Berikut ini teaser untuk cerita yang akan datang. masih lanjutan yang kemarin. semoga agan semua bisa bersabar
****************************
Kamar pintu apartemen saya kunci. Kemudian berbalik arah dan menyusuri lorong sunyi. Sambal melangkah dengan yakin saya memandang layar telepon. Memasukan angka dan kemudian menempelkan telepon tersebut ke telinga. Setelah dengungan terjadi tiga kali, suara nyaring yang sangat bahagia terdengar. Dena dengan ceria bercerita mengenai hari-harinya. Ia mengaku bahagia bisa menghabiskan waktu bersama sang nenek. Sungguh saking gembiranya, saya yakin ia tersenyum di luar sana. Dena terlalu bahagia untuk menanyakan kabar ayahnya. Ia tak tahu bahwa sang ayah sama gembiranya dengan ia.jika dena melepas masa kangen dengan sang nenek, kini sang ayah melepas masa kangen dengan dunia ranjang yang telah lama ia lupakan secara tak sengaja.
Pintu lift akhirnya tertutup tanda saya harus mengakhiri pembicaraan dengan anak semata wayang ini. Kembali ke dunia baru bersiap untuk bertemu dan memanjakan anak tiri baru yang sangat manja dan menggemaskan. Ia adalah Ilona. Dengan manja dirinya sudah menunggu di pinggir kolam renang. Saya pun akhirnya memasuki area kolam dan menemui fakta bahwa ia menjadi satu-satunya manusia yang berada di situ. Gelap malam tak mampu membuyarkan sinarnya. Kulitnya yang mulus seolah meneruskan cahaya matahari yang sempat terpantul melalui Bulan. Entah apa namanya, mungkinkah bumi kini memiliki dua satelit? Cahaya tersebut melaju lurus ke kornea mata dan mengirimkan sinyal-sinyal melalui saraf menuju otak. Para imigran gelap yang bekerja di otak saya kemudian mentranskrip sinyal-sinyal yang terkirim. Setelah dipecahkan melalui enigma, sinyal tersebut kemudian menghasilkan pertanda kuat bahwa tubuh ini tertekan. Untuk itu, para imigran gelap di otak segera memberikan pesang peringatan kepada daerah vital untuk segera mempersiapkan rudal andalan. Rudal yang mampu menjebol pertahanan satelit kedua bumi tersebut.
Ilona berbaring di kursi pembaringan dengan menatap ke wajah saya tepat ketika tubuh ini telah berada di sampingya. Dua buah regu kain yang menutup dada dan daerah vitalnya seakan tak mamppu menjalankan tugas dengan baik. Pria manapun pasti akan mensimulasikan apa yang saya simulasikan tadi dalam sekejap. Benteng ini terlalu rapuh bung. Kita harus bergegas. Tak boleh terlambat.
“Kamuu kok lama sih,” protes Ilona dengan sangat manja. Saya hannya bisa membungkuk dan memberikan kecupan manis di bibirnya. Setelah itu saya lepaskan kimono yang membuat saya hanya menggunakan celana renang torpedo.
“whooo, pretty sexy.” Ujar Ilona lagi. Ia terlihat sangat gembira. Seolah-olah perbuatan saya yang mengulur-ngulur waktu tadi tak lagi menjadi problematika di era informatika. Hmmm…Ilona pun bangkit dari tidurnya dan duduk. Ia meminta saya untuk duduk di sampingnya, setelah duduk. Ilona langsung menyambar bibir saya. Gelapnya malam seolah menutupi apa yang kami lakukan. Semua itu membuat kami merasa sedang di dalam kamar dari sebuah istana. Kami merasa bebas. Lidah kami berpagutan. Setan-setan di sekitar kolam, para kurawa juga bersorak menyaksikan gelora asmara di sekitar kami. Panas di tengah salju. Tangan saya mulai meraba dan meremas dadanya. Saya masih terganggu dengan bikini yang ia gunakan. Tetapi ciuman kami membuat itu seolah tak jadi masalah. Ciuman semakin panas, lidah saya kemudian mengarah ke leher jenjangnya sementara mulut Ilona kali ini hanya bisa berdesis. Ilona sadar, meski malam gelap menyelimuti mereka, tetapi para Kurawa dan silent rider masih bisa menikmati cintanya. Beberapa tanda merah berhasil tercipta. Saya berusaha untuk bisa meraih ke dalam bikini Ilona dengan bibir. Tapi sayang, Ilona bangkit dari duduk.
Ada apa gerangan? Apakah setan demit yang menyaksikan kami sudah mulai mengganggu? Atau mungkinkah ada manusia lain yang berhasil menyusup ke banteng istana malam kami?
Bukan.
Ilona kemudian berbalik arah menghadap saya. Ia membelakangi kolam. Setengah senti kemudian tercebur. Dengan senyum manis yang mampu mengiris kulit badak sekalipun, ia menggerakan tangannya ke arah punggung. Ia menanggalkan kaitan dan ternyata ia lepas bikini atas yang ia gunakan. Ia lemparkan itu ke arah saya. Tak berhenti di situ…bagian celana dalam yang ia gunakan juga terlempar ke wajah saya…
Malam itu satelit kedua bumi sungguh terang. Bulan seolah malu tak mampu menjalankan tugasnya untuk menerangi bumi. Ia kemudian bersembunyi ke balik awan. Sementara Ilona, sang satelit kedua tak mau jumawa. Ia mengurangi sinarnya dengan menjatuhkan diri ke dalam kolam.
Ya semua mahkluk hidup malam itu berbahagia. Bintang, binatang, dedemit, silent rider semua berbahagia. Bahkan Bulan yang tersaingi merasa tenang tanpa ada dendam…..