Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Terbukanya Wawasan Setelah 15 Tahun Menduda

RL lebih penting hu...
Tp update juga penting...
Tetap semangat hu...
Lanjutken....
 
Yak hari ini saya kebetulan kantor libur jadi bisa update. Suhu sekalian terima kasih atas kesabarannya. Kalau ada kurang mohon dimaafkan ya.

---
UBUD 3
---

Saya kemudian setengah berlari mengarah ke kamar Amel. Tak lupa saya tutupi penis saya. Saya ketuk pintu kamar, tak ada jawaban. Saya kemudian membuka secara perlahan. Amel duduk di depan meja rias. Saya yang masih menyembunyikan badan saya hanya menonjolkan kepala dan berusaha menyapa Amel.

“Mbak, aku minta maaf ya… Aku gak bermaksud,” ujar saya meminta maaf. Namun tak ada reaksi apa-apa dari Amel.

“Mbak.. Maaf ya kalau aku sama Marin udah kelewatan,” mohon saya lagi. Kali ini Amel menengokan kepalanya dan memandang saya yang masih bersembunyi di balik pintu.

“Ngapain sih di situ? sini masuk,” kata Amel.

“Aku belum pakai baju mbak,” masih dengan nada menyesal. Tak ada jawaban lagi dari Amel. Mukanya seolah menjadi lebih ramah tak semarah tadi. Saya kemudian memutuskan untuk masuk dan sambil menutupi kemaluan. Amel yang menyadari saya masuk kemudian menggeser duduknya di meja rias, ia mempersilahkan saya untuk duduk di bangku memanjang yang sama. Kami kemudian menatap ke cermin. Saya masih menunduk rasa bersalah. Bagaimanapun juga ucapan saya tadi memang kelewatan. Terkesan menggampangkan Amel. Terlebih lagi, saya sebenarnya sudah menganggap Marin dan Amel seperti kakak sendiri karena bantuan mereka selama ini ketika saya kesulitan membimbing Dena.

Sesaat memecah keheningan, Amel merangkulkan tangan kananya ke saya. Ia kemudian menyenderkan kepalanya ke bahu kiri saya. Saya dapat dengan jelas melihat wajah Amel tersenyum dari pantulan cermin di depan kami. Namun saya masih enggan mengangkat kepala karena rasa bersalah.

“Udah… aku udah gak marah,” ujar Amel sambil memainkan dagu saya. Saya pun akhirnya tersenyum dan membalas senderannya. Saya sandarkan kepala saya ke kepalanya yang sedang bersandar di bahu kiri saya. Kami pun tersenyum, bahkan tertawa mengingat kejadian tadi. senang rasanya bisa dimaafkan untuk kejadian yang cukup fatal tadi.

“Tau gak. Aku tuh sebenernya sama Marin berharap kamu punya pasangan lagi. Sampe kapan kamu main sama Marin terus? aku sih seneng-seneng aja kalian berdua seneng. Tapi bagaimanapun juga Marin tuh udah punya suami,” nasihat Amel mendadak.

“Bener deh aku seneng. Makanya tadi pas liat kalian aku senyum-senyum aja. Tapi kamu juga kayaknya harus mulai serius cari pasangan,” lanjutnya. Saya hanya diam setuju. Memang benar apa kata Amel.

“Tapi emang kamu serius tadi kamu mau ngajain aku? Kok berani sih?” tanya Amel. Saya lagi-lagi tak menjawab, muka saya kembali masam. Namun Amel menenangkan hati lagi.

“Nggak kok aku gak marah. Jawab aja lagi, aku penasaran,” bujuknya.

“Kayaknya sih enggak mbak. Kan aku sama Marin emang lagi enak aja. Kayaknya sih spontan aja,” jawabku.

“Ya walaupun jujur di dalam hati mungkin memang mencoba keberuntungan juga,” lanjut saya.

“Dasar!” kata Amel kemudian menjewer kuping saya. Ia kemudian meraih hp di meja rias dan membuka folder video.

“Nih, aku mau jujur. Tapi nggak usah bereaksi berlebihan,” buka Amel.

“Aku semalem ngerekam kalian main. Hehe.” saya kemudian panik.

“Tapi bakal aku hapus kok. Aku tadi malem ke kamar duluan juga karena mau masturbasi pakai video kalian tau gak sih? jujur, aku juga penasaran sama kamu. Karena setiap kalian habis main, besoknya di sekolah Marin pasti cerita keseruan kalian. Tapi nggak tau kenapa aku merasa janggal kalau ngebayangin main sama kamu. Kamu udah ku anggap adik sendiri,” kemudian Amel menghela nafas dan kembali menyenderkan kepalanya di bahu saya.

“Lebih-lebih juga sebenernya hubungan ku sama suami juga gak bagus-bagus amat di kamar. Klise sih emang, tapi emang berapa banyak sih perempuan puas sama suaminya? Tapi aku tetep tahan, karena gimanapun juga aku nikah bukan semata-mata seks,” tambahnya. Saya hanya terdiam, di posisi saat ini, Amel hanya butuh pendengar.

“AKu juga sempet kok kode-kode ke Marin pengen main sama kamu. Tapi setiap Marin ngajak atau nawarin, aku selalu nolak otomatis. Karena kaya tadi aku bilang, kamu tuh udah kaya adeku. Walau di saat yang bersamaan aku juga penasaran sama permainanmu.”

“Tadi malem apa lagi, aku denger sendiri Marin teriak-teriak. Aku pun klimaks kok liat video kalian main,” di sini kemudian saya merasa sedikit bangga. Walaupun tak bisa merasakan langsung saya setidaknya bisa membuat Amel klimaks dan bahagia.

“Marin pasti seneng banget ya bisa dapet jatah dari kamu?” ujar Amel kemudian menatap saya. Saya yang tau Amel tak akan bicara lagi kemudian membalas tatapannya. Saya hendak mengucap maaf awalnya. Tapi situasi berkata lain. Tatapan kami berdua semakin dalam. Saya memberanikan diri untuk mengecup bibir Amel. Kami terhenti, menyadari bahwa kejadian ini benar-benar terjadi. Amel terasa kaku. Tapi matanya sudah terpejam. Saya memberanikan untuk melumat bibir Amel lebih dalam layaknya pasangan muda-mudi, Amel langsung merespon dan membalas ciuman saya. Tangan saya yang sedari tadi menutupi penis saya kemudian berpindah. Tangan kanan saya letakan di balik kepala Amel sementara tangan kiri saya letakan di pinggulnya. Ciuman kami semakin panas, sementara Amel tak sadar bahwa penis saya sudah kembali menegang, walau masih ada rasa pilu setelah bermain dengan Marin. Desahan mulai keluar dari nafas Amel. Bibir saya juga beberapa kali digigit dengan keras bahkan sampai ditarik.

Saya merasakan suasana yang berbeda dalam hati. Amel adalah idaman saya sejak awal. Ia memang saya jaga agar tak ternoda oleh saya sendiri. Tapi pagi ini, Amel menceritakan bahwa dirinya juga ingin saya nodai meski masih ragu dan takut. Seolah saya diberi lampu hijau. Sayapun memperlakukan Amel berbeda. Lebih halus. Malah Amel yang cenderung grasa-grusu.

Spontan saya langsung berdiri sambil mengangkat Amel. Ia langsung melingkarkan kakinya di pantat saya ketika berdiri, kami tetap berciuman. Saya memindahkan Amel ke kasur dan menidurkannya. Sementara saya mencoba melepas ciuman dan mengarahkan ke leher. Namun pergerakan saya ditahan. Amel terdiam sejenak mencoba menenangkan diri dan meredam nafsunya yang sempat saya bangkitkan. Saya tahu Amel akan berusaha menghentikan ini.

“Aku nggak mau,” ujarnya tenang sambil kemudian meneteskan air mata. Saya kemudian bangun dan mengambil tisu. Saya duduk di sampingya masih rebahan dan menyeka air matanya. Saya kemudian mengecup keningnya.

“Mbak, aku gak mau pura-pura gak mau. Aku mau. Dan kamu juga bilang sbenernya penasaran. Kalau kita nggak coba, kita nggak akan tau lagi. Kita gak perlu terus-terusan kok. Ini sekali seumur hidup juga cukup buat kita,” ujar saya membujuk dengan halus.

Amel masih menangis. Saya paham ia bimbang. Kemudian ia saya peluk. Cukup lama kami berpelukan. Sampai saya sadar ia sudah berhenti menangis. Burung saya sudah kembali lunglai. Masa bodoh. yang penting Amel tak terluka hatinya.

“Udah ya nangisnya,” ujar saya. Amel mengangguk. Ia kemudian tersenyum.

“Eh, kenapa kamu senyum-senyum?” tanya saya bingung.

“Punyamu kalo lemes lucu,” jawab Amel.

“Bikin nggak lemes lagi dong,” Amel kemudian kembali merenung. Ia tampaknya masih ragu apakah ia harus melakukan ini atau tidak. Saya yang tak mau Amel berpikir dua kali kembali melumat bibirnya. Berbeda dengan tadi, Amel tak langsung merespon. Ia hanya membiarkan bibirnya saya garap. Tak mendapat respon, saya arahkan cumbuan ke lehernya yang jenjang dan putih.

Amel menjambak rambut saya dan menarik kepala. Mengarahkan kepala saya tepat di depan mukanya. Ia kemudian menyosor bibir saya. Kami berpagutan dengan mesra layaknya sepasang kekasih. Saya senang, karena akhirnya Amel berpikir dengan jernih untuk melanjutkan aksi pagi ini. Amel bahkan lebih beringas dari sebelumnya. Tangan kirinay terus memegangi kepala saya sementara tangan kanannya sudah mulai meraih penis saya dan mengocoknya. Tangan saya masih memeluknya. Ingin rasanya meraba seluruh badan dan membuka pakain tidur terusan yang ia kenakan. Tapi biarlah Amel mengambil alih dahulu daripada nanti tiba-tiba ia berubah pikiran.

Amel kemudian menarik kepalanya dan menunduk ke arah tangan kananya yang tengah mengocok penis saya, ia tersenyum memandang saya dan berkata, “Udah keras.” Saya hanya membalas dengan senyuman. Amel kemudian mendorong saya agar rebahan di kasur. sementara Amel menuruni tubuh saya dan langsung mengarahkan wajahnya ke penis saya.

“Jangan nakal yah!” ujar Amel kepada penis saya. Ia kemudian memasukan kepala penis saya ke mulutnya. di dalam sana, kepala penis saya seperti ditinju-tinju dengan lidahnya. aneh memang, saya tak pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya. Bahkan saya sempat bingung bagaimana harus bereaksi. Tetapi saya kemudian tertawa karena setiap kali ia membenturkan lidahnya ke kepala penis saya, amel sambil bersuara layaknya anak kecil yang sedang memainkan es yang ia jilat.

Tampaknya Amel sudah mulai menikmati peran nya. ia masih memainkan kepala penis saya, sementara saya masih menikmati. Ada lima menit dipermainkan seperti itu, saya kemudian bangkit untuk duduk. Mengecup kening Amel agar ia merasa aman. Saya kemudian membuka baju terusan yang ia kenakan. Sungguh seperti yang saya bayangkan. Sangat mulus dan putih. Amel kini benar-benar telanjang, ia memang tak pernah memakai daleman ketika tidur. saya tahu betul itu dari percakapannya dengan Marin.

Amel tersenyum. “Punyaku kecil ya?” ujarnya sambil menutupi payudaranya dengan kedua tangan. Dengan rambut lurus sebahu serta sedikit kemaluan yang tercukur rapi, Amel sukses membuat fantasi saya terpenuhi. Ini pertama kalinya saya melihat Amel yang sudah saya anggap kakak sendiri telanjang di depan mata.

“Gedean Marin ya?” tanyanya. Saya tak menjawab, saya hanya menariknya dan membuat ia duduk di paha saya. kami berhadap-hadapan, saya mencium bibirnya sekali lagi. saya tak garap lebih, agar Amel benar-benar merasa nyaman dan tak di serang. Kemudian saya arahkan kecupan ke payudara Amel. Baik payudara kiri dan kanan semua saya garap. Berbeda jika dengan Marin yang terkadang saya gunakan gigitan. dengan Amel saya lebih memperbanyak kecupan. Setelah seluruh permukaan dada berukuran 34B nya basah dengan liur saya, saya memainkan puting Amel. Berawal dengan emutan, sesekali saya mainkan dengan lidah saya. Tak lupa saya sedot serasa seperti sedang menarik keluar susunya. ketika saya sedot putingnya, Amel selalu menaikkan badanya ke atas. Ia juga selalu menempelkan kepala saya untuk lebih keras ke arah payudaranya.

“Hmmm hhhh ssss” ujar Amel setiap saya mengisap puting merahnya. Ia tak pernah mengatakan suka, tetapi saya tau betul itu daerah sensitifnya. Baik puting kiri dan kanan sudah saya garap, desahan terus keluar dari bibir manisnya yang merah.

Saya kemudian membaringkan Amel. Saya turunkan badan saya. Ingin menikmati vaginanya. Tepat berada di depan vaginanya yang putih bersih, saya menghirup dalam dalam aroma kenikmatan. Amel tersenyum. Ia mengaku apa yang saya lakukan lucu. Ia pun mengaku sangat amat jarang dioral oleh suaminya. sehingga saat ini ia merasa tidak nyaman.

“Tapi nanti sakit kalau langsung masuk,” ujar saya kepada Amel yang melarang saya mengoralnya karena malu. Ia meminta saya untuk memasukan langsung penis saya. Saya kemudian meludahi penis saya dan berusaha mengarahkannya ke vagina Amel yang mulus dan bersih. Amel pun memegang penis saya supaya proses penetrasi tak menyakitkan untuk dirinya. Perlahan saya gesekan kepala penis ke bibir kemaluan Amel. setelah itu saya baru sadar bahwa Amel sudah sangat basah. apakah ini cairan biasa atau ini orgasme karena saya memainkan putingnya. Saya tidak peduli. Saya yang berada di posisi atas terus melakukan penetrasi. Saya dorong penis saya dan memperhatikan reaksi muka Amel jika saja ia kesakitan. Ternyata benar, ia kesakitan. Tapi tak terlalu sakit katanya. Hanya perih. Sambil mengalihkan perhatiannya saya menatapnya dan mengajaknya bicara.

“Semalem pas masturbasi bayangin main sama aku?” ujar saya sambil pelan-pelan menekan penis yang tadi pagi baru saja bertempur. Sayapun sebenarnya juga masih merasa perih karena Marin benar-benar gila sejak semalam.

“Iya hmmm hfff ” balas Amel beraksi dikit dengan gerakan penis saya.

“Berapa kali?”

“Dua..” kata Amel yagn sudah tak konsentrasi dengan pertanyaan saya. Tak terasa penis saya sudah terbenam di vagina Amel. Vagina ini memang masih seperti perawan, sangat sempit dan ngegrip. Tapi jujur ini tak sesempit milik Tania maupun Ilona.

“Ih kok pinter banget sih ngalihin perhatiannya? Kamu beda banget sama semalem. Lebih gentle” puji Amel yang kemudian saya balas kecupan di bibir. Di posisi inni saya diam sejenak karena akhirnya penantian panjang bisa tercapai. Wanita yang saya idam-idamkan berhasil saya jebol. Awalnya saya berpikir egois untuk segera menggarap dan menyemprotkan semuanya karena kemungkinan ini kesemaptan satu-satunya. Namun setelah saya pikir baik-baik justru saya harus memuaskannya agar bisa kembali membujuknya.

Perlah saya mulai memaju mundurkan gerakan pinggul. Amel yang berada di bawah terlihat menikmati. Matanya tertutup setengah tanda dirinya benar-benar menikmati setiap gerakan di vaginanya. Sayapun juga merasa sensasi yang berbeda. Meski ngegrip tampaknya otot-otot vagina Amel sudah terbiasa dengan ukuran saya. Saya pun dengan mudah menusuk daging kenikmatan yang dia miliki.

“Hmmm enak sayang” ujar Amel lirih. Ya berbeda dengan Marin, Amel memang tipe yang hanya berbisik dan mendesah. Ia tak berteriak. Ada sekitar 15 menit posisi konvensional, saya mengajak Amel untk melakukan dogy di atas kasur. Tunggingan Amel sungguh sempurna. Bokokngnya yang awalnya terlihat rata menjadi penuh karena tunggingan yang sempurna. dari itu pula saya bisa melihat jelas betapa merahnya vagina Amel karena kegiatan sebelumnya.

“Aku masukin ya,” bisik saya. Amel hanya melebarkan kakinya. Sensasi memasukan penis ke vaginanya sama seperti tadi. Sangat sempit. daging-daging basah seolah menyambut penis saya untuk masuk. Bokong amel yang tak sabaran langsung memundurkan dan mementokan ke pangkal paha saya. Saya yang terkejut hanya senyum-senyum tanda Amel benar-benar menginginkan permainan ini. Tanpa pikir panjang dan penyesuaian, saya hantam Amel dari belakang.

“ah ah ah ah ah . . . pelan pelan yang hmmmmm” ujar Amel lirih yang saya dengar. Tetapi saya tak lagi memikirkannya. suara pertemuan antara bokongnya dengan paha saya juga terdengar nyaring di setiap penjuru ruang. Amel bahkan sudah mulai bertumpu dengan satu tangan, ia berusaha untuk menarik badan saya dan menciumnya. Kami berciuman. Amel ternyata cukup berkeringan. Ia memang tak tinggal diam ketika dogy. tubuhnya terus ia gerakan agar penis saya bisa keluar masuk dengan sempurna dengan keras.

tangan kiri saya memegangin payudaranya yang keras dan putingnya yang sangat keras. saya mainkan putingnya secara perlahan sambil terus menyodok vaginanya dengan keras. namun betapa kagetnya saya ketika lima menit memainkan putingnya, tubuh Amel menegang. Ia kelojotan. ia tak lagi merespon sodokan saya. seolah-olah ia untuk sesaat ngeblank. hening. setelah sekitar dua menit, badanya mulai melemas. tubuhnya ambruk ke kasur. penis saya kemudian merasa dibanjiri cairan panas. bersamaan dengan cairan panas itu keluar rintihan panjang Amel secara lirh. “Haaaaaaahhhh enak.” ujar Amel. sungguh kaget saya dengan cara Amel mengalami orgasmenya.

“Kamu jangan sering-sering mainin putingku. Aku dimainin dikit langsung keluar kalau diputing,” ujar Amel. ohhh begitu rupanya.

Saya yang masih nanggung kemudian duduk di tepi kasur. Saya minta Amel untuk kembali duduk berhadap2an. saya sangat suka posisi ini dengan Amel. Ia kemudian menuruti dan memasukan penis saya ke vaginanya. sekarang kami sudah berhadap-hadapan. Saya mengangguk dan Amel paham perintah. Ia menaik-turunkan seluruh badanya di hadapan saya. Sungguh pemandangan yang indah. saya bisa melihat secara langsung betapa liarnya Amel. badanya ia gerakan semua, tak hanya pinggulnya. ketika menurunkan badannya agar penis saya kembali bersarang, ia benar-benar menjatuhkan badanya. Sungguh nikmat meski efek kejut ada dan membuat saya sedikit sakit.

Ada sekitar 15 menit Amel melakukan itu saya pun berasa ingin keluar untuk kesekian kalinya pagi ini. Saya lalu menciumi puting Amel dengan harapan kami bisa klimaks bersama.

“Hhhh enak sayang...kontolmu keras banget.. jilat terus putingku,” ujar Amel.

sekitar lima menit kami berada di fase akhir. Amel pun keluar. Badannya kembali menegang dan lemas dua meneit kemudian. cairannya keluar ditandai dengan desahan kelelahan. saya pun tak kalah saya semburkan seluruh cairan sperma sisa-sisa ke dalam rahimnya. betapa nikmatnya pagi ini. saya ambruk ke belakang dan Amel masih menempel di badan saya. Saya kecup keningnya.

setelah 30 menit berbincang dan mengatur nafas. Saya pun menggendong Amel. Ia berada di belakang saya. Saya ajak ia ke ruang di depan tv. kami masih sama-sama telanjang. Marin rupanya sedang santai di depan tv sambil menikmati sarapan.

“Duh ilehhhh, penganti baru. tak kira tidur nggak ada suaranya. ternyata tempur,” ujar Marin menggoda. Kami hanya tersenyum saja.

“Ini makanan dari siapa?” tanya Amel yang sedang berdiri di meja makan.

“Pak sukarsa sayang,” jawab Marin.

“Lah kamu nerimanya sambil telanjang?” tanya saya heran.

“Iya. Itung-itung bagi-bagi rejeki,” jawab Marin santai sambil memakan pisang yang disediakan..

“Dasar gila.” Ujar Amel menghampiri saya dan Marin yang duduk di depan tv. saya kembali duduk di tengah dan di peluk dua bidadari tanpa pakaian di kiri dan kanan.

“Makasih ya sayang,” ujar Amel mengecup pipi saya. Saya balas dengan kecupan di kening.

“Gimana mel, sama kan sama mantan bule kamu?” tanya Marin.

Amel hanya mengangguk dan tersenyum simpul ke arah saya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd