Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Terbukanya Wawasan Setelah 15 Tahun Menduda

Setelah membereskan sisa-sisa pertempuran. Saya melangkahkan kaki ke kasur. merebahkan diri yang kemudian diikuti Riana. Riana merebahkan dirinya di samping saya, kami sama-sama masih tanpa pakaian. ia kemudian melekatkan dirinya, kulit kami melekat tak bisa dipisahkan, kepalanya ditempel ke dada saya, sambil tersenyum menghirup aroma tubuh saya sembari merekatkan pelukan kami. Rania tampaknya benar-benar bahagia dengan hasil pertempuran kami tadi.

“Rejeki banget sih hari ini,” ujarnya sambil terus mencium dada saya gemas. Ia kemudian mendongak menatap mata saya dengan gemas. Saya hanya tersenyum sambil meraba-raba dadanya. jujur saya memang gemas dengan Riana karena kelakuannya benar-benar liar. Jika harus membandingkan, Riana memang salah satu yang membuat saya kelelahan karena tingkah lakunya. Hanya saja saya memang suka terganggu dengan erangannya yang sangat keras. waktu pertama kali bermain dengannya, saya kira ia hanya melebih-lebihkan agar saya senang dan terlihat gagah. tapi saya sadar bahwa ia benar-benar berisik.

“Nanti kalau kita jadi sekantor, bakalah tiap hari nih aku dapet jatah makan siang dari kamu,” lanjutnya sumringah. Mampus. Gimana kalau ini benaran terjadi? pikir saya dalam hati. pikiran ini sempat membuat saya bengong sejenak. tapi saya tak peduli, ketika saya tau bahwa ini sebenarnya adalah rejeki untuk saya. hehe.

“Emangnya kalau kamu dapet jatah, mau setiap siang banget?” tanya saya genit sambil meremas bokongnya yang bulat. kini kami berpelukan tetapi Riana berada di atas saya.

“Iya,” angguk Riana gemas.

“mau aku peres semua peju kamu. aku minum sampe habis tiap hari, biar nggak ada jatah buat yang lain,” kata Riana optimis.

“Emang berani main di kantor? kalau ada yang denger gimana? Kamu kan suka teriak-teriak,” tanya saya

“Biarin. aku malah seneng. biar orang-orang iri, kalau aku selalu diservis titit gede,” jawabnya masih tersenyum.

“Emang aku berisik banget ya?” tanya Riana kemudian sedikit termenung, ia memainkan jari-jarinya di daerah puting saya sambil berharap saya segera membalas.

Aku kemudian mengangkat kepalanya yang menunduk. kemudian mengelus-elus rambutnya yang menghalangi manisnya wajah wanita satu ini.

“Iya, berisik banget. takut kalau kita diusir hotel.” ujarku. Riana masih tak mengubah raut wajahnya, ia masih fokus memutar-mutar jemarinya di putingku.
“Masalahnya kalau cuman diusir doang sih gampang, tinggal cari hotel lain. Lha kalau tetangga pingin ikut? kamu mau bagi-bagi?” tanya ku. kini Riana mulai tersenyum. Ia kemudian menyubit putingku. Kami kemudian tertawa bersama. Riana mengangkat tubuhnya agar kepala kami sejajar. Riana masih di atas saya. kami terjebak dalam suasana romantis. Kami kemudian berciuman. bibir saya melumat bibir mungilnya yang manis. Kecupan ini sangat lembut sampai Riana kadang-kadang melenguh.

Hmm hmmm

“Kamu gentle banget deh. Diajak main keras bisa, kalau lagi gini lembut banget,” ujarnya sambil menghentikan ciuman kami.

“Kamu suka ya di kasarin?” tanya saya ke Riana. Tangan kiri dan kanan saya mencengkram bokongnya yang bulat. menekan ke arah tubuh saya. sehingga kulit kami beradu.

“Hmm, nggak juga sih. ya tergantung suasana,” kami kemudian kembali melanjutkan percumbuan kami. Masih dengan lembut. Namun desahan yang keluar dari mulutnya di sela-sela kami berciuman membuat saya panas. Akhirnya, penis ini mulai menegang. Meski masih ada rasa-rasa lelah sisa pertempuran tadi, penis ini tetap mengeras.

“Ih kok keras!” lompat Riana dari pelukan kami sambil memelototi penis saya.

“Apasih, kaya nggak pernah liat aja,” ujar saya sedikit meninggi. bukan karena marah tetapi efek kaget juga. Riana cuman tertawa. Katanya, ia tak menyangka ciuman mesra seperti tadi bisa langsung membangunkan penis ku.

Ia kemudian mengarahkan kepalanya di pahaku. kemudian merebahkan dirinya di kasur. menghadap ke penis ia kemudian berkata.

“Jenderal, kok bangun lagi? Hah?” kata Riana kemudian mengelus-elus penis saya sembari mengajaknya berbicara.

Saya lalu mengelus-elus kepala Riana yang masih asik bicara dengan penis saya. Saya kemudian berusaha menarik kepalanya untuk kembali bersandar di dada saya. tetapi tangan saya dilepas. Ia masih memainkan penis saya. Ia bahkan menaik-turunkan gengaman tangannya di penis saya.

Saya tak bisa menolak selain keenakan. Meski sebenarnya agak terasa kasar. tetapi Riana sepertinya sadar dengan kondisi saya yang sedikit meringis karena kekeringan. Ia pun membuka mulutnya dan memasukan penis saya ke mulutnya.

Saya benar-benar menikmati momen ini. Tak saya sangka siang tadi bahwa malam ini akan berakhir indah. Terlebih lagi kelakuan Marin sebelumnya ketika membuatku merasakan harapan palsu. Kemudian ponselku berbunyi. Aku mengabaikannya tak berniat untuk melihat pesan yang masuk. Namun Riana menyarankanku untuk mengecek. Kemudian saya melihat ponsel. Benar sekali ternyata dari Marin.
“Weekend ini aku bayar hutang ya,” pesan dari Marin singkat kemudian sebuah gambar muncul di pesan selanjutnya. Saya pun terkaget-kaget. ternyata Marin mengirim gambar dirinya yang tengah telanjang di depan kaca. Saya pun buru-buru mematikan ponsel. Dan kembali fokus ke kuluman Riana.

“Anakmu?” tanya Riana singkat. Aku hanya mengangguk bohong. Saya bangkit dari berbaring. Riana bingung, penis saya yang sudah basah tak ingin ia lepaskan awalnya.Tapi saya memaksa. Sambil duduk bersila, saya meminta Riana duduk di pangkuan saya menghadap ke saya. Kami kembali berciuman dengan lembut. Tak ada perlakuan kasar yang kami lakukan.

“Nggak mau dilanjut?” tanya Riana di sela-sela kami berciuman. Aku mengatakan bahwa ini harus berlanjut. tapi aku tak ingin terburu-buru. Riana senang dengan ucapan saya. Kami kemudian berdiri menyalakan lagu dari ponsel dan memutar lagu yang cukup membangun suasana. masih dalam keadaan telanjang. Kami menari bersama dengan lembut. tubuh kami saling merapat. putingn Riana yang sudah mengeras menempel di tubuh saya. Menekan menandakan eksistensi. Begitu juga dengan penis saya yang mengeras menempel di tengah tengah himpitan tubuh kami.

Saya kemudian memepetkan tubuh kami berdua ke jendela kamar. Melepaskan ciuman kami dan memutar tubuh Riana menempel ke jendela hotel. Ia kemudian melawan.

“Jangan posisi ini lagi dong, aku pengen lihat muka kamu pas lagi main,” ujarnya memohon. Saya mengatakan bahwa belum akan melakukan penetrasi. Saya hanya ingin mengoralnya dengan berdiri. Riana kemudian tersenyum dan kini benar benar menghadap ke jendela kamar dengan senang hati tanpa saya perintah.

Saya benamkan seluruh muka saya ke bagian bawah bokong Riana. benar saja prediksi saya tadi, bokongnya benar-benar bulat dan lembut. Benar-benar mulus. Lidah saya kemudian menjulur-julur mencoba meraih bagian bawah vaginanya. tapi di satu sisi, saya tak ingin melepaskan wajah saya dari bokongnya. Riana kemudian menaikan bokongnya. ia mungkin merasa saya kesulitan. akhirnya vaginanya tepat di depan mulut saya. Kini giliran lidah saya yang bergelirya. menaik turunkan lidah di bibir vagina Riana. Ia kemudian mendesah. Ada sekitar lime menit saya fokus dengan vaginanya yang kini semakin basah. Riana juga semakin kencang menggerakan tubuhnya maju mundur. semakin lama desahan Riana semakin kencang. ia tak lagi memaju mundurkan pinggulnya. ia kini menaik turunkan pinggulnya agar mulut saya beradu dengan vaginanya. ia bahkan tak segan menekan pinggulnya ke kepala saya. sampai suatu gerakan, kepala saya benar-benar ditekan.

“Ahhhhhh masssss” terika Riana.

mulut saya basah dengan cairan yang keluar, menetes terus ke bawah ke leher saya. Riana saya tangkap karena badanya lemas. Saya bopong lalu saya tidurkan di kasur. Riana ngos-ngosan. tubuhnya berkeringat. Ia kemudian menarik tubuh saya. kami berhadap-hadapan Riana mengucapkan terima kasih karena kelakuan saya tadi.

Saya membiarkan Riana mengatur nafasnya terlebih dahulu. Namun agar tidak bosan saya menciumi dada Riana. bukan mencium nafsu, hanya mengecup manis menenagkan Riana yang masih ngos-ngosan. Ketika Riana sudah mulai bisa mengatur nafas, saya memburu. Kecupan di payudaranya saya selingi dengan gigitan. Putingnya mulai mengeras. dadanya juga demikian. Riana mulai mendesah. nafasnya juga mulai tersengal sengal lagi. Ia mengambil tangan saya untuk meremas payudara kanannya. sementara saya masih memainkan payudara kirinya dengan lidah dan gigi. Sedang asik-asiknya menjamah dengan lidah, Riana mengangkat kepala saya. Menatap mata saya dengan tajam,

“Masukin mas,” aku mengangguk. Ku luruskan Riana, kedua kakinya lalu ke buka pelan-pelan masih dengan menatap matanya yang kelelahan tapi juga tercampur hasrat bercinta. Keringat sudah membasahi tubuh kami, sebentar lagi keringat akan bersatu. Perlahan ku arahkan penis ke depan vaginanya. Ku oleskan penisku di sekitaran vaginanya yang masih basah. Dengan sedikit air liur ku, kini penis siap masuk. Riana meraih penis saya memasitkan saya tak langsung memasukan semuanya dengan cepat.

Mata riana bagai lampu yang tak mendapat daya cukup. Kelap-kelip seakan tak bisa membedakan mana perih serta mana nikmat. Sementara mulutnya menggigit bibir bawahnya mengeluarkan rintihan yang terjadi sebelumnya di kamar mandi.

Setelah masuk dengan mudah, tanpa tunggu lama saya maju mundurkan pinggulku, mulut Riana mengeluarkan suara. Seirama dengan gerakan saya.Ah ah ah ah lenguh Riana setiap penis saya masuk secara penuh. Sementara keringat-keringat kami berdua membuat suara yang tak kalah nyaringnya. Pok pok pok pok.

Tatapan saya tak pernah berpaling dari mata Riana. Mengabulkan keinginannya yang ingin menatap saya ketika bercinta. Lama kami dalam posisi ini, saya naikkan kedua kaki Riana ke pundak saya. kini vaginanya semakin terbuka lebar. gerakan saya yang awalnya maju mundur, kini lebih menghujami dari atas ke bawah. posisi ini membuat saya bergerak lebih keras dengan tempo kecepatan yang sama. Rghh rghhh rghhh erang saya ketika mencoba memasukan lebih dalam penis saya mengorek surga Riana.

Riana pun mulai mengeluarkan kebiasaanya yakni berteriak.

Ah Ah Aaaaahh

Aku segera menutup mulutnya dengan tanganku. agar Riana bisa dengan puas berteriak dengan bebas tetapi tetangga tak mendengar. Lama di posisi ini, kami sudah mulai agak pegal. Akhirnya saya diminta Riana untuk duduk di pinggir kasur, Riana kemudian dengan cekatan menjilati penis saya, mengulum dan mengeluarkan ludahnya dengan banyak. Kini penis saya sudah sepenuhnya basah baik cairan vagina Riana maupun ludahnya. Riana kemudian duduk di pangkuan saya seperti awal. Tetapi kini vaginanya sudah kembali terisi penis saya masih menegang.

Ia kemudian menatap saya dengan dalam. tersenyum, mengalungkan tangannya di leher saya dan kemudian kami berpagutan. Riana lalu menaik turunkan tubuhnya. penis saya merasakan hujaman yang keras setiap tubuhnya membentur paha saya. Posisi ini sungguh nikmat, saya diam saja sementara Riana yang bekerja. Payudaranya merapat di dada saya, putingnya terus menggoda untuk dijamah. tetapi seperti tadi, tangan saya fokus ke bokongnya yang bulat. kedua tangan saya membantu pergerakan Riana dengan mengangkat lalu menghujamkan bokongnya ke paha saya. penis saya mula perih dan gerakan Riana lebih menyakitkan ketimbang memberikan kenikmatan.

“Mas aku mau keluar,” kata Riana. Syukurlah, penis ku sudah terlanjur perih. Akhirnya dengan sisa-sisa tenaga saya semakin kencang menaik turunkan tubuh Riana. Tak apa, lebih baik sedikit lagi perihhnya sebentar lagi pasti keluar.

Argghhhhhhhh benar saja. Riana langsung kelojotan beberapa menit usai aba-abanya. Ia kemudian menggigit leherku hingga menghilangkan bekas. aku tak keberatan dengan bekasnya, tapi rasa sakitnya bisa sampai lupa kalau penisku perih.

Riana kemudian diam sejenak dan berkata, “ayo, kamu belum keluar.” kodenya untuk melanjutkan persetubuhan meski badanya sudah saya rasakan sangat lemas.

“Aku mau keluar di mulutmu,” jawab saya ngeles. Riana kemudian tersenyum lalu bangkit. Plop. penis saya copot. beberapa cairan yang sempat tertahan penis saya keluar juga dari vagina Riana. namun ia tak sempat membersihkannya. Ia ingin membuat saya klimaks terlebih dahulu.

Hmm hmm lenguh Riana saat mengulum penis saya. Ia sesekali menghisap dengan ganas batang hingga kepala penis saya. kocokannya juga cukup lembut karena tangannya yang memang halus. lidahnya terus menekan-nekan bagian penis saya, dari biji, batang, leher , hingga kepala penis. tak ada yang lepas dari sisiran lidahnya. bibirnya terus menghisap seakan tak ingin ada cairan tersisa.

Beberapa saat saya kemudian merasakan bahwa cairan saya mau keluar. saya kemudian bangkit, penis saya terlepas dari mulutnya, dan menumpahkan semua sperma ke wajahnya. Riana kaget dengan tingkah laku saya, tetapi ia tak apa yang saya maksud. ia hanya terdiam menganga, menikmati setiap hujaman sperma yang mendarat ke dahi, hidung, mata, dan beberapa masuk mulutnya.

Saya kemudian terjatuh di tempat tidur terlentang. Riana mengambil ponsel saya. mengambil foto wajahnya yang berlumuran sperma.

“Kenang-kenangan buat kamu,” ujarnya. saya tersenyum. Riana membersihkan tubuh setelah penis saya ia keringkan dengan mulutnya.

Keesokan pagi, kami benar-benar tak bisa banyak bergerak. Tapi Riana memberikan salam perpisahan berupa blow job. Sayapun mengeluarkan semuanya di dalam mulut dan ia telan semua.

“Aku perih banget semalem. Tapi kamu nagih sih,” ujar Riana.
“Mungkin pas di kamar mandi kita terlalu bersemangat,” ujar saya. Siangnya, kami mengadakan rapat. kami bertingkah laku sepperti biasa, kejadian semalam untuk sesaat hilang dari ingatan saya dan Riana.
 
Jujur harus baca lagi dari awal supaya bisa dapet lagi feelnya, udah lama banget soalnya cerita ini update nya.


Tapi tetep dari awal thread mulai sampe skrg, selalu penasaran endingnya bakalan gimana.

Mangat hu !
 
Mending sama tania aja deh.kan udah kenal lama dan sudah paham satu sama lain..
Makasih updatenya suhu
 
Bimabet
Wadidaw, baru ngikutin lagi nih, mantap suhu, sepertinya suhu memang masih belum bisa settle, masih adventure terus 😁👍
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd