Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Terbukanya Wawasan Setelah 15 Tahun Menduda

Ngak usah jauh jauh cari kekasihnya dena aja di jadikan pacar ayah pasti lebih greget deh ....
Dena jadi pacar ayah .... Ah ....
Lari . .... Kabur .... He he he....
 
Ngak usah jauh jauh cari kekasihnya dena aja di jadikan pacar ayah pasti lebih greget deh ....
Dena jadi pacar ayah .... Ah ....
Lari . .... Kabur .... He he he....
 
Makasih sdh update om di tengah kesibukan yg tinggi... hehehe
 
Mulai update ini saya kategorikan season 2. Karena kalau cerita sebelum2nya soal awal kebandelan saya atau awal puber kedua. di cerita ini fokusnya mencari pasangan dan ibu buat Dena. Mohon kritik dan sara dan apresiasinya hehehe... Ini lagi lancar karena kemarin 22 sama 23 Mei kantor libur imbas demo. Saya selalu usahakan update seminggu sekali biasanya weekend. Terima Kasih.

---


“Ya gak bisa dong Ilona. Kamu kan bukan wartawan,” ujar saya sedikit marah dengan kelakuan Ilona.


“Mas, aku pengen banget ngerasain. Pengen nambah pengalaman,” balasnya.


“Nggak ah. Kalau kamu, saya kirim ke lapangan nanti malah ribet. Kamu gak punya id card pers. nanti kalau di lapangan kamu bingung gimana? Ntar kalau papah kamu tau saya kirim kamu ke lapangan bukannya kamu makin disuruh cabut dari perusahaan ini?” kali ini saya benar-benar tegas.


“Mas. Aku tahu aku bukan wartawan. dan aku gak perlu ngeliput acara gede atau urgent. please aku mau nyobain sekali aja,” tambahnya memohon.


“Soal papah, itu bukan urusan mas. Aku bisa jelasin. Aku akan bilang aku yang minta sebelum dia tahu,” tutup Ilona. Setelah itu saya memerintahkan Ilona pergi dan saya meminta waktu untuk mencari liputan yang tepat dengan Ilona. Setelah bertanya beberapa orang termasuk Tania mengenai permohonan Ilona, akhirnya saya mengijinkan Ilona untuk melakukan satu liputan.


Tim redaksi juga sudah merekomendasikan saya ke mana Ilona akan turun. Ilona jelas tidak akan sendiri, saya akan menempatkan dia untuk wawancara guna konten video di website berita kami. Di sana akan ada dua kameramen dan satu wartawan untuk menulis di website. Saya mengutus kiki.


Lalu siapa yang akan diliput? Ia adalah Putri. Mantan presenter yang ganti haluan menjadi juru bicara untuk salah satu perusahaan ternama. Namun karena perombakan besar-besaran, ia baru saja dipindahkan menjadi VP Communication di perusahaan ternama yang sama. Seperti biasa jika ada perombakan besar, kami para media meminta jatah untuk interview dengan jajaran direksi baru. namun permintaan ini kerap ditolak karena sedang proses handover. kebetulan sekali Putri juga baru diangkat jadi VPC berkenan untuk melakukan wawancara.


“Aku minta tolong boleh ya? Nanti Kiki wawancara sama satu anak baru. Dia bukan wartawan tapi lagi belajar soal ruang redaksi,” mohon saya.


“Iya tapi kaya biasa ah, aku gak mau ada pertanyaan spontan. Bikin list dulu,” jawab Putri santai. Saya hanya mengangguk. Putri ini sebenarnya bukan nama asing dalam hidup saya. Ia juga beberapa kali bertemu saya di lapangan. Tetapi umur kami di lapangan memang tidak panjang karena kami sama-sama meninggalkan lapangan untuk kuliah. Ia kuliah ke Yogyakarta sambil melanjutkan karir sebagai editor di media lokal sementara saya kuliah di Australia.


Meski begitu kami tetap berkomunikasi walau tak intens. Sekedar membahas mengenai isu dan tukar ilmu terutama karena kami punya background yang sama. kami mulai berkomunikasi lagi sekitar dua tahun lalu ketika ia pindah ke perusahaan tersebut. Saya dengan bercanda mengejeknya karena sudah tidak idealis dan mau menerima tawaran coorporate. Ini kerap terjadi di posisi tinggi di dunia media.


“Yaudah aku siapin sarapan Dena dulu. Kamu bangun gih,” ujar Putri bangkit melepaskan pelukan kami dan merapikan pakain tidur yang kusut lalu keluar kamar. Saya masih terdiam di kamar karena masih mengumpulkan nyawa. Untuk para suhu yang bingung, jangan. Ya Putri memang tinggal serumah dengan saya. Sudah sebulan. Kejadian ini adalah satu setengah tahun berlalu dari kejadian di Bali di update-an sebelumnya.


Saya yang memang mencari tambatan hati menemukan itu di Putri sejauh ini. Selain karena background yang sama persis. Terbutki Putri memang cukup terbuka dengan status duda saya. Ia sendiri juga berstatus Janda tampa anak. Ia menikah diusia 25 saat hendak mengambil S2 di Yogyakarta. Namun pernikahannya tak berjalan panjang karena keduanya kerap berselisih. Saya tak tahu detilnya. Tetapi saat kami mulai intim, ia menceritakan bahwa sang suami kerap memiliki selingkuhan. Akhirnya, di umur tiga tahun pernikahan mereka bercerai dan Putri sama seperti saya di masa sebelumnya, menjadi sosok kesepian di tengah keramaian.


Kami sudah resmi berpacaran selama setahun. Alasan saya mengajak Putri tinggal serumah karena untuk membiasakan dirinya dengan Dena. Mengenal lebih dalam Dena dan membangun kemistri di antara keduanya.


Tetapi Putri cukup tertutup ketika berpakaian karena posisinya yang cukup strategis di perusahaan. Bahkan untuk menjaga image-nya, Putri tak pernah melakukan gym di tempat umum. Ia memiliki gym sendiri di rumahnya yang kemudian ia boyong ke rumah saya ketika pindah. Ia tak ingin melihat masyarakat umum melihat lekuk tubuhnya ketika berolahraga. itu alasannya.


“Aku kalau dipikir-pikir minta tolong kamu terus ya,” ujar saya memeluk Putri dari belakang setelah melepas Dena yang diantar pak supir.


“Apaaa sihhhhh...yuk ah masuk. Beberes. Tuh supirku udah dateng juga,” ajak Putri menyeret tangan saya ke dalam rumah. Ya, kami memang berhati-hati dengan hubungan kami. Kami tak ingin ada satupun yang mengetahui karena profil kami. Akan berbahaya baik untuk saya maupun Putri ketika orang tahu kami tinggal serumah.


“Tapi.. Kalau dipikir-pikir, siapa sih dia? Masa VPC kaya aku masih dikasih wartawan baru?” selidik Putri sambil menanggalkan baju tidurnya dan membiarkannya di lantai. Saya juga menanggalkan baju dan mengikuti tubuh telanjang Putri ke kamar mandi.


“Cucunya Pak Rudi,” balas saya sambil menyalakan keran. Pak Rudi adalah kakek Ilona yang pernah menjabat menjadi direktur di salah satu perusahaan ternama .


“Terus kenapa? Kan Pak Rudi juga udah nggak ngejabat. Udah lamaaaa banget lagi,” Putri mengalungkan lengannya di leher saya dan kami mulai basah di bawah shower.


“Jangan-jangan… Kekepan kamu ya?” selidik Putri.


“Sembarangan!” ujar saya sambil mencubit putingnya.


“Sakiiittt,” teriak Putri sambil membalas meremas penis saya yang masih lemas.


“Ampun ampun ampun,” rintih saya.


“Kangen nih. Aneh ya, semenjak tinggal serumah malah mulai jarang main,” keluh Putri sambil menyabuni tubuh saya. Ya memang kebetulan saja saya sedang sibuk dan Putri juga tengah menjadi sorotan karena promosinya. Ia kerap menjalani wawancara ekslusif. Bahkan ia beberapa kali melakukan wawancara byphone di rumah untuk melayani media-media daerah.


“Sekarang yuk. Sebentar aja,” ajak saya menggoda.


“Mana mungkin kamu bisa sebentar?” balasnya.


Saya tak merespon. Saya hentikan tangan Putri yang masih menyabuni penis saya. Saya kemudian jongkok. Saya arahkan kepala saya tepat ke depan vagina Putri yang terdapat bulu rapi hasil cukuran. Saya kemudian mengangkat kaki kananya dan menaruhnya di pundah kiri saya. Sementara wajah saya mulai menciumi vagina mulus yang masih terciuum aroma sabun yang khusus untuk daerah kewanitaan. Tangan saya sibuk meremas bokongnya yang super kencang. Sementara Putri menaruh tanganya di rambut saya dan tangan lainnya ia jadikan pasang ke tembok agar tak terjatuh.


“Mas, pelan pelan..Hmmm.” lenguh Putri keenakan. Putri pun sudah mulai menekan-nekankan vaginanya ke muka saya sekan berharap mendapat tekanan yang lebih untuk merangsang klitorisnya.


Saya memainkan klitoris bagian depan gigi secara perlahan, sementara lidah saya menjulur lebih panjang untuk masuk ke vaginanya. Menemukan dinding di langit-langit dan menekan-nekan langit-langit tersebut. Itu adalah bagian dalam dinding klitoris Putri.


“Hhhh masss. geliiii.. jangan itu terusss… aku ssshh ahhhhh ntar cepet keluar,” protes Putri terbata-bata. Saya tak peduli. Semakin kencang saya mainkan klitoris Putri. Namun sesaat kemudian Putri mengankat kaki kananya dan berdiri tegak. Ia tak ingin orgasme tanpa merasakan penis saya rupanya. Sambil menjaga nafas, Putri memprotes. Ia kemudian berbalik badan ke arah tembok. kode bahwa ia ingin merasakan penetrasi.

Tanpa aba-aba saya lebarkan sedikit kaki Putri. Ssaya tekan punggung dan pinggulnya agar bisa dengan mudah memasukan senjata ini ke vagina Putri yang sudfah basah bahkan sudah nyaris orgasme.


“Hmmmm enak banget punya kamu mas,” Lenguh Putri ketika seluruh penis saya masuk ke vaginanya. Saya baru orang kedua yang pernah memasukan penis ke vaginanya. Semenjak cerai, Putri tidak pernah main dengan pria lain. Sama seperti saya DULU.


Plok Plok Plok Plok


Keras ssekali suara pertemuan antara bokongnya dengan pangkal paha saya. Bukan kami yang liar tetapi karena tubuh kami memang basah dengan shower yang masih menyala.


“Ah hmmmm arg arg argh enak mas. Kontolmu penuh banget,” ceracau Putri.


“Memek kamu juga sempit Put. Aku lagi ngentotin pejabat nih pagi-pagi,” balas saya tak kalah vulgar. Ini juga suatu hal baru karena Putri walau berpendidikan dan memiliki kelas yang bagus tetapi suka sekali berbicara vulgar ketika bercinta.


“Aku ah mm..mau sarapan peju kamu sayang hmmm ah ah ah,” ujar Putri.


“Ibu pejabat mau peju aku?” balas saya semakin kencang menghentakan penis ke vaginanya. Sungguh badan Putri memang enak untuk dihantam. Berisi namun keras semua. Belum lagi payudaranya yang sama sekali tak bergoyang lebay karena benar-benar keras dan kencang. Sedari tadi saya rasakan nikmatnya meremas-remas payudara itu dari belakang. saya pun terus melenguh mempercepat gerakan karena saking inginnya memuntahkan peju di dalam vaginanya.


“Pejuin aku mas. Ibu direksi mau dipejuin,” tambah sosok yang seumuran denganku ini.


Sambilt tangan kiri saya memainkan putingnya, saya kemudian mengarahkan tangan kanan saya ke vagina Putri. Saya gesek-gesekan tangan saya di bagian depan vaginanya untuk meningkatkan sensasi Putri. Tentu saya masih mendorong dengan cepat.


“Hhhhh kamu ngapainn yang… aku bentar lagi keluar kalau gitu,” protes Putri masih sambil menerima hantaman saya dengan rpm tinggi.


“Keluarin aja bu, semprotin cairan kamu. basahin kontolku,” ternyata benar saja. Beberapa menit kemudian.


“Hhhhhhhhhhhh ahhhhhhh,” Putri melenguh panjang sekali dan ambruk. saya melihat cairan keluar banyak dari vagina Putri. Apa dia squirting?. Beruntung saya sempat memeganginnya dan Putri duduk di lantai dengan lemas. Penis saya pun sempat kaget karena mendadak tertarik kebawah. Penis saya juga kaget karena sudah mau keluar malah dilepas dari sarang.


“Yang hos hos aku lemes banget nih. Enak banget sumpah, udah seminggu kita gak main,” buka Putri sambil menarik saya minta ditemani duduk di lantai. Putri menyandarkan kepalanya di dada saya tandaa kelelahan. Ia kemudian melihat penis saya yang masih berdiri tegak.


“yahhhhh kamu belum keluar ya? Kan ku bilang kamu tuh gak bisa short time,” ujar Putri merasa bersahalah.


“Nggakpapa...Kamu atur nafas dulu gih, kita keluar beberes,” ujar saya sambil mengecup bibir dan kening Putri.


“Maaf yaaa aku duluan… Kamu baik banget deh... ,” puji Putri dan kamipun beberes lalu berangkat kantor dengan berpisah. Saya dengan supir saya sementara Putri dengan supir dari perusahaanya.
 
Terakhir diubah:
Pertamax
Mantap suhu..
Lancrotkan....
Kapan meritnya?
Ato masih trial dulu?

Ane kok masih pengen ada sex scane dengan amel ya.
Kayaknya ada yg beda di feelnya
 
Ehmmmm,,makin kesini makin menarik..sepertinya petualangan bertambah tapi kali ini dg tambatan hati juga,hihihi
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd