Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Terlahir Kembali Menjadi Pria Tamvan

Chapter 5: Ciuman Pertama

“Udah pulang, yang?” tanya Dinda ketika Riko tiba-tiba membuka pintu kamar indekosnya.

“Oh, kamu di sini, kapan datangnya?” tanya Riko sambil melepaskan sepatu yang dia kenakan dan melihat Dinda, pacarnya, sedang tiduran di kamar indekosnya.

“Baru aja, kok,” jawab Dinda. Dinda memang rumahnya tidak terlalu jauh dari kampus, tapi semenjak pacaran dengan Riko, dia lebih suka menghabiskan waktunya di kamar indekos milik pacarnya itu. Dia bahkan menduplikat kunci kamarnya.

“Geser dikit,” ucap Riko kemudian berbaring disamping Dinda dan merentangkan tangan kanannya, bermaksud agar pacarnya itu tidur di dadanya.

“Udah makan? tanya Riko lagi sambil mencium dahi Dinda.

“Udah, tapi masih pengen makan,” ucap Dinda manja sambil menenggelamkan dirinya di dada Riko.

“Mau makan apa yang? Sini aku pesan,” ucap Riko yang memang sejak tadi bermain di handphonenya dan kini membuka aplikasi ojek online.

“Pisangg,” ucap Dinda dengan manja.

“Pisang goreng? Masih siang ini yang kayaknya belum ada yang jual,” ucap Riko yang melihat jam di layar handphone miliknya 12:45.

“Hmm… Bukann, pisang ituu,” ucap Dinda malu-malu kemudian meremas “pisang” yang dimiliki Riko.

Riko yang pisangnya dipegang akhirnya paham kalau pacarnya lagi pengen, “kamu pengen, yang?” tanya Riko dengan nada menggoda.

“He em,” ucap Dinda malu-malu kemudian bersembunyi dibalik dada Riko lagi.

“Masih siang sih ini yang, mana cuacanya lagi panas,” ucap Riko yang sedang tidak mood untuk bercinta di siang hari.

“Tapi lagi pengenn,” ucap Dinda merengek manja.

“Maaf ya, sayang,” Riko kemudian mencium dahi Dinda sekali lagi, “aku juga lagi nungguin temen ini, mau ngerjain tugas di kos jam 1,” ucap Riko lagi.

“Hmm…” Dinda tidak lagi mengucapkan apa-apa, melepaskan pelukan Riko dan bangkit berdiri.

Riko yang memang sedang tidak mood, hanya membiarkan pacarnya itu dan tetap asik dengan handphone miliknya.

“Yanggg,” panggil Dinda tiba-tiba. Riko melirik sekilas dan melihat Dinda hanya memakai tanktop dan celana pendek. Dada Dinda yang besar dapat dilihat oleh Riko dengan jelas karena wanita itu tidak lagi memakai BH.

Riko menelan ludahnya, dia memang sudah beberapa kali meniduri wanita itu, tapi dadanya yang besar selalu membuat Riko kagum.

“Lagi gak bisa yang, beneran,” ucap Riko ketika Dinda secara perlahan-lahan mulai menaiki tubuhnya, untuk menggodanya.

“Sttt…” ucap Dinda meletakkan jarinya di depan bibir Riko. Setelah Riko tak bicara lagi, Dinda maju perlahan untuk melahap bibirnya.

“Hmmph… muach…. bentar… hmphh… tunggu dulu, yang” ucap Riko yang berhasil melepaskan ciuman mereka. Dia sedikit terengah engah karena ciuman yang mereka lakukan.

“Kenapa sih, yang?” tanya Dinda yang mulai kesal. Riko adalah cowok yang mengambil keperawanannya, dan ketika dia mulai mengetahui betapa nikmatnya seks, Riko malah tidak mau bertanggung jawab ketika dia lagi pengen!

“Beneran lagi gak bisa yang, kan besok kita udah rencana mau jalan-jalan sekalian menginap, jadi aku mau kerjain tugasnya hari ini. Tugasnya mau dikumpul senin, bentar lagi juga temenku datang,” ucap Riko memberikan penjelasan.

Dinda hanya cemberut ketika mendengar hal itu, mereka memang sudah berencana untuk jalan-jalan besok, tapi dia kan lagi pengennya sekarang, bukan besok!

“Hmm… gimana kalau aku bantu kamu keluar aja, yang?” tanya Riko ketika melihat raut wajah Dinda yang cemberut.

“Gimana?” tanya Dinda yang mulai tertarik.

“Udah kamu tiduran sini,” ucap Riko yang kemudian mulai berdiri. Karena sudah janjian dengan maba itu untuk datang ke kamar indekosnya jam 1 siang, Riko terpaksa hanya akan menggunakan lidah dan tangannya untuk memuaskan Dinda.

Dia tidak tahu apakah maba tersebut akan datang tepat jam 1 siang, atau bakal ngaret, tapi lebih baik gak dilakukan daripada sementara dia sedang menggenjot, malah maba itu datang mengganggu.

Kan nantinya kentang!

Tak ingin membuang waktu lebih lama lagi, Riko langsung menidurkan Dinda dan membuka celana pendeknya, tapi baru saja dia akan membuka celana dalam wanita itu, ringtone handphonenya berbunyi.

Riko melirik sekilas siapa yang meneleponnya, Dinda menatap Riko, seolah-olah berkata, “ayo terusin,”

Riko akhirnya memilih untuk memuaskan pacarnya terlebih dahulu, dia melanjutkan untuk membuka celana dalam Dinda dan terpampanglah memek tanpa jembut milik Dinda.

Riko kemudian mencoba untuk membelai-belai permukaan memeknya terlebih dahulu, menggoda wanita itu.

“Uhh… Ssh…,” desah Dinda yang mulai keenakan.

Tapi sekali lagi, ringtone handphone Riko berbunyi lagi, tapi orang yang memanggilnya adalah orang yang berbeda.

“Bentar, ya, yang,” ucap Riko kemudian mengambil handphone miliknya dan menerima panggilan itu.Dinda hanya cemberut ketika melihat Riko yang memilih untuk menjawab teleponnya.

“Ya bro?”

“Notifnya gue matiin.”

“Oh oke, dikit lagi gue ke sana.”

Setelah menutup panggilan itu, Riko menatap Dinda, yang sedang cemberut.

“Maaf ya sayang, kayaknya aku harus ke kampus dulu, deh,” ucap Riko dengan tatapan minta maaf.

“Hmm…”

“Ini angkatan tua di suruh pada ngumpul jam setengah satu ternyata, itu tadi temenku yang telepon, katanya baru sedikit yang datang tapi dosennya udah nunggu,” Riko mencoba memberi pengertian sambil mengelus-elus rambut Dinda.

“Yaudah deh, terus temenmu yang datang nanti gimana?” tanya Dinda kemudian memakai kembali celana dalam dan celananya lagi.

“Nah itu dia, aku gak punya kontaknya, kamu bisa nungguin dia gak?”

“Hmm.. Cowok apa cewek?” tanya Dinda yang akhirnya memaklumi.

“Cowok, maba kok, kamu bisa kan bilang ke dia untuk nungguin aku? Udah buat janji soalnya,” ucap Riko yang setelah yakin Dinda tidak ngambek lagi, mulai memakai sepatunya lagi.

“Kamu gak takut kami berdua sendirian di kamar terus khilaf?” goda Dinda, ingin melihat pacarnya cemburu.

Riko tersenyum kemudian mencium pipi Dinda, “Nggak kok, lagi pula dia suka cowok, , makanya nanti kamu tetap di sini ya, ntar aku di apa-apain lagi, hahaha,” ucap Riko tertawa. Dia sama sekali tidak khawatir akan membiarkan pacarnya dan maba itu berduaan di dalam kamar. Toh rumor sudah tersebar kalau maba itu suka cowok.

Dinda sekali lagi cemberut karena Riko sepertinya tidak terlihat cemburu.

“Aku pergi dulu, ya,” ucap Riko akhirnya kemudian keluar. Sementara Dinda kembali tiduran di tempat tidur tanpa ranjang milik Riko untuk menunggu teman pacarnya itu untuk datang.

“Pasti dia jelek terus kemayu,” pikir Dinda ketika memikirkan kembali orang seperti apa yang akan datang dan memutuskan untuk tidak berganti pakaian lagi. Lagi pula, seperti kata pacarnya, temannya itu suka cowok.

Knock… Knock… Knock…

Setelah beberapa saat menunggu, sebuah ketukan di pintu kamar terdengar, Dinda kemudian langsung membuka pintu itu.

Seorang pria, berkulit putih, berwajah blasteran bule, dengan tinggi tubuh sekitar 175 dengan badan atletis, sedang menatapnya.

Dinda sedikit mendongak ke atas untuk melihat wajah pria itu, karena tinggi Dinda 167 cm sama dengan Riko.

“Ini kamarnya Riko, kan?” pria itu akhirnya memecahkan keheningan yang terjadi diantara mereka.

“Ah, iya, kamu David, ya? Ayo masuk,” Dinda akhirnya mempersilakan pria itu untuk masuk dan mengunci kembali kamarnya.

Dinda kemudian menyuruh pria itu untuk duduk terlebih dahulu di kursi yang ada, sementara Dinda duduk di tempat tidur.

Dia kemudian menceritakan kenapa Riko tidak ada, dan menyuruhnya untuk menunggu sebentar. Sementara menjelaskan hal itu, dia tak berhenti menatap pria itu.

“Oh ya, kenalin aku Dinda, jurusan akuntansi, semester 3, pacarnya Riko,” ucap Dinda kemudian mengulurkan tangannya.

“Aku David, semester 1, salam kenal kak,” Dinda akhirnya mengetahui bahwa pria itu bernama David.

Tapi dia kemudian menjadi sedikit ragu, apakah benar, pria di depannya ini, suka sama cowok?

Tiba-tiba entah dari mana, rasa pengen yang tadi sempat menghilang muncul kembali melihat David yang keringetan. Dinda sedikit menggigit bibir bawahnya, untuk sedikit menggoda pria itu.

“Panas ya?” tanya Dinda.

“Ah, gak apa-apa kok, kak,” jawab Budi yang kemudian mengelap keringatnya.

“Cuacanya emang sedikit panas sih, bikin gerah, ya” Dinda kemudian mengganti nada bicaranya menjadi lebih manis dan mengibas-ibaskan bagian atas bajunya untuk menggoda pria itu.

Dinda tidak percaya, atau tidak mau percaya, jika pria setampan itu tidak akan tertarik padanya. Karena Dinda cukup percaya diri dengan tubuhnya, dan kalau memang pria itu suka cowok, dia akan membuatnya untuk menyukainya!

Dia memang masih mencintai pacarnya, tapi saat ini, nafsunya lebih penting! Toh dia tidak memakai hatinya untuk menggoda pria itu.

Meski Dinda hanya memiliki pengalaman dengan Riko, dia bisa menyadari bahwa pria di depannya beberapa kali menelan ludah ketika melihat belahan dadanya.

Dinda kemudian mendekat, dia memegang kedua lutut pria itu dan berdiri perlahan-lahan, memajukan kepalanya untuk mendekati pria itu.

“Uhh,” Dinda sedikit menghembuskan nafasnya ketika jarak diantara mereka berdua tinggal beberapa centimeter lagi, meski dia yang menggoda pria itu lebih dulu, hatinya tidak ingin untuk mencium pria itu lebih dulu.

Budi yang sejak tadi menyadari bahwa wanita di depannya berusaha untuk menggodanya, tetap tidak merespons. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Tapi ketika wanita itu perlahan-lahan mulai mendekatinya, Budi kembali teringat mimpi sewaktu dia berada di rumah sakit, dia tidak ingin menjadi pasif!

Dia adalah seorang pria!

Seorang pejantan!

Ketika merasakan hembusan nafas Dinda, Budi tidak mundur lagi. Dia langsung mendekat , menutup matanya dan mencium bibir wanita itu.

Bibir wanita itu lembut, dan Budi merasakan sensasi aneh yang belum pernah dia rasakan sebelumnya ketika bibir miliknya bertemu dengan bibir wanita itu.

Dinda tersenyum dalam hati ketika pria itu mencium bibirnya, Dinda membalas ciuman itu tapi sedikit merasakan keanehan karena sepertinya pria itu hanya mendekatkan bibirnya dan tidak tahu harus berbuat apa.

Budi sedikit terkejut ketika Dinda mulai melumat bibirnya, karena ini adalah ciuman pertamanya, Budi langsung mempraktekkan apa yang dilakukan oleh Dinda kepadanya. Dia memagut bibir bibir bawah Dinda dan Dinda meresponnya dengan memagut bibir atas Budi.

Mulai merasakan sakit di lututnya karena posisinya sedang berlutut, Dinda mencoba untuk melepaskan ciumannya agar mereka bisa pindah terlebih dahulu

Budi yang tidak ingin melepaskan ciuman itu, tetap memagut bibir Dinda dan berusaha mendorong tubuhnya sendiri ke depan.

Dinda yang menyadari bahwa Budi tidak ingin melepaskan bibirnya, secara perlahan-lahan menarik Budi untuk tiduran di tempat tidur.

“Hmmph… hmphh…”

Setelah sampai di tempat tidur, Budi sedikit menopang tubuhnya dengan tangannya agar tidak menindih wanita itu.

Tapi tiba-tiba, Dinda mulai membuka kancing kemeja yang dikenakan oleh Budi, dia penasaran ingin melihat tubuh pria itu.

Knock… Knock…

“Sayang? Kamu di dalam? Buka pintunya, aku lupa bawa kunci kamarnya,” baru dua kancing kemeja Budi yang terbuka, tiba-tiba suara Riko terdengar.


***

Sekali lagi maaf karena telat update, soalnya di rumah lagi rame dan takut-takut ketika lagi ngetik, takut ada orang rumah yang baca, haha
Makasih atas support para pembaca selama ini xD
Kritik dan sarannya ditunggu, ya!
 
Macam pernah baca cerita kyk gini, ini cpy atau buat sendiri suhu

Untuk cerita reinkarnasi / pindah tubuh memang sudah banyak, entah dari anime, drama korea atau novel cina. Jadi dasar ceritanya emang cuma diambil reinkarnasi / pindah tubuh. Selain itu, karyanya asli original ya, gak copy-copy xD
Kalo di copy mah, jadwal updateannya lancar, haha
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd