Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Terbukanya Wawasan Setelah 15 Tahun Menduda

Lompatan pemerannya lumayan jauh ya yang putri hu. Btw tania apa ilona nih kandidat kuat mamanya dena?
 
Tetap lanjut🤗,,neski hrs d mulai dr awal lg baca ny biar dpt feel..sehat trus suhu
 
rupanya Putri hanya:) sebagai selingan saja dan belum mampu mengakhiri kharisma seorang duda..​
 
ganbate suhu untuk selalu mengupdate
 
“Kamu putus?” lagi-lagi pertanyaan itu muncul. Kini giliran Marin. Suhu ingat Marin? Marin muncul beberapa kali di awal kisah ini. Ia adalah orang tua dari Nissa. Sahabat Dena, anak saya. Sudah lama memang kami tidak menjalin hubungan spesial seperti yang suhu-suhu harapkan. Hanya saja kami masih rutin berkomunikasi lewat whatsapp tapi perihal sekolah anak-anak kami. Hari ini, tiga bocah itu lagi kumpul di rumah. Seperti biasa mereka berniat buat menginap. Saya cukup senang karena akhirnya rumah ramai lagi setelah saya ditinggal Putri.

“Tau dari siapa?” jawab saya dengan sebuah pertanyaan.

“Kamu tuh kalau ditanya selalu nanya balik!” kata Marin bete sambil mendorong saya ke samping. Saya kemudian hanya tersenyum sambil menyodorkan sekaleng bir ke Marin. Sambil menunduk saya mengiyakan.

“Uuhh poor my big boy,” balas Marin kemudian memeluk saya yang masih menunduk.

“Kasian dong si jenderal nggak ada yang ngurus!” goda Marin ke saya untuk menghibur dan melupakan galau.

“Lu tuh pikirannya ke sanaa muluu,” bales saya sambil melepaskan pelukan.

“Habis nggak bisa nangani orang putus. Udah lama banget. Tapi seriously. Jenderal apa kabar?” godanya lagi sambil mengangkat tubuh di meja dapur. Matanya menggoda seperti biasa. Marin memang selalu menggoda saya ketika saya sedang sendiri atau sudah lama tidak dapet jatah. Ia juga sepertinya tau bahwa saya sudah lama kering. Seolah ada kontak batin antara kita berdua.

“Yah gini-gini aja. Nganggur lagi, Tania juga lari repot. Kamu sibuk sih ngurusin suami,” goda saya bali. Sambil merapatkan tubuh ke Marin yang kemudian melingkarkan tangannya di leher saya dan melingkarkan kakinya di pinggang saya. Hidung kami bertemu dan Marin menggoyangkannya.

“Manja banget sih nih papahnya Dena. Kasihan. Yuk di sini,” ujar Marin menantang.

“Lu gila ah. Anak-anak di atas juga. Kalau ngeliat gimana?” balas saya kemudian saya kecup keningnya. Saya memeluk Marin karena masih dalam suasana kehilangan. Kehadirannya seakan menguatkan saya. Marin kemudian turun dari meja di dapur dan mencium bibir saya. Masih sambil berpelukan kamu berciuman cukup panas. Perlahan tangan saya sudah mulai berani meremas bokongnya sementara tangan lainnya menyelinap ke depan. Meremas payudara yang terlapisi kaus tipis dan tentunya bra.

“Hmm...” erang Marin di tengah-tengah ciuman kami. Ia beberapa kali mencoba menarik kepalanya menghindari ciuman yang semakin dalam. Ia hanya sekedar ingin untuk mencari nafas. Tapi tak pernah saya ijinkan, lidah saya mengikat lidahnya seolah memang dia tak punya hak untuk menghindar senyuman saya. Perlahan rasa dendam dan kesedihan saat ditinggalkan Putri menghilang. Menjadi nafsu yang memuncak seperti remaja yang baru beberapa hari mengenal seks.

Marin mendorong saya dengan sekuat tenaga sehingga kali ini dia bisa melepaskan diri dari saya. “Gila ya, sabar dong..” kata Marin menasihati. Sejurus kemudian ia berjongkok di depan saya. Saya tahu apa yang ingin ia lakukan. Saya berinisiatif, saya turunkan celana pendek saya yang biasa saya gunakan saat tidur. Tak ada celana dalam yang harus diurusi, Marin harus berhadapan langsung dengan penis saya yang sudah menegang sejak percumbuan tadi.

“Kangen juga aku, udah lama banget aku nggak ketemu,” goda Marin sambil mengelus-elus kepala penis dengan jari-jemari lentiknya.

“Halah gombal, kalau emang kangen kenapa baru sekarang bilang?” balas saya sok jual mahal.

“Gue sih sadar diri aja sekarang banyak pesaing. Lebih muda lagi,” balas Marin yang kemudian membuat saya tersenyum. Marin kemudian beberapa kali meludahi kepala penis saya dan mendistribusikan cairan itu ke seluruh batang penis saya hingga ke dua kantung kenikmatan yang menempel. Semuanya ia lakukan dengan ujung lidah yang tak hanya sekedar menyapu tetapi juga memberikan tekanan serasa sedang dipijat.

“Kamu emang terbaik,” puji saya sambil menikmati cara Marin mengkesplor seluruh penis saya dengan lidah dan ludahnya. Marin kemudian memulai pertempuran dengan mulutnya. Ini memang kerap kali kami lakukan, marin akan memaksa saya ejakulasi dengan mulutnya terlebih dahulu sebelum pertempuran inti di mana saya bisa bertahan lebih lama jika terlebih dahulu ejakulasi dengan oral.

Mulutnya semakin liar, dengan bantuan tangan kanan Marin terus mengocok penis saya naik dan turun. Mulut Marin menghisap dengan kuat penis saya, sampai pipinya terlihat tirus. Tak pernah saya percaya paras manisnya begitu liar dan ambisius ketika bertemu dengan penis saya yang menegang. Beberapa kali saya menaikan dagu marin agar mendapatkan kontak mata ketika ia tengah mengisap. Lirikannya sungguh menggoda, tanda tak berdaya sekaligus penuh dengan nafsu.

Marin terus menghisap dan kini seluruh kemaluan saya telah basah kuyup dengan liurnya serta keringat kami berdua. Ia tampaknya mulai pegal untuk mengoral saya, kemudian dengan rasa iba saya menaruh dua tangan saya ke kepala Marin. Memastikan tak akan bergerak untuk beberapa saat mendatang. Setelah itu, saya mengambil kuda-kuda memastikan tubuh saya tak akan goyah dan jatuh. Penis saya sudah separuhnya berada di mulut Marin. Sejurus kemudian saya memaju-mundurkan penis saya dari perlahan, kemudian dengan perlahan berani meningkatkan tempo. Benar-benar nikmat kempotan bibir tipis Marin. Sama halnya seperti vaginanya yang juga sangat nikmat.

Makin lama goyangan semakin keras. Marin beberapa kali mendesah dengan kerasnya saya masukan penis saya ke mulutnya. Ia seakan kembali mengeluh karena perlakuan saya yang terlalu keras. Bahkan beberapa kali ia mencubit bokong saya menandakan agar saya menurunkan tempo. Namun sayang, sudah cukup lama saya puasa membuat nafsu tak berpikir dengan logis. Sekitar 20 menit saya menggenjot mulutnya, rasa ingin mengalami ejakulasi keluar. Goyangan saya makin percepat. Marin sudah mengerang, mukanya juga sudah memerah. Tak sadar, di tengah goyangan yang semakin cepat, pertahanan saya jebol. Sperma saya muntah di dalam mulut Marin yang sempat tersedak. Namun secara perlahan ia kuasai dan coba telan.

Saya kelelahan, mencoba menenangkan suasana dan mengatur nafas. Tangan saya bersandar di meja menyeimbangkan diri. Permainan singkat di pagi hari ini cukup menguras tenaga. Saya benar-benar berusaha menjaga nafas karena bagaimanapun saya harus membalas memuaskan Marin sebentar lagi. Namun ketika sedang mengatur nafas, ketiga anak-anak turun dan berlarian dengan pakain renang. Marin langsung berdiri di samping saya.

“Pah kita berenang ya!” ujar Dena anak saya.

“Lho nissa emang bawa baju renang?” timpal Marin bertanya kepada anaknya

“Minjem punya Denna mah” balas Nissa. Bersamaan dengan itu Marin dengan tangannya berusaha menarik celana saya ke atas. Takut-takut ketiga anak itu mencoba masuk ke area dapur. Bisa bahaya jika melihat saya telanjang setengah badan di balik meja. Anak-anak kemudian berlarian ke belakang. suara air sudah mulai terdengar tanda mereka akan menghabiskan waktu di kolam renang cukup lama.

“Nyaris aja,” ujar Marin kemudian mencium bibir saya. Saya masih bisa mencium bau-bau sperma yang ia telan.

“Lanjut yuk di kamar ku, anak-anak nggak bakal ngeh. mereka terlalu asik berenang,” ajak saya dengan semangat dan menarik tangan Marin mengajak keluar dapur.

“Apaan sih! Aku lagi dapet!” ujar Marin sembari tersenyum.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd