Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Terbukanya Wawasan Setelah 15 Tahun Menduda

Selamat malam suhu. Akhirnya bisa update. Kali ini judulnya Ubud 2 yah. Update selanjutnya mungkin weekend lagi.Mudah-mudahan kali ini laptop nggak ketinggalan di kantor lagi. Ayo ramaikan lagi dengan kripik dan saran yang ada. BTW terima kasih juga atas dukungannya sampai sejauh ini. Masih akan panjang updatenya. Tapi sudah akan terbentuk dan makin jelas arahnya kok.

Sekali lagi terima kasih atas dukungannya.
 
UBUD 2

----


Saya membuka mata. Kepala masih berat sekali rasanya. Di dada saya terdapat Marin yang masih tertidur pulas. Kami sama-sama masih telanjang. Saya kemudian mengecup kepalananya dan berusaha untuk menggesernya ke samping. Sambil saya melihat ke arah pintu kaca yang mengarah ke kolam renang. Masih gelap. Tapi barang setengah jam pagi akan datang.

“Mau ke mana?” ujar Marin manja. Sepertinya ia terbangun saat saya memindahkan posisinya dari atas tubuh saya. Saya tak menjawab. Pusing sekali kepala. Saya hanya menunjuk ke arah dapur mengisyaratkan untuk pergi mengambil minum.

Saya memutuskan untuk meminum susu beruang yang iklannya naga untuk mengurangi kepala yang terus berdenyut. memasuki kaleng kedua, dari belakang saya merasakan betul ada sepasang payudara yang keras. terlalu keras untuk seorang ibu beranak satu yang kini sudah beranjak dewasa. payudara sekeras ini seharusnya dimiliki anaknya. masih kencang dan ranum-ranumnya. sama sekali tak turun.

Puting yang menempel di punggung saya kemudian dibarengin dengan rangkulan kedua tangan di perut saya. Bersama itu juga kepala Marin berada di bahu saya. sambil menciumi tengku, Marin kemudian menurunkan tangan kanannya ke penis saya yang belum bangun.

“Seneng banget minum susunya, perasaan semalem udah dapet susu,” ujar Marin menggoda. saya hanya mencium bibirnya meski masih membelakangi Marin karena saya berusaha untuk meraih kaleng ketiga di dalam kulkas. Sementara tangan kanan Marin masih berusaha membangunkan senjata yang membuatnya mabuk bukan main semalam.

“Sabar, semalem habis diajak tempur. Harus diistirahatin dulu,” ujar saya kemudian menenggak kaleng ketiga. Marin yang sepertinya tak mau menyianyiakan waktu bersama dengan saya menggesek-gesekan bagian depan vaginanya ke bokong saya. Ia tekan-tekan berharap saya berubah pikiran dan menggempurnya kembali seperti semalam. Oh ya hu, Marin memang lebih tinggi dikit ya dari saya.

saya berbalik badan. melempar kaleng susu ke tong sampah. saya letakan dua tangan saya dipinggul Marin. Tangan kirinya memegang pinggull saya sementara tangan kananya masih menggodfa penis saya yang mulai mengeras. saya kecip bibir manis Marin sambil tersenyum.

“Emang nggak capek?” tanya saya mencoba meyakinkan apakah dia benar-benar ingin tempur lagi pagi ini.

“Ya capek sih. Ini juga masih ngilu. Tapi kapan lagi bisa quality time sama kamu kaya gini? Bingung lagi kalau harus bikin-bikin alasan,” katanya sambil dilanjutkan dengan berjongkok dan mengolah penis saya. saya yang awalnya memang sudah berniat untuk menolak karena lelah, menjadi iba. ya, sebenernya semenjak hubungan kami dimulai, kami benar-benar seperti orang pacaran waktu muda. Bahkan kami beberapa kali mencoba gaya-gaya seks atau tema-tema tertentu. tapi semua itu dilakukan dalam waktu singkat. antara dua sampai empat jam. di tengah-tengah kesibukan kami. waktu segitu biasanya juga sudah termasuk cuddling dan mandi atau berbenah agar tak dicurigai orang. kami melakukan itu agar tak ada yang mengetahui. tak jarang ketika load kerja saya tinggi, pertemuan kami harus ditunda. Bahkan pernah dalam sebulan kami tak merengkuh nikmat.

Marin juga mengakui bahwa kuantitas bercinta dirinya dengan sang suami mulai ia tekan agar bisa maksimal dengan saya. beruntung juga suaminya tak mengeluh karena toh setiap bermain suaminya selalu k.o duluan. Berbeda jika bermain dengan saya. Itu lah yang membuat Marin terkadang merengek.

Penis saya benar-benar sudah keras. tapi berbeda dengan tadi malam, rasanya seperti kaku. tak seluruhnya penis saya bisa saya rasakan. hanya saraf otot yang menandakan bahwa saya sedang keras. hanya bagian kepala yang bisa merespon dan merasakan kuluman Marin. Sementara di bagian lainnya seperti setengah mati rasa. bahkan ketika Marin memasukan kedua bola saya di mulutnya.

“Pindah ke pinggir kolam yuk,” ajak Marin. Saya hanya menyanggupi. dan kami berjalan menjijit beraharap Amel tak menyadari pergerakan pagi kami. Sambil iseng saya tepok bokong Marin dari belakang ketika kami sedang melangkah telanjang ke luar rumah.

Saya menyuruh Marin tiduran di kursi santai di pinggir kolam yang terbuat dari kayu. Saya memang sudah membayangkan bercinta dengan Marin di kursi rebahan ini. Kali ini matahari sudah bersinar meski belum panas. sinar matahari Ubud seolah membuat apa yang kami lakukan menjadi sakral. setiap cahaya yang menyentuh kulit kami seolah semangat dari semesta yang kami perlukan untuk bertempur.

saya pun kemudian berada di atas Marin. mengecup sejenak bibirnya, kemudian terus menjilat seluruh tubuhnya dari leher, puting kiri, puting kanan, perut, kemudian vaginanya. sampai di depan vagina, saya buka kakinya. saya rentangkan. saya tatap lubang pemberi nikmat semalam. tampak seperti masih merah, atau memang itu bentuk vagina Marin selama ini?

Saya benamkan kepala saya. Di tengah tengah pemandangan indah itu, saya julurkan lidah saya. Menyapu bibir-bibir vagina Marin. Memperlakukannya selembut mungkin sebagai bentuk terima kasih atas kenikmatan yang diberikan tadi malam. Kemudian secara perlahan, sapuan lidah saya masuk ke vaginanya. dinding kiri dan kanan saya tekan-tekan dengan lidah saya. kemudian naik ke atas menyentuh klitorisnya. Marin bereaksi. kakinya terangkat satu. sementara pahanya terus menekan kepala saya agar terkunci tak bisa keluar cengkraman. Lidah saya kemudian memainkan klitoris dengan pelan. seakan-akan tak ingin lepas. beberapa kali saya cium dan sedot. tapi tak saya gigit. justru ketika sedotan ini terjadi tangany Tania dua-duanya menekan kepala saya lebih dalam. berharap sedotan tak berhenti. erangan sudah mulai keluar. bersahutan dengan burung-burung pagi yang habis memakan padi petani di ubud. Namun tak beberapa lama, ia menjambak rambut saya dan menariknya sampai sejajar dengan mukanya. Tampak jelas Marin berusaha mengkondisikan raut wajah untuk lebih fokus setelah tenggelam di kenikmatan oral.

“Aku . . . nggak mau keluar...karena lidahmu lagi. Itu bisa di Jakarta. Masukin...sekarang!” ujar Marin terbata-bata. Bagai kerbau dicocok hidungnya, saya kemudian memasukan penis saya ke vagina Marin. tanpa suara, hanya kernyitan dahi Marin yang menandakan ketidaknyamanan. Tak ingin memaksa. saya biarkan penis saya di dalam vagina Marin. sambil saya sambi dengan mengoral payudara terkencang yang pernah saya miliki.

Setelah beberapa lama membuat puting Marin membesar dan mengacung serta beberapa tanda di bawah payudaranya, Marin secara tak sadar mulai memaju mundurkan pinggulnya. Berharap penis saya yang menusuk dari atas mulai beraksi. Mendapat kode tersebut, saya kemudian secara pelan memaju-mundurkan penis saya. Reaksi Marin masih sama. tampaknya ia kesakitan karena sisa semalam. tapi di lain sisi, ia juga menggerakan tubuhnya. saya kemudian menganggap itu sebagai ekspresi nikmat saja. karena kalau terus merasa iba, berantakan pertempuran kami malam ini.

Ada sekitar 15 menit setelah pergerakan awal, saya semakin cepat memaju-mundurkan pinggul. Marin sudah terus menutup matanya. sementara mulutnya tak henti-henti mengeluarkan erangan. Saya hanya berharap baik pak sukarsa dan bu sukarsa melihat kami. bukan karena malu, tapi pasti akan merusak mood. dan susah untuk mengulang dari awal lagi.

Setelah cukup lama bermain dengan posisi itu, tampaknya pinggul Marin mulai kesakitan harus berbenturan dengan kursi kayu yang kami jadikan panggung aksi. Saya pun berinisiatif untuk di posisi bawah. Ini juga posisi yang bagus untuk Marin agar ia bisa memilih tempo yang sesuai denngan keadaanya. setelah di atas, Marin tak langsung beraksi. meski penis saya masih di dalam vaginanya, Marin memandangi saya dan tersenyum.

“Apaa sih bukanya lanjut malah senyum-senyum gak jelas?” goda saya.

“Hmmm enak banget sumpah. Nggak bakal aku lupain weekend ini.” jawab Marin yang kemudian mengecup bibir saya tanda terima kasih.

“Eh keluarnya bareng lagi yuk,” tambahnya sambil kemudian mulai melancarkan aksi maju mundur. Ya, saya dan Marin memang sudah berusaha latihan agar kami bisa keluar bersama sewaktu-waktu kami ingin bermamin cepat. karena selama ini setiap bermain cepat, hanya Marin yang berhasil meraih orgasme. sementara saya terkadang susah mendapat jika mendadak dan waktu yang singkat. Namun atas rekomendasi artikel kesehatan Tania, saya dan Marin beberapa kali melatih itu. Cukup rumit, tapi selalu berhasik ketika kami hanya punya waktu 15 atau 20 menit waktu luang.

Saya kemudian mengganti gerakan Marin. Saya pegang kedua pinggulnya dan mengangkat tubuhnya naik turun. Ya, ketika posisi WOT, saya tak terlalu suka jika hanya maju mundur. Saya lebih suka naik turun. tapi saya tahu betul gerakan itu membuat Marin cepat lelah.
“Hmmm ah ah ah ah enak yang kontol kamu keras banget!” ujar Marin mulai meracau kotor.

“Colok terus memek ku yang. Kamu suamiku yang sesungguhnya!” desahnya.

Mendengar ucapan Marin yang udah mulai meracau saya kemudian juga ikut panas. Saya naik turunkan pinggang. Kali ini serangan penis saya benar-benar menusuk vagina Marin. Tak jarang Marin teriak kesakitan seperti semalam.

Plok plok plok . suara keringat kami ketika beradu dengan kedua pinggul kami. Sungguh pagi yang indah buat saya.

“Aku bentar lagi .. yuk” ujar Marin.

“Sama.” jawabku. Sayapun mulai bangkit dari tidur menjadi duduk. Sementara Marin masih diatas saya mengunci kakinya ke punggung saya. gerakan kami makin cepat. payudara Marin yang menempel di dada saya menambah libido dan semangat. putingnya yang keras seolah menggoda saya untuk terus memompa Marin.

“Arghhhhh ah ah ah” empat kali saya keluar ditandai juga dengan teriakan Marin yang berarti juga mengalami klimaks. latihan kemi benar-benar berhasil. saya kemudian merebahkan badan. Marin juga berada di atas saya. penis saya masih tertancap karena dalam beberapa hitungan detik, biasanya masih ada sisa peju yang ingin keluar untuk menyembur. entah ini saya saja atau suhu juga begitu.

Sambil terus berpelukan, tak sengaja saya menatap ke dalam villa. saya lihat hanya dua langkah dari kami Amel sedang bersender di daun pintu sambil senyum-senyum memperhatikan tinggkah laku kami. Marin tak menyadari. ia masih mengatur nafas. entah sejak kapan Amel berdiri di ambang pintu tersebut. Dan tiba-tiba saya nyeletuk.

“Eh udah bangun mel. hah hah hah (mengatur napas). Mau join?” ujar saya polos entah dari mana kalimat itu keluar.

Marin kemudian nengok ke tempat Amel berdiri. Amel berubah mimik wajah. Ia melotot tanda marah. Kemudian nyelonong masuk ke dalam villa dan ke kamar. Aku yang bingung langsung bengong. tak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Marin kemudian bangkit duduk di atas saya dengna penis saya masih di dalam vaginanya.

“Sembarangan sih kalau ngomong,” tegur Marin menyubit puting saya. Kami kemudian beranjak. Plop. bunyi penis saya keluar dari vaginanya. Marin tampak khawatir dan meminta saya untuk meminta maaf langsung ke Amel. Ketika hendak mencari baju di ruang tengah Marin menegur.

“Nggak usah. Udah langsung sana!” ujar Marin. Saya pun mendatangi kamar Amel dengan keadaan telanjang. Meninggalkan Marin yang rebahan di depan tv sambil mengatur nafas.
 
Mantap om jadi kangen binorku nih :ngiler:

Suskes teruus en keep sengamat update :banzai:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Makasih Updatenya Om....
Lama Banget kami nungguin utk bisa di update, mudah2an bisa sampai Tamat Om...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd