorisnya. Tubuh tania menegang dan kontraksi. Membuat saya merasakan nikmatnya vagina Tania.

“Yesss mass...Kamu hebat mas... di situ yes...hah hah...hmpfff” ujar Tania sambil menutup matanya.

Tak beberapa lama saya berusaha untuk memasukan dua jari saya ke dalam vaginanya. Di sana saya maju mundurkan jari saya yang membuat Tania kalang kabut merasakan nikmatnya. Ada sekitar 10 menit saya garap payudara dan vaginanya, Tania mengerang tanda mau orgasme yang kedua...terlebih lagi dinding-dinding vaginanya semakin berkedut menandakan akan ada lahar dingin yang keluar.

Dengan cekatan saya menarik jari saya dan melepaskan serangan di payudaranya ya... Tania hanya tersengal-sengal menarik nafas dan merasa kecewa...maaf Tania, tapi saya tak akan biarkan jari saya menikmati indahnya semburan lahar mu..

“Mas kamu jahat ah,,,bentar lagi keluar tadi....” ujar Tania cemberut...saya tak merespon pernyataan Tania, saya hanya membuat pahanya membuka lebar. Dengan cekatan saya arahkan penis saya yang sudah menegang dari tadi ke bibir vaginanya. Saya mencoba untuk merangsang kembali Tania dengan menggesekan penis saya ke bibir vaginanya yang benar-benar sensitif...

Tania akhirnya mulai menegang kembali dan berada di bawah alam sadarnya. Ia terus mengigau meski penis saya sama sekali belum memasuki daerah kewanitaanya.

“mas aku oral dulu sini...biar gampang...” ujar Tania lagi. Lagi-lagi saya tak merespon dan memasukan sebagian kepala penis saya...gerakan tersebut kemudian dibarengi dengan lenguhan panjang Tania. “uuuhhhhhhhhhh”

Saya pentok-pentokan kepala penis saya ke arah klitorisnya. Suatu hal yang membuat Tania gak karuan bergerak ke kiri dan ke kanan bagai cacing kepanasan.

“enakkk mas....masukin doong mas....puasin aku”

“siap ayang” balas saya dan kemudian diikuti dengan hujaman penis saya ke dalam vagina Tania yang rapat. Pada saat bersamaan pula Tania berteriak sekeras-kerasnya. Ia bangkit memegang pinggul saya dengan bahasa tubuh meminta dihentikan penetraasi yang ada.

“ARGHHHHHHHHHHH sakit masssssssssssss!!!” Teriak Tania. Namun penderitaan Tania belum usai karena saya belum masuk sepenuhnya...akhirnya kembali saya berikan hujaman yang lagi-lagi berakhir dengan teriakan Tania....


Setelah itu saya diamkan sejenak sambil menatap dalam-dalam ke mata Tania. Meski tersengal-sengal namun Tania bisa tersenyum dengan indah. Ia menganggukan kepala tanda siap melakukan penetrasi tingkat lanjut.

Secara perlahan saya naik turunkan tubuh saya dan ternyata pemandangan wajah Tania menunjukkan rasa sakit yang mendalam. Tak hanya itu Tania langsung menggenggam lengan saya erat seakan ingin mengurangi rasa sakit.

Semakin lama saya semakin kencang melakukan penetrasi. Terus terang, pijitan dari dinding vagina Tania memang sudah semain terlatih semenjak pertama kali saya menggenjotnya di hotel. Namun saya sadari jika terlalu nikmat merasakannya, maka saya akan cepat orgasme. Itulah mengapa saya sering melakukan penetrasi dengan keras.

“ah ah ah ah ah ah heh eh hmmmm as,,,enaaakkkk terussssssssss” ujar Tania yang terbata-bata karena hentakan yang ku berikan. Untuk meredam suaranya, saya mengecupp hangat bibir tania. Suatu hal yang kontras jika dibandingkan denegan brutalnya penis saya menggempur vaginanya. Namun tampaknya Tania menikmati itu..

“ohhhs shhhh enakkk masssssssssss ....terusi bosss, Tania suka” erangnya sambil bangkit memeluk saya... ia memberikan gigitan di bahu saya tanda nikmat sekaligus kesakitan... sekitar 20 menit menggepur vaginanya, Tania ia langsung kelojotan... gigitan di bahu semakin dalam untuk meredam teriakan.

Ya, Tania orgasme untuk kedua kalinya mmalam itu....ia terengahengah sementara saya memberikan Tania untuk beranafs..

“enak mas...makasih yah...muachh..***k salah aku kangen sama penis kamu,,,bener-bener bikin aku terbang,,,” aku hanya tersenyum sambil merapikan rambutnya yang sempat menutupi wajahnya.

Setelah cukup tenang Tania saya ajak berdiri...ia kemudian saya minta bertumpu dengan meja kerja sambil menungging. Tanpa pikir panjang saya langsung masukan penis saya secara utuh...kali ini memang terasa lebih mudah meski tetap sulit. Tania hanya bisa mengerang...

“mas punya kamu nagih banget...kaya tadi ya please” pinta Tania memberikan lampu hijau.

“ah yeas,,,, hmmm fucck me,,, yahh mas... arhhhh ah ah ah ah ah ah ah” erang Tania merasakan hujaman penis saya yang masih belum memiliki niatan untuk berhenti, sampai akhirnya dering telepon Tania berbunyi. Saya mendadak menghentikan penetrasi...setelah mengatur napas Tania berusaha untuk mengangkat telepon. Ia menoleh ke arah ku dan mengisyaratkan untuk tenang. Sementara aku masih merasakan betul kedutan dan pijatan vagina Tania di penis saya yang masih tertancap dengan tegak...

“halooo masss...” ujar Tania manis. Entah mengapa semenjak telepon di angkat vagina Tania semakin berkedut keras..tampaknya ia benar-benar bernafsu.

“ia aku di ruangan mas Aldi.. kamu tunggu di mejaku aja ya, aku masih rapat nih,...” tambahnya setelah menerima jawaban dari sang suami....saya kemudian menengok ke belakang dan memang ada bayangan seseorang yang tengah berusaha duduk di balik korden membelakangi ruangan saya. Melihat kondisi yang semakin sempit, saya melanjutkan serangan tanpa sdar Tania masih menelepon. Tania melotot ke arah saya dan mengerang ke sakitan meski ia coba untuk menahan..

“oh...iya ruanganya dimatiin, ada yang lagi presentasi. Tunggu aja ya aku bentar lagi selesai...” ujar Tania langsung menutup telepon tanpa menunggu jawaban. Saya kemudian menaruh kedua tangan saya di payudaranya dari belakang. Masih dengan posisi doggy saya melanjutkan penetrasi yang semakin keras. Sementara Tania sudah berporos dengan satu tangan saja karena satu tanganya sudah digunakan untuk menutup mulut.

Sekitar 15 menit saya merasakan Tania benar-benar menegang kembali ia membissikan bahwa sebentar lagi orgasme....saya kemudian meraih bibirnya dengan susah payah dan terus melancarkan serangan bom bardir. Hasilnya, tak beberapa lama Tania mengerang dan orgasme.

“argghhhhhhhh” desah Tania di dalam mulut saya... semburan lahar Tania rupanya membuat saya juga ingin merasakan orgasme. Tahu saya akan keluar Tania terus menghentakan bokongnya maju mundur. Semakin kencang gerakan Tania semakin cepat saya ingin keluar...

“bentar lagi...”bisik saya.

“keluarin di mulutku,” Tania langsung bangkit dan melepaskan penis saya dengan cepat. Itu membuatnya mengilu dan langsung berjongkok. Sekalian saja saya sodorkan penis saya yang kemudian dikulum oleh Tania..

“Ahhhhhhhh crot crot crottttttt” tiga kali air mani saya menyembur di mulut tania. Namun yang terakhir rasanya seperti melepaskan kencing yang sudah tertahan berjam-jam...Tania hanya tersenyum melihat saya puas...kami pun berpelukan sejenak..

“gila ya kamu, tau ada suami malah makin liar...” ujar saya memuji Tania.

“hehe nggak tau, sensasinya gitu. Entah mengapa aku jadi makin horny,” bales Tania yang terus menciumi saya....

Setelah rehat cukup, Tania berpakaian dan menyiapkan diri. Kami kemudian berciuman dengan hangat bagai sepasang kekasih yang tak ingin berpisah. Setelah ciuman, Tania mengarah ke pintu keluar. Namun ketika itu ia melihat ke arah saya yang masih telanjang, Tania berlari kecil dan mencium penis saya..

“dada dedek sayang,” ujar Tania...ia kemudian menngambil hape dan memfoto penis saya.

“buat obat kangen gak ketemu kamu sampai senin” saya hanya bisa tersenyum dan Tania keluar ruangan. Saya dengan kesulitan berusaha bangun. Mencoba untuk mengintip Tania dan sang suami. Setelah Tania beres2 meja, suaminya terlihat menyosor bibir Tania, namun ia menghindar. Ia segera mengambil minum di mejanya dan sedikit berkumur lalu menelan air itu. Setelah itu Tania baru mengecup manja bibir suaminya yang tersenyum.

“kok kamu doang yang keluar?”

“iya, aku ijin duluan” percakapan singkat Tania dan suaminya yang sayup-sayup terdengar dari saya yang berada di balik jendela. Secara perlahan Tania bergerak menjauh sambil memeluk suaminya. Namun terlihat jelas, Tania sedikit pincang.

Setelah sejam beristirahat. Saya terbangun. Masih dalam keadaan telanjang. Itu semua karena telepon hape saya yang berdering...

“Halo” ujar saya malas-malasan.

“Mas, jadi kan ke sini....kok malem banget? Masiih rapat? Apa mau aku jemput?” tanya Ilona.


BERSAMBUNG

NB: ilustrasi Tania: modell melisa mei, fotografer gareth lewis.
 
Wow..Tania nya memang liar ya..

Untung sekali kalau dapat cewek kayak Tania :adek:

Mantap suhu
 
mantab si bos, baru slesai garap tania, ternyata masih ada nungguin minta jatah juga :)
jaga stamina ya bos, biar yg nungguin dapet puas & klimaxs juga :beer:
 
Sekretaris yg benar² mengerti kebutuhan big boss..
Waaahh ada yg mau lembur di apartemen nich..
 
Mantaappp suhu..nggk sia2 menunggu update dari suhu..
 
Bimabet
Tania minta d garap di depan suaminya tuh..

Ditunggu lancrotannya hu. .
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd